Epinefrin 1:10000
CaCl2 1%
Pilokarpin 0,5 %
CARA KERJA
1. Susunlah alat menurut gambar
2. Hangatkan air dalam gelas beker pireks sehingga larutan locke di dalam
tabung perfusi mencapai suhu 350 C
Gambar Latihan
Pengaruh Epinefrin
2
Pengaruh Pilokarpin
1. Catat 10 kerutan usus dengan kontrol
2. Tanpa menghentikan tromol. Teteskanlah 2 tetes larutan pilokarpin
0,5% kedalam cairan perfusi. Beri tanda saat penetesan
3. Teruskan dengan pencatatan sehingga pengaruh pilokarpin terlihat jelas.
4. Hentikan tromol dan hentikan sediaan usus untuk menghilangkan
pengaruh pilokarpin seperti ad.1 sub 4.
Pengaruh Suhu
1. Catatlah 10 kerutan usus sebagai kontrol pada suhu 350C.
2. Hentikan tromol dan turunkan suhu cairan perfusi sebanyak 50C dengan
jalan memindahkan pembakar bunsen dan mengganti air hangat didalam
gelas beker pireks dengan air biasa.
3. Segera setelah tercapai suhu 300 C, jalankan tromol kembali dan catatlah
10 kerutan usus.
4. Hentikan tromol lagi dan ulangi percobaan ini dengan setiap kali
menurunkan suhu cairan perfusi sebanyak 50C sampai tercapai suhu
200C dengan jalan memasukkan potongan-potongan es ke dalam gelas
beker pireks. Dengan demikian didapatkan pencatatan keaktifan usus
berturut-turut pada suhu 350, 300, 250, dan 200 C.
5. Hentikan tromol dan naikkan suhu cairan perfusi sampai 350 C, dengan
jalan mengganti air es di dalam gelas beker pireks dengan air.biasa dan
kemudian memanaskan air ini.
6. Segera setelah tercapai suhu 350 C, jalankan tromol kembali, dan
catatlah 10 kerutan usus.
Catatan:
HASIL PERCOBAAN
PERCOBAAN
TONUS (Besar,
sedang, kecil)
FREKUENSI
(Cepat,
lambat)
AMPLITUDO
(Tinggi,
rendah)
KESIMPULAN
(Menggiatkan,
menghambat)
I. Kontrol
Besar
Cepat
Tinggi
Epinefrin
Kecil
Lambat
Rendah
Menghambat
II. Kontrol
Besar
Cepat
Tinggi
Locke tanpa Ca
Sedang
Lambat
Rendah
Menghambat
CaCl2
Besar
Cepat
Tinggi
Menggiatkan
III. Kontrol
Besar
Cepat
Tinggi
Pilokarpin
Besar
Cepat
Tinggi
Menggiatkan
IV. Kontrol 35
Besar
Cepat
Tinggi
Suhu 30 C
Sedang
Cepat
Rendah
Menghambat
5
Suhu 25 C
Kecil
Lambat
Rendah
Menghambat
Suhu 20 C
kecil
Lambat
Rendah
Menghambat
Kembali 35 C
Besar
Cepat
Tinggi
Menggiatkan
PEMBAHASAN
Usus yang terdiri dari otot polos, memiliki aktivitas yang dipengaruhi oleh saraf
otonom. Kekuatan dan kecepatan gerakan usus dipengaruhi oleh saraf simpatis dan
saraf parasimpatis. Saraf simpatis bekerja menghambat aktifitas usus sedangkan saraf
parasimpatis bekerja menstimulasi aktifitas usus.
Obat-obatan yang bekerja terhadap sistem saraf ototnom dibagi ke dalam 5 kelompok,
yaitu:
1. Parasimpatominetik (kolinergik) merupakan obat-obatan yang memiliki efek
menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktifitas susunan saraf parasimpatis.
Contohnya adalah asetikkolin dan pilokarpin.
2. Parasimpatolitik (antikolinergik), merupakan obat-obatan yang memiliki efek
yang menghambat efek saraf parasimpatis. Contohnya adalah atropin.
3. Simpatominetik (adrenergik), merupakan obat-obatan yang memiliki efek yang
menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktifitas susunan saraf simpatis.
Contohnya adalah epinefrin.
4. Sempatolitik (antiadrenergik), merupakan obat-obatan yang bekerja dengan
menghambat efek aktifitas saraf simpatis. Contohnya adalah resepin dan
propanolol.
5. Obat ganglion, merupakan obat-obatan yang merangsang atau menghambat
penerusan impuls di ganglion. Contohnya adalah nikotin dan pentolinum.
pemberian
epinefrin
dapat
mengakibatkan
vasokonstriksi,
menyamakan cairan tubuh manusia atau hewan sperti halnya larutan ringer atau
thyrode.
Pada praktikum, dilakukan percobaan pengaruh obat pada organ usus yang terisolasi
dari seekor kelinci. Dari hasil praktikum yang diamati, setelah usus diberikan
epinefrin, hasil kimograf menunjukkan kontraksi usus menurun dari normal. Hal ini
seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa epinefrin memiliki efek menghambat kerja
dan sistem saraf parasimpatis.
Pada percobaan berikutnya dimana usus diberikan rangsangan pilokarpin, kontraksi
usus meningkat dari normal. Pilokarpin ini bersifat parasimpatomemetil dimana efek
yang ditimbulkan adalah meningkatkan kerja dari sistem saraf parasimpatis. Hal inilah
yang menyebabkan meningkatnya frekuensi dan amplitudo pada gerakan usus tersebut.
Pada percobaan yang dilakukan, banyak sekali ketidaksempurnaan yang terjadi, hal ini
menyebabkan hasil yang didapat pada kimograf juga tidak menjadi maksimal seperti
yang seharusnya. Hal ini terjadi mungkin akibat kurang telitinya mahasiswa melakukan
percobaan tersebut, sehingga hasil yang diinginkan tidak menjadi maksimal.
KESIMPULAN
Usus kelinci yang digunakan dalam percobaan merupakan otot polos yang kerjanya
masih berhubungan dengan pusat sistem saraf simpatis dan parasimpatis di susunan
saraf pusat. Kerja otot polos ini juga dipengaruhi oleh cairan-cairan yang dipakai pada
percobaan seperti epinefrin, pilokarpin, locke, calsium dan juga pengaruh suhu yang
memiliki efek menghambat ataupun meningkatkan kerja otot polos ini yang ditandai
dengan gerakan usus kelinci pada kimograf.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-7. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008
2. Guyton, Hall. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2008
3. Barret KE. Barman SM. Boitano S. Brooks HL. Ganongs review of medical
physiology. 23rd ed. Singapore: Mc Graw Hill; 2010.p.429-67