Anda di halaman 1dari 30

Catatan Kuliah MA1223 Kalkulus Elementer II

Oki Neswan,Ph.D.,

Departemen Matematika-ITB

Bab 18 Persamaan Differensial


Persamaan Diferensial Orde 1
Persamaan Diferensial Linear Homogen
Persamaan Diferensial Nonhomogen
Penggunaan Pers. Diff. Orde 2

Pendahuluan
Persamaan diferensial sangat penting dan banyak digunakan
karena dapat mengungkapkan berbagai gejala perubahan dalam
bahasa matematika. Persamaan diferensial menjadi salah satu alat
utama dari matematika untuk memahami hukum-hukum alam.
Pada bab ini kita akan mempelajari persamaan diferensial orde 1
dan orde 2, yaitu persamaan yang memuat fungsi dan turunannya
sebagai variabelnya, dan metoda penyelesaiannya.
Beberapa penggunaan dari persamaan diferensial diberikan
sepanjang bab, untuk tiap tipe persamaan diferensial.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

1. Persamaan Diferensial Orde 1


Menurut Teorema Dasar Kalkulus, jika F(x) = f(x), maka
f(x)dx = F(x) + C.
Dalam bahasa diferensial, F(x) = f(x) ekuivalen dengan dF(x) =
f(x)dx, sehingga diperoleh
dF(x)= F(x) + C.
Sudut pandang ini akan sangat bermanfaat ketika
meneyelesaikan persamaan diferensial.
Apakah yang disebut persamaan diferensial? Perhatikan masalah
berikut.
Tentukan persamaan kurva yang melalui titik (1,2) dan
gradiennya pada tiap titik sama dengan dua kali absisnya.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

Contoh
Tentukan persamaan kurva yang melalui titik (1,2) dan gradiennya
pada tiap titik sama dengan dua kali absisnya.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

Masalah di atas dapat ditulis dalam bahasa


turunan/diferensial sebagai : tentukan fungsi y = f(x)
sehingga
df
= 2 x dan f ( 1) = 2
dx

Masalah ini dapat diselesaikan dalam dua cara pandang.


Pertama (integral): Persamaan dy/dx = g(x) memberikan bahwa y
adalah antirurunan dari g(x), y=g(x)dx. Jadi, y=x2+C.
Kedua (diferensial): Pandang dy/dx sebagai pembagian dua
diferensial. Apabila kedua sisi dikalikan dengan dx, maka
dy=2xdx. Akibatnya,
dy = 2xdx
y +C1= x2 + C2, atau
y = x2 + C
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

Jadi, solusi persamaan dy/dx = 2x adalah keluarga lengkungan y


= x2 + C. Kita pilih satu yang melalui (1,2).
2=(1)2 + C atau C = 1.
Dengan demikian solusinya adalah y = x2 + 1.
Persamaan seperti di atas, yaitu
persamaan yang menghubungkan fungsi
dan turunan pertamanya disebut
persamaan diferensial orde 1.
Bentuk umum:
F ( x, y, y ') = 0

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

Pemisahan Variabel
Persamaan diferensial orde 1 yang paling sederhana adalah
persamaan diferensial separable, di mana variabel-variabelnya
dapat dipisahkan pada tiap sisi dari persamaan. Persamaan
diferensial pada contoh sebelumnya termasuk tipe ini.
Bentuk umumnya adalah
g ( x) h ( y ) y ' = 0
dy
= g ( x) h ( y )
dx

F ( x, y , y ' ) = 0

dy sin x + x 2
=
dx
y
Bila kedua ruas dikalikan dengan ydx, diperoleh

Contoh lain:

ydy = (sin x + x 2 )dx.


Penyelesaian diperoleh dengan melakukan integral pada ke dua
ruas (lihat metoda kedua), kemudian disederhanakan.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

ydy = (sin x + x2)dx


Maka,

ydy = ( sin x + x ) dx
2

1
2

y 2 + C1 = cos x + 13 x3 + C2

y 2 = 2 ( cos x + 13 x 3 + C2 C1 )
y = 2 ( cos x + 13 x 3 + C2 C1 )

Solusi dapat diperiksa dengan substitusi balik ke persamaan


diferensial semula.
Heat Transfer (Hukum Pendinginan Newton), Hukum Peluruhan
Eksponensial dan Hukum Torricelli adalah beberapa diantara
banyak pemakaian persamaan diferensial yang termasuk dalam
tipe ini.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

Separable Equations
dy
= g ( x) h ( y),
dx
dy
= g ( x ) dx,
h( y)
H ( y ) dy = g ( x ) dx,

H ( y) =

1
h( y)

H ( y ) dy = g ( x ) dx
Setelah menyelesaikan kedua integral di atas, diperoleh solusi y sebagai
fungsi implisit dari x.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

Contoh
Tentukan solusi dari persamaan diferensial
nilai awal y ( 0 ) = 2 3.

