Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep Adaptasi Post Partum

2.1.1

Pengertian
Periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.
Periode ini kadang disebut puerperiumatau trimester empat kehamilan
(Bobak & Johnson, 2004).
Postpartum dibagi menjadi empat yaitu :
1. Periode Immediate PostPartum
Terjadi segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa
ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena otonia
uteri.
2. Periode Early PostPartum
Terjadi pada permulaan puerperium waktu 1 hari setelah partus sampai
dengan 7 hari (1 minggu). Pada fase ini harus dipastikan involusi uteri
dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokea tidak berbau busuk,
tidak demam, cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapata
menyusui dengan baik.
3. Periode Late PostPartum
Waktu 1 minggu setelah melahirkan sampai dengan 5 minggu .

2.1.2

Adaptasi Fisiologi Post Partum

2.1.2.1 Perubahan Sistem Reproduksi

1. Proses Involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan disebut

involusi. Proses ini dimulai setelah plasenta

keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhirnya


persalinan tahap III, uterus berada digaris tengah, kira-kira 2 cm
dibawah umbilikus dengan fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Ukuran uterus saat kehamilan enam minggu beratnya kirakira 1000gr. Dalam waktu 12jam, tinggi fundus kurang lebih 1cm di
atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari
keenam fundus normal berada dipertengahan antara umbilikus dan
simfisis pubis (Bobak & Johnson, 2004).
2. Kontraksi Uterus
Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, disuga
adanya penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostastis
pascapartum

dicapai

akibat

kompresi

pembuluh

darah

intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan


pembekuan. Hormon desigen dilepas dari kelenjar hipofisis untuk
memperkuat dan mengatur kontraksi. Selama 1 sampai 2 jam pertama
pascapospartum intensitas kontraksi uterus terus berkurang dan
menjadi tidak teratur, karena untuk mempertahankan kontraksi uterus
biasanya disuntikan oksitosin secara intravena atau intramuscular
diberikan setelah plasenta lahir (Bobak & Johnson, 2004).
2. After pain

10

Pada ibu primipara, tonus otot meningkat sehingga fundus pada


umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering
dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa awal puerperium (Bobak & Johnson, 2004).
3. Tempat plasenta
Setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskuler dan
trombosis menurunkan tempat plasenta kesuatu area yang meninggi
dan bermodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium menyebabkan
pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembekuan jaringan parut
yang menjadi karakteristik penyembuhan luka. Proses penyembuhan
memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan
memungkinkan implantasi untuk kehamilan dimasa yang akan datang.
Regenerasi endimetrium selesai pada akhir minggu ketiga post
partum, kecuali bekas tempat plasenta (Bobak & Johnson, 2004).
4. Lochea
Lochea adalah rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula
berwarna merah lalu menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas
mengandung bekuan darah kecil. Selama 2 jam pertama setelah lahir,
jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah
maksimal yang keluar selama menstruasi. Lochea rubra mengandung
darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur
menjadi merah muda dan coklat setelah 3-4 hari (lochea serosa).
Lochea serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit dan
debris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini
menjadi kuning sampai putih (lochea alba). Lochea alba mengandung
leukosit, desidua, sel epitel, mucus, serum, dan bakteri. Lochea alba

11

bertahan selama 2-6 minggu setelah bayi lahir (Bobak & Johnson,
2004).
5. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi,
dan nekrosi ditempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebaknya
endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah 3 hari mulai rata,
sehingga tidak ada pembekuan jaringan parut pada bekas implantasi
plasenta (Bobak & Johnson, 2004).
6. Serviks
Serviks menjadi lunak setelah ibu melahirkan, 18 jam post partum,
serviks memendek dan konsistensinya lebih padat kembali kebentuk
semula. Muara serviks berdilatasi 10 cm, sewaktu melahirkan
menutup bertahap 2 jari masih dapat dimasukan (Bobak & Johnson,
2004).
7. Vagina dan Perinium
Estrogen post partum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat
teregang akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil, 6-8
minggu setelah bayi lahir, rugae akan kembali terlihat pada sekitar
minggu ke empat (Bobak & Johnson, 2004).
8. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara
selama wanita hamil (estrogen, progesteron, human chorionic
gonadotropin, prolaktin, krotisol, dan insulin) menurun dengan cepat
setelah bayi lahir. Hari ketiga atau keempat postpartum terjadi
pembengkakan (engorgement). Payudara bengkak, keras, nyeri bila
ditekan

