yang
hanya
menggunakan
kuning
telur
saja
atau
lebih awet, serta NaCl tersebut akan memberikan cita rasa asin pada telur
(Suprapti, 2002).
Jenis telur asin yang biasa diolah untuk menjadi telur asin adalah telur
itik. Bobot dan ukuran yang dimiliki telur itik rata-rata lebih besar dari bobot
dan ukuran yang dimiliki telur ayam. Warna kulit telurnya agak biru muda. Bau
amisnya yang tajam menjadikan penggunaan telur itik dalam berbagai
makanan tidak seluas telur ayam. Selain baunya yang amis, pori-pori telur itik
juga lebih besar dari pada telur ayam sehingga sangat baik diolah menjadi telur
asin (Yusuf, 2007).
Semakin lama perendaman telur menyebabkan konsentrasi NaCl
larutan garam menurun. Tetapi meningkatkan konsentrasi NaCl dalam telur.
Peningkatan konsentrasi garam telur berarti terjadi penurunan gaya penggerak
laju difusi air dari telur menuju larutan garam, sehingga nilai kehilangan air
telur menurun. Difusi berlangsung hingga mencapai titik keseimbangan.
Artinya laju difusi akan mengalami penurunan hingga tidak terjadi lagi difusi
(Lachish, 2007).
Perubahan fisik yang terjadi selama penyimpanan telur utuh
diantaranya yaitu berkurangnya berat terutama disebabkan oleh hilangnya air
dari putih telur, juga CO2, NH3, N2, dan H2S. Pertambahan ukuran ruang udara,
penurunan berat jenis, bercak-bercak pada permukaan kulit telur karena
penyebaran air yang tidak merata, penurunan jumlah putih telur kental karena
serat glikoprotein ovomusin pecah, Pertambahan ukuran kuning telur. ukuran
telur karena perpindahan air dari putih telur ke kuning telur sebagai akibat
perbedaan tekanan osmosis, perubahan cita rasa, serta kenaikan pH terutama
dalam putih telur yang meningkat dari sekitar pH 7 hingga 10 atau 11 sebagai
akibat hilangya karbondioksida (Buckle, 2007).
C. Chicken Nugget
Chicken nugget banyak diminati oleh masyarakat karena dinilai
praktis
tinggi
pengaruh
positif
terhadap konsumsi
makanan,
ayam
juga
sumber
mineral
selenium,
fosfor,
dan
zinc
(Amertaningtyas, 2011).
Pembuatan chicken nugget pada umumnya hanya menggunakan
daging dari bagian dada. Daging dari bagian ini banyak disukai konsumen
karena kandungan lemaknya rendah, serabut dagingnya seragam dan warnanya
yang terang. Hal ini akan mengakibatkan tingginya biaya produksi yang pada
akhirnya akan menyebabkan tingginya harga jual produk chicken nugget. Perlu
diupayakan alternatif pembuatan chicken nugget dengan tanpa mengurangi
nilai gizi maupun daya terima konsumen dengan cara pembuatan chicken
nugget dari berbagai bagian karkas broiler, sehingga bisa menekan biaya
produksi yang pada akhirnya akan lebih bisa diterima konsumen karena
harganya yang terjangkau (Sutaryo, 2006).
Penambahan putih telur yang meningkat akan meningkatkan elastisitas
nugget. Semakin besar kadar protein nuggets dengan adanya penambahan putih
telur yang semakin besar, semakin tinggi nilai elastisitas yang dihasilkan. Putih
telur yang ditambahkan mengikat bahan-bahan lain.Ikatan antara partikel yang
lebih kuat pada sistem gel akan membentuk ikatan matrik yang kuat dan lebih
elastis. Elastisitas diartikan sebagai laju bahan yang dideformasikan kembali ke
kondisi awal setelah gaya yang mendeformasi ditiadakan (De Man, 2003).
seperti polifosfat dan bahan lain yang berfungsi untuk membentuk emulsi
dengan lemak yang stabil. Kestabilan emulsi ini ditunjukkan dengan tidak
terpisahnya lemak dari sosis. Berdasarkan kehalusan emulsi daging, sosis
dibedakan menjadi sosis kasar dan sosis emulsi (Rahayu, 2008).
Proses pembuatan sosis kasar tahap pengolahannya lebih singkat dan
sederhana, yaitu menggiling daging sampai halus kemudian mencampurkannya
dengan lemak sampai merata sedangkan pada proses pembuatan sosis emulsi,
tahapan pencampuran dikembangkan menjadi pencampuran, pencacahan dan
pengemulsian dengan menggunakan alat-alat khusus. Proses penggilingan
bertujuan untuk membentuk daging giling dan untuk mendistribusikan lemak.
Butiran-butiran lemak yang ditambahkan pada tahap pencampuran diharapkan
terdistribusi dan merata (Karmini, 2004).
Kata sosis berasal dari bahasa latin salsus, yang berarti daging yang
diawetkan
dengan
penggaraman.
Pembuatan
sosis
bertujuan
untuk
10
11
F. Yoghurt
Yoghurt adalah sejenis produk susu terkoagulasi, diperoleh dari
fermentasi asam laktat tertentu melalui aktivitas Lactobacillus delbrueckii var.
bulgaricus dan Streptococcus salivarius var. thermophilus, di mana
mikroorganisme dalam produk akhir harus hidup-aktif dan berlimpah. Jadi,
yoghurt sebetulnya hanyalah salah satu jenis susu fermentasi, dibuat dari susu
dengan bantuan makhluk-makhluk kecil yang dinamakan mikroba. Codex susu
adalah suatu daftar satuan yang harus dipenuhi air susu sebagai bahan
makanan. Daftar ini telah disepakati para ahli gizi dan kesehatan sedunia,
walaupun disetiap negara atau daerah mempunyai ketentuan-ketentuan
tersendiri (Codex, 2003).
Perbedaan antara masing-masing produk susu fermentasi adalah jenis
bakterinya. Contoh dalam yogurt terdapat dua jenis bakteri asam laktat yang
hidup berdampingan dan bekerja sama: Lactobacillus bulgaricus dan
Streptococcus thermophilus. Keduanya menghasilkan asam laktat yang
menggumpalkan susu menjadi yogurt. Kegiatan bakteri inilah yang menjadi
sumber sebagian besar manfaat yogurt (Widodo, 2002).
Yoghurt merupakan produk yang terbuat dari susu yang telah
dikonsumsi selama berabad-abad dan mempunyai efek yang menguntungkan
bagi kesehatan. Yoghurt terus menerus dimodifikasi untuk mendapatkan
karakteristik dan efek nutrisi yang lebih baik. Yoghurt berasal dari susu yang
difermentasi dengan bentuk seperti bubur atau es krim. Yoghurt dapat dibuat
dari susu sapi, susu kambing, atau lainnya (Routray, 2011).
Yoghurt adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri dan dapat
dibuat dari susu apa saja, bahkan susu kacang kedelai. Yoghurt sendiri
mengandung 2 jenis probiotik, yaitu lactobacillus dan bifidobachterium.
Probiotik, bakteri baik yang membantu proses pencernaan. Tak hanya enak,
ternyata yoghurt juga memiliki manfaat lain yang jarang diketahui. Jadi,
pembuatan yoghurt ini bukannya tanpa alasan, kandungan gizi yang terdapat
pada yoghurt merupakan alasan mengapa kita perlu mengkonsumsinya
(Bambang, 2007).
12