Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Asma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas) (Polaski :
1996).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif (bersifat menghambat, menyumbat)
intermiten (terjadi berkala setelah interval tertentu), reversibel dimana trakea dan bronkhi
berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Status asmatikus adalah suatu asma yang sukar disembuhkan dengan obat-obatan
yang konvensial (Dr. H. Tabrani Rab: 1996). Status asmatikus adalah kedaruratan yang
mengancam kehidupan, merupakan serangan asma yang berat dan berlangsung lebih
lama dari pada biasanya serta tidak memberikan respons terhadap terapi yang diberikan
(Lorenz: 1991).
B. Etiologi
1. Mekanisme pemacu serangan akut teerjadi bermacam-macam : alergen, kerja fisik,
insfeksi virus pada jalan nafas, ketegangan emosional, perubahan iklim dan beberapa
janis obat sepreti aspirin.
2. Ketidak seimbangan modulasi adenergic dan kolinergic dari broncus.
3. Sering terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, anak laki-laki sering terkena dari
pada anak perempuan.
4. Biasanya mempunyai alergi dengan kadar IgE meninggi (asma atopic/aksentrik
berkaitan dengan keadaan alergi lain sperti eksema fifer).
5. Asma instrinsik terjadi pada penderita non atopic yang lebih tua.

C. Anatomi Fisiologi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen
kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO 2 sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh.

Saluran pernafasan dibagi menjadi 2 zona yaitu :


1)
Zona konduksi
Terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus dan bronkus terminalis.
2)
Zona respiratorik
Terdiri dari bronkiali respiratorik, duktus alveoli dan sakus alveoli.
Mekanisme pernafasan yaitu :
1) Ventilasi
Proses inspirasi
Proses ekspirasi
2)
Difusi
Yaitu perpindahan O2 dan CO2 melalui membran alveoli dan pertukaran O 2 dan CO2 dari
alveoli dan kapiler.
3) Transportasi
Yaitu Peredaran O2 ke seluruh tubuh ke dalam darah perifer, udara yang masuk melalui
rongga hidung akan disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel
yang halus disaring dalam lapisan mukosa.
Trakea panjangnya kira-kira 9cm berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian
vertebrata torak jalis kelima dan bercabang menjadi dua bronkus dan trakea yang
tersusun 16-20 lingkaran berupa tulang rawan yang diikat jaringan fibrosa ke atas laring.
Maka dengan gerakan ini debu dan butir halus lainnya turut masuk bersama pernafasan
dapat dikeluarkan tulang rawan yang digunakan untuk mempertahankan agar trakea tetap
terbuka disebelah belakang tidak tersambung.
Bronkus terbentuk dari dua belahan trakea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis mempunyai serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus
kanan lebih besar dan pendek dari pada bronkus kiri yang sedikit lebih tinggi dari arteri
pulkonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas. Cabang
kedua timbul setelah cabang utama lewat ke bawah arteri bronkus lobus bawah.
D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhiolus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003) Pada
asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen

maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor - faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus
dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat. (Tanjung, 2003) Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama
ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi
paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan
baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003)
1)

Pencetus serangan (alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)

2)

Kontraksi otot polos

3)

Edema mukusa

4)

Hipersekresi

5)

Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi)

6)

Hipoventilasi

7)

distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru

8)

Gangguan difusi gas di alveoli

9)

Hipoxemia

10)

Hiperkarpia
P Etiologi: Allergen masuk ke dalam tubuh

Merangsang sel plasma

Ig E

Sejumlah mediator (histamine, neokotrien, factor pengaktifasi platelet, bradikinin dll)

Permeabilitas kapiler meningkat

Produksi mucus meningkat (pembengkakan mukosa bronchial dan pengentalan sekresi)

Diameter bronchial menurun

Abnormalitas ventilasi perfusi

Hipoksemia dan respirasi alkalosis

Respirasi asidosis

Pathway

E. Manifestasi Klinik
1. Gejala yang menonjol,sukar bernafas, yang timbul intermiten dan wheezing pada
2.
3.
4.
5.
6.
7.

waktu inspirasi, lebih sering terutama pada malam hari.