dy
= y x, dengan syarat
dx

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

10

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

11

Hukum Torricelli
Hukum Torricelli mengatakan bahwa jika
fluida mengalir dari tank seperti pada gambar
di samping, maka fluida mengalir dengan laju
sama dengan konstanta kali akar ketinggian
fluida, yaitu x. Konstanta tergantung pada jenis
fluida dan ukuran kran.
dV
=k x
dt

Contoh
Sebuah tanki silinder berukuran tinggi 160 cm dan radius 50cm, sedang
dikosongkan dengan laju 0.5 x cm3 / menit. Tentukan rumus yang
memberikan kedalaman air dan jumlah air tersisa pada tiap saat t.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

12

Pers. Diferensial Linear Orde 1


Tidak semua persamaan diferensial orde satu termasuk tipe
separable. Contoh sederhana: dy/dx = 2x 2y.
Persamaan diferensial ini termasuk persamaan diferensial linear
orde pertama, dengan bentuk umum
dy
+ P ( x) y = Q ( x)
dx

Alasan nama ini akan dibahas pada pasal berikut.


Keluarga semua solusi disebut solusi umum. Sedangkan solusi
yang juga memenuhi syarat nilai awal, misalnya y(a) = b,
disebut solusi khusus.
Metoda penyelesaian yang akan digunakan adalah metoda faktor
pengintegral.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

13

dy
+ P ( x) y = Q ( x)
dx

Kalikan kedua ruas dengan faktor pengintegral : e

P ( x ) dx

P ( x ) dx
dy P ( x ) dx
e
P( x) y = Q( x)e
+e
.
dx
P ( x ) dx
Perhatikan bahwa ruas kiri adalah turunan dari ye
. Maka, persamaan
P ( x ) dx

diferensial dapat ditulis kembali dalam bentuk


P ( x ) dx
P ( x ) dx
d
( ye
) = Q( x)e
.
dx
Integralkan kedua ruas sehingga dihasilkan
ye

P ( x ) dx

= (Q( x)e

P ( x ) dx

)dx

P ( x ) dx
P( x ) dx
y=e
(Q( x)e )dx

Hendaknya bentuk solusi umum ini tidak dihafalkan, tapi prosesnya dipahami.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

14

Contoh
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial
dy
= x 2 + 3 y, x > 0.
dx
Penyelesaian Pertama kita tulis ulang persamaan ke dalam bentuk yang
x

lebih standar dengan membagi kedua ruas dengan x.


dy
y
= x + 3 , x > 0.
dx
x
dy
y
3 = x,
x > 0.
dx
x
( 3 x ) dx
P ( x ) = 3 x , Q ( x ) = x. Faktor pengintegral adalah e
= e 3 ln x = x 3 .
Setelah dikalikan dengan faktor ini persamaan diferensial menjadi,
d y x
1
1 dy
y 1 dy
y
=
3 4 =
=
3 = 3
dx x3 x3 x 2
x3 dx
x x dx
x
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

Maka

15

y
dx
1
= 2 = + C. Jadi, solusi adalah y = x + Cx 3 .
3
x
x
x

Contoh
Tentukan solusi dari persamaan diferensial
xy ' = x 2 + 3 y,

x > 0,

dengan syarat nilai awal y (1) = 2.

Penyelesaian Sebelumnya telah diperoleh solusi umum persamaan


diferensial ini yaitu y = x + Cx 2 . Maka kita menggunakan syarat nilai
awal untuk menentukan C:
y = x + Cx 2 ,
2 = 1 + C (1) ,
C = 2 + 1 = 3.
2

y (1) = 2.

Jadi, solusi khusus yang memenuhi syarat nilai awal adalah y = x + 3x 2 .


Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

16

Contoh
dy 2
sin 3 x
.
+ y=
dx x
x2
2
(2 / x ) dx
Penyelesaian : Faktor pengintegral adalah e
= e 2 ln|x| = eln x = x 2 .

Selesaikanlah

Diperoleh
y
sin 3 x
dy
x2 + 2 = x2
x
x2
dx
d
yx 2 ) = sin 3 x
(
dx
1
Dengan demikian, x 2 y = sin 3 xdx = cos 3 x + C.
3
1
Jadi y = ( cos 3x + C ) x 2 .
3

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

17

Masalah Pencampuran
Sebuah senyawa kimia dituangkan dengan laju tertentu ke dalam
tanki yang berisi senyawa yang sama tapi, mungkin dengan
konsentrasi berbeda. Keduanya dianggap tercampur sempurna.
Pada saat yang sama, campuran tersebut juga dikeluarkan dari tanki
dengan laju tertentu pula.
Dalam proses ini, sering kali sangat penting
untuk mengetahui konsentrasi larutan
dalam tanki pada setiap saat.
Persamaan diferensial untuk masalah ini
didasarkan pada formula:
Laju perubahan

Laju banyak senyawa


Laju banyak senyawa
jumlah senyawa =

masuk ke dalam tanki


ke luar dari tanki

dalam tanki
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

18

Misalkan y(t): Banyak senyawa dalam tanki pada saat t.