dan

hangat

jika

diraba

(kongesti

pembuluh

darah

12

menimbulkan rasa hangat). Pembengkakan dapat hilang dengan


sendirinya dan rasa tidak nyaman berkurang dalam 24 jam sampai 36
jam. Apabila bayi belum menghisap (atau dihentikan), laktasi berhenti
dalam beberapa hari sampai satu minggu.
Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu masa (benjolan, tetapi kantong
susu yang terisi berubah dari hari kehari. Sebelum laktasi simulai,
payudara terasa lunak dan keluar cairan kekuningan, yakni kolostrum,
yang dikeluarkan oleh payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara
terasa hangat dan keras waktu disentuh. Rasa nyeri akan menetap
selama 48 jam, susu putih kebiruan(tampak seperti susu skim) dapat
dikeluarkan dari puting susu (Bobak & Johnson, 2004).
2.1.2.2 Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses
tersebut.
1. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama
tahap ketiga persalinan hormon oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta

dan

mempertahankan

kontraksi,

sehingga

mencegah

perdarahan. Hisapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi


oksitisin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
2. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar
pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi
ASI. Pada wanita yang nenyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi

13

dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang


ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi
prolaktin menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga
merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke
arah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal,
pertumbuhan folikel, ovulasi dan menstruasi.
3. Estrogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah
normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa
tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang
meningkatkan

volume

darah.

Di

samping

itu,

progesteron

mempengaruhi otot halus yang mempengaruhi perangsangan dan


peningkatan pembuluh darah. Hal ini dapat mempengaruhi saluran
kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum, dan vulva
serta vagina.
2.1.2.3 Sistem Urinari
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan

peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar

steroid setelah wanita melahirkan akan mengalami penurunan fungsi ginjal


selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu 1
bulan setelah wanita melahirkan. Trauma terjadi pada uretra dan kandung
kemih selama proses persalinan, yakni sewaktu bayi hiperemesis dan
edema. Kontraksi kandung kemih biasanya akan pulih dalam 5-7 hari
setelah bayi lahir(Bobak & Johnson, 2004).
2.1.2.4 Sistem Pencernaan
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan sehingga ia boleh mengkonsumsi
makanan ringan. Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap

14

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Buang air secara spontan
bisa tertunda selama tiga hari setelah ibu melahirkan yang disebabkan
karena tonus otot menurun selama proses persalinan dan pada masa awal
post partum. Nyeri sangat defekasi kearena nyeri di perinium akibat
epiostomi, laserasi, atau hemoroid (Bobak & Johnson, 2004).
2.1.2.5 Sistem Kardiovaskuler
Pada minggu ke 3 dan ke 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya turun
sampai mencapai volume sebelum hamil. Denyut jantung volume
sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang hamil. Setelah wanita
melahirkan meningkat tinggi selama 30-60 menit, karena darah melewati
sirkulasi uteroplasenta kembali ke sirkulasi umum. Nilai curah jantung
normal ditemukan pemeriksaan dari 8-10 minggu setelah wanita
melahirkan (Bobak & Johnson, 2004).
2.1.2.6 Sistem Neurologi
Perupahan neurologis selama selama peurperium kebalikan adaptasi
neurologis wanita hamil, disebabkan trauma wanita saat bersalin dan
melahirkan.srasa baal dan kesumutan pada jari dialami 5% wanita hamil
dan biasanya hilang setelah anak lahir. Nyeri kepala post partum
disebabkan hipertensi akibat kehamilan, stres dan kebocoran cairan
serebrospinalis. Lama nyeri kepala 1-3 hari dan beberapa minggu
tergantung penyebab dan efek pengobatan (Bobak & Johnson, 2004).
2.1.2.7 Sistem Muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu terjadi selama hamil berlangsung
terbalik pada masa post partum. Adaptasi membantu relaksasi dan
permeabilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran
rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6-8 setelah wanita
melahirkan (Bobak & Johnson, 2004).
2.1.2.8 Sistem Integumen

15

Kloasma muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan


berakhir. Kulit merenggang pada payudara, abdimen, paha dan panggul
mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya. Kelaina pembuluh darah
seperti spider angioma (nevi),eritema palmar dan epulis berkurang
sebagai respon penurunan kadar estrogen. Pada beberapa wanita spider
nevi bersifat menetap (Bobak & Johnson, 2004).
2.1.3

