Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram
atau kurang, dari ibunya yang kira kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan
(Moore, 2001).
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Liewollyn, 2002).
B. Epidemiologi
Frekuensi Abortus sukar ditentukan karena Abortus buatan banyak tidak dilaporkan,
kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang hanya disertai gejala
dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan kejadian ini dianggap
sebagai terlambat haid. Diperkirakan frekuensi Abortus spontan berkisar 10-15%.
Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan wanita yang hamil sangat
dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak mengetahui
kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun, dengan
demikian setiap tahun 500.000-750.000 abortus spontan.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta Abortus dilakukan
setiap tahun di Asia Tenggara, dengan perincian :
1,3 juta dilakukan di Vietnam dan Singapura
antara 750.000 sampai 1,5 juta di Indonesia
antara 155.000 sampai 750.000 di Filipina
antara 300.000 sampai 900.000 di Thailand
Di perkotaan Abortus dilakukan 24-57% oleh dokter,16-28% oleh bidan/ perawat, 1925% oleh dukun dan 18-24% dilakukan sendiri. Sedangkan di pedesaan Abortus dilakukan
13-26% oleh dokter, 18-26% oleh bidan/perawat, 31-47% oleh dukun dan 17-22%
dilakukan sendiri.
Cara Abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah berturut-turut: kuret
isap (91%), dilatasi dan kuretase (30%) sertas prostaglandin / suntikan (4%). Abortus yang
dilakukan sendiri atau dukun memakai obat/hormon (8%), jamu/obat tradisional (33%),
alat lain (17%) dan pemijatan (79%).
Data dan lapangan menunjukkan bahwa ternyata sekitar 70-80% wanita yang meminta
tindakan aborsi legal ternyata dalam status menikah, karena tidak menginginkan

kehamilannya. Sisanya antara lain dan kalangan remaja puteri, yang walaupun lebih sedikit
namun menunjukkan kecenderungan meningkat, terutama di kota besar atau di daerah
tertentu seperti di Sulawesi Utara dan Bali. Bila ditinjaulebih lanjut, penyebab kehamilan
yang tidak diinginkan antara lain meliputi kegagalan KB, alasan ekonomi, kehamilan di
luar nikah atau kehamilan akibat perkosaan dan insest.
Abortus terkomplikasi berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%. Data tersebut
seringkali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan atau sepsis. Data
lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60-70% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan,
dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut, atau sekitar 35-40% dan seluruh
kematian ibu, disebabkan oleh perdarahan postpartum. Sekitar15-20% kematian ibu
disebabkan oleh sepsis. Manajemen aktif kala III dalam persalinan normal dikatakan dapat
mencegah sekitar 50% perdarahan postpartum,atau sekitar 17-20% kematian ibu. Dengan
demikian, paket intervensi berupa pelayanan paska keguguran dan pertolongan persalinan
yang bersih dengan manajemen aktif kala III dapat berkontribusi dalam mencegah
kematian ibu sampai sekitar 50%.
C. Etiologi
Sebab-sebab abortus tersebut antara lain:
a. Etiologi dari keadaan patologis
Abortus spontan terjadi dengan sendiri atau yang disebut dengan keguguran.Prosentase
abortus ini 20% dari semuajenis abortus. Sebab-sebab abortus spontan yaitu :
1. Faktor Janin
Perkembangan zigot abnormal. Kondisi ini menyebabkan kelainan pertumbuhan
yang sedemikian rupa sehingga janin tidak mungkin hidup terus. Abortus spontan
yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang kemungkinannya kalau
kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya
abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum. Beberapa sebab
abortus adalah :
a. Kelainan kromosom
Pada umumnya kelainan kromosom yang terbanyak mempengaruhi terjadinya
aborsi adalah Trisomi dan Monosomi X. Trisomi autosom terjadi pada abortus

trisemester pertama yang disebabkan oleh nondisjuntion atau inversi kromosom.


