Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

A.

Topik

: Perawatan Bayi Baru Lahir

Subtopik

: Perawatan Tali Pusat Sehari hari

Sasaran

Hari/tanggal

Waktu

: 30 menit

Tempat

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah

mengikuti

kegiatan

penyuluhan

selama

30

menit

diharapkan peserta dapat mengertidan memahami tentang perawatan tali pusat


sehari hari yang baik dan benar.
B.

TUJUAN INSTRUKSIONA KHUSUS (TIK)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan peserta
\dapat mengeti dan mampu menjelaskan kembali tentang perawatan tali pusat bayi
\baru lahir yang baik dan benar.

C.

MATERI
Terlampir

D.

MEDIA

1.

Materi SAP

2.

Leaplet

E.

METODE
Ceramah Tanya jawab

F.

KEGIATAN PENYULUHAN

No
1.

2.

Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Pembukaan - Mengucapkan salam

Kegiatan Ibu
- Menjawab salam

(5 menit)

Inti

Menyampaikan tujuan

Mendengarkan

-Memberikan pengetahuan tentang - Mendengarkan

(15 menit)

perawatan tali pusat pada bayi baru -Memperhatikan


lahir yang baik dan benar

- menceritakan

-Memeragakan dan melatih teknik pengalamannya


perawatan tali pusat yang baik dan dan berdiskusi
benar
-Menggali
3.

Penutup

dengan mahasiswa
pengalaman

setelah dilakukan tindakan.


- Tanya jawab

(10 menit) -

Megajukan
pertanyaan,

Menyimpulkan hasil penyuluhan -

Menjawab

Menutup penyuluhan denganSala -

Menjawab salam

EVALUASI
Metode Evaluasi

Evaluasi

G.

peserta (penyuluh

: Diskusi dan Tanya Jawab

Jumlah soal

: 4 soal

Jenis pertanyaan

1)

Apa yang di maksud dengan perawatan tali pusat ?

2)

Apa Tujuan dari perawatan tali pusat ?

3)

Apa yang akan terjadi jika perawtan tali pusat kurang baik ?

4)

Bagaimana Cara Perawatan Tali Pusat yang benar ?

PERAWATAN TALI PUSAT


1.

Pengertian Tali pusat


Tali pusat atau dalam istilah medis dikenal dengan funiculus umbilikalis
merupakan sebuah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan. Tali
pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke permukaan plasenta dan
mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm, dengan ketebalan sekitar 1-2
cm, tali pusat dianggap berukuran pendek, jika panjang normal kurang dari 40 cm.
Tali pusat merupakan jembatan penghubung antara plasenta dan janin. Jadi tali
pusat tidak hanya mencakup fungsi pernapasan saja, tapi seluruh aktivitas yang
ada di plasenta yakni menyalurkan zat-zat yang dibutuhkan oleh janin, baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serta berperan sebagai saluran
untuk mengeluarkan bahan-bahan sisa yang tidak dibutuhkan oleh janin seperti
urea dan gas karbondioksida. Lalu, akan dikembalikan ke peredaran darah ibu
yang kemudian dieksresikan dari tubuh ibu (Riksani, 2012).
Tali pusat adalah jaringan unik yang terdiri dari dua arteri dan satu vena
yang tertutup oleh jaringan pengikat mukoid yang dikenal sebagai Whartons jelly,

yang ditutup oleh satu lapisan tipis membrane mukosa (kelanjutan dari amnion).
Selama hamil, plasenta menyediakan semua nutrient untuk pertumbuhan dan
menghilangkan produk sisa secara terus-menerus melalui tali pusat. Setelah lahir,
tali pusat mengering dengan cepat, mengeras dan berubah warnanya menjadi
hitam (suatu proses yang disebut gangren kering). Proses ini dibantu oleh paparan
udara. Pembuluh umbilical tetap berfungsi selama beberapa hari, setelah resiko
infeksi masih tetap tinggi sampai tali pusat terpisah (Trotter, 2010)
Tali pusat terdiri dari bagian maternal (desidua basalis) dan bagian janin (vili
korionik). Permukaan maternal lebih memerah dan terbagi menjadi beberapa
bagian (kotiledon). Permukaan fetal ditutupi dengan membran amniotik dan
merupakan membran yang halus serta berwarna kelabu dengan tonjolan pembuluh
darah sehingga tali pusat tidak hanya sebagai penyalur sumber makanan dan
sebagai penyaring bagi janin (Sarwono, 2010)
Jadi kesimpulnnya Tali pusat atau umbilical cord adalah saluran kehidupan
bagi janin selama dalam kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran
inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin.
Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus
dipotong dan diikat atau dijepit.