Batuk-batuk dengan lendir yang lengket : kesulitan pada ekspektoransi
Gelisah, usaha bernafas dengan keras.
Bernafas melalui sela-sela bibir
Sianosis
Takipnea
Nadi cepat

F. Komplikasi
1. Komplikasi yang ditimbulkan oleh status asmatikus adalah
2. Atelaktasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks Ventil
5. Emfisema
6. Gagal napas.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Semua penderita yang dirawat inap di rumah sakit memperlihatkan keadaan obstruktif
jalan napas yang berat.Perhatian khusus harus diberikan dalam perawatan, sedapat mungkin
dirawat oleh dokter dan perawat yang berpengalaman. Pemantauan dilakukan secara tepat
berpedoman secara klinis, uji faal paru ( APE ) untuk dapat menilai respon pengobatan
apakah membaik atau justru memburuk. Perburukan mungkin saja terjadi oleh karena
konstriksi bronkus yang lebih hebat lagi maupun sebagai akibat terjadinya komplikasiseperti
infeksi, pneumothoraks, pneumomediastinum yang sudah tentu memerlukan pengobatan
lainnya. Efek samping obat yang berbahaya dapat terjadi pada pemberian drips aminofilin.
Dokter yang merawat harus mampu dengan akurat menentukan kapan penderita meski
dikirim ke unit perawatan intensif.
Penderita status asmatikus yang dirawat inap di ruangan, setelah dikirim dari UGD
dilakukan penatalaksaanan sebagai berikut.
1)

Pemberian terapi oksigen dilanjutkan


Terapi oksigen dilakukan megnatasi dispena, sianosis, danhipoksemia.Oksigen aliran

rendah yang dilembabkan baik dengan masker Venturi atau kateter hidung diberikan.Aliran
oksigen yang diberikan didasarkan pada nilai nilai gas darah.PaO 2 dipertahankan antara 65
dan 85 mmHg.Pemberian sedative merupakan kontraindikasi.Jika tidak terdapat respons
terhadap pengobatan berulang, dibutuhkan perawatan di rumah sakit.
2)

Agonis 2
Dilanjutkan dengan pemberian inhalasi nebulasi 1 dosis tiap jam, kemudian dapat

diperjarang pemberiannya setiap 4 jam bila sudah ada perbaikan yang jelas. Sebagian
alternative lain dapat diberikan dalam bentuk inhalasi dengan nebuhaler / volumatic atau
secara injeksi. Bila terjadi perburukan, diberikan drips salbutamol atau terbutalin.
3)

Aminofilin
Diberikan melalui infuse / drip dengan dosis 0,5 0,9 mg/kg BB / jam. Pemberian per

drip didahului dengan pemberian secara bolus apabila belum diberikan. Dosis drip aminofilin
direndahkan pada penderita dengan penyakit hati, gagal jantung, atau bila penderita
menggunakan simetidin, siprofloksasin atau eritromisin. Dosis tinggi diberikan pada

perokok.Gejala toksik pemberian aminofilin perlu diperhatikan.Bila terjadi mual, muntah,


atau anoreksia dosis harus diturunkan.Bila terjadi konfulsi, aritmia jantung drip aminofilin
segera dihentikan karena terjadi gejala toksik yang berbahaya.
4)

Kortikosteroid
Kortikosteroid dosis tinggi intraveni diberikan setiap 2 8 jam tergantung beratnya

keadaan serta kecepatan respon. Preparat pilihan adalah hidrokortison 200 400 mg dengan
dosis keseluruhan 1 4 gr / 24 jam. Sediaan yang lain dapat juga diberikan sebagai
alternative adalah triamsiolon 40 80 mg, dexamethason / betamethason 5 10 mg. bila
tidak tersedia kortikosteroid intravena dapat diberikan kortikosteroid per oral yaitu
predmison atau predmisolon 30 60 mg/ hari.
5)