Sedangkan pada monosomi X (45, X) merupakan kelainan kromosom tersering
dan memungkinkan lahirnya bayi perempuan hidup (sindrom Turner).
b. Mutasi atau faktor poligenik
Dari kelainan janin ini dapat dibedakan dua jenis aborsi, yaitu aborsi aneuploid
dan aborsi euploid. Aborsi aneuploid terjadi karena adanya kelainan kromosom
baik kelainan struktural kromosom atau pun komposisi kromosom. Sedangkan
pada abortus euploid, pada umumnyanya tidak diketahuai penyebabnya. Namun
faktor pendukung aborsi mungkin disebabkan oleh : kelainan genetik, faktor ibu,
dan beberapa faktor ayah serta kondisi lingkungan (Williams, 2006)
2. Faktor Ibu
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
a) Infeksi yang terdiri dari :
1. Infeksi akut
a. Virus, misalnya cacar, rubella, dan hepatitis.
b. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
c. Parasit, misalnya malaria.
2 Infeksi kronis
a. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
b. Tuberkulosis paru aktif.
b) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
c) Penyakit kronis, misalnya :
-

hipertensi jarang menyebabkan abortus di bawah 80 minggu,

nephritis

diabetes angka abortus dan malformasi congenital meningkat pada


wanita dengan diabetes. Resiko ini berkaitan dengan derajat control
metabolic pada trisemester pertama.

anemia berat

penyakit jantung

toxemia gravidarum yang berat dapat menyebabkan gangguan sirkulasi


pada plasenta

d) Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan dapat menimbulkan abortus


e) Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang pendek, retro flexio
utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat menimbulkan abortus.
f) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan
hiperemia dan abortus
g) Uterus terlalu cepat meregang (kehamilan ganda, mola)
3. Pemakainan obat dan faktor lingkungan
a. Tembakau
Merokok dapat meningkatkan resiko abortus euploid. Wanita yang merokok lebih
dari 14 batang per hari memiliki resiko 2 kali lipat dobandingkan wanita yang
tidak merokok.
b. Alkohol
Abortus spontan dapat terjadi akibat sering mengkonsumsi alkohol selama 8
minggu pertama kehamilan.
c. Kafein
Konsumsi kopi dalam jumlah lebih daari empat cangkir per hari tampak sedikit
meningkatkan abortus spontan
d. Radiasi
e. Kontrasepsi
alat kontrasepsi dalam rahim berkaitan dengan peningkatan insiden abortus septik
setelah kegagalan kontasepsi.
f. Toxin lingkungan
pada sebagian besar kasus, tidak banyak informasi yang menunjukkan bahan
tertentu di lingkungan sebagai penyebab. Namun terdapat buktibahwa arsen,
timbal, formaldehida, benzena dan etilen oksida dapat menyebabkan abortus
(Barlow, 1982)
4. Faktor Imunologis
a. Autoimun
b. Alloimun
5. Faktor ayah

Translokasi kromosom pada sperma dapat mnyebabkan abortus.(William, 2006)


b. Etiologi non-patologis misalnya : aborsi karena permintaan wanita yang bersangkutan.
D. Patofisiologis
Patofisiologi abortus dimulai dari perdarahan pada desidua yang menyebabkan necrose
dari jaringan sekitarnya. Selanjutnya sebagian / seluruh janin akan terlepas dari dinding
rahim. Keadaan ini merupakan benda asing bagi rahim, sehingga merangsang kontraksi
rahim untuk terjadi eksplusi seringkali fatus tak tampak dan ini disebut Bligrted
Ovum.
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
E. Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi Vulva
Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari
vulva.
2. Inspekulo
Perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada atau tidak
jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari
ostium.
3. Colok vagina
Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam cavum
uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio
digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan
tidak nyeri.