V(t): Volume larutan dalam tanki pada saat t.
Laju keluarnya senyawa
= [y(t)/V(t)]*laju larutan keluar dari tanki
Maka,
y (t )
dy
= Laju senyawa masuk
laju larutan keluar dari tanki
dt
V (t )

Kalau y(t), V(t), dan t diukur masing-masing dalam kg, liter, dan
menit, maka satuan dalam persamaan di atas adalah
kg
kg
kg
liter
=

menit menit liter menit

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

19

Contoh
Sebuah tanki minyak berisi 2000 galon bensin yang semula mengandung
10 kg zat additif (untuk menurunkan titik beku) larut di dalamnya.
Dalam persiapan menghadapi musim dingin, bensin yang mengandung
20 gram zat additif per galon ditambahkan dipompakan ke dalam tanki
engan debit 40 galon/menit dan langsung tercampur dengan sempurna.
Hasil campuran ini dipompa keluar dengan laju 45 galon/menit.
Tentukan banyak zat additif 20 menit setelah pencampuran berlangsung.
Penyelesaian : Misalkan y ( t ) , V ( t ) , dan t masing-masing adalah
banyak zat additif dalam tanki (gram), volume campuran bensin dan additif
dalam tanki (galon), dan waktu (menit). Maka,
galon
galon

V ( t ) = 2000 (galon) + 40
45
( t menit )
menit
menit

= ( 2000 5t ) galon
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

20

10

Laju additif keluar =

y (t )

V (t )

debit ke luar

y (t )
45 y
gr
=
45 =
2000

5
t
2000

5
t
menit
(
)

gr
galon
gr
Laju additif masuk = 20 (
) 40 (
) = 800
.
galon
menit
menit
Maka dari persamaan diferensial untuk pencampuran diperoleh
dy
45 y
= 800
.
dt
2000 5t
P(t )

Q(t )

dy
45

+
y = 800.
dt 2000 5t
Faktor pengintegral adalah
Dalam bentuk standar:

45

20005t dt

=e

9 ln ( 2000 5t )

= ( 2000 5t ) .
9

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

21

Maka solusi umum adalah


y=
=

( 2000 5t )
( 2000 5t )
9

800

( 2000 5t )

800dt =

800

( 2000 5t )
( 2000 5t )
9

dt

K
( 2000 5t )8

+ C = 20 ( 2000 5t ) + 800C ( 2000 5t )


( 8 )( 5 )

Karena y = 10 saat t = 0, maka 10 = 40000 ( 2000 ) K ` sehingga


9

K =

39990

( 2000 )

. Jadi,

y ( t ) = 20 ( 2000 5t )

39990

( 2000 )

( 2000 5t )

dan akhirnya diperoleh y ( 20 ) 12796,32611 gr.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

22

11

Contoh
Sebuah tangki asalnya berisi 120 galon air asin yang`mengandung 75 pon
garam yang terlarut. Air garam`yang memuat 1,2 pon garam per galon
mengalir memasuki tangki dengan debit 2 galon permenit.
Selanjutnya larutan keluar dari tangki dengan debit`yang sama.
Jika konsentrasi larutan dibuat tetap dengan terus menerus mengaduknya,
carilah jumlah`garam pada tangki setelah 1 jam.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

23

Penyelesaian :
Misalkan Q adalah jumlah garam setelah t menit. Garam bertambah 2.4
2
pon permenit, dan hilang
Q pon permenit. Jadi
120
dQ
1
= 2, 4 Q, dengan Q = 75 saat t = 0.
dt
60
t
t
t
d
(Qe 60 ) = 2, 4e 60 . Dengan mengintegralkan:
Faktor integrasi: e 60 , jadi
dt
Qe

t
60

= (60)(2, 4)e

t
60

+ C.
t

Substitusi Q = 75 saat t = 0 diperoleh C = 69, jadi Q = 144 69e 60 .


Setelah 1 jam (t = 60) diperoleh
Q = 144 69e 1 118, 62 pon.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

24

12

Hukum Kirchoff
Menurut Hukum Kirchoff, sebuah rangkaian
sederhana dengan tahanan R ohm, induktansi L
henry, terhubung secara yang memperoleh
aliran listrik dengan tegangan E(t) volt,
memenuhi persamaan diferensial
L

dI
+ RI = E ( t )
dt

dengan I(t) adalah arus (ampere).