2.

Pengertian Perawatan Tali Pusat


Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru lahir
sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering dengan tujuan

untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan mempercepat penyembuhan luka
bekas pemotongan tali pusat (Sodikin, 2009).
Perawatan tali pusat merupakan tindakan keperawatan yang bertujuan
merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya
infeksi pada tali pusat bayi, alat dan bahan yang digunakan hanya kassa steril, air
dan sabun. (Hidayat, 2009).
Perawatan tali pusat adalah upaya untuk mencegah infeksi tali pusat dengan
tindakan sederhana yakni tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan
kering, selalu mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan sabun, dan
tidak membubuhkan apapun pada sekitar daerah tali pusat (Sodikin,2012)
Jadi kesimpulannya perawatan tali pusat merupakan suatu tindakan perawatan
pada tali pusat bayi baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput,
dengan tujuan untuk mencegah infeksi pada tali pusat bayi dan mempercepat
penyembuhan luka bekas pemotongan tali pusat/ puput tali pusat.

3.

Tujuan perawatan tali pusat


Tujuan dari perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009) ada empat, yaitu:

a.

Mencegah terjadinya infeksi.

b.

Mempercepat proses pengeringan tali pusat.

c.

Mempercepat terlepasnya tali pusat.

d.

Mencegah terjadinya tetanus pada bayi baru lahir.

4.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat menurut


Sodikin (2009), yaitu :

a.

Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena dapat
menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat.

b.

Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan bersih

c.

Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan
menyebabkan tali pusat menjadi lembab.

d.

Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke


puntung tali pusat.

e.

Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat

f.

Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau
mengeluarkan nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas kesehatan.

g.
5.

Waktu Perawatan Tali Pusat Waktu untuk melakukan perawatan tali pusat
menurut Sodikin (2009), yaitu :

a.

Sehabis mandi pagi atau sore.

b.

Sewaktu-waktu bila balutan tali pusat basah oleh air kencing atau kotoran bayi.

c.

Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.

6.

Hal-hal yang akan terjadi jika perawatan tali pusat kurang baik
Menurut Sodikin (2012), Perawatan tali pusat tidak steril akan mengakibatkan
beberapa gangguan kesehatan pada bayi, diantaranya tetanus neonatorum dan
omfalitis. Untuk mencegah hal tersebut ibu di tekankan untuk mengetahui tanda
dan gejala adanya infeksi tali pusat bayi mereka yang dapat disebabkan karena
spora Clostridium tetani dan bakteri stapilokokus, streptokokus, atau bakteri gram
negatife. tanda dan gejala infeksi tali pusat pada bayi yaitu bayi tiba-tiba panas

dan tidak mau menetek atau tidak dapat menyusu karena trismus (sebelumnya
bayi menyusu seperti biasa), adanya mulut yang mencucu seperti mulut ikan
(karpermond), mudah dan sering kejang disertai sianosis, suhu meningkat, kuduk
kaku, sampai opistotonus.
Kurangnya perawatan tali pusat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan
tetanus bayi, yang ditandai dengan :
1)

Tali pusat berwarna merah, basah, dan kotor, yang kemungkinan tapi pusat

bernanah.
2)

Kesulitan menyusui

3)

Mulut tidak bisa dibuka

4)

Kejang-kejang bila disentuh, kena sinar atau mendengar suara keras

5)

Kadang demam (Iis Sinsin, 2008).

7. Cara Perawatan Tali Pusat


Menurut rekomendasi WHO, untuk perawatan sehari-hari tali pusat cukup dengan
membersihkan tali pusat dengan air dan sabun. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan Dore membuktikan adanya perbedaan perawatan antara perawatan tali
pusat yang menggunakan alkohol pembesih dan dibalut kain steril. Ia
menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat dengan cara alami lebih cepat dalam
waktu pengeringan dibandingkan perawatan tali pusat dengan menggunakan
alkohol.