Adaptasi Psikologis Postpartum Menurut Ramona T Mercer


1. Proses adaptasi menurut teori Mercer
a. Ante partum stress
Dapat terjadi akibat komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman
negatif dalam hidup.
b. Pencapaian peran ibu
Membutuhkan pendekatan yang kompeten termasuk peran dalam
mengekspresikan kepuasan dan penghargaan peran. Peran aktif wanita
sebagai ibu dan pasangannya berinteraksi satu dengan yang lain.
Mercer menguraikan 4 step dalam pelaksanaan peran ibu :
1) Anticipatory
Adalah suatu masa dimana wanita memulai penyesuaian sosial dan
psikologis terhadap peran barunya klien mempelajari apa saja yang
dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
2) Tahap formal

16

Peran sesungguhnya seorang ibu mulai.Pada masa ini bimbingan peran


secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem sosial
dari wanita.
3) Tahap informal
Mulai pada saat wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam
melaksanakan peran ibu yang tidak disampaikan oleh sosial sistem.
4) Tahap personal
3 bulan sampai 7 bulan post partum tahap akhir pencapaian peran ini. Pada
tahap ini wanita telah mahir melaksanakan perannya sebagai ibu. Ia telah
mampu menentukan caranya sendiri dalam melaksanakan peran barunya
ini.
2.2 Konsep Teori Maternal role attainment : Model Original Mercer
2.2.1 Definisi dan Konsep Utama (Mayor)
Mercer menggunakan konsep-konsep utama dalam mengembangkan
model konseptualnya. Konsep-konsep tersebut adalah:
1. Pencapaian peran ibu (maternal role attainment) adalah suatu proses
pengembangan dan interaksional dimana setiap saat ketika ibu
menyentuh bayinya akan menciptakan kemampuan mengasuh dan
merawat termasuk membentuk peran dan menunjukkan kepuasan dan
kesenangan menikmati perannya tersebut.
2. Identitas keibuan (Maternal identity) menunjukkan internalisasi diri
dari

ibu.

Persepsi terhadap kelahiran bayi adalah persepsi setiap wanita dalam


menunjukkan persepsi pengalamannya selama melahirkan bayinya.
3. Persepsi dari pengalaman melahirkan (Perception of birth experience)
persepsi seorang wanita dari kelangsungan persalinan dan kelahiran.

17

4. Self

esteem

digambarkan

sebagai

persepsi

individu

dalam

menggambarkan dirinya sendiri.


5. Konsep diri adalah seluruh persepsi individu terhadap kepuasan diri,
penerimaan diri, harga diri dan kesesuaian antara diri dan ideal dirinya.
6. Fleksibilitas dikemukakan untuk menunjukkan bahwa peran tidaklah
kaku. Fleksibilitas perilaku pengasuhan anak meningkat seiring dengan
meningkatnya perkembangan. Ibu yang lebih tua berpotensi untuk
mengalami kekakuan pada bayinya dan untuk menyesuaikan pada
setiap situasi.
7. Childrearing attitude adalah perilaku ibu atau kepercayaan mengenai
pengasuhan anak.
8. Status kesehatan didefinisikan sebagai persepsi orang tua terhadap
prioritas kesehatannya, pandangan terhadap kesehatan, kesehatan saat
ini, resistensi atau kemungkinan untuk sakit, hal yang dikhawatirkan
dalam kesehatan, orientasi sakit dan memutuskan peran sakit.
9. Kecemasan digambarkan sebagai persepsi individu tentang situasi yang
penuh stress seperti adanya bahaya atau ancaman.
10. Depresi ditunjukkan dengan adanya beberapa gejala tekanan yang
ditunjukkan dari perilaku ibu,
11. Role strain-role conflict (konflik peran) didefinisikan sebagai konflik
dan kesulitan yang dirasakan oleh wanita dalam penyesuaiannya
terhadap tugas peran ibu.
12. Gratification-satisfaction