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

25

2. Persamaan Diferensial Linear


Homogen
Persamaan yang memuat satu atau lebih turunan dari suatu fungsi
disebut persamaan diferensial.
Persamaan dengan bentuk umum
F(x,y,y,y,,y(n))=0
disebut persamaan diferensial biasa orde n. y(k) menyatakan turunan
ke k terhadap x dari fungsi y.
Contoh persamaan diferensial orde 1,2, dan 3:
y '+ cos x = 0
y ''+ 2 xy '+ y = 0
y '''+ ( y ' ) + sinh x 2 = 0
2

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

26

13

Jika sebuah fungsi f(x) yang memenuhi persamaan diferensial


maka f(x) disebut sebuah solusi dari persamaan diferensial
tersebut. Sebagai contoh, f(x)= sin x +5, adalah solusi dari
persamaan diferensial y+cosx=0, karena
f(x)+cos x = cos x + cos x = 0.
sin x +C disebut solusi umum dari persamaan diferensial
tersebut, karena dapat dibuktikan bahwa setiap solusinya dapat
ditulis dalam bentuk tersebut.
Sedangkan f(x)= sin x +100 disebut solusi khusus.
Persamaan diferensial yang menjadi tema utama di sini adalah
persamaan diferensial linear. Bentuk umum:
y ( n ) + a1 ( x ) y (

n 1)

+ an 1 ( x ) y '+ an ( x ) y = k ( x )

n2
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

27

Persamaan ini disebut persamaan linear karena bila ditulis dengan


notasi operator,
Dxn + a1 ( x ) Dxn 1 +

+ an 1 ( x ) Dx + an ( x ) y = k ( x )
L

maka operator L ini bersifat linear, yaitu


L(f+g) = L(f)+L(g)
L(cf) = cL(f)
Contoh persamaan diferensial yang tak linear:
dy
+ y2 = 0
dx

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

28

14

PD Linear Orde 2
PD linear orde dua mempunyai bentuk umum:
y ''+ a1 ( x ) y '+ a2 ( x ) y = k ( x ) .
Mari kita mulai dengan kasus yang sederhana yaitu
1. a1 ( x ) dan a2 ( x ) adalah konstan,
2. k ( x ) = 0
Jadi, bentuk persamaan diferensial yang akan dibahas adalah
y ''+ a1 y '+ a2 y = 0
atau dalam notasi operator,
D 2 + a1 D + a2 y = 0.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

29

Ingat kembali bahwa penyelesaian PD orde satu memerlukan sekali


pengintegralan dan menghasilkan solusi umum dengan sebuah
konstanta sebarang.
Dengan analogi di atas, kita menduga bahwa penyelesaian PD orde 2
akan memerlukan dua pengintegralan. Dan oleh karena itu akan
menghasilkan dua buah solusi fundamental u1(x) dan u2(x) yang
independen. Melalui sifat linear operator diferensial
C1 u1(x)+ C2 u2(x)
juga solusi. Dapat diperlihatkan bahwa setiap solusi PD linear orde 2
mempunyai bentuk ini.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

30

15

Persamaan Bantu
Karena D ( e ) = re , kelihatannya
rx

rx

e rx akan merupakan kandidat solusi

bagi PD orde 2. Misalkan y = e rx . Sekarang,


D 2 + a1 D + a2 e rx = D 2 e rx + a1 De rx + a2 e rx = r 2 e rx + re rx + e rx
= e rx r 2 + a1 r + a2 = 0
Karena e rx 0, maka haruslah
r 2 + a1 r + a2 = 0.
Persamaan ini disebut persamaan bantu untuk PD tersebut di atas
Dengan demikian,
Jika r adalah solusi persamaan r 2 + a1 r + a2 = 0, maka y = e rx adalah solusi
persamaan diferensial y ''+ a1 y '+ a2 y = 0
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

31

Sebagai akibatnya, masalah penyelesaian persamaan diferensial telah


'berubah' menjadi masalah penentuan akar persamaan bantu !
Rumus Kuadrat memberikan tiga kemungkinan bagi nilai-nilai r , yang
juga menentukan solusi persamaan diferensial semula:

(1)

ada dua akar berbeda, ( 2 ) satu akar berulang, dan ( 3) akar kompleks

sekawan.
1. Akar real berbeda
Jika r1 dan r2 akar real berbeda dari persamaan bantu, maka solusi umum

dari y ''+ a1 y '+ a2 y = 0 adalah


y = C1e r1x + C2 e r2 x
2. Akar tunggal berulang
Jika r1 satu-satunya akar real dari pers. bantu, maka solusi umum dari

y ''+ a1 y '+ a2 y = 0 adalah


y = C1e r1x + C2 xe r1x
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

32

16

Persamaan bantu pada kasus ini adalah


r 2 2r1 r + r1 = ( r r1 ) = 0
2

Tentu saja y = e r1x adalah solusi. Adakah solusi lainnya? Karena


D 2 2r1 D + r12 xerx = D 2 ( xe r1x ) 2r1 D ( xe r1x ) + r12 ( xer1x )

= xr1 e r1x + 2r1e r1x 2r1 ( xr1e r1x + e r1x ) + r1 xer1x = 0


2

Berarti y = xe r1x juga adalah solusi dari y '' 2r1 y '+ y = 0.


