TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas) (Polaski :
1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif (bersifat menghambat, menyumbat)
intermiten (terjadi berkala setelah interval tertentu), reversibel dimana trakea dan bronkhi
berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Status asmatikus adalah suatu asma yang sukar disembuhkan dengan obat-obatan
yang konvensial (Dr. H. Tabrani Rab: 1996). Status asmatikus adalah kedaruratan yang
mengancam kehidupan, merupakan serangan asma yang berat dan berlangsung lebih
lama dari pada biasanya serta tidak memberikan respons terhadap terapi yang diberikan
(Lorenz: 1991).
B. Etiologi
1. Mekanisme pemacu serangan akut teerjadi bermacam-macam : alergen, kerja fisik,
insfeksi virus pada jalan nafas, ketegangan emosional, perubahan iklim dan beberapa
janis obat sepreti aspirin.
2. Ketidak seimbangan modulasi adenergic dan kolinergic dari broncus.
3. Sering terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, anak laki-laki sering terkena dari
pada anak perempuan.
4. Biasanya mempunyai alergi dengan kadar IgE meninggi (asma atopic/aksentrik
berkaitan dengan keadaan alergi lain sperti eksema fifer).
5. Asma instrinsik terjadi pada penderita non atopic yang lebih tua.
C. Anatomi Fisiologi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen
kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO 2 sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh.
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor - faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus
dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat. (Tanjung, 2003) Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama
ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi
paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan
baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003)
1)
2)
3)
Edema mukusa
4)
Hipersekresi
5)
6)
Hipoventilasi
7)
8)
9)
Hipoxemia
10)
Hiperkarpia
P Etiologi: Allergen masuk ke dalam tubuh
Ig E
Respirasi asidosis
Pathway
E. Manifestasi Klinik
1. Gejala yang menonjol,sukar bernafas, yang timbul intermiten dan wheezing pada
2.
3.
4.
5.
6.
7.
F. Komplikasi
1. Komplikasi yang ditimbulkan oleh status asmatikus adalah
2. Atelaktasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks Ventil
5. Emfisema
6. Gagal napas.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Semua penderita yang dirawat inap di rumah sakit memperlihatkan keadaan obstruktif
jalan napas yang berat.Perhatian khusus harus diberikan dalam perawatan, sedapat mungkin
dirawat oleh dokter dan perawat yang berpengalaman. Pemantauan dilakukan secara tepat
berpedoman secara klinis, uji faal paru ( APE ) untuk dapat menilai respon pengobatan
apakah membaik atau justru memburuk. Perburukan mungkin saja terjadi oleh karena
konstriksi bronkus yang lebih hebat lagi maupun sebagai akibat terjadinya komplikasiseperti
infeksi, pneumothoraks, pneumomediastinum yang sudah tentu memerlukan pengobatan
lainnya. Efek samping obat yang berbahaya dapat terjadi pada pemberian drips aminofilin.
Dokter yang merawat harus mampu dengan akurat menentukan kapan penderita meski
dikirim ke unit perawatan intensif.
Penderita status asmatikus yang dirawat inap di ruangan, setelah dikirim dari UGD
dilakukan penatalaksaanan sebagai berikut.
1)
rendah yang dilembabkan baik dengan masker Venturi atau kateter hidung diberikan.Aliran
oksigen yang diberikan didasarkan pada nilai nilai gas darah.PaO 2 dipertahankan antara 65
dan 85 mmHg.Pemberian sedative merupakan kontraindikasi.Jika tidak terdapat respons
terhadap pengobatan berulang, dibutuhkan perawatan di rumah sakit.
2)
Agonis 2
Dilanjutkan dengan pemberian inhalasi nebulasi 1 dosis tiap jam, kemudian dapat
diperjarang pemberiannya setiap 4 jam bila sudah ada perbaikan yang jelas. Sebagian
alternative lain dapat diberikan dalam bentuk inhalasi dengan nebuhaler / volumatic atau
secara injeksi. Bila terjadi perburukan, diberikan drips salbutamol atau terbutalin.