digambarkan

sebagai

kepuasan,

kenikmatan, umpan balik dan kebanggaan yang diekspresikan oleh

18

wanita dalam berinteraksi dengan bayinya dan dalam memenuhi tugas


rutinnya sebagai seorang ibu.
13. Attachment adalah komponen dari peran orang tua dan identitas yang
digambarkan sebagai proses dalam mempertahankan komitmen sikap
dan emosi yang telah terbentuk.
14. Infant temperament dikaitkan dengan apakah bayi sulit mengirimkan
untuk membaca isyarat, arahan pada perasaan ketidakmampuan dan
keputusasaan dari ibu.
15. Status kesehatan bayi (infant health status) adalah kesakitan yang
disebabkan oleh permisahan ibu dan bayi, mempengaruhi proses
kasih sayang (attachment).
16. Karaktersitik bayi (infant characterize) meliputi temperamen bayi,
penampilan dan status kesehatan.
17. Isyarat-isyarat bayi (infant cues) adalah perilaku bayi yang
menunjukkan respon terhadap ibunya.
18. Keluarga (family) didefinisikan sebagai sistem yang dinamis yang
terdiri atas subsistem-individu (ibu, ayah, janin/bayi) dan dyad (ibuayah, ibu-janin/bayi, ayah-janin/bayi) yang bersama dalam satu
sistem.
19. Fungsi keluarga (family functioning) adalah pandangan individu
terhadap aktivitas dan hubungan antara keluarga dan sub sistem serta
unit sosial yang tinggal dalam rumah.
20. Ayah atau pasangan intim (father or intimate partner) berkontribusi
pada proses pencapaian peran ibu yang pada pelaksanaannya tidak

19

bisa digantikan oleh orang lain. Interaksi ayah membantu mengurangi


tekanan dan memfasilitasi pencapaian peran ibu. Stress terbentuk dari
persepsi positif atau negatif tentang hidup dan lingkungan.
21. Dukungan sosial (social support) adalah sejumlah bantuan yang
diterima, puas dengan bantuan tersebut dan orang-orang disekitarnya
selalu siap untuk membantu. Terdapat empat area dukungan sosial
yang mencakup:
1) dukungan emosional: Perasaan dicintai, dipedulikan, dipercaya,
dan dimengerti.
2) dukungan informasi: Bantuan individu berbentuk penyediaan
informasi yang berguna bagi ibu untuk mengatasi masalah atau
situasi secara mandiri.
3) dukungan fisik: Berbagai bantuan langsung.
4) dukungan penilaian: Dukungan yang menunjukkan pengambil
peran

bagaimana

ibu

menjalankan

perannya

hal

ini

memungkinkan individu untuk mengevaluasi diri ibu sendiri


dalam hubungannya dengan orang lain dalam menjalankan
peran.
22. Hubungan ibu-ayah (mother-father relationship) adalah persepsi
tentang hubungan pasangan yang mencakup nilai, tujuan antara
keduanya dan perjanjian. Kasih sayang ibu terhadap bayinya
berkembang seiring dengan lapangan emosional dari hubungan
orangtuanya (Tomey & Alligood, 2006).

20

2.2.2

Asumsi Yang Mendasari Model Konseptual


Untuk pencapaian peran ibu, Mercer (1981, 1986a, 1995) menetapkan
beberapa asumsi:
a. inti diri yang relative stabil, diperoleh melalui sosialisasi seumur
hidup, menentukan bagaimana ibu mendefiniskan dan merasakan
event-event sebagai seorang ibu, persepsinya terhadap bayinya dan
tanggapan lain terhadap ibunya, dengan situasi hidupnya yang mana
dia berespon (Mercer, 1986a).
b. Disamping pada sosialisasi ibu, tingkat perkembangannya dan
karakteristik

kepribadian

bawaan

juga

mempengaruhi

respon

perilakunya (Mercer, 1986a).


c. Partner peran ibu, bayinya, akan mencerminkan kemampuan ibu dalam
berperan sebagai ibu melalui proses pertumbuhan dan perkembangan
(Mercer, 1986a).
d. Bayi dianggap sebagai partner aktif dalam proses pengambilan peran
sebagai ibu, mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perannya (Mercer,
1981).
e. Ayah atau partner ibu lainnya yang dekat dapat menyumbangkan
pencapaian peran dalam cara yang tidak dapat diduplikasikan dengan
pendukung lainnya (Mercer 1995).
f. Identitas maternal berkembang bersamaan dengan ikatan keibuan dan
saling ketergantungan satu sama lainnya (Mercer, 1995; Rubin 1977).
Adapun metaparadigma keperawatan menurut Mercer antara lain :
a. Keperawatan
Mercer (1995) mengungkapkan bahwa, Perawat adalah tenaga
profesional yang paling sering dan intens berinteraksi dengan wanita di
dalam

siklus

keibuan.