3. Akar kompleks sekawan

Jika pers. bantu mempunyai akar-akar kompleks sekawan i, maka solusi umu
y ''+ a1 y '+ a2 y = 0 adalah
y = C1e x cos x + C2 e x sin x

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

33

Contoh
Tentukan solusi dari persamaan diferensial y '' 4 y '+ 4 y = 0, yang memenuhi
syarat nilai awal y ( 0 ) = 1 dan y ' ( 0 ) = 4.
Penyelesaian
Persamaan bantu, r 2 - 4r + 4 = 0, memiliki r = 2 sebagai akar berulang.
Jadi solusi umumnya adalah y ( x ) = C1e 2 x + C2 xe2 x .
Syarat y ( 0 ) = 0 memberikan 1 = C1 . Jadi, y ( x ) = e 2 x + C2 xe 2 x . Sedangkan
y ' ( x ) = 2e2 x + 2C2 xe 2 x + C2 e 2 x
y ' ( 0 ) = 2 + 0 + C2 = 4

Jadi, C2 = 2, dan karena itu solusi khusus adalah y ( x ) = e 2 x + 2 xe 2 x .

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

34

17

Contoh
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial y '' 4 y '+ 13 y = 0.
Penyelesaian
Persamaan bantu adalah r 2 - 4r + 13 = 0. Dengan rumus kuadrat, kita peroleh
akar kompleks sekawan:
4 16 4 13 4 36
=
= 2 3i
2
2
Jadi, solusi umumnya adalah
r12 =

y = C1e2 x cos 3 x + C2 e2 x sin 3 x.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

35

Contoh Hukum Hooke


Sebuah benda seberat 5 pon digantungkan pada bagian
paling bawah (sebut titik P) sebuah pegas yang tergantung
secara vertikal. Digantungi benda ini, pegas bertambah
panjang 1/2 kaki.
Kemudian benda 5 pon ini diganti dengan benda lain
seberat 20 pon. Jika benda ini kemudian ditarik ke bawah
sebanyak 2 kaki kemudian dilepaskan tentukan kedudukan
terendah dari titik P pada pegas.

Penyelesaian :
Menurut hukum Hooke, gaya F untuk mengembalikan titik P ke posisi
setimbang pada y = 0 memenuhi F = ky, dimana k konstanta pegas, dan
y adalah koordinat-y untuk P.
1
Karena F = ks dimana s pertambahan panjang dari pegas, maka 5 = k ( ).
2
Jadi, k = 10.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

36

18

Hukum Newton Kedua, memberikan


F = ma = ( w g ) a
d2 y
) percepatan dari P. g adalah
dt 2
konstanta gravitasi (32 kaki/det 2 ). Jadi persamaan diferensial dari pergerakan
pegas adalah

dimana w adalah berat benda dan a (=

w d2y
= ky, atau
g dt 2
d2y g
+ k y = 0,
(bentuk standar)
dt 2 w
Apabila kita misalkan k g / w = B 2 , maka solusi umumnya adalah
y = C1 cos Bt + C2 sin Bt.

Kondisi y ( 0 ) = y0 = 2 dan y ( 0 ) ' = 0 memberikan solusi khusus


y = 2 cos 4t.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

37

Interpretasi : Gerak P adalah gerak harmonis sederhana dengan perioda 2


dan amplitudo 2 kaki.
Titik P naik antara 2 di atas titik 0, dan turun 2 di bawah titik 0.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

38

19

3. Pers. Diferensial Nonhomogen


Bentuk umum persamaan diferensial linear nonhomogen orde n adalah
y ( ) + a1 ( x ) y (
n

n 1)

+ an 1 y '+ an ( x ) y = k ( x ) ,

Disini k ( x) tidak nol. Bila k ( x ) = 0 maka persamaan diferensial tereduksi


menjadi pers. diferensial linear homogen.
Khususnya, pada pasal ini kita perhatikan kasus di mana semua fungsi
koefisien a j ( x ) = a j konstan, j = 1, , n.
Metoda umum:
1. Cari solusi umum dari PD homogen
yh ( x ) = C1u1 ( x ) + C2 u2 ( x ) +

+ Cn u n ( x )

2. Cari solusi khusus y p dari PD nonhomogen.


3. Dari sifat linier operator diferensial, yh + y p adalah solusi umum.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

39

Teorema
Jika y p adalah solusi khusus dari persamaan nonhomogen
L ( y ) = Dx + a1 Dx
n

n 1

+ an 1 D + an y = k ( x )

dan yh adalah solusi umum dari persamaan homogen L ( y ) = 0


Maka yh + y p adalah solusi umum dari persamaan diferensial
L ( y ) = k ( x).