3)
Aminofilin
Diberikan melalui infuse / drip dengan dosis 0,5 0,9 mg/kg BB / jam. Pemberian per
drip didahului dengan pemberian secara bolus apabila belum diberikan. Dosis drip aminofilin
direndahkan pada penderita dengan penyakit hati, gagal jantung, atau bila penderita
menggunakan simetidin, siprofloksasin atau eritromisin. Dosis tinggi diberikan pada
Kortikosteroid
Kortikosteroid dosis tinggi intraveni diberikan setiap 2 8 jam tergantung beratnya
keadaan serta kecepatan respon. Preparat pilihan adalah hidrokortison 200 400 mg dengan
dosis keseluruhan 1 4 gr / 24 jam. Sediaan yang lain dapat juga diberikan sebagai
alternative adalah triamsiolon 40 80 mg, dexamethason / betamethason 5 10 mg. bila
tidak tersedia kortikosteroid intravena dapat diberikan kortikosteroid per oral yaitu
predmison atau predmisolon 30 60 mg/ hari.
5)
Antikolonergik
Iptropium bromide dapt diberikan baik sendiri maupun dalam kombinasi dengan
agonis 2 secara inhalasi nebulisasi terutama penambahan penambahan ini tidak diperlukan
bila pemberian agonis 2 sudah memberikan hasil yang baik.
6)
Pengobatan lainnya
a. Hidrasi dan keseimbangan elektrolit
Dehidrasi hendaknya dinilai secara klinis, perlu juga pemeriksaan elektrolit serum,
dan penilaian adanya asidosis metabolic.Ringer laktat dapat diberikan sebagai terapi awal
untuk dehidrasi dan pada keadaan asidosis metabolic diberikan Natrium Bikarbonat.
b. Mukolitik dan ekpetorans
Walaupun manfaatnya diragukan pada penderita dengan obstruksi jalan berat
ekspektorans seperti obat batuk hitam dan gliseril guaikolat dapat diberikan, demikian juga
mukolitik bromeksin maupun N-asetilsistein.
c. Fisioterapi dada
Drainase postural, fibrasi dan perkusi serta teknik fisioterapi lainnya hanya dilakukan
pada penderita hipersekresi mucus sebagai penyebab utama eksaserbasi akut yang terjadi.
d. Antibiotic
Diberikan kalau jelas ada tanda tanda infeksi seperti demam, sputum purulent
dengan neutrofil leukositosis.
e. Sedasi dan antihistamin
Penatalaksanaan lanjutan
Setelah diberikan terapi intensif awal, dilakukan monitor yang ketat terhadap respon
pengobatan dengan menilai parameter klinis seperti sesak napas, bising mengi, frekuensi
napas, frekuensi nadi, retraksi otot bantu napas. APE, fotothoraks, AGD, kadar serum
aminofilin, kadar kalium dan gula darah diperiksa sebagai dasar tindakan selanjutnya.
perlu dipikirkan apakah penderita akan dikirim ke unit perawatan intensif. Adapun penderita
yang memerlukan perawatan intensif yaitu:
a. Terdapat tanda- tanda kelelahan
b. Gelisah, bingung, kesadaran menurun
c. Terjadi henti napas ( PaO2< 40 mmHg atau PaCO2> 45 mmHg ) sesudah pemberian
oksigen.
Penatalaksanaan lanjutan diruangan
Pada penderita yang telah menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan, terapi
intensif dilanjutkan paling sedikit 2 hari.Pada 2 5 hari pertama semua pengobatan intravena
diganti, diberikan steroid oral dan aminofilin oral serta agonis 2 dengan inhaler dosis terukur
6 8 x/ hari atau preparat oral 3 4 x/hari. Pada hari 5 10, steroid oral ( predmison,
predmisolon ) diturunkan, obat agonis 2 dan aminofilin diteruskan.