F. Komplikasi
1) Perdarahan (haemorrogrie)
2) Perforasi
3) Infeksi dan tetanus
4) Payah ginjal akut
5) Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak) dan syok
septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
G. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2) Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

H. Penatalaksanaan
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a) Teknik bedah
1) Kuretose / dilatasi
Kurotase (kerokan) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase
(sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks. Mengan isi
uterus dengan mengerok isinya disebut kuretase tajam sedangang mengosongkan
uterus dengan vakum disebut kuretase isap .
2) Aspirasi haid

Aspirasi rongga endometrium menggunakan sebuah kanula karman 5 atau 6 mm


fleksibel dan tabung suntik, dalam 1 sampai 3 minggu setelah keterlambatan haid
disebut juga induksi haid, haid instan dan mini abortus.
3) Laporotomi
Pada beberapa kasus, histerotomi atau histerektomi abdomen untuk abortus lebih
disukai daripada kuretase atau induksi medis. Apabila ada penyakit yang cukup
significanpada uterus, histerektomi mungkin merupakan terpa ideal.
b) Teknik medis
1) Oksitosin
2) Prostaglandin
3) Urea hiperosomik
4) Larutan hiperostomik intraamnion

WOC ABORTUS

BAB IV
ANALISA KASUS
Ny. R usia 20 tahun, sudah menikah dan hamil pertama usia 20 minggu. Beberapa hari
lalu Ny. R merasa kram di perut, nyeri dan tiba-tiba mengalami perdarahan kemudian
Tn. R melarikan Ny. R ke RS. Dr. Soetomo. Sesampainya di RS, diagnosa Ny. R adalah

abortus. Anamnesa Ny. R menunjukkan suhu 39 o, tekanan darah 60/40 mmHg, Nadi
50x/menit dan lemah, Ny. R juga mengalami syok, dengan akral dingin, CRT > 2 detik.
Dari hasil laboratorium diketahui kadar Hb 5 gr/dL, leukosit 15.000.
A. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, usia, alamat, agama ,bahasa, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, dan
diagnosa medis. Ibu hamil pada usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun rentang terjadi aborsi pada kandungannya. Pendidikan dan
pekerjaan yang semakin berat akan meningkatkan resiko aborsi.
b. Keluhan utama
Dalam kasus abortus masalah yang banyak dikeluhkan pasien pada
umumnya adalah rasa nyeri pada bagian abdomen. Tingkat nyeri yang
dirasakan dapat menunjukkan jenis aborsi yang terjadi.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang dimonitor adalah riwayat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu(faktor pendukung terjadinya aborsi misalnya
mioma uteri) dan keluarga(faktor genetik), riwayat pembedahan ( seksio
sesaria atau tidak), riwayat penyakit yang pernah dialami(misal : hipertensi,
DM, typhoid, dll), riwayat kesehatan reproduksi, riwayat seksual, riwayat
pemakaian obat(misalnya : obat jantung), pola aktivitas sehari hari.
d. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breath)
- RR= 18 x/menit
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Tidak menggunakan alat bantu pernafasan
2) B2 (Blood)
- Tekanan darah : 60/40 mmHg
- Nadi : 50x/menit
- Suhu : 39o C
- Hb : 5 gr/Dl
- Leukosit
: 15.000
- Golongan darah : A
- Akral dingin
- CRT > 2 detik
3) B3 (Brain)
- Stupor, tidak mengalami gangguan tidur
4) B4 (Bladder) : 5) B5 (Bowel)

- Nyeri di daerah perut


- Penurunan nafsu makan
- Frekuensi BAB 1 x/hari, berbau khas, konsistensi padat
6) B6 (Bone)
- Turgor kulit baik
- Pergerakan dalam batas normal
7) Psikologis
- Ansietas
8) Sosial
Hubungan dengan suami dan keluarga
: baik
e. Pemeriksaan Laboratorium
Darah : leukosit naik
Hb : 5 gr/dL

15.000

f. Analisa Data
NO
1

DATA
S:-

ETIOLOGI

PROBLEM

Perdarahan

Resiko syok

O:
- Suhu 39o, hb 5 gr/dl

hemorrhagic
Hipovolemik

- Pasien mengeluarkan
banyak darah

Syok

- Darah yang keluar + 1


liter

S : Pasien merasa lemas

Perdarahan

O:
- Nadi lemah (50x/menit),

Anemia

pasien terlihat pucat


Kelemahan

Gangguan aktivitas

Gangguan aktivitas
3

S : Pasien mengeluh nyeri

Keguguran janin

di perut
Pasien merintih kesaki

nyaman : nyeri
Rangsangan pada uterus

O:
P= aborsi

Prostaglandin

Q= severe pain
R= abdomen

Gangguan rasa

Dilatasi serviks

S=(skala 8)
T=current

Nyeri

B. Diagnosa Keperawatan
1)

Resiko syok hemorrhagic b.d perdarahan

2)