Bukti singkat : Misalkan L adalah operator yang bersesuaian dengan PD,


L = Dx + a1 Dx
n

n 1

+ an 1 D + an

Maka,
L ( yh + y p ) = L ( yh ) + L ( y p ) = 0 + k ( x ) = k ( x ) .
Sebaliknya, jika y ( x ) adalah sebarang solusi, maka
L ( y y p ) = L ( y ) L ( y p ) = k ( x ) k ( x ) = 0.
Akibatnya y y p adalah solusi pers. homogen, sehingga y = y p + yh .
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

40

20

Metoda Koefisien Tak Tentu


Dua metoda penyelesaian yang akan dibahas adalah metoda koefisien tak
tentu dan metoda variasi parameter.

Karena kita telah mengetahui cara memperoleh yh , pekerjaan selanjutnya


adalah mencari y p .
Dalam metoda ini, bentuk solusi y p ditentukan dengan dugaan berdasarkan
bentuk k ( x ) .

Ternyata cara ini paling efektif jika k ( x ) adalah polinomial, fungsi


eksponensial, fungsi sinus, dan fungsi kosinus.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

Jika k(x)
bmxm+

+ b2x2+ b1x+b0
be

41

Coba yp=
Bmxm+

+ B2x2+ B1x+B0
Bex

b cos(x)+c sin(x)
B cos(x)+C sin(x)
Jika sebuah suku dari k(x) solusi PD homogen, kalikan solusi coba-coba
dengan x atau x dengan pangkat lebih tinggi.

Contoh
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial
y '' 3 y ' 4 y = 3 x 2 + 2.
Penyelesaian : Persamaan bantu dari persamaan homogen adalah
r 2 3r 4 = ( r 4 )( r + 1) = 0
yang jelas mempunyai dua akar berbeda yaitu r = 1 dan r = 4. Maka solusi
umum persamaan homogen adalah

yh = C1e 4 x + C2 e- x .
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

42

21

Selanjutnya untuk menentukan y p , coba y p = Ax 2 + Bx + C. Dengan demikian


y p ' = 2 Ax + B dan y p '' = 2 A.
Apabila disubstitusikan ke dalam persamaan diferensial, dihasilkan
2 A 3 ( 2 Ax + B ) 4 ( Ax 2 + Bx + C ) = 3x 2 + 2
0

4 A x + ( 6 A 4 B ) x + ( 2 A 3B 4C ) = 3x 2 + 2
2

Dengan demikian, diperoleh sistem persamaan


4 A = 3, 6 A 4 B = 0, 2 A 3B 4C = 2.
yang mempunyai penyelesaian
A = 3 4 , B = 9 8 , dan C =

Sehingga,
y p = 3 4 x 2 9 8 x + 18 .
Solusi umumnya adalah
y = C1e 4 x + C2 e- x 3 4 x 2 9 8 x + 1 8 .
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

43

Contoh
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial

y ''- 3 y '- 4 y = 4e 4 x .
Penyelesaian : Dari contoh sebelumnya, diperoleh y = 4e 4 x adalah solusi
persamaan homomogen ( yh = C1e 4 x + C2 e- x ) . Karena suku e 4 x telah muncul
dalam persamaan honhomogen, maka y p adalah modifikasi dari Be 4 x ,
y p = Bxe 4 x
Maka,
y p ' = Be 4 x + 4 Bxe 4 x dan

y p '' = 4 Be 4 x + 4 Be 4 x + 16 Bxe 4 x

Setelah disubstitusikan ke dalam persamaan diferensial nonhomogen, diperoleh

( 4Be

4x

+ 4 Be 4 x + 16 Bxe 4 x ) 3 ( Be 4 x + 4 Bxe 4 x ) 4 ( Bxe 4 x ) = 4e 4 x

( 5B ) e4 x

= 4e 4 x

Baris adalah hasil penyederhanaan baris pertama.


Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

44

22

Sebagai hasilnya kita dapat B = 4 5 . Jadi,


y p = 4 5 xe 4 x .
Maka solusi umum persamaan diferensial adalah
y = C1e 4 x + C2 e- x + 4 5 xe 4 x .

Contoh

Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial


y ''+ 9 y = sin x + e 2 x .
Penyelesaian : Persamaan bantu dari persamaan homogen yaitu r 2 + 9 = 0,
mempunyai akar kompleks sekawan r = 3i. Jadi,
yh = C1 cos 3x + C2 sin 3x.
Selanjutnya untuk menentukan y p , Fungsi k ( x ) = sin x + e x adalah penjumlahan
fungsi sinus dan ekponensial. Maka, misalkan
y p = A cos x + B sin x + Ce 2 x .
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

45

Setelah dicari y p ' dan y p '', dan disubtitusikan ke dalam persamaan


diferensial, dihasilkan

( A cos x B sin x + 4Ce ) + 9 ( A cos x + B sin x + Ce ) = sin x + e


2x

2x

( 8 A) cos x + ( 8B ) sin x + (13C ) e2 x


=0

=1

2x

= sin x + e 2 x .