Perawat

bertannggung

jawab

untuk

mempromosikan kesehatan keluarga dan anak; perawat adalah pionir

21

di dalam perkembangan dan pembagian strategi pengkajian untuk


pasien-pasien ini. Definisi dari keperawatan menurut Mercer dalam
komunikasi personal adalah sebagai berikut:
Keperawatan adalah profesi yang dinamis dengan tiga fokus utama
yaitu promosi kesehatan, mencegah kesakitan dan menyediakan
layanan keperawatan bagi yang memerlukan bantuan professional
untuk mendapatkan kesehatan dan fungsi optimal mereka, dan
penelitian untuk meningkatkan dasar pengetahuan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang unggul. Perawat menyediakan asuhan
kesehatan untuk individu, keluarga, dan komunitas. Pengkajian
selanjutnya pada klien dan lingkungan, perawat mengidentifikasi
tujuan klien, menyediakan layanan pada klien yang meliputi dukungan,
pendidikan dan pelayanan keperawatan pada klien yang tidak mampu
merawat dirinya sendiri (Mercer, (2004).
b. Person
Mercer tidak mendefinisikan secara spesifik mengenai konsep
manusia namun mengarah pada diri dan inti diri. Mercer memandang
diri sebagai bagian dari peran yang dimainkan. Wanita sebagai
individu dapat berperan menjadi orang tua jika telah melalui motherinfant dyad. Inti dari manusia tersusun dari konteks budaya dan dapat
mendefinisikan dan membentuk situasi. Konsep kepercayaan diri dan
harga diri sebagai manusia terpisah dari interaksi dengan bayinya dan
ayah dari bayinya atau orangg lain yang berarti yang saling
mempengaruhi.
c. Kesehatan
Mercer mendefinisikan status kesehatan dari orang tua sebagai
persepsi kesehatan yang mereka lalu, kesehatan saat ini, harapan

22

tentang kesehatan, resiko terhadap penyakit, kekhawatirkan dan


perhatian

tentang

kesehatan,

orientasi

pada

penyakit

dan

penyembuhannya, status kesehatan bayi baru lahir dengan tingkat


kehadiran penyakit dan status kesehatan bayi oleh orang tua pada
kesehatan secara menyeluruh. Kesehatan dipandang sebagai keinginan
yang ditunjukkan untuk bayi. Mercer mengemukakan bahwa stress
suatu proses yang memerlukan perhatian penting selama perawat
persalinan dan proses kelahiran.
d. Lingkungan
Definisi lingkungan yang dikemukakan oleh Mercer diadaptasi dari
definisi Bronfenbrenners tentang ekologi lingkungan dan berdasarkan
teori awalnya. Mercer menjelaskan tentang perkembangan tidak dapat
menjadi bagian dari lingkungan, terdapat akomodasi mutual antara
perkembangan individu dan perubahan sifat dengan segera. Stress dan
dukungan sosial dalam lingkungan dipengaruhi untuk mencapai peran
maternal dan paternal serta perkembangan anak.
2.2.3

Maternal role attainment : Model Original Mercer

Maternal Role Attainmen yang dikemukakan oleh Mercer merupakan sekumpulan


siklus mikrosistem, mesosistem dan makrosistem. Model ini dikembangkan oleh
Mercer sejalan pengertian yang dikemukakan Bronfenbrenners, yaitu :
a. Mikrosistem adalah lingkungan terdekat dimana peran pencapaian ibu terjadi.
Komponen mikrosistem ini antara lain fungsi keluarga, hubungan ibu-ayah,
dukungan sosial, status ekonomi, kepercayaan keluarga dan stressor bayi baru
lahir ang dipandang sebagai individu yang melekat dalam sistem keluarga.
Mercer (1990) mengungkapkan bahwa keluarga dipandang sebagai sistem

23

semi tertutup yang memelihara batasan dan pengawasan yang lebih antar
perubahan sengan sistem keluarga dan sistem lainnya.
Mikrosistem adalah hal yang paling berpengaruh pada pencapaian peran
keibuan (Mercer, 1995). Pada tahun 1995, Mercer memperluas kosep dan
model terbarunya untuk

menekankan pentingnya ayah dalam pencapaian

peran, menegaskan bahwa ayah membantu mengurangi tekanan ibu dan


bayinya. Maternal role attainment dicapai melalui interaksi dari ayah, ibu dan
bayi.
b. Mesosistem meliputi, mempengaruhi dan berinteraksi dengan individu di
mikrosistem. Mesosistem mencakup perawatan sehari-hari, sekolah, tempat
kerja, tempat ibadah dan lingkungan yang umum berada dalam masyarakat.
c.