Antikolonergik
Iptropium bromide dapt diberikan baik sendiri maupun dalam kombinasi dengan

agonis 2 secara inhalasi nebulisasi terutama penambahan penambahan ini tidak diperlukan
bila pemberian agonis 2 sudah memberikan hasil yang baik.
6)

Pengobatan lainnya
a. Hidrasi dan keseimbangan elektrolit
Dehidrasi hendaknya dinilai secara klinis, perlu juga pemeriksaan elektrolit serum,

dan penilaian adanya asidosis metabolic.Ringer laktat dapat diberikan sebagai terapi awal
untuk dehidrasi dan pada keadaan asidosis metabolic diberikan Natrium Bikarbonat.
b. Mukolitik dan ekpetorans
Walaupun manfaatnya diragukan pada penderita dengan obstruksi jalan berat
ekspektorans seperti obat batuk hitam dan gliseril guaikolat dapat diberikan, demikian juga
mukolitik bromeksin maupun N-asetilsistein.
c. Fisioterapi dada
Drainase postural, fibrasi dan perkusi serta teknik fisioterapi lainnya hanya dilakukan
pada penderita hipersekresi mucus sebagai penyebab utama eksaserbasi akut yang terjadi.
d. Antibiotic
Diberikan kalau jelas ada tanda tanda infeksi seperti demam, sputum purulent
dengan neutrofil leukositosis.
e. Sedasi dan antihistamin

Obat obat sedative merupakan indikasi kontra, kecuali di ruang perawatan


intensif.Sedangkan antihistamin tidak terbukti bermanfaat dalam pengobatan asma akut berat
malahan dapat menyebabkan pengeringan dahak yang mengakibatkan sumbatan bronkus.

Penatalaksanaan lanjutan
Setelah diberikan terapi intensif awal, dilakukan monitor yang ketat terhadap respon

pengobatan dengan menilai parameter klinis seperti sesak napas, bising mengi, frekuensi
napas, frekuensi nadi, retraksi otot bantu napas. APE, fotothoraks, AGD, kadar serum
aminofilin, kadar kalium dan gula darah diperiksa sebagai dasar tindakan selanjutnya.

Indikasi perawatan intensif


Penderita yang tidak menunjukkan respon terhadap terapi intensif yangdiberikan

perlu dipikirkan apakah penderita akan dikirim ke unit perawatan intensif. Adapun penderita
yang memerlukan perawatan intensif yaitu:
a. Terdapat tanda- tanda kelelahan
b. Gelisah, bingung, kesadaran menurun
c. Terjadi henti napas ( PaO2< 40 mmHg atau PaCO2> 45 mmHg ) sesudah pemberian

oksigen.
Penatalaksanaan lanjutan diruangan
Pada penderita yang telah menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan, terapi

intensif dilanjutkan paling sedikit 2 hari.Pada 2 5 hari pertama semua pengobatan intravena
diganti, diberikan steroid oral dan aminofilin oral serta agonis 2 dengan inhaler dosis terukur
6 8 x/ hari atau preparat oral 3 4 x/hari. Pada hari 5 10, steroid oral ( predmison,
predmisolon ) diturunkan, obat agonis 2 dan aminofilin diteruskan.
H. Pemeriksaan Penunjang
1)
Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum pada penderita
asma akan didapati :
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
1.

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinopil.

2. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.
3. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

4. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
1. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, atau asidosis.
2. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
3. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
4. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu
serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
2)

Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan

menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a.

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
d. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
e. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
3)

Pemeriksaan tes kulit


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi yang positif pada asma.


4)

Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3

bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
a. perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.

b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right


bundle branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES
atau terjadinya depresi segmen ST negative.
5)

Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara

selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.


6)
Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1
atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Pengkajian
1. Pengkajian Kritis
a) AIRWAY
Pengkajian:
Pada pasien dengan status asmatikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan

nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asmatikus ini
memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit
yang dapat diperoleh.
Diagnose keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d penumpukan sputum
Intervensi :

Amankan pasien ke tempat yang aman


o R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk

pasien
Kaji tingkat kesadaran pasien
o R/ dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk

mengetahui tingkat kesadaran pasien


Segera minta pertolongan
o R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih

intensif
Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien
o R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan

sekret
Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah
telungkup dan membuka mulutnya
o R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas

b) BREATHING
Pengkajian :
Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien
untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh.Namun pada status asmatikus pasien
mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas.Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha
ventilasi pasien tidak efektif.Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat
sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan
dalam bergerak.Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x /
menit.Pantau adanya mengi.
Diagnose keperawatan :
Ketidakefektifan pola napas b/d penurunan kemampuan bernapas

Intervensi :

Kaji usaha dan frekuensi napas pasien


o R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien
Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta pipi ke
mulut pasien
o R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien
Pantau ekspansi dada pasien
o R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien
c) CIRCULATION

Pengkajian :
Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka
jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan
adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit.Terjadi pula penurunan tekanan darah
sistolik pada waktu inspirasi.Pulsus paradoksus, lebih dari 10 mmHg. Arus puncak ekspirasi
(APE) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang
dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji
pada tahap circulation ini.

Diagnose Keperawatan :
perubahan perfusi jaringan perifer b/d kekurangan oksigen
Intervensi :

Pantau tanda tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi jugularis
o R/ mengetahui masih adanya denyut nadi yang teraba
d) DISABILITY

Pengkajian :
Pada tahap pengkajian ini diperoleh hasil bahwa pasien dengan status asmatikus mengalami
penurunan kesadaran. Disamping itu pasien yang masih dapat berespon hanya dapat
mengeluarkan kalimat yang terbata bata dan tidak mampu menyelesaikan satu kalimat
akibat usaha napas yang dilakukannya sehingga dapat menimbulkan kelelahan .Namun pada
penurunan kesadaran semua motorik sensorik pasien unrespon.

e) EXPOSURE
Pengkajian :
Setelah tindakan pemantauan airway, breathing, circulation, disability, dan exposure
dilakukan, maka tindakan selanjutnya yakni transportasi ke rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan yang lebih intesif.
2. Pengkajian
a. Identitas klien
1). Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.


Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.

2). Riwayat kesehatan sekarang : keluhan sesak napas, keringat dingin.


3). Riwayat keluarga: riwayat keturunan
4). Status mental : lemas, takut, gelisah
5). Kebutuhan dasar klien
1. Aktivitas dan Latihan
Biasanya terganggu karna batuk atau sesak.
2. Tidur dan istirahat
Pada klien asma mengalami gangguan (< 8 jam/hari) karena sesak dan batuk yang
dialami.
3. Nutrisi
Konsumsi makanan perlu diperhatikan karena penyakit asma juga dapat disebabkan
oleh makanan yang menyebabkan alergi
4. Cairan dan elektrolit
Biasanya tidak ada gangguan.
5. Oksigenasi
Biasanya klien membutuhkan alat bantu pernapasan.
6. Eliminasi fekal/bowel
Pada klien dengan penyakit asma tidak ada perubahan pada pola eliminasi, buang
air kecil 4 x/hari, warna urin kuning jernih, bau aroma khas, konsistensi cair jernih.
7. Eliminasi urin
Pada klien dengan penyakit asma tidak ada perubahan pada pola eliminasi, buang
air besar 1-3 x/hari, warna coklat, konsistensi lunak, dan berbentuk bau aromatik
(dipengaruhi oleh makanan yang dimakan).
8. Sensori, persepsi dan kognitif

Klien biasanya merasa cemas dengan keadaan yang dialami dan juga resiko yang
terjadi bila timbul kekambuhan. Dan biasanya tidak ada gangguan dalam
penginderaan.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.

Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.


Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d susah makan

C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa

Tujuan

Rencana tindakan

Rasionalisasi

keperawatan
1. Tidak efektifnya

Setelah diberi

- Auskultasi bunyi

-Mengetahui

bersihan jalan nafas

tindakan perawatan

nafas ,catat adanya

luasnya obstruksi

berhubungan

selama 3x 24 jam

bunyi mengi, ronkhi

oleh mukus

dengan akumulasi

jalan nafas pasien

mukus

efektif , dengan KE: -Pantau frekuensi

-Mengetahui tanda

-Bunyi jalan nafas

pernafasan.catat rasio

stress pernafasan

bersih/jelas

inspirasi/ expirasi

-Pasien bisa batuk


efektif dan

-Beri posisi nyaman,

-Sekresi bergerak

mengeluarkan

misal:peninggian

sesuai gaya

sekret

kepala tempat

gravitasi akibat

tidur,duduk pada

perubahan posisi

sandaran tempat tidur

dan meningkatkan
kepala tempat tidur
akan memindahkan
isi perut menjauhi
diafragma sehingga
memungkinkan

diafragma untuk
berkontraksi
-Beri pasien 6-8

-Mengencerkan

gelas /hari kecuali ada

sekret.

indikasi lain
-Ajarkan dan berikan

-Mengeluarkan

dorongan penggunaan

sekret dan

teknik pernafasan

meningkatkan

diafragma dan batuk

patensi jalan nafas

-Lakukan drainage

-Merontokkan

postural dengan

sekret agar mudah

perkusi dan fibrasi

dikeluarkan

pada pagi dan malam


sesuai yang
diharuskan
-Instruksikan pasien

- Tidak merangsang

menghindari iritan

pembentukan

seperti asap , asap

mukus lagi

rokok, aerosol, cuaca


dingin
-Beri bronkodilator

-Memfasilitasi

sesuai therapi

pergerakan sekret.

2. Tidak efektifnya

Setelah diberi

-Observasi perubahan

-Menentukan

pola nafas

tindakan perawatan

pada RR dan

adekuatnya pola

berhubungan

selama 3x24 jam

dalamnya pernafasan

nafas yang berefek

dengan penurunan

pola nafas pasien

pada suplai O2 yang

ekspansi paru.

efektif, dengan KE:

masuk

-Tanda-tanda vital
dalam batas normal

-Atur pemberian

-Suplai O2 yang

-Tidak terjadi

oksigen

cukup akan

sianosis dan tanda

mengurangi kerja

hipoksia

pernafasan

-Bunyi nafas bersih


-Dorong nafas dalam

-Memfasilitasi

perlahan atau nafas

pernafasan yang

bibir sesuai

dalam sehingga O2

kemampuan

yang masuk lebih


banyak

-Beri

bronkodilator -Meningkatkan

sesuai therapy

diameter jalan nafas


sehingga
mengurangi kerja
pernafasan

-Observasi tanda

-Mengetahui

vital, dan warna

adekuatnya suplai

membrane mukosa

O2 ke paru-paru dan

kulit

jaringan
-Mengoptimalkan

-Beri posisi

kontraksi diafragma

duduk(fowler)

3.Intoleransi

Setelah diberi

-Evaluasi respon

-Menentukan

aktivitas b/d

tindakan perawatan

pasien terhadap

kemampuan pasien

kelemahan fisik

selama 3x24 jam

aktivitas

pasien

dalam melakukan
aktivitas

menunjukkan
peningkatan

-Catat adanya

-Menentukan

toleransi terhadap

dispnea, peningkatan

periode istirahat

aktivitas, dengan

kelelahan dan

pasien dan aktivitas

KE:

perubahan tanda vital

yang menimbulkan

-Pasien dapat dan

selama dan setelah

kelelahan pasien.

mau melakukan

aktivitas.