H. Pemeriksaan Penunjang
1)
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum pada penderita
asma akan didapati :
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1.
2. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
3. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
4. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
1. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
2. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
4. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
2)
Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a.
b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
3)
Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
a. perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
1. Pengkajian Kritis
a) AIRWAY
Pengkajian:
Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan
nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini
memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit
yang dapat diperoleh.
Diagnose keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum
Intervensi :
pasien
Kaji tingkat kesadaran pasien
o R/ dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk
intensif
Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien
o R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan
sekret
Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah
telungkup dan membuka mulutnya
o R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas
b) BREATHING
Pengkajian :
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien
untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh.Namun pada status asmatikus pasien
mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas.Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha
ventilasi pasien tidak efektif.Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat
sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan
dalam bergerak.Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x /
menit.Pantau adanya mengi.
Diagnose keperawatan :
Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas
Intervensi :
Pengkajian :
Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka
jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan
adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit.Terjadi pula penurunan tekanan darah
sistolik pada waktu inspirasi.Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi
(APE) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang
dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji
pada tahap circulation ini.
Diagnose Keperawatan :
perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen
Intervensi :
Pantau tanda tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi jugularis
o R/ mengetahui masih adanya denyut nadi yang teraba
d) DISABILITY
Pengkajian :
Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status asmatikus mengalami
penurunan kesadaran. Disamping itu pasien yang masih dapat berespon hanya dapat
mengeluarkan kalimat yang terbata bata dan tidak mampu menyelesaikan satu kalimat
akibat usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan kelelahan .Namun pada
penurunan kesadaran semua motorik sensorik pasien unrespon.
e) EXPOSURE
Pengkajian :
Setelah tindakan pemantauan airway, breathing, circulation, disability, dan exposure
dilakukan, maka tindakan selanjutnya yakni transportasi ke rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan yang lebih intesif.
2. Pengkajian
a. Identitas klien
1). Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
Klien biasanya merasa cemas dengan keadaan yang dialami dan juga resiko yang
terjadi bila timbul kekambuhan. Dan biasanya tidak ada gangguan dalam
penginderaan.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan
Rencana tindakan
Rasionalisasi
keperawatan
1. Tidak efektifnya
Setelah diberi
- Auskultasi bunyi
-Mengetahui
tindakan perawatan
luasnya obstruksi
berhubungan
selama 3x 24 jam
oleh mukus
dengan akumulasi
mukus
-Mengetahui tanda
pernafasan.catat rasio
stress pernafasan
bersih/jelas
inspirasi/ expirasi
-Sekresi bergerak
mengeluarkan
misal:peninggian
sesuai gaya
sekret
kepala tempat
gravitasi akibat
tidur,duduk pada
perubahan posisi
dan meningkatkan
kepala tempat tidur
akan memindahkan
isi perut menjauhi
diafragma sehingga
memungkinkan
diafragma untuk
berkontraksi
-Beri pasien 6-8
-Mengencerkan
sekret.
indikasi lain
-Ajarkan dan berikan
-Mengeluarkan
dorongan penggunaan
sekret dan
teknik pernafasan
meningkatkan
-Lakukan drainage
-Merontokkan
postural dengan
dikeluarkan
- Tidak merangsang
menghindari iritan
pembentukan
mukus lagi
-Memfasilitasi
sesuai therapi
pergerakan sekret.