Penelitian

lainnya

yang

dilakukan

Kurniawati

menyimpulkan bahwa perawatan tali pusat dengan menggunakan prinsip udara


terbuka (tidak menutup tali pusat menggunakan kassa/pembalut), waktu yang

dibutuhkan untuk mengering lebih cepat dibandingkan perawatan tali pusat


dengan menggunakan Air Susu Ibu (ASI).
Menurut Surat edaran tentang panduan ini, pertama kali dipublikasikan
pada tahun 2004 dan sesuai dengan nasihat terbaru berdasarkan bukti yang ada
(Trotter,2008b) memberitahukan perawatan tali pusat dengan menjagalah area
sekitar tali pusat agar tetap bersih dan kering. Cara terbaik untuk melakukannya
adalah dengan membiarkan daerah ini dan tidak memberikan apapun setelah
mandi pertama kali dalam air bersih biasa, tepuk-tepuk agar kering dengan
handuk bersih. Lipat kembali popok, pada setiap kali ganti, sampai tali pusat lepas
(Trotter, 2010).
Kesimpulannya Menurut saya, perawatan tali pusat yang baik yaitu tali
pusat harus tetap bersih dan kering ditutup dengan kasa steril tanpa dibubuhi
apapun, dan juga perlu diperhatikan adanya tanda-tanda infeksi seperti kemerahan
tali pusat, berbau dan bernanah, serta suhu tubuh bayi meningkat.

Penatalaksanaan perawatan tali pusat (Panduan APN, 2010)


Peralatan Yang Dibutuhkan:
1.

2 Air DTT, hangat, (a) untuk membasahi dan menyabuni, (b) untuk

membilas
2.

Washlap kering dan basah

3.

Sabun bayi

4.

Kassa steril

5.

1 set pakaian bayi

Prosedur Perawatan Tali Pusat:


1.

Cuci tangan.

2.

Dekatkan alat.

3.

Siapkan 1 set baju bayi yang tersusun rapi, yaitu: celana, baju, bedong

yang sudah digelar.


4.

Buka bedong bayi.

5.

Lepas bungkus tali pusat.

6.

Bersihkan/ ceboki dengan washlap 2-3x dari bagian muka sampai kaki/

atas ke bawah.
7. Pindahkan bayi ke baju dan bedong yang bersih.
8. Bersihkan tali pusat, dengan cara:
a. Pegang bagian ujung
b. Basahi dengan washlap dari ujung melingkar ke batang
c. Disabuni pada bagian batang dan pangkal
d. Bersihkan sampai sisa sabunnya hilang
e. Keringkan sisa air dengan kassa steril
f. Tali pusat tidak dibungkus.
9. Pakaikan popok, ujung atas popok dibawah tali pusat, dan talikan di pinggir.
Keuntungan : Tali pusatnya tidak lembab, jik0a pipis tidak langsung mengenai tali
pusat, tetapi ke bagian popok dulu.
10. Bereskan alat.
11. Cuci tangan.

SATUAN ACARA PENDIDIKAN KESEHATAN

POKOK BAHASAN

: Perawatan Bayi sehari-hari

1.

SUB POKOK BAHASAN

: Memandikan Bayi

WAKTU

SASARAN

TEMPAT

Tujuan Umum
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan mengena iperawatan bayisehari-hari ibu
dapat mengetahui bagaimana cara memandikan bayi yang benar dan nyaman bagi
bayi tersebut.

2.

Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang perawatan bayi sehari-hari, di
harapkan ibu mengetahui :
1. Mengasuh bayi dengan terampil dalam melakukan perawatan bayi terutama
memandikan bayi
2. Agar bayi merasa lebih nyaman pada saat dimandikan

3.

Kegiatan
No
1

Tahap
Pembukaan

Waktu
Kegiatan Penyaji
Kegiatan Audience
5 menit a. Memberikan salam a. Menjawab salam
dan memperkenalkan b.

Mendengarkan

Media
Ceramah

diri
b.
2

Pelaksanaan

c.

Menjelaskan tujuan

c. Kontrak waktu
15 menit a. Menjelaskan tujuan

b.

Memberi respon

Mendengarkan

memandikan bayi yang

dengan penuh

benar

perhatian

a.

Lembar

balik
b. ceramah

Menjelaskan yang
perlu diperhatikan saat
memandikan bayi

c. Menjelaskan teknik
3

Penutup

10 menit a.
b.

memandikan bayi
Tanya jawab

a.

Menyimpulkan hasil

yang belum jelas b.

pendidikan kesehatan b.
c.

Memberi salam
penutup

4.

Metode

a. Ceramah
b.

5.
a.

Tanya jawab

Evaluasi
Standar Persiapan

1.

Materi perawatan bayi sehari-hari

2.

Lembar Balik

Menanyakan hal

Aktif besama
menyimpulkan

c.

Menjawab salam

Ceramah

Tanya ja

b.

Standar Proses
1.

Mengajukanpertanyaanlisan.

a. Bagaimana cara memandikan bayi yang benar?


b.

Apa saja yang perlu diperhatikan saat memandikan bayi?

c.

Standar Hasil

1.

Ibu merespon dan menjawab pertanyaan dengan benar

2.

Ibu mengajukan beberapa pertanyaan

6.

Pustaka
Bobak, dkk,. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik

: Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Subtopik

1.