Makrosistem adalah budaya pada lingkungan individu. Makrosistem terdiri


atas sosial, politik. Lingkungan pelayanan kesehatan dan kebijakan sistem
kesehatan yang berdampak pada pencapaian peran ibu.

Maternal Role Attainment adalah proses yang mengikuti 4 (empat) tahap


pencapaian peran, yaitu:
a. Antisipatori : tahapan antisipatori dimulai selama kehamilan mencakup data
sosial, psikologi, penyesuaian selama hamil, harapan ibu terhadap peran,
belajar untuk berperan, hubungan dengan janin dalam uterus dan mulai
memainkan peran.
b. Formal : tahapan ini dimulai dari kelahiran bayi yang mencakup proses
pembelajaran dan pengambilan peran menjadi ibu. Peran perilaku menjadi
petunjuk formal, harapan konsesual yang lain dalam sistem sosial ibu.

24

c. Informal: merupakan tahap dimulainya perkembangan ibu dengan jalan atau


cara khusus yang berhubungan dengan peran yang tidak terbawa dari sistem
sosial. Wanita membuat peran barunya dalam keberadaan kehidupannya yang
berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan ke depan.
d. Personal: Personal atau identitas peran yang terjadi adalah internalisasi wanita
terhadap perannya. Pengalaman wanita yang dirasakan harmonis, percaya diri,
kemampuan dalam menampilkan perannya dan pencapaian peran ibu.
Tahapan pencapaian peran ibu ini berkaitan dan sejalan dengan pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Identitas peran keibuan dapat dicapai dalam satu
bulan atau beberapa bulan (Mercer,1995) Tahapan-tahapan ini dipengaruhi
oleh dukungan sosial, stress, fungsi keluarga dan juga oleh hubungan antara
ayah dan ibu atau hal penting lain.
Sifat-sifat dan perilaku dari ibu dan bayi dapat mempengaruhi identitas peran
keibuan dan mempengaruhi outcome anak. Sifat-sifat dan perilaku keibuan
yang termasuk ke dalam teori Mercer yaitu empati, sensitifitas terhadap
isyarat-isyarat bayi, harga diri dan konsep diri, asuhan yang diterima saat
menjadi anak-anak, kematangan dan fleksibilitas, sikap-sikap, pengalaman
kehamilan dan melahirkan, kesehatan, depresi dan peran konflik. Sifat bayi
yang memiliki pengaruh yang kuat terhadap identitas peran keibuan termasuk
tempramen, kemampuan untuk member isyarat, penampilan, karakteristik
umum, responsive, dan kesehatan. Contoh-contoh dari perkembangan respon
bayi yang berinteraksi dengan perkembangan identitas keibuan pada ibu
diantaranya:
a. Kontak mata dengan ibu saat ibu bicara, refleks menggenggam

25

b. Refleks tersenyum dan tenang dalam perawatan ibu


c. Perilaku interaksi yang konsisten dengan ibu
d. Menimbulkan respon dari ibu; meningkatkan aktifitas
Menurut Mercer (1995) tahap identitas peran seseorang dicapai saat ibu
sudah mengintegrasikan peran ke dalam sistem dirinya sendiri dengan
kesesuaian diri dan peran yang lain. Ibu nyaman dengan identitasnya sebagai
ibu secara emosional terhubung kepada bayinya dan merasakan harmoni,
kepuasan, dan kompeten dalam perannya.

2.2 Primipara
Primipara adalah ibu yang baru pertama kali melahirkan. Ibu primipara
sering kali kurang pengetahuan dan pengalaman dalam perawatan diri dan
bayinya. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya ketidakpercayaan diri dan
ketidakmampuan dalam merawat bayimya yang dapat menjadi penghambat
dalam memberikan perawatan dan membentuk hubungan baik dengan
bayinya, padahal kedekatan dengan sentuhan ibu dengan bayinya
merupakan rangsangan yang dapat meningkatkan produksi ASI (Church,
1979, Luxfianti & Mayarina. 2000).
Upaya untuk meningkatkan kepercayaan diri dan ketidakmampuan ibu
dalam merawat bayi adalah salah satunya dengan pemberian pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang
ditunjukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok,
keluarga, dan masyarakat agar terlaksana perilaku hidup bersih dan sehat
(Setiawati & Dermawan, 2008).