2. Tidak efektifnya
Setelah diberi
-Observasi perubahan
-Menentukan
pola nafas
tindakan perawatan
pada RR dan
adekuatnya pola
berhubungan
dalamnya pernafasan
dengan penurunan
ekspansi paru.
masuk
-Tanda-tanda vital
dalam batas normal
-Atur pemberian
-Suplai O2 yang
-Tidak terjadi
oksigen
cukup akan
mengurangi kerja
hipoksia
pernafasan
-Memfasilitasi
pernafasan yang
bibir sesuai
dalam sehingga O2
kemampuan
-Beri
bronkodilator -Meningkatkan
sesuai therapy
-Observasi tanda
-Mengetahui
adekuatnya suplai
membrane mukosa
O2 ke paru-paru dan
kulit
jaringan
-Mengoptimalkan
-Beri posisi
kontraksi diafragma
duduk(fowler)
3.Intoleransi
Setelah diberi
-Evaluasi respon
-Menentukan
aktivitas b/d
tindakan perawatan
pasien terhadap
kemampuan pasien
kelemahan fisik
aktivitas
pasien
dalam melakukan
aktivitas
menunjukkan
peningkatan
-Catat adanya
-Menentukan
toleransi terhadap
dispnea, peningkatan
periode istirahat
aktivitas, dengan
kelelahan dan
KE:
yang menimbulkan
kelelahan pasien.
mau melakukan
aktivitas.
aktivitas sesuai
kemampuannya
-Berikan kepada
-Memenuhi
kebutuhan pasien
kemampuannya
tanpa menimbulkan
kelelahan
-Pertahankan obyek
-Memudahkan
yang digunakan
pasien dalam
penggunaan
terjangkau
sehingga
mengurangi
penggunaan O2
-Bantu pasien
-Semua kebutuhan
melakukan aktivitas
pasien dapat
dengan melibatkan
terpenuhi
keluarga
-Observasi vital sign
4. Cemas
Setelah diberi
berhubungan
tindakan perawatan
normal mendukung
dengan kurangnya
2x 30 menit rasa
pasien untuk
informasi
cemas pasien
beraktivitas
berkurang dengan,
-Petunjuk intervensi
KE :
pasien (ringan,
-Pasien mengatakan
yang terapeutik
-Bantu pasien
-Bisa
merasa nyaman
menggunakan koping
menghilangkan
-Pasien tidak
yang efektif
cemas ,membantu
pasien
aman
menggunakan
pikiran yang sehat
kedepan.
-Berikan informasi
-Pengetahuan
meningkat akan
-Membantu
mengurangi rasa
akut
cemas
-Lakukan prosedur
mukus berkurang
-Beri informasi
-Pasien termotivasi
susah makan
perubahan nutrisi
tentang pentingnya
kurang dari
nutrisi untuk
kebutuhan tubuh
pemulihan
5.
Resiko
perubahan
kurang
tinggi
Setelah diberikan
dengan KE:
-Pasien mau makan
-Anjurkan keluarga
-Kebutuhan pasien
untuk membantu
akan nutrisi
batuk berkurang
pasien makan
terpenuhi
-Pasien tahu
pentingnya nutrisi
untuk pemulihan
dicerna dan
kebutuhan kalori
terpenuhi
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
KASUS
Bpk. E 57 tahun datang ke RS. Harapan karena sejak tadi malam batuk-batuk terus
menerus disertai dahak yang begitu kental dan sulit untuk di keluarkan sehingga bpk. E
tidak bisa tidur nyenyak bahkan tadi malam bpk.E hampir tiap jam terbangun karena batuk.
Bpk. E juga mengatakan dadanya sesak untuk bernafas, nafas menggeh-menggeh dan
bunyi ngik-ngik. Istri bpk.E mengatakan sejak dari dulu pk. E memiliki sakit nafas,
biasanya sesak nafas bpk E kambuh jika udara dingin atau ada debu serta jika bpk. E
terlalu banyak pikiran.