=1

Persamaan terakhir memberikan nilai-nilai konstanta:


A = 0, B = 1 8 , C = 113 .
Maka, y p =

sin x + 113 e 2 x .

Akhirnya diperoleh solusi umum persamaan diferensial semula yaitu


y = C1 cos 3 x + C2 sin 3 x + 1 8 sin x + 113 e 2 x .

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

46

23

Metoda Variasi Parameter


Metoda ini metoda penentuan y p yang lebih umum dari metoda terdahulu.
Jika u1 ( x ) dan u2 ( x ) adalah solusi bebas (independen) dari PD homogen,
maka terdapat solusi khusus dengan bentuk
y p = v1 ( x ) u1 ( x ) + v2 ( x ) u2 ( x )
dengan syarat
v1 ' u1 + v2 ' u2 = 0
(*)
v1 ' u1 '+ v2 ' u2 ' = k ( x )

Jadi, pada dasarnya, dengan metoda ini kita menentukan fungsi-fungsi


v1 ( x ) dan v2 ( x ) yang memenuhi syarat (*) sehingga
y p = v1 ( x ) u1 ( x ) + v2 ( x ) u2 ( x )
merupakan solusi.
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

47

Misalkan operator diferensialnya adalah L = D 2 + bD + c sehingga


L ( y ) = y ''+ by '+ cy. Persamaan diferensial ini mempunyai solusi homogen
u1 dan u2 . Tulis y p = v1u1 + v2 u2 . Maka,
L ( y p ) = ( v1 '' u1 + v2 '' u2 + v1u1 ''+ v2 u2 ''+ v1 ' u1 '+ v2 ' u2 '+ v1 ' u1 '+ v2 ' u2 ' )
+b ( v1 ' u1 + v2 ' u2 + v1u1 '+ v2 u2 ') + c ( v1u1 + v2 u2 )
Setelah dikelompokkan dan berdasarkan syarat di atas,
L ( y p ) = v1 ( u1 ''+ bu1 '+ cu1 ) + v2 ( u2 ''+ bu2 '+ cu2 ) + b ( v1 ' u1 + v2 ' u2 ) +
0

+ ( v1 '' u1 + v1 ' u1 '+ v2 '' u2 + v2 ' u2 ' ) + ( v1 ' u1 '+ v2 ' u2 ')

( v1 ' u1 +v2 ' u2 ) '

=k ( x )

Jadi, terbukti L ( y p ) = k ( x ) .

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

48

24

Contoh
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial
ex
.
e +1
Penyelesaian : Persamaan bantu dari persamaan diferensial adalah
y ''- 3 y '+ 2 y =

r 2 3r + 2 = ( r 2 )( r 1) = 0
yang mempunyai dua akar real berbeda r = 2 dan r = 1. Jadi,
yh = C1e 2 x + C2 e x .
Untuk menentukan y p , misalkan
y p = v1 ( x ) e 2 x + v2 ( x ) e x
dengan syarat
v1 ' e 2 x + v2 ' e x = 0
2v1 ' e 2 x + v2 ' e x =

ex
e +1
x

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

49

Syarat ini sebenarnya merupakan sistem persamaan untuk v1' dan v2 '.
Persamaan pertama memberikan v2 ' = v1 ' e x . Jika hubungan ini
disubtitusikan ke persamaan kedua, maka diperoleh
2v1 ' e 2 x + v2 ' e x = 2v1 ' e 2 x + ( v1 ' e x ) e x = v1 ' e 2 x =

ex
ex + 1

Penyelesaiannya memberikan
v1 ' =

e ( e x + 1)
x

Sehingga,
v1 ( x ) =

ex + 1 1
= ln x x .
e ( e + 1)
e e
dx

v2 ( x ) = v1 ' e x dx =

ex
ln
=
( e x + 1) e x + 1
dx

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

50

25

Maka,
ex + 1 1
ex x
y p = ln x x e 2 x + ln x
e .
e e
e +1
dan solusi umum persamaan diferensialnya adalah
ex + 1 1
ex x
y = yh + y p = C1e 2 x + C2 e x + ln x x e 2 x + ln x
e .
e e
e +1

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

51

4. Applikasi Pers. Diff orde 2


Banyak problem baik dalam fisika, kimia, dan engineering,
bahkan dalam ekonomi yang termasuk ke dalam masalah
penyelesaian persamaan diferensial.
Pada bagian ini kita akan mencoba menganalisis masalah pegas
dengan menggunakan persamaan diferensial.