Adaptasi psikologisdan fase-fase yang dialami ibu masa nifas

2.

Gejala dan penatalaksanaan Post Partum Blues (Depresi sesudah


melahirkan)

3.

Gejala dan penatalaksanaan Depresi Berat

4.

Gejala dan penatalaksanaan Psikosis Post Partum

Hari/tgl

Waktu

: 60 menit

Peserta/sasaran :

Tempat

Tujuan umum

: Setelah mengikuti pertemuan ini peserta diharapkan

mengetahui apa saja


perubahan yang biasanya timbul pada ibu nifas sehingga mampu
menyikapinya.
Tujuan Khusus : Pada akhir pertemuan peserta dapat menjelaskan:
1.

Adaptasi psikologisdan fase-fase yang dialami ibu masa nifas

2.

Gejala dan penatalaksanaan Post Partum Blues (Depresi sesudah


melahirkan)

3.

Gejala dan penatalaksanaan Depresi Berat

4.

Gejala dan penatalaksanaan Psikosis Post Partum

Materi :
1.

Adaptasi psikologisdan fase-fase yang dialami ibu masa nifas

2.

Gejala dan penatalaksanaan Post Partum Blues (Depresi sesudah


melahirkan)

3.

Gejala dan penatalaksanaan Depresi Berat

4.

Gejala dan penatalaksanaan Psikosis Post Partum

Metode

: Ceramah atau presentasi, diskusi.

Media

: Lembar balik dan leaflet.

Kegiatan
No.
1.

:
Materi
Pembukaan (5 menit) 1.

Kegiatan
Membuka pertemuan dengan mengucapkan salam

2.
2.

Proses (30 menit)

Menjelaskan tujuan umum dan khusus pertemuan


Isi materi penyuluhan:

1.

Adaptasi psikologisdan fase-fase yang dialami ibu masa


nifas

2.

Gejala dan penatalaksanaan Post Partum Blues (Depresi


sesudah melahirkan)

3.

Evaluasi (20 menit)

3.

Gejala dan penatalaksanaan Depresi Berat

4.

Gejala dan penatalaksanaan Psikosis Post Partum

1.

Memberikan kesempatan kepada peserta untuk


menyampaikan pendapat atau pertanyaan

2.

Memberikan soal secara lisan kepada peserta

3.

Peserta mengerti seluruh materi penyuluhan yang telah


disampaikan.

4.

Penutup (5 menit)

Materi penyuluhan

1.

Penyuluh mengucapkan terima kasih kepada peserta

2.

Mengucapkan salam penutup

: terlampir

ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU DALAM MASA NIFAS

A.

Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas


Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu sudah dimulai sejak awal
kehamilan. Wanita hamil akan mengalami perubahan psikologis yang nyata
sehingga memerlukan adaptasi. Perubahan mood seperti sering menangis, lekas
marah dan sering sedih atau cepat berubah menjadi senang merupakan manifestasi
dari emosi yang labil. Proses adaptasi berbeda-beda antara satu ibu dengan ibu
yang lain. Pada awal kehamilan ibu beradaptasi menerima bayi yang
dikandungnya sebagai bagian dari dirinya. Perasaan gembira bercampur dengan
kekhawatiran dan kecemasan menghadapi perubahan peran yang sebentar lagi
akan dijalani dari seorang wanita yang sebelumnya menjalani fase sebagai
seorang anak kemudian berubah menjadi istri dan sebentar lagi harus bersiap
menjadi ibu. Seiring dengan bertambahnya umur kehamilan, perubahan tubuh
yang dialami seorang wanita seperti menjadi gemuk dan ketidaknyamanan sebagai
akibat dari perubahan tubuh juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya.
Menjelang proses kelahiran, kecemasan seorang wanita akan meningkat.
Gambaran tentang proses persalinan yang didengarnya akan menambah
kegelisahannya, dan kehadiran suami dan keluarga yang menemaninya selama
proses persalinan akan mengurangi ketegangan dan kecemasan yang dialaminya.

Setelah persalinan, ibu kembali memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara


ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin
mendorong wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya rawat
gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa menumpahkan
segala kasih sayang kepadanya tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui,
mengganti popok saja tapi juga dari segi psikologis seperti menatap, mencium,
menimang, sehingga kasih saying ibu dapat terus terjaga.
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir sehingga ia
memerlukan dukungan positif dari suami dan keluarganya.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase
sebagai berikut:
1.

Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari


pertama sampai hari kedua setelah melahirkan . pada saat itu fokus pertahatian ibu
terutama pada diri sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang
diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap
lingkungan.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah :

Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya


missal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lain-lain.

Ketiknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami ibu misal
rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula,
payudara bengkak, nyeri luka jahitan.

Rasa bersalah karena belum bias menyusui bayinya.

Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi dan
cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasa tidak nyaman karena
sebenernya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata.

2.

Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
malahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa
tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan
karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.

3.

Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan
diri, merwat diri dan bayinya sudah meningkat.Fase Taking In

B.

Post Partum Blues (Depresi sesudah melahirkan)


Postpartum Blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan,
biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekita dua hari hingga dua minggu
sejak kelahiran bayi yang ditandai gejala-gejala sebagai berikut:
Cemas tanpa sebab
Menangis tanpa sebab
Tidak sabar
Tidak percaya diri
Sensitif mudah tersinggung
Merasa kurang menyayangi bayinya

Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bias menjadi serius dan bisa bertahan

dua minggu sampai satu tahun dan akan berkelanjutan menjadi postpatum
syndrome.cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas degan postpartum blues
ada tiga cara yaitu:
1. dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik
2. dengan cara peningkatan suport
3. Komunikasi Terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara
bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara
- mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
- ibu dapat memahami dirinya
- dapat mendukug tindakat konstruktif

Factor-faktor penyebab timbulnya post partum blues:


1.

Faktor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesterone, prolaktin


dan estriol yang terlalu rendah. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah
melahirkan ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim nonadrenalin
maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.

2.

Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada


emosional seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules.

3.

Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional


yang komplek

4.

Factor umur dan paritas (jumlah anak)

5.

Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan

6.

Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat


pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat
gangguan kejiwaan sebelumnya, social ekonomi.

7.

Kecukupan dukungan dari lingkungan (suami, keluarga dan teman).

8.

Stress dalam keluarga, seperti factor ekonomi memburuk, masalah dengan


suami, problem dengan orang tua dan mertua.

9.

Stress yang dialami wanita itu sendiri missal karena ASI tidak mau keluar,
dll.

10.

Kelelahan pasca melahirkan

11.

Perubahan peran yang dialami oleh ibu

12.

Rasa memiliki terhadap bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut
yang berlebihan akan kehilangan bayinya.

13.

Problem dengan anaknya yang pertama.

Kiat mengurangi resiko terjadinya depresi postpartum:


Persiapan diri yang baik
Olahraga dan nutrisi yang cukup
Support mental dari lingkungan sekitar
Ungkapkan apa yang dirasakan
Mencari informasi tentang depresi postpartum
Menghindari perubahan hidup yang drastic
Melakukan pekerjaan rumah tangga

C.

Depresi Berat

Depresi berat dikenal sebagai sindroma depresif non psikotik pada kehamilan
namun umumnya terjadi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah kelahiran.
Gejala-gejala depresi berat:
Perubahan pada mood
Gangguan pola tidur dan pola makan
Perubahan mental dan libido
Fobia / ketakutan akan menyakiti diri sendiri dan bayinya.
Depresi berat akan memiliki resiko tinggi pada wanita atau keluarga yang pernah
mengalami kelainan psikiatrik atau pernah mengalami pre menstruasi sindrom.
Kemungkinan rekuren pada kehamilan berikutnya.

Penatalaksanaan depresi berat:


1.

Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar

2.

Terapi psikologis dari psikiater

3.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian anti depresan

4.

Pasien dengan percobaan bunuh diri sebaiknya tidak ditinggal sendirian di


rumah

5.

Jika diperlukan lakukan perawatan di RS

6.

Tidak dianjurkan untuk rooming in/rawat gabung dengan bayinya.

D.

Psikosis Post Partum


Insiden terjadinya Psikosis Post Partum adalah 1-2 per 1000 kelahiran. Pada kasus
tertentu sebaiknya ibu dirawat karena dapat menampakkan gejala yang

membahayakan seperti menyakiti diri sendiri menyakiti diri sendiri atau bayinya.
Gejala muncul umumnya dari beberapa hari sampai 4-6 minggu post partum.

Factor pemacu psikosis post partum


1.

Adanya riwayat keluarga menderita keliatan psikiatri

2.

Riwayat penyakit dahulu menderita penyakit psikiatri

3.

Adanya masalah keluarga dan perkawinan

Gejala psikosis post partum


1.

Gangguan tidur

2.

Cepat marah

3.

Gaya bicara yang keras

4.

Menarik diri dari pergaulan

Penatalaksanaan psikosis post partum


1.

Pemberian anti depresan atau lithium

2.

Sebaiknya menyusui dihentikan karena anti depresan disekresi melalui ASI

3.

Perawatan di RS

Anda mungkin juga menyukai