26

2.3

Konsep Asuhan Keperawatan


Dalam teori

model Maternal role attainment hal-hal yang perlu dikaji

dalam asuhan keperawatan ibu diantaranya:


2.3.1 Pengkajian Pada Ibu
a. Identitas Ibu
Nama Ibu :
Usia :
Pekerjaan :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
Tanggal pengkajian :
b. Antisipatori
1) Riwayat kehamilan ibu: Keluhan ibu selama kehamilan, pemeriksaan
kehamilan, HPHT dan taksiran partus.

27

2) Riwayat psikologis selama hamil: Apakah ibu mengalami cemas,


ketakutan saat akan persalinan, atau perasaan tidak yakin untuk memulai
menerima bayi, dukungan suami selama kehamilan
3) Interaksi selama hamil: Bagaimana hubungan ibu dengan suami,
keluarga maupun lingkungan, adanya kegiatan baru atau kebiasaan yang
dilakukan ibu selama kehamilan.
4) Harapan selama kehamilan : Harapan pada kesehatan ibu dan bayi.
5) Peran yang dilakukan ibu selama hamil berhubungan dengan bayinya:
meliputi sikap ibu dalam memenuhi kebutuhan bagi kehamilannya
dalam mempersiapkan kelahiran bayinya.
c. Formal
1) Riwayat kelahiran : kronologi persalinan dan kondisi bayi saat
dilahirkan.
2) Bonding Attachment : apakah dilakukan inisiasi menyusui dini.
3) Breast feeding / kolostrum : keinginan ibu untuk menyusui

bayi,

hambatan ibu dalam menyusui bayi, upaya ibu dalam mengatasi


hambatan dalam menyusui.
4) Interaksi sosial selama kelahiran : sikap ibu dalam mengikuti instruksi
saat melahirkan.
5) Peran ayah selama kelahiran : Adanya dukungan suami saat ibu
melahirkan.
6) Peran Keluarga selama kelahiran : Adanya dukungan keluarga saat ibu
melahirkan.

28

d. Informal
1) Orang yang terlibat dalam perawatan bayi : Siapa saja yang terlibat
dalam perawatan bayi.
2) Peran dalam perawatan bayi : Upaya-upaya yang dilakukan dalam
perawatan bayi.
3) Pengalaman dalam perawatan bayi : pengalaman ibu sebelumnya dalam
perawatan bayi yang didapat dari pendidikan kesehatan melalui kelas ibu
hamil atau kelas ibu nifas.
4) Kemampuan ibu dalam merawat bayi : kemampuan apa saja yang sudah
dikuasai oleh ibu dalam merawat bayinya.
5) Harapan untuk perawatan bayi yang akan datang : Harapan ibu dalam
merawat bayi pada persalinan selanjutnya.
e. Personal
1) Pandangan ibu terhadap perannya : Perasaan ibu dalam mejalani peran
barunya sebagai istri dan seorang ibu.
2) Konflik Peran : adanya perasaan ragu atau tidak yakin untuk memulai
menjadi ibu
3) Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran ibu : contoh atau
pengetahuan yang telah ibu dapatkan yang berpengaruh dalam
perawatan bayinya.
4) Percaya diri dalam menjalankan peran : kepercayaan diri ibu dalam
merawat bayi dan faktor yang dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu.
5) Pencapaian peran : sudah merasa mampu atau belum mampu menjadi
seorang ibu dalam menjalankan tugasnya
2.3.2 Diagnosa Keperawatan

29

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu,


keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai
dengan kewenangan perawat. Diagnosa keperawatan terdiri dari 3
komponen yaitu respon, faktor berhubungan, tanda dan gejala (Setiadi,
2012). Diagnosa keperawatan yang dapat muncul adalah : Kesiapan
peningkatan proses kehamilan-melahirkan domain 8 seksualitas kelas 3.