aktivitas sesuai
kemampuannya

-Berikan kepada

-Memenuhi

-Tanda tanda vital

pasien aktivitas sesuai

kebutuhan pasien

dalam batas normal

kemampuannya

tanpa menimbulkan
kelelahan

-Pertahankan obyek

-Memudahkan

yang digunakan

pasien dalam

pasien agar mudah

penggunaan

terjangkau

sehingga
mengurangi
penggunaan O2

-Bantu pasien

-Semua kebutuhan

melakukan aktivitas

pasien dapat

dengan melibatkan

terpenuhi

keluarga
-Observasi vital sign

-Tanda vital yang

4. Cemas

Setelah diberi

berhubungan

tindakan perawatan

normal mendukung

dengan kurangnya

2x 30 menit rasa

pasien untuk

informasi

cemas pasien

beraktivitas

berkurang dengan,

-Kaji tingkat cemas

-Petunjuk intervensi

KE :

pasien (ringan,

-Pasien mengatakan

sedang, berat, panik)

yang terapeutik

sudah bisa bernafas


-Pasien mengatakan

-Bantu pasien

-Bisa

merasa nyaman

menggunakan koping

menghilangkan

-Pasien tidak

yang efektif

cemas ,membantu

gelisah dan merasa

pasien

aman

menggunakan
pikiran yang sehat
kedepan.
-Berikan informasi

-Pengetahuan

tentang tindakan dan

meningkat akan

prosedur therapy yang mengurangi cemas


dilakukan
-Tetap disamping

-Membantu

pasien selama fase

mengurangi rasa

akut

cemas

-Lakukan prosedur

-Sesak dan produksi

terapi sesuai advis

mukus berkurang

kebutuhan tubuh b/d tidak mengalami

-Beri informasi

-Pasien termotivasi

susah makan

perubahan nutrisi

tentang pentingnya

untuk mau makan

kurang dari

nutrisi untuk

kebutuhan tubuh

pemulihan

5.

Resiko

perubahan
kurang

tinggi

Setelah diberikan

nutrisi tindakan perawatan


dari 1x 24 jam pasien

dengan KE:
-Pasien mau makan

-Anjurkan keluarga

-Kebutuhan pasien

-Sesak nafas dan

untuk membantu

akan nutrisi

batuk berkurang

pasien makan

terpenuhi

-Pasien tahu
pentingnya nutrisi

-Beri diet lunak TKTP -Makanan mudah

untuk pemulihan

dicerna dan
kebutuhan kalori
terpenuhi

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
KASUS
Bpk. E 57 tahun datang ke RS. Harapan karena sejak tadi malam batuk-batuk terus
menerus disertai dahak yang begitu kental dan sulit untuk di keluarkan sehingga bpk. E
tidak bisa tidur nyenyak bahkan tadi malam bpk.E hampir tiap jam terbangun karena batuk.
Bpk. E juga mengatakan dadanya sesak untuk bernafas, nafas menggeh-menggeh dan
bunyi ngik-ngik. Istri bpk.E mengatakan sejak dari dulu pk. E memiliki sakit nafas,
biasanya sesak nafas bpk E kambuh jika udara dingin atau ada debu serta jika bpk. E
terlalu banyak pikiran.
Saat dilakukan pengkajian terdapat suara nafas whezing saat ekspirasi,
RR : 26x/menit,
S

: 370C,

N : 98x/menit,
TD : 130/90mmHg.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama
Usia

:
:

Bpk.E
57 Tahun

Diagnosa medis

Status Asmatikus

2. Pengkajian Primer
a. Airway: Pasien tampak sesak, adanya sputum pada jalan napas
b. Breathing: RR: 29x/menit
c. Circulation: Nadi: 88x/menit, TD: 110/70mmHg
d. Disability: GCS: E4V5M6
e. Exposure: -

3. Pengkajian Sekunder
Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang:
Bp. E mengeluh sejak tiga malam yang lalu batuk terus menerus disertai dahak
yang begitu kental dan sulit untuk dikeluarkan sehingga Bp. E tidak bisa tidur
nyenyak bahkan tadi malam Bp. E hampir tiap jam terbangun karena batuk. Bp. E
juga mengatakan dadanya sesak untuk bernafas, nafas menggeh menggeh dan
bunyi ngik-ngik.
b. Riwayat penyakit dahulu
Bpk. E pernah masuk rumah sakit dengan kasus yang sama karena sesak pada saat
bernapas, penyakit bpk.E kambuh jika terkena debu, dan bpk.E terlalu banyak
pikiran. Bpk.E mempunyai kebiasaan minum kopi setiap pagi hari sebelum pergi
kesawah.
c. Riwayat penyakit keluarga
Bpk.E mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang
sama seperti bpk.E
4. Kebutuhan dasar klien
1. Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit bpk.E masih bisa melakukan aktifitas seperti biasa, bertani dan
dilakuan setiap hari. Setelah sakit klien tidak dapat melakukakan aktivitasnya,
karena apabila bekerja terlalu keras sesak napas klien kambuh.
2. Tidur dan istirahat

Sebelum sakit klien tidak ada masalah dengan aktivitas tetapi setelah sakit aktivitas
tidur klien tertanggu karena batuk terus menerus disertai dahak yang yang begitu
kental dan sulit dikeluarkan sehingga bpk.E tidak bisa tidur nyenyak dan hampir
tiap jam terbangun karena batuk.
3. Nutrisi
Sebelum dan selama sakit klien mengatakan makan 3x sehari dengan porsi dewasa
normal. dengan berat badan normal. Tapi selama sakit klien makan dibantu oleh
keluarga dengan intensitas 3x sehari dengan porsi dewasa normal.
4. Cairan elektrolit asam dan basa
Sebelum klien sakit klien mengatakn ia minum 8 gelas sehari sebanyak 2,5liter dan
setelah sakit klien juga mengatakn minumnya tetap 8 gelas sehari dengan intensitas
2,5 liter.
5. Oksigenasi
Sebelum sakit klien tidak memerlukan alat bantu pernapasan, setelah sakit klien
memerlukan alat bantu pernapasan oksigen masker 6-10 liter/ menit.
6. Eliminasi fekal/bowel
Sebelum dan selama sakit klien mengatakan BAB lancar dan fesesnya berwarna
kuning padat dengan intensitas 1x/hari.
7. Eliminasi urin
Sebelum sakit frekuensi berkemih 5-6x sehari, jumlah urin klien 250cc/hari, berbau
khas, warna kuning jernih. Setelah sakit klien tidak mempunyai masalah dengan
urin.
8. Sensori, persepsi dan kognitif
Sebelum dan selama sakit klien dapat melihat dengan jarak yang normal,
pendengaran klien juga normal, penciuman klien juga normal sensasi taktil klien
normal dan pengecapan klien juga normal.
ANALISA DATA
Data fokus
Ds:

Etiologi
Sekret

- Sejak dua malam bpk.E tertahan/sisa sekret


batuk terus menerus dan
disertai dahak yang begitu
kental

serta

dikeluarkan.

susah

Problem
yang Ketidakefektifan
bersihan jalan napas

Bpk.E

mengatakan

dadanya

sesak

bernapas

dan

untuk
terdengar

suara napas tambahan.

Suhu dan kelembapan


lingkungan sekitar

Gangguan pola tidur

Ds: bpk.E tidak bisa tidur


nyenyak karena hampir tiap
jam

terbanguna

karena

batuk.

stres
Ansietas
Ds: istri bpk.E mengatakan
sejak

dari

memiliki

dulu
sesak

bpk.E
napas

biasanya sesak napas bpk.E


kambuh jika udara dingin
atau ada debu serta

bila

bpk.E terlalu banyak pikiran


Do:

saat

dilakukan Hiperventilasi

pengkajian terdapat suara

Ketidakefektifan

napas

Pola napas

whezing

ekspirasi
TD : 130/90 mmHg
N

: 98x/menit

: 370C

RR : 26x/menit

saat

Anda mungkin juga menyukai