Saat dilakukan pengkajian terdapat suara nafas whezing saat ekspirasi,
RR : 26x/menit,
S
: 370C,
N : 98x/menit,
TD : 130/90mmHg.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama
Usia
:
:
Bpk.E
57 Tahun
Diagnosa medis
Status Asmatikus
2. Pengkajian Primer
a. Airway: Pasien tampak sesak, adanya sputum pada jalan napas
b. Breathing: RR: 29x/menit
c. Circulation: Nadi: 88x/menit, TD: 110/70mmHg
d. Disability: GCS: E4V5M6
e. Exposure: -
3. Pengkajian Sekunder
Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang:
Bp. E mengeluh sejak tiga malam yang lalu batuk terus menerus disertai dahak
yang begitu kental dan sulit untuk dikeluarkan sehingga Bp. E tidak bisa tidur
nyenyak bahkan tadi malam Bp. E hampir tiap jam terbangun karena batuk. Bp. E
juga mengatakan dadanya sesak untuk bernafas, nafas menggeh menggeh dan
bunyi ngik-ngik.
b. Riwayat penyakit dahulu
Bpk. E pernah masuk rumah sakit dengan kasus yang sama karena sesak pada saat
bernapas, penyakit bpk.E kambuh jika terkena debu, dan bpk.E terlalu banyak
pikiran. Bpk.E mempunyai kebiasaan minum kopi setiap pagi hari sebelum pergi
kesawah.
c. Riwayat penyakit keluarga
Bpk.E mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama seperti bpk.E
4. Kebutuhan dasar klien
1. Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit bpk.E masih bisa melakukan aktifitas seperti biasa, bertani dan
dilakuan setiap hari. Setelah sakit klien tidak dapat melakukakan aktivitasnya,
karena apabila bekerja terlalu keras sesak napas klien kambuh.
2. Tidur dan istirahat
Sebelum sakit klien tidak ada masalah dengan aktivitas tetapi setelah sakit aktivitas
tidur klien tertanggu karena batuk terus menerus disertai dahak yang yang begitu
kental dan sulit dikeluarkan sehingga bpk.E tidak bisa tidur nyenyak dan hampir
tiap jam terbangun karena batuk.
3. Nutrisi
Sebelum dan selama sakit klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi dewasa
normal. dengan berat badan normal. Tapi selama sakit klien makan dibantu oleh
keluarga dengan intensitas 3x sehari dengan porsi dewasa normal.
4. Cairan elektrolit asam dan basa
Sebelum klien sakit klien mengatakn ia minum 8 gelas sehari sebanyak 2,5liter dan
setelah sakit klien juga mengatakn minumnya tetap 8 gelas sehari dengan intensitas
2,5 liter.
5. Oksigenasi
Sebelum sakit klien tidak memerlukan alat bantu pernapasan, setelah sakit klien
memerlukan alat bantu pernapasan oksigen masker 6-10 liter/ menit.
6. Eliminasi fekal/bowel
Sebelum dan selama sakit klien mengatakan BAB lancar dan fesesnya berwarna
kuning padat dengan intensitas 1x/hari.
7. Eliminasi urin
Sebelum sakit frekuensi berkemih 5-6x sehari, jumlah urin klien 250cc/hari, berbau
khas, warna kuning jernih. Setelah sakit klien tidak mempunyai masalah dengan
urin.
8. Sensori, persepsi dan kognitif
Sebelum dan selama sakit klien dapat melihat dengan jarak yang normal,
pendengaran klien juga normal, penciuman klien juga normal sensasi taktil klien
normal dan pengecapan klien juga normal.
ANALISA DATA
Data fokus
Ds:
Etiologi
Sekret
serta
dikeluarkan.
susah
Problem
yang Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
Bpk.E
mengatakan
dadanya
sesak
bernapas
dan
untuk
terdengar
terbanguna
karena
batuk.
stres
Ansietas
Ds: istri bpk.E mengatakan
sejak
dari
memiliki
dulu
sesak
bpk.E
napas
bila
saat
dilakukan Hiperventilasi
Ketidakefektifan
napas
Pola napas
whezing
ekspirasi
TD : 130/90 mmHg
N
: 98x/menit
: 370C
RR : 26x/menit
saat