2.3.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi yang diberikan untuk diagnosa keperawatan diatas adalah
pendidikan kesehatan orang tua : bayi menurut Nursing Interventions
Classification (2013) :
1. Tentukan pengetahuan, kesiapan dan kemampuan orangtua dalam
belajar mengenai perawatan bayi.
2. Berikan bimbingan antisipatif mengenai perubahan perkembangan
selama tahun pertama kehidupan.
3. Ajarkan orangtua keterampilan dalam merawat bayi baru lahir.
4. Sediakan materi tertulis bagi orangtua yang sesuai dengan identifikasi
kebutuhan pengetahuan.
5. Berikan dukungan ketika orangtua belajar keterampilan perawatan bayi.
6. Motivasi orangtua untuk memegang, memeluk, memijat, dan menyentuh
bayi.
7. Perkuat perilaku peran (sebagai) Pengasuh.
8. Perkuat keterampilan yang telah dilakukan orangtua dengan baik dalam
merawat bayi untuk meningkatkan kepercayaan diri.
9. Dorong orangtua untuk mengikuti kelas pengasuhan.
10. Berikan informasi mengenai sumber daya yang ada di masyarakat.

30

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencanan tindakan disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. (Nursalam, 2008)
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2010), komponen tahap
implementasi terdiri dari:
1) Tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan tanpa instruksi dari
dokter
2) Tindakan keperawatan mandiri ini ditetapkan dengan standar praktik
American nurses association: undang-undang praktik keperawatan
negara bagian dan kebijakan institusi perawatan kesehatan
3) Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan keperawatan kolaboratif di lakukan apabila perawat
bekerja dengan anggota tim perawat kesehatan yang lain dalam
membantu keputusan bersama yang bersetujuan untuk mengatasi
masalah-masalah klien.
4) Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap
asuhan keperawatan.
5) Frekuensi dokumentasi tergantung pada kondisi klien dan terapi
yang diberikan.
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan aspek penting dalam proses keperawatan karena
kesimpulannya yang ditarik nantinya menentukan apakah rencana
keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan atau diubah. Keberhasilan
penatalaksanaan keperawatan tercermin pada pencapaian hasil dan tujuan
klien. Bandingkan perilaku klien dengan hasil dan tujuan klien yang telah

31

ditetapkan sebelumnya. Ketidak berhasilan dalam pencapaian hasil dan


tujuan klien mengindikasikan diperlukannya modifikasi dalam pendekatan
yang digunakan dengan mengkaji kembali klien, merevisi diagnosa
keperawatan dan menyesuaikan tindakan keperawatan (Kozier, 2010:432).
Pada evaluasi klien ibu primipara dapat digunakan kuesioner pencapaian
peran ibu sebagai berikut:
Kemampuan pencapaian peran pada ibu postpartum
primipara
Sko

Pilihan

Pertanyaan
o
1.

Sl
Saya menyiapkan semua
perlengkapan yang

2.

dibutuhkan bayi.
Saya merasa puas setelah

3.

melahirkan.
Saya merasa bangga

4.

menjadi seorang ibu.


Saya belajar menjalankan
peran dari lingkungan
terdekat dan dari
pengalaman masa lalu ibu
dan nenek serta informasi
dari tenaga kesehatan
terkait dengan peran sebagai

5.

ibu.
Saya bangga bisa

Sr

Kdg

Tdp

32

Sko

Pilihan

Pertanyaan
o
memandikan, merawat tali
pusat bayi, menggendong
bayi saya tanpa bantuan
6.

orang lain.
Mertua atau ibu saya
mengantikan peran saya
(memandikan, merawat tali
pusat, menggendong
bayi)meskipun saya bisa

7.

melakukanya sendiri.
Saya menyusui bayi dengan
cara yang tepat dan

8.

nyaman(bayi tidak rewel).


Suami dan keluarga ikut
berpartisipasi dalam
merawat bayi
(menggendong, memandikan
bayi, mengganti pampers

9.

r
Sl

bayi, dll).
Saat hamil, saya
berusaha diri menjadi
seorang ibu dan berinteraksi

dengan anak lain.


10 Saya mengerti maksud bayi

Sr

Kdg

Tdp

33

Sko

Pilihan

Pertanyaan

o
.

Sl
yang membutuhkan tindakan
segera(menanggis, ingin
menyusu,memgenggam

tanggan ibu dll).


11 Bayi akan berhenti menangis
.

bila saya menatap dan

menggendong.
12 Saya mampu berespon
.

terhadap isyarat bayi dengan


tepat( bayi rewel biasanya
lapar,pampers bayi penuh,

dll).
13 Saya memandang bayi saat
.

menggendong dan
memberikan ASI.

Keterangan : Selalu

:4

Sering

:3

Kadang-kadang

:2

Tidak pernah

:1

Sr

Kdg

Tdp

Anda mungkin juga menyukai