Gerak Harmonik Sederhana


Misalkan sebuah pegas tergantung bebas dengan P adalah ujung
pegas (lihat juga Contoh pada pasal 2).
Menurut Hukum Hooke, bila diberikan gaya F (ke atas atau ke
bawah) dan y posisi baru P sebagai akibat oleh F (posisi setimbang
adalah y=0), maka
F= k y
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

52

26

Sedangkan menurut Hukum Newton kedua,


F=ma=(w/g)(dy2/dt2)
w: berat objek; g: konstanta gravitasi; a: percepatan dari P; y:
koordinat dari P..
Dengan demikian, diperoleh persamaan diferensial yang
menggambarkan gerak pegas:
w d2y
= ky,
g dt 2

k > 0.

Solusi persamaan ini harus memenuhi syarat nilai awal: posisi


awal y(0)=y0 dan kecepatan awal y(0)=v0
Persamaan di atas ditulis dalam bentuk yang lebih standar:
= B2
2

d y kg
+ y = 0,
dt 2 w

k > 0, B 2 =

kg k
= .
w m

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

53

Solusinya adalah
y = C1 cos(Bt) + C2 sin(Bt)
Syarat nilai awal digunakan untuk menentukan nilai konstanta.
Solusi dapat ditulis *) secara kompak sebagai
y = A sin(Bt + ),
dengan
2
2
A = C1 + C2 ,sin = C1 A , cos = C2 A .
Jadi, bandul pada pegas akan bergerak secara sinusoidal. Gerak ini
disebut gerak harmonik sederhana. (* Latihan: buktikan)

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

54

27

Getaran Teredam
Pada bagian pertama gangguan, dpegas dianggap tidak mengalami
gangguan eksternal, seperti angin dll.)
Sekarang kita perhitungkan adanya gangguan (gaya) yang
bergabtung secara proposional pada kecepatan dy/dt, dengan faktor
redaman q:
2
F = ma =

atau

wd y
dy
= ky q ,
g dt 2
dt

d2 y
dy
+E
+ B 2 y = 0,
2
dt
dt

k , q > 0.

k , q > 0, E = q g w = q m .

Persamaan bantunya adalah r2 + Er +B2=0 . Maka, nilai r


ditentukan dengan Rumus Kuadrat:
r1,2 =

E E 2 4B2
.
2

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

55

E2 4B2 < 0 (underdamped)

Persamaan bantu mempunyai akar-akar kompleks r1,2 = E2 + i

4 B2 E 2
2

Solusi umum adalah


y = e t ( C1 cos t + C2 sin t )
y = Ae t sin ( t + )

e t disebut faktor redaman, yang menyebabkan limt y ( t ) = 0.

E2 4B2 = 0 (teredam kritis)

Persamaan bantu mempunyai akar berulang r = E2 .


Solusi umum adalah
y = C1e t + C2te t .
Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

56

28

E2 4B2 > 0 (overdamped)


Persamaan bantu mempunyai akar-akar kompleks r1,2 = E2

E 2 4 B2
2

Solusi umum adalah


y = C1e r1t + C2 er2t .

underdamped
critically damped
overdamped

syarat nilai awal sama: y0 = 1, v0 = 2.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

57

Contoh
Sebuah pegas yang konstanta pegas 6 dan diujungnya ada sebuah beban
yang menyebabkan panjang pegas bertambah 10 cm. Jika faktor redamannya adalah 11 8, tentukan fungsi yang memberikan posisi beban untuk
setiap saat t.

Penyelesaian : Diberikan k = 6, q = 118 . Beban pegas menyebabkan pegas


memanjang e = 10 cm = 0,1 m. Maka gaya oleh pegas, yaitu menurut Hukum
Hooke, ke, sama dengan gaya oleh beban, yaitu mg : ke = mg .
Koefisien-koefisien dari persamaan pegas:
k g 9,8
B2 = = =
= 98
m e 0,1
11 8
q
q
=
22, 458.
E= =
m ke g 6 ( 0,1) 9,8
Dengan demikian E 2 4 B 2 112,36 > 0

(overdamped!).

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

58

29

Persamaan bantu adalah r 2 + ( 22, 458 ) r + 98 = 0, yang memberikan


dua akar
r1 = 5,928958396 dan r2 = 16.52904160
Solusi umum adalah
y ( t ) = C1e r1t + C2 e r2t .
Perhatikan bahwa limt y ( t ) = 0.
Apabila diberikan syarat nilai awal, yaitu posisi awal y ( 0 ) dan kecepatan
awal y ' ( 0 ) , maka konstanta C1
dan C2 dapat ditentukan.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

59

Soal-soal PR Bab 18
5.2 : 3, 6, 7, 14, 15, 26, 28, 34.
7.6 : 3, 5, 6, 12, 13, 15, 19, 22, 23.
18.1 : 5, 8, 10, 15, 16, 20, 21, 22.
18.2 : 6, 7, 12, 14, 16, 17, 20, 22.
18.3 : 1, 4, 5, 7, 9, 10, 13, 14, 15.

Oki Neswan, Ph.D. Departemen Matematika ITB

60

30

Anda mungkin juga menyukai