Gangguan aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

3)

Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri

C. Rencana Asuhan Keperawatan

No

Resiko syok
Tidak terjadi
Mandiri :
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
hemorrhagic
devisit volume 1. Cek
Keperawatan
b.d Perdarahan cairan,
Airway,
1.
seimbang
Breathing,

Rasional
1. Sebagai
pertolonga
n pertama

antara intake

and

pada

dan output

Circulation

keadaan

baik jumlah

syok

maupun

2.Penderita

2. Mencegah

kualitas

dibaringkan

gangguan

dalam posisi

perfusi

trendelenburg,

serebral

yaitu posisi

dan untuk

telentang biasa

auto

dengan kaki

transfusi

sedikit tinggi
30 derajat
3. Monitor
kondisi TTV
tiap 2 jam

3.
Pengeluara
n cairan
pervaginal
sebagai
akibat

4. Monitor

abortus

input dan

memiliki

output cairan

karekteristi
k
bervariasi
4. Jumlah
cairan
ditentukan
dari jumlah

Kolaborasi :

kebutuhan

1. Berikan

harian

sejumlah

ditambah

cairan

dengan

pengganti

jumlah

harian(NaCl

cairan

D. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa
Resiko syok
hemorrhagi
c b.d
Perdarahan

Implementasi
Mandiri :

Evaluasi
S:-

1. Mengecek Airway, Breathing, and

O:

Circulation

- TD: 120/80mmHg, N:

2.Membaringkan pasien dalam posisi

72x/menit, RR:

trendelenburg, yaitu posisi telentang

16x/menit16x/menit

biasa dengan kaki sedikit tinggi 30

- Suhu 38o, hb 5 gr/dl

derajat

- Sudah tidak terjadi

3. Memonitor kondisi TTV tiap 2 jam

perdarahan

4. Memonitor input dan output cairan

A: Masalah belum

Kolaborasi :

teratasi

1. Memberikan sejumlah cairan

P: Lanjutkan intervensi

pengganti harian(NaCl 0.9%, RL,


Dekstran), plasma dan transfusi darah
2. Mengevaluasi status hemodinamika
3. Meningkatkan oksigenasi dapat
diberi oksigen 100% kira- kira 5 liter
pm melalui jalan nafas dan bila perlu
penderita diberi cairan bikarbonat

Gangguan
Aktivitas
b.d

natricus
Mandiri :

S : Pasien mengatakan

1. Memantau tingkat kemampuan klien

masih terasa lemas

untuk beraktivitas

O:

kelemahan,
penurunan
sirkulasi

2. Memonitor pengaruh aktivitas

- Nadi 72x/menit,

terhadap kondisi uterus/kandungan

pasienmasih terlihat

3. Membantu klien untuk memenuhi

pucat

kebutuhan aktivitas sehari-hari

A: Masalah belum

4. Membantu klien untuk melakukan

teratasi

tindakan sesuai dengan kemampuan /

P: Lanjutkan intervensi

kondisi klien
5. Mengevaluasi perkembangan

Gangguan
rasa
nyaman:
Nyeri b.d
Kerusakan
jaringan
intrauteri

kemampuan klien melakukan aktivitas


Mandiri :

S : Pasien mengeluh

1. Memonitor kondisi nyeri yang

nyeri di perut masih

dialami klien

terasa

Edukasi:

Pasien merintih

1. Menerangkan nyeri yang diderita

kesakitan

klien dan penyebabnya

O:

Kolaborasi :

P= aborsi

1. Melakukan kolaborasi pemberian

Q= severe pain

analgetika

R= abdomen
S=(skala 5)
T=current
A: Masalah belum
teratasi
P: Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai