Anda di halaman 1dari 23

IDENTIFIKASI RAGAM UNSUR BUDAYA

Disusun Oleh :
1. dr. Aditya Arya Putra (1604)
2. Ahmad Maryo S, S.T (1645)
3. Aldo Hamonangan, S.H (1626)
4. Tommy Liston, S.H (1620)
5. Raditya Triatmaji, S.H (1622)

MATA KULIAH ANTROPOLOGI BUDAYA


SIPSS 2016

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Identifikasi Ragam Unsur Budaya ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Dr. Juhadi, M.Si dan Kompol
Irfan, SIK. MSi. selaku Dosen mata kuliah Antropologi yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai keragaman unsur budaya yang kami punya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Semarang, Juni 2016


Penyusun

Di antara kami berlima, terdapat berbagai macam unsur budaya. Jawa Timur, Batak,
Palembang dan Betawi. Sesuai yang kami pelajari di mata kuliah Antropologi Budaya terdapat 7
unsur universal kebudayaan untuk mempelajari kebudayaan umat manusia, yaitu :

Sistem pengetahuan
Sistem Teknologi / Peralatan Hidup
Sistem Mata pencaharian hidup
Sistem Organisasi Sosial
Sistem Religi / Kepercayaan
Bahasa
Kesenian
Ke 7 unsur yang diatas yang akan dituliskan untuk membantu mempelajari
berbagai kebudayaan yang ada di antara kami.
Budaya 1
JAWA TIMUR

Sistem pengetahuan
Sistem pengetahuan di Jawa Timur semenjak jaman majapahit, bisa di bilang termasuk
maju di antara wilayah lainnya di Nusantara, hal ini dikarenakan panjangnya pesisir jawa
timur dan masyarakat yang hidup sebagai pelaut dan pedang yang menyebabkan
mudahnya informasi yang masuk sejak jaman majapahit tersebut. Apalagi jawa timur
yang merupakan bagian dari pulau jawa ini berada di posisi strategis yang diapit oleh dua
samudra dan dua benua yang menjadi jalur perdagangan dan informasi internasional.
Sistem Teknologi / Peralatan Hidup
Sistem teknologi di jawa timur termasuk maju dikarenakan saat ini sedang digalakkan
industrialisasi di wilayah jawa timur. Kemajuan pesat di sektor industri dan
pertambangan yang ada di jawa timur juga berdampak pada kemudahan mendapatkan
barang-barang peralatan kebutuhan hidup dan mata pencarian ditambah lagi terangkatnya
taraf perekonomian masyarakat membuat mudah dan majunya sistem teknologi di
propinsi ini jika di bandingkan dengan propinsi lainnya di jawa timur
Sistem Mata pencaharian hidup
Sistem mata pencarian di jawa timur pasca kemerdekaan sebagian besar adalah petani
dan peternak, tetapi di era modern ini mata pencarian masyarakat jawa timur mulai
beralih ke perindustrian

Sistem Organisasi Sosial


Sistem organisasi sosial masyarakat jawa timur masih kental akan musyawarahnya.
Hampir setiap pemecahan masalah menggunakan sistem musyawarah. Bahkan dalam
pemilihan kepala desa di beberapa daerah masih memegang teguh sistem ini.
Sistem Religi / Kepercayaan
Mayoritas Suku Jawa umumnya menganut agama Islam, sebagian kecil lainnya menganut
agama Kristen, Katolik, Hindu dan Buddha. Sebagian Suku Jawa juga masih memegang
teguh kepercayaan Kejawen. Agama Islam sangatlah kuat dalam memberi pengaruh pada
Suku Madura. Suku Osing umumnya beragama Islam. Sedangkan mayoritas Suku
Tengger menganut agama Hindu.
Bahasa
Bahasa masyarakat jawa timur banyak dipengaruhi oleh Bahasa jawa tengahan, yang dulu
disebut atau dikenal sebagai daerah mataraman. Tetapi sebagian wilayah jawa timur yang
lain di bagian tapal kuda (probolinggo, lumajang, jember, situbondo dan banyuwangi)
sedikit banyak dipengaruhi oleh Bahasa Madura dikarenakan banyaknya orang-orang dari
suku madura yang merantau ke sana selama bertahun-tahun.
Kesenian
Jawa timur adalah propinsi yang memiliki sejumlah kesenian khas mulai dari reog
ponorogo salah satu kesenian yang sejatinya menampilkan ungkapan protes atau
kekecewaan seorang bawahan terhadap rajanya, lalu ada ludruk yang merupakan salah
satu kesenian jawa timuran yang cukup terkenal yakni seni panggung yang umumnya
seluruh pemainnya adalah laki-laki. Yang menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat
jelata, ada pula kerapan sapi dari madura, tari remo dan parikan. Seni tari tradisional di
jawa timur secara umum dapat dikelompokkan dalam gaya jawa tengahan, gaya jawa
timuran, tarian jawa gaya osing, dan tarian gaya Madura.

Budaya 2
BATAK
1. Bahasa
No.
1.
2.
3.
4.

Logat
Karo
Pakpak
Simalungun
Toba

Budaya
Dipakai batak Karo
Dipakai batak Pakpak
Dipakai batak Simalungun
Dipakai batak Toba, Angkola dan

Mandailing

2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan masyarakat Batak tampak pada perubahan-perubahan musim yang
diakibatkan oleh siklus alam, misalnya musim hujan dan musim kemarau. Perubahan dua jenis
musim tersebut dipelajari masyarakat Batak sebagai pengetahuan untuk keperluan bercocok
tanam. Selain pengetahuan tentang perubahan musim, masyarakat suku Batak juga menguasai
konsep pengetahuan yang berkaitan dengan jenis tumbuh-tumbuhan di sekitar mereka.
Pengetahuan tersebut sangat penting artinya dalam membantu memudahkan hidup mereka
sehari-hari, seperti makan, minum, tidur, pengobatan, dan sebagainya. Jenis tumbuhan bambu
misalnya dimanfaatkan suku masyarakat Batak untuk membuat tabung air, ranting-ranting kayu
menjadi kayu bakar, sejenis batang kayu dimanfaatkan untuk membuat lesung dan alu, yang
kegunaannya untuk menumbuk padi.
Pengetahuan tentang beberapa pohon, kulit kayu (lak-lak), serta batu, yang dimanfaatkan
masyarakat Batak untuk keperluan makam raja-raja. Sedangkan dari kulit kayu biasanya
masyarakat Batak memanfaatkannya untuk menulis ilmu kedukunan, surat menyurat dan ratapan.
Kulit kayu (lak-lak) tidak ditonjolkan tetapi secara tersirat ada, karena yang menggunakan laklak tersebut hanya seorang Datu. Masyarakat Batak mengetahui dan menguasai kegunaan
bagian-bagain tumbuhan dan bebatuan secara efektif dan memanfaatkan untuk acara tergambar
pemakaman raja-raja. Upacara pemakaman itu hanya untuk raja-raja, tetua adat, dan para tokoh
yang mempunyai kedudukan saja. Hal itu disebabkan pelaksanaan upacara pemakaman
membutuhkan dana yang cukup besar.
3. Organisasi Sosial
Sistem kekerabatan orang Batak adalah patrilineal, yaitu menurut garis keturunan ayah.
Dalam berhubungan antara yang satu dengan yang lain pada masyarakat Batak, mereka harus
mampu menempatkan dirinya dalam struktur itu sehingga mereka selalu dapat mencari
kemungkinan hubungan kekerabatan di antara sesamanya dengan cara martutur. Hubungan
antara satu marga dengan marga lainnya sangat erat, setelah terjadinya beberapa kelompok kecil
yang diakibatkan sebuah perkawinan.
Memang benar, apabila seorang Batak menyebut anggota marga-nya dengan sebutan
dongan-sabutuha (mereka yang berasal dari rahim yang sama). Garis keturunan laki-laki
diteruskan oleh anak laki-laki, dan menjadi punah kalau tidak ada lagi anak laki-laki yang
dilahirkan. Sistem kekerabatan patrilineal ini yang menjadi tulang punggung masyarakat Batak,
yang terdiri atas turunan-turunan, marga, dan kelompok-kelompok suku, semuanya saling
dihubungkan menurut garis laki-laki. Laki-laki itulah yang membentuk kelompok kekerabatan,

sedangkan perempuan menciptakan hubungan besan (affinal relationship), karena ia harus kawin
dengan laki-laki dari kelompok patrilineal yang lain.
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang
dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala
dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani.
Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah
dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang).
Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak
fungsi dalam kehidupan adat Batak.
Masyarakat Batak juga memiliki rumah adat Batak. Rumah Batak biasanya didirikan di
atas tiang kayu yang banyak, berdinding miring, beratap ijuk. Letaknya memanjang kira kira 1020 meter dari timur ke barat. Pintunya ada di sisi barat dan timur pada rumah Karo dan
Simanuwun, atau pada salah satu ujung lantai pada rumah Toba ( masuk dari kolong). Pada
bagian puncaknya yang menjulang ke atas di sebelah barat dan timur dipasang tanduk kerbau
atau arca muka manusia dan puncak yang melengkung membentuk setengah lingkaran (kecuali
rumah empat ayo pada Karo). Pada bagian depan (barat dan timur) rumah Karo yang
disebutayo ada ornamentasi geometris dengan warna warna merah , putih , kuning dan hitam.
Pada sisi kanan kiri pada kedua mukanya rumah batak menggunakan lukisan (arca). Kepala
orang atau singa (Kalamakara). Dindingnya diikat dengan tali ijuk yang disusun sedemikian rupa
sehingga menyerupai gambar cecak (Reret).
Satu bagian yang merupakan keistimewaan dari rumah Karo dan yang tidak ada pada
rumah Batak yang lainadalah semacam teras dari bamboo yang disusun di serambi muka. Teras
ini disebut Ture yang pada malam harinya digunakan sebagai tempat pertemuan gadis dan
pemuda yang menemuinya. Satu rumah Batak itu biasanya dihuni oleh beberapa keluarga batih
yang satu dengan lain, terikat dengan hubungan kekerabatan secara patrilinear.
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Orang Batak bercocok tanam padi di sawah dengan irigasi, tetapi masih banyak juga,
terutama diantara orang Karo, Simalungun dan Pakpak yang masih bercocok tanam di ladang.
Yang dibuka di hutan dengan cara di bakar dan menebang pohon. Pada sistem bercocok tanam di
ladang , Huta atau Kutalah yang memegang hak Ulaya tanah. Sedangkan hanya warga Huta atau
Kuta yang berhak untuk memakai wilayah itu. Mereka menggarap tanah itu seperti menggarap
tanahnya sendiri, tetapi tak dapat menjualnya tanpa persetujuan dari Huta yang diputuskan

dengan musyawarah. Tanah yang dimiliki individu juga ada. Pada orang batak toba misalnya ada
tanah panjaenan, tanah pauseang dan tanah parbagian.
Didalam masyarakat orang Batak Karo dan Simalungun ada perbedaan antara golongan
yang merupakan keturunan dari para pendiri Huta, dengan golongan yang merupakan keturunan
dari penduduk Kuta yang datang kemudian. Golongan para pendiri Kuta, ialah para Marga
Taneh. Memiliki tanah yang paling luas sedangkan golongan lainnya biasanya hanya memiliki
tanah yang hanya sekedar hidup. Di daerah Dairi disamping menanam padi , luas juga tanah
yang di Tanami kopi. Dalam bercocok tanam baik di ladang maupun di sawah , orang perempuan
batak mengambil peranan yang amat penting, terutama dalam tahap-tahap menanam.
Orang Batak juga mengenal system gotong royong kuno dalam hal bercocok tanam.
Dalam bahasa Karo activated itu disebut Raron , sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut
Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabatat dekat , bersama-sama mengerjakan
tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan suatu pranata yang ke
anggotaannya sangat suka rela dan lamanya berdiri tergantung kepada perstujuan pesertanya
walaupun minimal selama jumlah pesertanya satu hari.
Alat-alat yang digunakan dalam bercocok tanam adalah, cangkul, tongkat tugal. Bajak
biasanya ditarik oleh kerbau , atau oleh sapi. Orang Batak umumnya memotong padi dengan
sabit (Sabi-sabi), atau dengan ani-ani. Selain itu peternakan juga suatu penghasilan yang penting
pada orang Batak umumnya. Mereka memelihara kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, bebek.
Kerbau banyak di gunakan sebagai binatang penghela dan untuk upacara adat, sedangkan babi
dimakan dan untuk pemberian adat. Sapi, kambing, ayam di jual untuk melayani kota-kota
terutama Medan.
Di daerah tepi danau Toba dan di pulau Samosir menangkap ikan merupaka suatu mata
pencaharian yang penting. Penangkapan ikan dilakukan dengan amat intensif dalam musim
tertentu, misalnya dalam bulan Juli sampai Agustus. Pekerjaan dilakukan eksklusif laki-laki
dalam prahu lesung ( Solu ) dengan jala , pancing dan perangkap-perangkap ikan. Ikan di jual di
pasar-pasar untuk dibawa ke kota-kota seperti ke Baligo.
6. Sistem Religi
Batak telah dipengaruhi oleh beberapa agama, yaitu agama Islam dan Kristen Protestan
yang masuk sejak permulaan abad ke-19. Agama Islam masuk di Minangkabau sejak tahun 1810
dan sekarang dianut oleh sebagian besar dari orang Batak selatan (Mandailing dan Angkola).
Sedangkan agama Kristen disiarkan ke daerah Toba dan Simalungun oleh organisasi penyiar
agama dari Jerman sejak tahun 1863 dan ke daerah Karo oleh organisasi Belanda pada masa
yang sama. Di samping itu juga ada agama-agama lain dan agama pribumi.

Walaupun sebagian besar orang Batak telah menganut agama Kristen atau Islam, namun
banyak konsep-konsep agama aslinya masih hidup terutama di pedesaan. Hal ini dapat diketahui
lewat buku-buku kuno (pustaha) yang berisi silsilah Batak dan dunia makhluk halus. Orang
Batak punya konsepsi bahwa alam ini beserta segala isinya diciptakan oleh Debata (Ompung)
Mulajadi na Bolon. Dia berada di atas langit dan mempunyai nama-nama lain sesuai dengan
tugas dan tempat kedudukannya. Sebagai Debata Mulajadi na Bolon, ia tinggal di langit dan
merupakan maha pencipta. Sebagai penguasa dunia tengah, ia bertempat tinggal di dunia ini dan
bernama Silaon na Bolon (Toba) ,atau Tuan Padukah ni Aji (Karo). Sebagai penguasai dunia
makhluk halus ia bernama Pane na Bolon. Selain daripada pencipta, Debata Mulajadi na Bolon
juga menciptakan dan mengatur kejadian gejala-gejala alam, seperti hujan,kehamilan, sedangkan
Pane na Bolon mengatur setiap penjuru-mata angin.
Dalam hubungan dengan jiwa dan roh orang Batak mengenal tiga konsep, yaitu Tondi,
sahala dan begu. Tondi itu adalah jiwa atau roh orang itu sendiri dan sekaligus juga merupakan
kekuatan. Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang.Bedanya dengan tondi
ialah bahwa tidak semua orang mempunyai sahala dan jumlah serta kwalitasnya juga berbedabeda. Sahala dari seorang raja atau datu lebih banyak dan lebih kuat dari orang biasa dan begitu
pula sahala dari orang hula-hula lebih kuat dari sahala orang boru. Sahala itu dapat berkurang
dan menentukan peri kehidupan seseorang. Berkurangnya sahala menyebabkan seseorang
kurang disegani, atau ke- datuannya menjadi hilang.
Tondi diterima oleh seseorang itu pada waktu ia masih ada didalam rahim ibunya dan
demikian pula sahala atau sumangat (Karo). Demikian tondi itu juga merupakan kekuatan yang
memberi hidup kepada bayi (calon manusia), sedangkan sahala adalah kekuatan yang akan
menentukan wujud dan jalan orang itu dalam hidup selanjutnya.Seperti halnya dengan sahala,
yang dapat berkurang atau bertambah, tondi itu dapat pergi meninggalkan badan. Bila
tondi meninggalkan badan untuk sementara, maka orang yang bersangkutan itu sakit, bila untuk
seterusnya,orang itu mati. Keluarnya tondi dari badan disebabkan karena ada kekuatan lain
(sambaon) yang menawannya.
Konsep yang ketiga ialah begu, adalah seperti tingkah laku manusia, hanya secara
kebalikannya,yaitu misalnya apa yang dilakukan oleh manusia pada siang hari di lakukan begu
pada malam hari. Orang batak mengenal begu yang baik dan yang jahat.Sesuai dengan
kebutuhannya,begu di puja dengan sajian (pelean).
Di kalangan orang batak toba,begu yang terpenting ialah sumangot ni ompu(begu dari
nenek moyang). Di kalangan orang Batak Karo dikenal adanya beberapa macam begu, ialah:
1. Batara guru atau begu parkakun jabu
2. Bicara guru
3. Begu mate sada wari

4. Mate kayat-kayaten

Akhirnya dalam sistem religi aslinya orang batak toba juga percaya kepada kekuatan
sakti dari jimat, tongkat wasiat, atau tunggal panaluandan kepada mantra-mantra yang
mengandung kekuatan sakti.Semua kekuatan itu menurut kitab-kitab ilmu gaib orang batk
toba(pustaha),berasal dari si Raja Batak.
7. Kesenian
Seni pada masyarakat Batak umumnya meliputi, seni sastra, seni musik, seni tari, seni
bangunan, seni patung, dan seni kerajinan tangan. Terdapat beberapa seni masyarakat Batak,
antara lain:
a. Margondang
Upacara margondang diadakan untuk menyambut kelahiran anak mereka dan sekaligus
mengumumkan kepada warga kampung bahwa dia sudah mempunyai anak.
Kata margondang merupakan bentukan dari kata dasar gondang (gendang) yang mendapat
awalan me- atau ber-. Margondang menyatakan kata kerja yakni bergendang atau memainkan
alat musik gendang. Margondang merupakan suatu kebiasaan masyarakat Batak yang dilakukan
dalam suatu upacara tertentu. Tujuan filosofinya adalah untuk mengukuhkan muatan religi acara
tersebut karena merupakan kebiasaan yang diwarisi dari leluhur.
b. Seni Tari (Tor-tor)
Tortor adalah tarian Batak yang selalu diiringi dengan gondang (gendang). Tortor pada dasarnya
adalah
ibadat
keagamaan
dan
bersifat
sakral, bukan
semata-mata
seni.
Tortor dan gondang diadakan apabila upacara penting kehidupan masyarakat Batak, misalnya
melaksanakan horja (kerja adat) antara lain: mengawinkan anak,martutuaek memandikan atau
memberi nama anak), memasuki rumah baru, mengadakan pesta saring-saring (upacara
menggali kerangka jenazah), pesta bius (mangase Taon); upacara tahunan, dan
pesta edangedang (pesta sukaria).
c.

Seni Patung
Dulu, biasanya para raja-raja memesan patung untuk makam. Kehadiran patung pada suku Batak
diduga sudah ada sejak lama sekali. Menurut sejarahnya patung pada mulanya dibuat dari
tumpukan tumpukan batu yang berwujudkan nenek moyang dengan dasar kepercayaan.
Tumpukan-tumpukan batu itu dibuat menjadi sakral yang kepentingannya erat sekali dengan
kepentingan kepercayaan masyarakat. Kemudian tumpukan batu itu berkembang terus dan
berubah menjadi sebuah bentuk patung. Sesuai dengan perkembangannya dari wujud sakral
beralih kepada bentuk yang simbolis memberi rupa wajah manusia atau binatang. Di Tomok,
Pulau Samosir, terdapat jalan setapak kecil yang hanya bisa dilalui pejalan kaki. Bapak Charles
Sidabutar, salah satu keturunan raja yang kini menjaga makam, menjelaskan bahwa sesuai

kepercayaan setempat pada saat itu, jenazah tidak boleh dimakamkan di tanah, melainkan harus
di dalam batu.
d. Kerajinan Tangan (Ulos)
Ulos adalah kain tenun khas suku Batak. Tak hanya sebatas hasil kerajinan seni budaya saja, kain
Ulos pun sarat dengan arti dan makna. Sebagian besar masyarakat Tapanuli menganggap kain
tenun Ulos adalah perlambang ikatan kasih sayang, lambang kedudukan, dan lambang
komunikasi dalam masyarakat adat Batak. Oleh karena itu, kain tenun Ulos selalu digunakan
dalam setiap upacara, kegiatan dan berbagai acara dalam adat Suku Batak. Misalnya, untuk
perkawinan, kelahiran anak, punya rumah baru, sampai acara kematian.
Tiap-tiap kain tenun Ulos yang dihasilkan memiliki arti dan makna tersendiri, baik bagi pemilik
ataupun bagi orang yang menerimanya. Misalnya saja Ulos Ragidup. Ulos ini adalah kain tenun
yang tertinggi derajatnya. Sebab, pembuatannya sangatlah sulit. Kain tenun ulos jenis ini terdiri
dari tiga bagian, yaitu 2 sisi yang ditenun sekaligus, dan 1 bagian tengah yang ditenun sendiri
dengan motif yang rumit. Motif Ulos Ragidup ini harus terlihat seperti benar-benar lukisan
hidup. Karenanya, ulos jenis ini sering diartikan sebagai ulos yang melambangkan kehidupan
dan doa restu untuk kebahagian dalam kehidupan.
Ulos Ragihotang. Ulos ini derajatnya 1 tingkat di bawah ulos ragidup. Pembuatannya tidak
serumit Ulos Ragidup. Namun, Ulos Ragihotang punya arti dan keistimewaan yang berhubungan
dengan pekerjaan. Ulos ini pun sering dipakai dalam upacara adat kematian sebagai pembungkus
atau penutup jenazah yang akan dikebumikan. Ulos jenis ini mengartikan bahwa pekerjaan
seseorang di dunia ini telah selesai.
Selain kedua jenis ulos tersebut, ada satu jenis ulos yang disebut Ulos Sibolang. Ulos ini
digunakan sebagai tanda jasa penghormatan. Biasanya dipakai oleh orangtua pengantin atau
diberikan oleh orangtua pengantin perempuan buat menantunya. Oleh karena itu, Ulos Sibolang
dijadikan sebagai lambang penyambutan anggota keluarga baru. Ulos Sibolang juga diberikan
kepada seorang wanita yang ditinggal mati suaminya. Ulos ini diberikan sebagai tanda
menghormati jasanya yang telah menjadi istri yang baik, sekaligus sebagai tanda bahwa ia telah
menjadi janda.

BUDAYA 3
PALEMBANG
1.

Bahasa

Bahasa berfungsi sebagai media komunikasi baik lisan, tulisan, gerak tubuh, dll untuk
menyampaikan maksud hati. Bahasa Palembang mempunyai dua tingkatan, yaitu Baso
Pelembang Alus atau Bebaso dan Baso Pelembang Sari-sari. Baso Pelembang Alus dipergunakan

dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang
dihormati, terutama dalam upacara-upacara adat. Bahasa ini berakar pada bahasa Jawa karena
raja-raja Palembang berasal dari Kerajaan Majapahit, Kerajaan Demak, dan Kerajaan Pajang.
Itulah sebabnya perbendaharaan kata Baso Pelembang Alus banyak persamaannya dengan
perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa.
Sementara itu, Baso sehari-hari dipergunakan oleh wong Palembang dan berakar
pada bahasa Melayu. Dalam praktiknya sehari-hari, orang Palembang biasanya mencampurkan
bahasa ini dan Bahasa Indonesia (pemilihan kata berdasarkan kondisi dan koherensi) sehingga
penggunaan bahasa Palembang menjadi suatu seni tersendiri. Bahasa Palembang memiliki
kemiripan dengan bahasa daerah provinsi di sekitarnya, seperti Jambi, Bengkulu bahkan Jawa
(dengan intonasi berbeda). Berikut contoh bahasa yang digunakan oleh masyarakat Sumatera
Selatan :

Emek : ibu

Di buri : di belakang

Abah : bapak

Di jabo : di luar/ di depan

Aak : kakak laki-laki

Di jero :di dalam

Cek : kakak perempuan

Awak : kamu

Mangcek : paman

Kulo : saya

Bikcek : bibi

2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan adalah semua yang diketahui manusia. Lebih dari seribu tahun yang lalu
telah berkembang salah satu kerajaan terbesar sepanjang sejarah Indonesia yaitu Kerajaan Budha
Sriwijaya yang berada di sepanjang tepi Sungai Musi Sumatra Selatan. Terletak di sebelah
Selatan dibingkai oleh Laut Cina Selatan dan berada di jalur lalu lintas tersibuk di dunia yang
menghubungkan Timur Jauh dengan Eropa. Kerajaan Sriwijaya telah melakukan perdagangan
sangat produktif dengan Cina Kuno pada masa keemasannya.
Terbentang di kaki bukit jajaran Gunung Bukit Barisan yang megah, provinsi ini relatif datar
namun sangat subur karena banyak sungai membelah daratan dan bermuara ke laut. Perkebunan
kopi dan teh tersebar di seluruh Sumatra Selatan, namun kekayaan yang berlimpah dari provinsi
ini berasal dari cadangan minyak, gas alam, batu bara, timah dan kuarsa.
Sumatra Selatan memiliki tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi dan beraneka ragam,
baik wisata alam, sejarah maupun budaya. Sumsel memiliki obyek wisata berupa gununggunung dengan flora dan fauna yang beragam, seperti Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS);
sungai, danau, garis pantai yang sangat panjang. Anda dapat berkeliling mengunjungi Sungai
Musi, Jembatan Ampera, Pulau Kemaro, Danau Ranau, dan Kota Pagaralam. Di sini pula tersaji
aneka ragam tradisi serta budaya yang unik dan menarik.

Wisata alamnya adalah Danau Ranau Kabupaten Ogan Komering Ulu, Musi Rawas, dan
Musi Banyuasin. Panorama pantainya antara lain pantai Parai Tenggini, pantai Matras di Pulau
Bangka, dan pantai Pasir Padi di Pulau Belitung. Panorama air terjun terdapat di Kabupaten
Muara Enim dan Lahat. Wisata budayanya meliputi Bukit Serelo, Gunung Dempo, Rumah
Limas, pemukiman suku terasing Anak Dalam dan Kubu. Wisata sejarahnya antara lain situs
Sriwijaya berupa batu purbakala, patung kuno, dan museum di Palembang, kompleks
Pemakaman di Bukit Siguntang serta Benteng Kuto Besak.
Buah-buahan yang terkenal dari Palembang adalah nanas dan duku. Rasa nanas Palembang
segar dan rasanya tajam, sementara duku Palembang rasanya manis dan terkadang hambar.

3.

Sistem Sosial (Kekerabatan)

Sosial menggambarkan struktur sosial dari masyarakat bersangkutan. Adapun sistem


pewarisan gelar yang terdapat di Sumatera Selatan yaitu menganut garis patrilineal (ayah/lakilaki). Artinya gelar tersebut hanya boleh diwarisi seseorang jika ayahnya merupakan keturunan
dari si pemegang gelar tersebut.
Gelar-gelar yang dipakai adalah sebagai berikut:

Raden disingkat (R) gelar laki-laki dan Raden Ayu (R.A) gelar wanita.

Masagus disingkat (Mgs) gelar laki-laki dan Masayu (Msy) gelar wanita.

Kemas disingkat (Kms) gelar laki-laki dan Nyimas (Nys) gelar wanita.

Kiagus disingkat (Kgs) gelar laki-laki dan Nyayu (Nya) gelar wanita.

Mengenai pemakaian gelar Ratu, gelar ini biasanya diberikan kepada Putri Raja yang naik tahta
atau Permaisuri (Istri raja) yang disebut dengan Panggilan Ratu Agung atau Ratu Sepuh. Selain
itu gelar ini juga diberikan kepada keempat isteri pendamping, karena pada umumnya raja
memiliki istri lebih dari satu tetapi bukan selir.Selain Ratu Sepuh ratu-ratu yang lain diberi gelar
tambahan/memiliki panggilan tersendiri seperti Ratu Gading, Ratu Mas. Ratu Sepuh Asma, Ratu
Ulu, Ratu Ilir, dsb)
4.

Sistem Pengetahuan dan Teknologi

Masyarakat Palembang dikenal dengan sifat suka berterus terang dan suka berkawan. Mereka
memiliki keahlian dalam menciptakan karya seni yang indah dengan kesabaran dan
kemampuannya. Salah satu contoh dari hasil kreasi masyarakat Palembang yang paling terkenal
adalah kain songket yang terbuat dari sutra dikombinasikan dengan benang emas yang mampu
memikat kolektor pakaian tradisional karena desainnya yang kaya dan elegan. Songket juga
dapat menjadi oleh-oleh yang bagus, meskipun harga songket cukup mahal terutama yang dibuat
langsung secara tradisional.

Selain itu Palembang juga terkenal dengan ukiran kayu bermotifnya yang dipengaruhi oleh
desain Cina dan Budha. Ukiran-ukiran kayu yang terdapat di mebel tersebut didominasi oleh
dekorasi berbentuk bunga melati dan teratai.
Palembang juga menawarkan makanan yang unik, lezat yang kebanyakan terbuat dari ikan.
Diantaranya ialah:

Pempek Palembang

Ini adalah salah satu makanan yang paling terkenal dari Palembang dan dapat Anda temukan di
seluruh Indonesia dan telah menjadi favorit banyak orang Indonesia. Pempek terbuat dari ikan
yang telah digiling dicampur tepung terigu dan bumbu-bumbu lain. Jenis-jenis pempek
palembang di antaranya adalah: pempek lenjer, kapal selam, pempek kulit, pempek adaan dan
pempek lenggang, pempek keriting serta pempek panggang.

Kerupuk Palembang, salah satu makanan kecil dari Palembang yang terkenal, kerupuk ini
terbuat dari campuran terigu dan ikan tertentu. Biasanya terbuat dari ikan tenggiri, ikan gabus
dan ikan belida. Toko yang dapat Anda kunjungi adalah: Kerupuk 601 and Taxi 333 at Jl. Dempo
Luar.

Martabak Har, terbuat dari telur dicampur dengan bumbu-bumbu tertentu dan daging, lalu
dibungkus adonan terigu, dicampurkan lalu digoreng. Martabak Har biasanya disajikan dengan
saus yang lezat terbuat dari kentang, air dan bumbu-bumbu lainnya. Tempat terbaik untuk
mencicipi martabak ini adalah di Martabak Kaji Abdul Rosak di Jalan. Jendral Sudirman.

Lempok Duren, terbuat dari durian dan gula. Rasanya manis dan kenyal.

Tekwan, sup tradisional yang terbuat dari bola-bola ikan, pasta ikan, soun, jamur dan
bengkoang kemudian disajikan hangat-hangat.

Bekasem yaitu Ikan yang diasinkan.

Makanan khas khas lainnya dari provinsi ini seperti pindang patin, pindang tulang, sambal
jokjok, berengkes, dan tempoyak. Masyarakat Palembang juga memiliki senjata tradisional
semacam keris yang bernama rejang lebong seperti pada gambar berikut :
5. Sistem Mata Pencaharian
Masyarakat Palembang pada umumnya mempunyai mata pencaharian berdagang. Dalam
cakupan kepulauan, kepulauan sumatera sangat kaya dengan hasil buminya seperti kelapa sawit,
tembaga, batubara,timah, bauksit dll. Maka dari itu sumber mata pencahariaan masyarakat
palembang juga menjadi pekerja tambang.Dalam berbagai definisi kota Palembang tercakup
unsur keluasan wilayah, kepadatan penduduk yang bersifat heterogen dan bermata pencaharian
non pertanian.
6. Sistem Religi (Kepercayaan)
Walaupun Sumatera Selatan adalah tempat berdirinya kerajaan sriwijaya yang menganut
kepercayaan dan agama budha tetapi mayoritas masyarakatnya beragama Islam, karena

masyarakat Palembang yang pada umum nya memiliki darah dan keturunanan bangsa melayu
yang juga mayoritas beragama Islam.
7. Kesenian
Kesenian merupakan nilai keindahan (estetika) dari ekspresi manusia akan keindahan yang
dinikmati dengan mata atau telinga.Sejarah tua Palembang serta masuknya para pendatang dari
wilayah lain, telah menjadikan kota ini sebagai kota multi-budaya. Sempat kehilangan fungsi
sebagai pelabuhan besar, penduduk kota ini lalu mengadopsi budaya Melayu pesisir, kemudian
Jawa. Sampai sekarang pun hal ini bisa dilihat dalam budayanya. Contoh kesenian yang ada di
Palembang :
a. Rumah tradisional
Rumah tradisional yang berasal dari Sumsel ini memiliki atap yang berbentuk limas sehingga
dinamakan dengan rumah limas. Dengan ciri khas lantai yang bertingkat dan oleh masyarakat
Sumsel disebut dengan bengkilas. Rumah tradisional limas biasanya hanya digunakan untuk
acara keluarga seperti hajatan. Tamu yang datang biasanya diterima di teras atau lantai dua. Satu
lagi rumah khas dari Sumsel adalah rumah rakit.
b. Seni Tari
Ada beberapa seni tari yang berasal dari Sumsel diantaranya adalah tari tanggai, tari sekapur
sirih, tari putri bekhusek, dan tari gending sriwijaya.
c. Lagu Daerah
Provinsi Sumatera Selatan juga memiliki lagu daerah diantaranya adalah Lagu Daerah seperti
Melati Karangan, Dek Sangke, Cuk Mak Ilang, Dirut, Gending Sriwijaya dan Ribang
Kemambang. Kesenian lainnya yang berada di Sumatera Selatan yaitu pertunjukan
dulmuluk (pentas drama tradisional khas Palembang) dan pertunjukan wayang Palembang.

BUDAYA 4
BETAWI (JAKARTA)

1.

Bahasa

Bahasa Bahasa Betawi merupakan bahasa sehari-hari sukuasli ibu kota negara Indonesia yaitu
Jakarta. Bahasa ini mempunyai banyak kesamaan dengan Bahasa resmi Indonesia yaitu Bahasa
Indonesia. Bahasa Betawi merupakan salah satu anak Bahasa Melayu, banyak istilah Melayu
Sumatra ataupun Melayu Malaysia yang digunakan dalam Bahasa Betawi, seperti kata niari
untuk hari ini. Persamaan dengan bahasa-bahasa lain di Pulau Jawa, walaupun ada bermacammacam Bahasa, seperti Bahasa Betawi, Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Madura, dan lain
sebagainya tetapi hanya Bahasa Betawi yang bersumber kepada Bahasa Melayu sepertihalnya
Bahasa Indonesia. Bagi Orang Malaysia mendengar Bahasa ini mungkin agak sedikit tidak

faham, kerana bahasa ini sudah bercampur dengan bahasa-bahasa asing, seperti Belanda, Bahasa
Portugis, Bahasa Arab, Bahasa Cina, dan banyak Bahasa-bahasa lainnya. Tetapi Bahasa ini
adalah Bahasa yang termudah dimengerti oleh Orang Malaysia dibandingkan Bahasa Pulau Jawa
yang lain selain Bahasa Indonesia.
Ciri khas Bahasa Betawi adalah mengubah akhiran A menjadi E. sebagai contoh,Siape,
Dimane, Ade Ape, Kenape. tetapi E di Jakarta dan Malaysia berbeda. Edalam Bahasa Betawi
merupakan E dengan aksen tajam seperti E dalam kata NET. Daerah lain di Indonesia
yang mengubah akhiran A menjadi E adalah SumatraUtara, Riau, Kepulauan Riau,
Kalimantan Barat dan Bali. walaupun tidak semua Masyarakat mengubah akhiran A menjadi
E. ada pula penduduk di lima daerah tersebut yang mengubah akhiran A menjadi O. E
yang digunakan di lima daerah tersebut serupa dengan E yang digunakan Masyarakat
Malaysia. Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah
diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena itu, tidak heran
kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum Sumpah Pemuda, sudah
menggunakanbahasa Melayu, yang umum digunakan di Sumatera, yang kemudian dijadikan
sebagaibahasa nasional. Karena perbedaan bahasa yang digunakan tersebut maka pada awalabad
ke-20, Belanda menganggap orang yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda
dengan etnis Sunda dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau
demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam
bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang berasal dari
Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir menjadi Cideng), dan lain-lain
yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik
yang saatini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris. Meskipun bahasa formal yang
digunakan di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan seharihari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi. Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk
yang berasal dari daerah lain, seperti bahasa Jawa,bahasa Sunda, bahasa Minang, bahasa Batak,
bahasa Madura, bahasa Bugis, dan jugabahasa Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta
adalah tempat berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar berbagai suku bangsa,
digunakan Bahasa Indonesia. Selain itu, muncul juga bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak
muda dengan kata-kata yang terkadang dicampur dengan bahasa asing. Beberapa contoh
penggunaan bahasa ini adalah Please dong ah!, Cape deh!, dan So what gitu loh!
2.

Sistem Teknologi

Betawi sekarang ini dapat kita sebut sebagai Jakarta. Ibu kota Indonesia tentu memiliki
perkembangan yang bisa dikatakan paling pesat dari semua daerah yang tersebar di Indonesia.
Begitu juga dengan pesatnya perkembangan tekhnologi yang dialami di Jakarta. Walaupun masih
dibilang sedikit tertinggal disbanding negara-negara maju lainnya, Indonesia sebagai negara
berkembang memiliki perkembangan yang maju di bidang peralatan dan tekhnologi.
Sejak kedatangan para pendatang asing ke Betawi, dimulai dari Belanda, Jepang, Inggris, dan
lain sebagainya, rakyat Suku Betawi sudah disuguhkan dengan barang barang yang

didatangkan dari negara asing tersebut, seperti senjata api, kapal laut, kompas, teropong,
peralatan pabrik dan bercocok tanam, dan lain sebagainya. Hal tersebut membuat masyarakat asli
di daerah Betawi menjadi mengenal dan baik secara langsung maupun tidak langsung, mengikuti
perkembangan teknologi tersebut. Sekarang ini, perkembangan tekhnologi masyarakat Betawi
masih mengikuti perkembangan yang terjadi di negaranegara maju lainnya, khususnya negara
Asia, misalnya Jepang. Masyarakat Betawi banyak mengadaptasi perkembangan peralatan
tekhnologi yang di buat di Jepang.
Sayang untuk dikatakan, tetapi masyarakat Betawi merupakan konsumen yang memiliki sifat
konsumtif yang secara langsung mempengaruhi negara kita. Perkembangan global atau
modernisasi yang ingin selalu diikuti oleh masyarakat membuat masyarakat Jakarta melakukan
adaptasi dengan cara mengonsumsi barang-barang yang diproduksi oleh negaranegara asing,
dan bukan menggunakan produk lokal atau produk dalam negri.

3.

Sistem Mata Pencaharian

Di Jakarta, orang Betawi sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa profesi
menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan
dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja jepang, dan
lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik semisal K.H.
Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh kaum betawi.
Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah.
Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat
banyak di jumpai disana semisal Jiih teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong.
Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu,
meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi
pedagang eceran juga kerap dilakoni.
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu Ganefonya
Bung Karno menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk terpaksa
memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal sekarang ini.
Karena asal-muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang Nusantara, Tionghoa, India,
Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara
pandang bentukan etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.
4.

Organisasi Sosial

Masyarakat Betawi atau Jakarta asli dalam hal susunan masyarakat dan sisitem kekerabatanya,
pada umumnya menganut sisitem patrilineal yaitu menghitung hubungan kekerabatan melalui
garis keturunan laki-laki saja. Karena itu mengakibatkan tiap-tiap individu dalam masyarakat
memasukan semua kaum kerabat ayah dalam hubungan kekerabatannya, sedangkan semua kaum
kerabat ibu diluar garis hubungan kekerabatannya.
Perlu diakui, asumsi masyarakat tentang Suku Betawi memiliki penilaian yang menganggap
bahwa masyarakat Betawi jarang mencapai keberhasilan, baik dalam segi ekonomi, pendidikan
dan teknologi. Padahal, bila kita tinjau lebih jauh, tidak sedikit orang Betawi yang berhasil.
Misalnya saja Muhammad Husni Thamrin, Benyamin S, bahkan hingga Gubernur Jakarta saat
ini, Fauzi Bowo. Ada beberapa hal yang positif yang dimiliki oleh masyarakat Betawi antara
lain, jiwa sosial mereka tergolong sangat tinggi, walaupun terkadang dalam beberapa hal terlalu
berlebih dan cenderung tendensius atau fanatik. Orang Betawi juga sangat menjaga nilai nilai
agama yang tercermin dari ajaran orang tua (terutama yang beragama Islam) kepada anakanaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai pluralisme. hal ini terlihat dengan hubungan
yang baik antara masyarakat Betawi dan pendatang dari luar Jakarta. Orang Betawi sangat
menghormati budaya yang mereka warisi. terbukti dari perilaku kebanyakan warga yang mesih
memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa seperti lenong, ondelondel, gambang kromong, dan lain-lain. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan
sebagian besar masyarakat Betawi masa kini agak terpinggirkan oleh modernisasi yang ironisnya
terjadi di daerah atau tanah masyarakat Betawi sendiri. Namun, tetap ada optimisme dari
masyarakat Betawi bahwa masyarakat generasi mendatang akan mampu menopang modernisasi
tersebut.
5.

Sistem Pengetahuan

Di Jakarta sebelum era pembangunan orde baru, orang Betawi terbagi atas beberapa profesi
menurut lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Misalnya di kampung
Kemanggisan dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek,
kemboja jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan pendidik
semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga banyak dilakoni oleh
kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh warga Kemanggisan.
Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah tempat para peternak sapi perah.
Di Kemanggisan, banyak di dapati orang-orang yang ahli dalam pencak silat. Misalnya Jiih,
teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga adalah kaum
pekerja kantoran sejak jaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak silat mereka juga tidak
diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang eceran juga kerap kali menjadi profesi
mereka.
Warga Tebet aslinya adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu Ganefo yang
dibuat oleh Bung Karno menyebabkan warga Betawi pindah ke Tebet dan sekitarnya untuk
terpaksa memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal
sekarang ini. Dikarenakan asal muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur (orang

Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain), profesi masing-masing kaum
disesuaikan pada cara pandang bentukan etnis dan bauran etnis dasar masing-masing.
6.

Kesenian

Segala sesuatu yang berkaitan dengan kesenian atau kebudayaan betawi adalah hasil peleburan
dari beberapa macam kebudayaan yang ada di Tanah Betawi melalui masa gradual change yang
tidak sekejap. Hasil peleburan atau alkuturasi itu membentuk kebudayaan baru yang terlepas
dari masing-masing kebudayaan yang mempengaruhinya.

Tari-tarian

Seni tari di Jakarta merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di
dalamnya. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki pengaruh Sunda dan Tionghoa seperti
tariannya yang memiliki corak tari Jaipong dengan kostum penari khas pemain Opera Beijing.
Namun Jakarta dapat dinamakan daerah yang paling dinamis. Selain seni tari lama juga muncul
senitari dengan gaya dan koreografi yang dinamis. Dewasa ini orkes gambang kromong biasa
digunakan untuk mengiringi tari pertunjukan kreasi baru, pertunjukan kreasi baru, seperti tari
Sembah Nyai, Sirih Kuning dan sebagainya, disamping sebagai pengiring tari pergaulan yang
disebut tari cokek. Sebagai pembukaan pada tari cokek ialah wawayangan. Penari cokek berjejer
memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irarna garnbang kromong. Rentangan
tangannya setinggi bahu meningkah gerakan kaki.

Musik

Musik Dalam dunia musik Betawi terdapat perbauran yang harmonis antara unsur priburni
dengan unsur Cina, dalam bentuk orkes gambang kromong yang tampak pada alat-alat
musiknya. Sebagian alat seperti gambang, kromong, kemor, kecrek, gendang, kempul dan gong
adalah unsur pribumi, sedangkan sebagian lagi berupa alat musik gesek Cina yakni kongahyan,
tehyan, danskong. Dalam lagu-lagu yang biasa dibawakan orkes tersebut, rupanya bukan saja
terjadi pengadaptasian, bahkan pula pengadopsian lagu-lagu Cina yang disebut pobin, seperti
pobin mano Kongjilok, Bankinhwa, Posilitan, Caicusiu dan sebagainya. Biasanya disajikan
secara instrumental. Terbentuknya orkes gambang kromong tidakdapat dilepaskan dari Nie Hukong, seorang pemimpin golongan Cina Pada pertengahan abad ke- delapan belas di Jakarta,
yang dikenal sebagai penggemar musik. Atas prakarsanyalah terjadi penggabungan alat-alat
musik yang biasa terdapat dalarn gamelan pelog slendro dengan yang dari Tiongkok. Terutama
orang-orang peranakan Cina, seperti halnya Nie Hu-kong, lebih dapat menikmati tarian dan
nyanyian para ciokek, yaitu para penyanyi ciokeks merangkap penari pribumi yang biasa diberi
nama bunga-bunga harurn di Tiongkok, seperti Bwee Hoa, Han Siauw, Hoa, Han Siauw dan lainlain. Pada masa-masa lalu orkes garnbang kromong hanya dimiliki oleh babah-babah peranakan
yang tinggal di sekitar Tangerang dan Bekasi, selain di Jakarta sendiri.

Pengaruh Eropa yang kuat pada salah satu bentuk musik rakyat Betawi, tampak jelas pada orkes
Tanjidor, yang biasa menggunakan klarinet, trombon, piston, trompet dan sebagainya. Alat-alat
musik tiup yang sudah berumur lebih dari satu abad masih banyak digunakan oleh grup-grup
tanjidor. Mungkin bekas alat-alat musik militer pada masa jayanya penguasa kolonial(tempo
dulu), dengan alat-alat setua itu tanjidor biasa digunakan untuk mengiringi helaran atau arakarakan pengantin membawakan lagu-lagu barat berirama imarsi dan Wals yang susah sulit
dilacak asal-usulnya, karena telah disesuaikan dengan selera dari generasi kegenerasi. Orkes
tanjidor mulai timbul pada abad ke-18. VaIckenier, salah seorang Gubernur Jenderal Belanda
pada jaman itu tercatat memiliki sebuah rombongan yang terdiri dari 15 orang pemain alat musik
tiup, digabungkan dengan pemain gamelan, pesuling Cina dan penabuh tambur Turki, untuk
memeriahkan berbagai pesta. Karena biasa dimainkan oleh budak-budak, orkes demikian itu
dahulu disebut Slaven-orkes. Dewasa ini tanjidor sering ditampilkan untuk menyambut tamutamu dan untuk memeriahkan arak-arakan.
Musik Betawi lainnya yang banyak memperoleh pengaruh Barat adalah Kroncong Tugu yang
konon berasal dari Eropa Selatan. Sejak abad ke-18 musik ini berkembang di kalangan
Masyarakat Tugu, yaitu sekelompok masyarakat keturunan golongan apa yang disebut
Mardijkers (bekas anggota tentara Portugis yang dibebaskan dari tawanan Belanda). Setelah
beralih dari Katolik menjadi Protestan, mereka ditempatkan di Kampung Tugu, dewasa ini
termasuk wilayah Kecamatan Koja, Jakarta Utara, dengan jemaat dan gereja tersendiri yang
dibangun pertama kali pada tahun 1661. Pada masa-masa yang lalu keroncong ini dibawakan
sambil berbiduk-biduk di sungai di bawahsinar bulan, disamping untuk pertunjukan, bahkan
untuk mengiringi lagu-lagu gereja. Alat-alat musik keroncong tugu masih tetap seperti tiga abad
yang lalu, terdiri dari keroncong, biola, ukulele, banyo, gitar, rebana, kernpul, dan selo.
Musik Betawi yang berasal dari Timur Tengah adalah Orkes Gambus. Pada kesempatankesempatan tertentu, misalnya untuk memeriahkan pesta perkawinan, orkes gambus digunakan
untuk mengiringi tari zafin, yakni tari pergaulan yang lazimnya hanya dilakukan oleh kaum pria
saja. Tetapi sekarang ini sudah mulai ada yang mengembangkannya menjadi tari pertunjukan
dengan mengikut sertakan penari wanita. Di samping orkes gambus, musik Betawi yang
menunjukkan adanya pengaruh Timur Tengah dan bernafaskan agama Islam adalah berbagai
jenis Orkes Rebana. Berdasarkan alatnya, sumber sair yang dibawakannya dan latar belakang
sosial pendukungnya rebana Betawi terdiri dari bermacam-macam jenis dan nama, seperti rebana
ketimpring, rebana ngarak, rebana dor dan rebana biang. Sebutan rebana ketimpring mungkin
karenaadanya tiga pasang kerincingan yakni semacam kecrek yang dipasang pada badannyayang
terbuat dari kayu. Kalau rebana Ketimpring digunakan untuk memeriahkan arak-arakan,
misainya mengarak pengantin pria menuju rurnah mempelainya biasanya disebut rebana ngarak,
disamping ada yang menggunakan rebana khusus untuk itu, yang ukurannya lebih kecil. Syairsyair yang dinyanyikan selarna arak-arakan antaralain diarnbil dari kitab Diba atau Diwan
Hadroh. Rebana ketimpring yang digunakan untuk mengiringi perayaan-perayaan keluarga
seperti kelahiran, khitanan, perkawinan dan sebagainya, disebut rebana maulid. Telah menjadi
kebiasaan di kalangan orang Betawi yang taat kepada agarnanya untuk membacakan syair yang
menuturkan riwayat Nabi Besar Muhammad SAW. sebagai acara utamanya yang sering kali

diiringi rebana maulid. Syair-syair pujian yang biasa disebut Barjanji, karena diambil dari kitab
Syaraful Anam karya Syeikh Barzanji. Rebana dor biasa digunakan mengiringi lagu lagu atau
yalil seperti Shikah, Resdu, Yaman Huzas dan sebagainya. Rebana kasidah (qosidah) seperti
keadaannya dewasa ini merupakan perkernbangan lebih lanjut dari rebana dor. Lirik-lirik lagu
yang dinyanyikannya tidak terbataspada lirik-lirik berbahasa Arab, melainkan banyak pula yang
berbahasa Indonesia. Berlainan dengan jenis-jenis rebana lainnya, pada rebana qasidah dewasa
ini sudah lazim kaum wanita berperan aktif, baik sebagai penabuh maupun sebagai pembawa
vokal. Dengan dernikian rebana kasidah lebih menarik dan sangat populer. Orkes rebana biang di
samping untuk membawakan lagu berirama cepat tanpa tarian yang disebut lagu-lagu zikir, biasa
pula digunakan untuk mengiringi tari belenggo. Sebagaimana umumnya tarian rakyat, tari
belenggo tidak memiliki pola tetap. Gerak tarinya tergantung dari perbendaharaan gerak-gerak
silat yang dimiliki penari bersangkutan. Biasanya tari belenggo dilakukan oleh anggota grup
rebana biang sendiri secara bergantian. Kalau pada masa-masa lalu tari belenggo hanya
merupakan tari kelangenan, dewasa ini sudah berkembang menjadi tari pertunjukan dengan
berpola tetap. Di samping itu orkes rebana biang biasa digunakan sebagai pengiring topeng
belantek yaitu salah satu teater rakyat Betawi yang hidup di daerah pinggiran Jakarta bagian
Selatan.
Orkes samrah berasal dari Melayu sebagaimana tampak dari lagu-lagu yang dibawakan seperti
lagu Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih Kuning, dan Cik Minah dengan corak Melayu,
disamping lagu lagu khas Betawi,seperti Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang-lenggang Kangkung dan
sebagainya. Tarian yang biasa di iringi orkes ini disebut Tari Samrah. Gerak tariannya
menunjukkan persarnaan dengan umumnya tari Melayu yang mengutamakan langkah-langkah
dan lenggang-lenggok berirama, ditarnbah dengan gerak-gerak pencak silat, seperti pukulan,
tendangan, dan tangkisan yang diperhalus. Biasanya penari samrah turun berpasang-pasangan.
Mereka menari diiringi nyanyian biduan yang melagukan pantun-pantun bertherna percintaan
dengan ungkapan kata-kata merendahkan diri seperti orang buruk rupa hina papa tidak punya
apa-apa.
Pada Gamelan Ajeng, di samping ada pengaruh Sunda juga tampak adanya unsur Bali seperti
pada salah satu lagu yang biasa diiringinya yang disebut lagu Carabelan atau Cara Bali. Pada
awainya garnelan ini bersifat mandiri sebagai musik upacara saja. Dalarn perkembangan
kemudian biasa digunakan untuk mengiringi tarian yang disebut Belenggo Ajeng atau Tari
Topeng Gong. Orkes ini juga berfungsi sebagai pengiring wayang kulit atau wayang wong yaitu
salah satu unsur kesenian Jawa yang diadaptasi oleh masyarakat Betawi terutama di pinggiran
Jakarta. Musik Betawi lainnya yang banyak menyerap pengaruh Sunda adalah Gamelan
Topeng. Disebut dernikian karena gamelan tersebut digunakan untuk mengiringi pagelaran teater
rakyat yang kini dikenal dengan sebutan topeng Betawi Popularitas topeng Betawi bagi
masyarakat pendukungnya adalah kemampuannya untuk menyampaikan kritik social yang tidak
terasa menggelitik hati. Salah satu contohnya adalah lakon pendek Bapak jantuk, tampil pada
bagian akhir pertunjukan yang sarat dengan nasehat- nasehat bagi ketenteraman berumah tangga.
Di antara tarian-tarian yang biasa disajikan Topeng Betawi adalah Tari Lipetgandes, sebuah tari
yang dijalin dengan nyanyian, lawakan dan kadang-kadang dengan sindiran-sindiran tajam

menggigit tetapi lucu. Tari-tari lainnya cukup banyak memiliki ragam gerak yang ekspresif dan
dinamis, seperti Tari Topeng Kedok, Disiplin Jenis Kesenian Betawi MUSIK Rebana
Ketimpring, Rebana Hadro, Rebana Dor, Rebana Burdah, Rebana Maukhid, Gambang Kromong
Kombinasi, Kroncong Tugu Ragam.

Ondel-ondel

Ondel-ondel merupakan salah satu bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan
dalarn pesta-pesta rakyat adalah ondel-ondel. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau
nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.Ondel-ondel
yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 m dengan garis tengah 80 cm, dibuat dari
anyarnan barnbu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalarnnya. Bagian
wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel lakilaki di cat dengan warna merah, sedang yang perempuan dicat dengan warna putih. Bentuk
pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang terdapat di beberapa daerah lain. Di
Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, di Bali
barong landung. Menurut perkiraan jenis pertunjukan itu sudah ada sejak sebelum tersebarnya
agama Islam di Pulau Jawa. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan
roh halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah
semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misainya pada peresmian
gedung yang baru selesai dibangun. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel ternyata
masih tetap bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.

Cerita rakyat

Cerita rakyat yang berkembang di Jakarta selain cerita rakyat yang sudah dikenal seperti Si
Pitung juga dikenal cerita rakyat lain seperti serial Jagoan Tulen yang mengisahkan jawarajawara Betawi baik dalam perjuangan maupun kehidupannya yang dikenal keras. Selain
mengisahkan jawara atau pendekar dunia persilatan, juga dikenal cerita Nyai Dasima yang
menggambarkan kehidupan zaman kolonial.

Teater tradisional

Lenong adalah teater tradisional Betawi. Kesenian tradisional ini diiringi musik gambang
kromong dengan alat-alat musik seperti gambang, kromong, gong, kendang, kempor, suling, dan
kecrekan, serta alat musik unsur Tionghoa seperti tehyan, kongahyang, dan sukong. Lakon atau
skenario lenong umumnya mengandung pesan moral,yaitu menolong yang lemah, membenci
kerakusan dan perbuatan tercela. Bahasa yang digunakan dalam lenong adalah bahasa Melayu
(atau kini bahasa Indonesia) dialek Betawi. Sejarah Lenong Lenong berkembang sejak akhir
abad ke-19 atau awal abadke-20. Kesenian teatrikal tersebut mungkin merupakan adaptasi oleh
masyarakat Betawi atas kesenian serupa seperti komedi bangsawan dan teater stambul yang
sudah ada saat itu. Selain itu, Firman Muntaco, seniman Betawi, menyebutkan bahwa lenong
berkembang dari proses teaterisasi musik gambang kromong dan sebagai tontonan sudah dikenal

sejak tahun 1920-an. Lakon-lakon lenong berkembang dari lawakan-lawakan tanpa plot cerita
yang dirangkai-rangkai hingga menjadi pertunjukan semalam suntuk dengan lakon panjang dan
utuh. Pada mulanya kesenian ini dipertunjukkan dengan mengamen dari kampung ke kampung.
Pertunjukan diadakan di udara terbuka tanpa panggung. Ketika pertunjukan berlangsung, salah
seorang aktor atau aktris mengitari penonton sambil meminta sumbangan secara sukarela.
Selanjutnya, lenong mulai dipertunjukkan atas permintaan pelanggan dalam acara-acara di
panggung hajatan seperti resepsi pernikahan. Baru di awal kemerdekaan, teater rakyat ini murni
menjadi tontonan panggung. Setelah sempat mengalami masa sulit, pada tahun 1970-an kesenian
lenong yang dimodifikasi mulai dipertunjukkan secara rutin di panggung Taman Ismail Marzuki,
Jakarta. Selain menggunakan unsur teater modern dalam plot dan tata panggungnya, lenong yang
direvitalisasi tersebut menjadi berdurasi dua atau tiga jam dan tidak lagi semalam suntuk.
Selanjutnya, lenong juga menjadi populer lewat pertunjukan melalui televisi, yaitu yang
ditayangkan oleh Televisi Republik Indonesia mulai tahun 1970-an. Beberapa seniman lenong
yang menjadi terkenal sejak saat itu misalnya adalah Bokir, Nasir, Siti, dan Anen. Jenis lenong
Terdapat dua jenis lenong yaitu lenong denes dan lenong preman. Dalam lenong denes (dari kata
denes dalam dialek Betawi yang berarti dinas atau resmi), aktor dan aktrisnya umumnya
mengenakan busana formal dan kisahnya ber-seting kerajaan atau lingkungan kaum bangsawan,
sedangkan dalam lenong preman busana yang dikenakan tidak ditentukan oleh sutradara dan
umumnya berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Lenong denes dapat dianggap sebagai
pekembangan dari beberapa bentuk teater rakyat Betawi yang dewasa ini telah punah,yaitu
wayang sumedar, senggol, dan wayang dermuluk. Sedang lenong preman adalah perkembangan
dari wayang sironda. Selain itu, kedua jenis lenong ini juga dibedakan dari bahasa yang
digunakan; lenong denes umumnya menggunakan bahasa yang halus (bahasa Melayu tinggi),
sedangkan lenong preman menggunakan bahasa percakapan sehari-hari, sehingga sangat akrab
dan komunikatif dengan para penontonya. Kisah yang dilakonkan dalam lenong preman
misalnya adalah kisah rakyat yang ditindas oleh tuan tanah dengan pemungutan pajak dan
munculnya tokoh pendekar taat beribadah yang membela rakyat dan melawan si tuan tanah jahat.
Sementara itu, contoh kisah lenong denes adalah kisah-kisah 1001 malam. Pada
perkembangannya, lenong preman lebih populer dan berkembang dibandingkan lenong denes.

Senjata tradisional

Senjata khas Jakarta adalah badik yang bentuknya tipis memanjang.

Rumah adat

Ada 4 (empat) tipe bentuk rumah tradisional yang dikenal oleh orang Betawi, yaitu tipe Gudang,
tipe Bapang, tipe Kebava dan, tipe joglo.
7.

Sistem Religi

Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen
Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang

beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran antara
penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa,
raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis membangun
benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda
Kalapa. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung
Tugu, Jakarta Utara.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi keragaman unsur budaya yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya
juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai