Anda di halaman 1dari 13

D.

ASUHAN KEBIDANAN WANITA DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI


1. MENOMETRORAGI
a. Pengertian
(Menurut Sarwono, 2008) Perdarahan bukan haid adalah :
1) Perdarahan yang terjadi dalam masaantara 2 haid ( perdarahan itu
tampak terpisah dan dapat dibedakan dari haid ) Disebut metrorgia.

2) Perdarahan yang menjadi satu disebut Menometroragia


b. Penyebab
(Menurut manuaba, 1999) Metroragia atau Menometroragia dapat oleh
disebabkan kelainan organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional

1) Sebab-Sebab organik :
a) Vagina disebabkan karena keganasan vagina , varises pecah
b) Serviks disebabkan karena perlukaan serviks , polip serviks.
c) Uterus karena mioma uteri.
d) Tuba Fallopi : KET.
e) Ovarium : radang dan tunas ovarium
2) Sebab-sebab Fungsional
Sering di jumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi
ovarium.
2/3 dari wanita yang dirawat di RS untuk perdarahan disfungsionsl
berumur > 40 th , dan 3% di bawah 2 th.
Ada 2 bentuk yaitu :
a) Perdarahn disfungsional dengan ovulasi.
b) Perdarahan disfungsional tanpa ovulasi.
c. Diagnosa
1) Anamesis tentang mulai perdarahan bagaimana , sifat dan lama
perdarahan , banyak / sedikit perdarahan .
2) Pemeriksaan umum yang menunjuk kemungkinan penyakit metabolic ,
endokrin , menahun dll

3) Kerokan dilakukan jika :


a) Wanita pada usia 20-40 th yang tidak menggangu kehamilan.
b) Promenopouse untuk memastikan keganasan
d. Penanganan
1) Tirah baring dan transaksi darah.
2) Jika perdarahan tidak karena abortus maka dapat diberikan :
a) Estrogen dengan dosis tinggi supaya kadar dalam darah meningkat
dan perdarahan berhenti.
Diberikan secara IM Dipropionas estradional 2,5 mg/ Benzoas
estradional 1,5 mg / Valeras estradiol 20 mg
b) Progesteron dapat mengimbangi pengaruh estrogen terhadap
endrometrium
Diberikan Ser

IM

(Hidroksi-Progesteron

125

mg),

(Norethindrone 15 mg / Provera 10 mg).


Terapi ini berguna pada wanita dalam masa puberstas.

Per

Os

2. MIOMA UTERI
a. Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat, bentuknya ada 2, yaitu :
1) Padat, dominant jaringan ikat
2) Lunak, dominant otot
Mioma uteri ditemukan pada masa reproduksi, dan mengalami
pengeciln setelah menopause. Bila pada masa menopause, mioma tetap
tumbuh dan bertambah besar, maka mengarah pada keganasan.
b. Patologi
1) Pertumbuhan berlapis seperti bawang merah.
2) Lokalisasi
3) Subserosa
a) Dibawah lapisan peritoneum
b) Dapat bertangkai dan melayang dalam cavum abdomen
4) Intramural
Di dalam otot uterus
5) Submukosa
a) Di dalam lapisan dalam rahim
b) Memperluas permukaan cavum uteri
c) Bertangkai dan dapat dikeluarkan melalui canalis servikalis
6) Servikal Mioma
Tumbuh di daerah servik uteri
Mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan ikat yang tersusun
seperti konde diliputi pseudokopsul. Perubahan sekunder pada mioma uteri
bersifat degeneratif, karena berkurangnya aliran ke mioma uteri.
Perubahan sekunder meliputi atrofi degeneratif hialin, degenerasi
kistik, degenerasi membantu, dan degenerasi merah.

c. Gejala
1) Perdarahan tidak normal
2) Terasa berat di abdomen bagian bawah
3) Sukar miksi dan defekasi
4) Nyeri
5) Penderita tampak anemis
6) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin.
d. Diagnosis
Penderita dating dengan keluhan ada benjolan di perut bagian
bawah,

rasa

berat,

perdarahan

abnormal,

retensia

urine.

Pada

pemeriksaan bimanual di dapatkan tumor pada uterus yang teraba benjol


atau bertangkai. Dengan periksa sonde didapatkan cavum uteri lebih luas.

e. Pemeriksaan Penunjang
1) USG abdominal dan transvaginal
2) Laparaskopi
f. Komplikasi
1) Degenerasi panas
2) Torsi yang menimbulkan nekrosis, sindrom abdomen akut
g. Penatalaksanaan
1) Mioma kecil tidak menimbulkan keluhan, tidak perlu di terapi, hanya
diobservasi tiap 3 6 bulan mioma akan menyusut setelah menopause.

2) Miomektomi dengan atau tanpa histerektomi. Bila besar uterus melebihi


seperti kehamilan 12 14 minggu.
3) Radioterapi.
4) Estrogen setelah menopause dan observasi setiap 6 bulan.

3. INFERTILITAS
a. Definisi
Infertilitas

adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk

mengalami kehamilan setelah

melakukan

hubungan

seksual,

tanpa

kontrasepsi, selama satu tahun (Sarwono,497).


Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan menghasilkan keturunan (Elizbeth, 639).
Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan
suami istri belum mampu memiliki anak walaupun

telah melakukan

hubungan seksual sebanyak 2 3 kali seminggu dalam kurun waktu 1


tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
(Djuwantono,2008, hal: 1).

b. Secara medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:


1) Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki
anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2) Infertile sekunder
Berarti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah
satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 3 kali perminggu tanpa
menggunakan

alat

atau

metode

kontrasepsi

jenis

apapun

(Djuwantono,2008, hal: 2).


Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi
syarat-syarat berikut:
a) Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.
b) Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum
mendapatkan kehamilan.
c) Frekuensi hubungan seksual minimal 2 3 kali dalam setiap
minggunya.
d) Istri maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun
metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang
berfungsi untuk mencegah kehamilan(Djuwantono,2008, hal:
c. Etiologi
Sebanyak 60% 70% pasangan yang telah menikah akan memiliki
anak pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan
memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia pernikahannya. Sebanyak 10% 20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak
pernah memiliki anak.
Walaupun pasangan suami istri dianggap infertile bukan tidak
mungkin kondisi infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami
atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan
yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru

merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut


mengandung arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah:
1) Suami memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga
mampu menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa)
kedalam organ reproduksi istri.
2) Istri memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan

sel

kelamin

wanita

(sel

telur

atau

ovarium)

(Djuwantono,2008,2).
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja.
Hasil penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari
angka kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%.
Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni
karena kesalahan dari pihak wanita/istri.

d. Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas


1) Pada wanita
a) Gangguan organ reproduksi
(1) Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan
menghambat transportasi sperma ke vagina.
(2) Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus
sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu.
Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan
jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma
tidak dapat masuk ke rahim.
(3) Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi
uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan
adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai
darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang.
(4) Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi
tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma
tidak dapat bertemu.
b) Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan
hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH
dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan
ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna
obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hiotalamus
dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormone ini.
Maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada
gangguan ovulasi.

c) Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami
kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi.
Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan
terjadilah abortus.
d) Endometriosis
e) Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka
tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda
asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita
hamil.
f)

Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas
ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada
seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan
mempengaruhi kesuburan.

2) Pada Pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas
pada pria yaitu:
a) Abnormalitas sperma; morfologi, motilitas
b) Abnormalitas ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadia
c) Abnormalitas ereksi
d) Abnormalitas cairan semen; perubahan pH dan perubahan
komposisi kimiawi
e) Infeksi pada saluran genital yang meninggalkan jaringan parut
sehingga terjadi penyempitan pada obstruksi pada saluran genital
f)

Lingkungan; Radiasi, obat-obatan anti kanker.

e) Faktor-Faktor Infertilitas Yang Sering Ditemukan


Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas pasangan sangat
tergantung pada keadaan local, populasi dan diinvestigasi dan prosedur
rujukan.
1) Faktor koitus pria
Riwayat

dari

pasangan

pria

harus

mencakup

setiap kehamilan yang sebenarnya, setiap riwayat infeksi saluran


genital, misalnya prostates, pembedahan atau cidera pada genital pria

atau

daerah

inguinal,

dan

setiap

paparan

terhadap

timbel,

cadmium,radiasi atau obat kematerapeutik. Kelebihan konsumsi


alcohol atau rokok atau paparan yang luar biasa terhadap panas
lingkungan harus dicari.
2) Faktor ovulasi
Sebagian besar wanita dengan haid teratur (setiap 22 35hari)
mengalami ovulasi, terutama kalau mereka mengalami miolimina
prahaid (misalnya perubahan payudara, kembung, dan perubahan
suasana hati).
3) Faktor serviks
Selama beberapa hari sebelum ovulasi, serviks menghasilkan
lender encer yang banyak yang bereksudasi keluar dari serviks untuk
berkontak dengan ejakulat semen. Untuk menilai kualitasnya, pasien
harus diperiksa selama fase menjelang pra ovulasi (hari ke-12 sampai
14 dari siklus 28 hari).
4) Faktor tuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat terjadi pada tiga lokasi: akhir fimbriae,
pertengahan segmen, atau pada istmus kornu. Penyumbatan fimbriae
sajauh ini adalah yang banyak ditemukan. Salpingitis yang sebelumnya
dan penggunaan spiral adalah penyebab yang lazim, meskipun sekitar
separohnya

tidak

berkaitan

dengan

riwayat

semacam

itu.

Penyumbatan pertengahan segmen hamper selalu diakibatkan oleh


sterilisasi tuba. Penyumbatan semacam itu, bila tak ada riwayat ini,
menunjukan tuberculosis. Penyumbatan istmus kornu dapat bersifat
bawaan atau akibat endometriosis, adenomiosis tuba atau infeksi
sebelumnya. Pada 90% kasus, penyumbatan terletak pada istmus
dekat tanduk (kornu) atau dapat melibatkan bagian dangkal dari lumen
tuba didalam dinding organ.
5) Faktor peritoneum
Laparoskopi dapat menengali patologi yang tak disangka-sangka
sebelumnya pada 30 sampai 50% wanita dengan infertilitas yang tak
dapat diterangkan. Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim.
Perlekatan perianeksa dapat ditemukan, yang dapat menjauhkan
fimbriae dari permukaan ovarium atau menjebak oosit yang dilepaskan
(Cristina, 600-607).
f) Penatalaksanaan Infertilitas
1) Wanita
a) Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks
puncak dan waktu yang tepat untuk coital.

b) Pemberian terapi obat, seperti : Stimulant ovulasi, baik untuk


gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan
kadar prolaktin, pemberian tsh .
c) Terapi penggantian hormone
d) Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
e) Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat.
f) GIFT ( gemete intrafallopian transfer ).
g) Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak
secara luas.
h) Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
i) Pengangkatan tumor atau fibroid
j) Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
2) Pria
a) Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi
autoimun, diharapkan kualitas sperma meningkat
b) Agen antimikroba
c) Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi
kejantanan.
d) HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e) FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus.
g) Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik.
h) Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma.
i) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi.
Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana
j)

yang panas dan ketat.


Perhatikan penggunaan

lubrikans

saat

coital,

jangan

yang

mengandung spermatisida.
g) Pencegahan Infertilitas
1) Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama
infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu,
setiap infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius (Steven
RB,1985).
2) Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan
pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven
RB,1985).
3) Alkohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar
hormone testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan
sperma (Steven RB,1985).
4) Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).

4. KISTOMA
a. Pengertian
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus biasanya bertangkai
seringkali bila teral dan dapat menjadi besar .dinding kista tipis dan cairan
di dalam kista jernih serus dan berwana kuning pola dinding kista tampak
epitil kublik berhubungan dengan adanya tangkai dapat terjadi torsi
( putaran tangkai ) dengan gejala gejala mendadak di duga bahwa kista
ini

suatu

kistadenoma

serosum

yang

kehilangan

epitil

kelenjar

berhubungan bengan tekanan cairan balm kista tapi terdidiri pengangkatan


kista dengan reseksi ovarium akan tetapi jaringan yang di keluarkan harus
segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah ada
keganasan

b. Angka kejadian
Tumor ovarium ini banyak ditemukan bersama sama dengan kista
denoma ovarii serosum kedua tumor merupakan kira kira 60 % dari
saluran ovarium sedang kistadenoma ovarii musinosium merupakan 40 %
dari saluran kelompok neplasma ovarium
Di indonisia hariadi ( 1970 ) merupakan frekuensi sebesar 27 %
sedangkan gunawan ( 1977 ) menemukan angka 29,9 % sapardan ( 1970 )
37,2 % dan djaswadi 15,1% tumor paling sering terdapat pada wanita
berusia antara 20 50 tahun dan jarang pada masa pra pubertas

c. Gambaran klinis
Tumor lazimnya berbentuk multilokuler oleh karena iytu prmukan
berbagala ( lobulatet ) kira kira 10 % dapat mencapai ukuran yang amat
besar lebih lebih pada penderita yang datang dari pedesaan pada tumor
yang besar tidak lagi dapat ditemukan jaringan ovarium yang normal tumor
biasanya unilateral akan tetapi bisa di jumpai bilateral
Kista menerima darahnya melalui suatu tangkai kadang kadang
bisa terjadi torsi yang mengakibatkan gangguan sirkulasi Gangguan ini
menyebabkan

perdarahan

kista

dan

perubahan

degenetatif

yang

memudahkan timbulnya perlekatan kista dengan omentum usus usus


peritonium parietal.
Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu abuan yang
terahir ini kususnya bila terjadi perdarahan atau perubahan degenetatif
dalam kista pada permukaan terdapat cairan lendir yang khas kental
seperti gelatin melekat dan berwarna kuning sampia coklat tergan tuing
pencampuranya dengan darah.
Pada pemeriksaan mikro kopik tampak dinding kista dilapisi oleh epitil
torak tinggi dengan inti pada dasar sel terdapat diantara sel sel yang
membundar karena terisi lendir ( goblet cell ).
Sel sel epitil yang terdapat pada suatu lapisan mempunyaqi potensi
untuk tumbuh sepertiu struktur kelenjar kelenjar kelenjar menjadi kista

kista baru yang menyebabkan kasta menjadi multilokuler jika terjadi


sobekan pada dinding kista maka sel epitil dapat tersebar pada permukaan
peritonum

rongga

perut

dan

dengan

sekresinya

menyebabkan

psedomeksoma peri tonii


Akibat psedomeksoma peri tonii ialah timbulnya penyakit menahun
dengan musim terus bertambah dan banyak menyebabkan perlekatan
akibat penderita meninggal karena ileus dan / inanisi pada kista kadang
kadang dapat ditemukan daerah padat dan pertumbuhan papilertemapt
temapt tersebut perlu diteliti dengan seksama oleh karena disitu dapat
ditemukan tanda tanda ganas keganasan ini terdapat dalam kira kira 5
10 % dari kista denoma musinosium

d. Penanganan
Penanganan terdiri atas penggankatan tumor jika pda operasi tumor
sudah cukup besar sehingga tidak banyak tampak ovarium yang normal
biasanya dilakukan pengankatan ovarium dan tuba ( salpigo ooforektomi )
pada

waktu

pengangkatan

kista

sedapat

dapatnya

usahakan

mengangkatnya in toto tanpa mengdakan fungsi dahulu untuk mencegah


timbulnya pseudomiksoma peritonei karena tercecernya isi kista jika
berhubungan dengan besarnya kista perlu dilakukan fungsi untuk
mengecilkan tumor lumbung fungsi harus ditutup dengan rapi harus
mengeluarkan tumor dari rongga pertut setelah kista diangkat harus
dilakukan pemeriksaan histologik ditempat tempat yang mencurigakan
terdapat keganasan waktu operasi ovarium yang lain diperiksa pula

5. KANKER SERVIK
a. Pengertian
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam
jaringan serviks (organ yang menghubungkan uterus dengan vagina). Ada
beberapa tipe kanker serviks.
b. Tipe-Tipe Kanker Servik
Tipe yang paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma
(SCC), yang merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker
serviks. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu faktor
utama tumbuhnya kanker jenis ini. Tipe lain kanker serviks seperti
adenocarcinoma, small cell carcinoma, adenosquamous, adenosarcoma,
melanoma dan lymphoma, merupakan tipe kanker serviks yang langka
yang tidak terkait dengan HPV. Beberapa tipe kanker yang telah
disebutkan, tidak dapat ditanggulangi seperti SCC.
c. Gejala Kanker Servik
Kanker serviks tahap dini tidak menunjukkan gejala. Segera temui
dokter bila Anda mengalami gejala-gejala kanker serviks sebagai berikut:
1) Perdarahan vagina
2) Sakit punggung
3) Sakit saat buang air kecil dan air seni keruh
4) Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut dalam
keadaan kosong.
5) Rasa nyeri saat berhubungan seks dan keputihan
6) Salah satu kaki membengkak
7) Kebocoran urin atau feses dari vagina
d. Carcinoma in Situ (CIS atau CIN)
Carcinoma in situ (CIN) merupakan kumpulan sel pra-kanker ganas
yang berada pada satu lokasi dan belum bergerak dari posisi awalnya serta
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Untungnya di Singapura dan negaranegara berkembang lainnya, penyebaran program skrining kanker serviks
mampu mengurangi kasus kanker serviks yang invasif.
Pap smear dapat mengidentifikasi CIN pada serviks, di mana
pengobatan

dapat

mencegah

perkembangan

kanker.

Wanita

direkomendasikan untuk melakukan Pap Smear sekurang-kurangnya


setahun sekali mulai dari saat wanita tersebut berhubungan seksual,
hingga usia 70 tahun. Bila dua diantara tiga dari hasil Pap Smear itu
normal, para wanita dapat mengurangi frekuensi pemeriksaan menjadi dua
hingga tiga tahun sekali. Namun, wanita dengan tingkat resiko tinggi (lihat
bawah) dianjurkan untuk tetap melakukan pemeriksaan setahun sekali.
CIN tidak tumbuh pada semua wanita yang pernah terinfeksi HPV,
dan tidak semua wanita yang memiliki CIN terkena kanker serviks. Seperti
infeksi pada umumnya, banyak infeksi HPV sembuh secara otomatis
karena sistem kekebalan tubuh.

Akan tetapi, beberapa jenis HPV tertentu dapat tinggal dalam


serviks bertahun-tahun lamanya, mengubah susunan genetik sel serviks,
yang mengubahnya menjadi dysplasia (pertumbuhan sel abnormal).
Seiring dengan waktu, bila tidak dilakukan tindakan, dysplasia yang
semakin parah dapat dan akan berkembang menjadi kanker serviks yang
bersifat invasif.
CIN tidak menunjukkan gejala apapun. Inilah sebabnya skrining
kanker secara rutin merupakan langkah pengobatan yang tepat, karena
bila terdeteksi dini, CIN dapat diobati dengan peluang kesembuhan total.
e. Apa Yang Menjadi Penyebab Kanker Ini, Dan Siapa Yang Beresiko
Terkena Penyakit Ini?
Terinfeksi Human Papilloma Viruses (HPV) merupakan sebab
paling umum atau faktor utama terjadinya kanker serviks. Virus-virus ini
ditularkan melalui hubungan seksual, baik oral maupun anal.
Setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki resiko terkena
kanker serviks. Akan tetapi wanita dengan partner seks lebih dari satu
memiliki resiko yang lebih besar. Wanita yang melakukan hubungan seks
tanpa pelindung sebelum umur 16 tahun memiliki tingkat resiko tertinggi.
Beberapa vaksinasi telah dikembangkan dan secara efektif
membunuh HPV yang menjadi penyebab dari 70 hingga 85 persen kanker
serviks. Vaksin HPV ditujukan untuk anak perempuan dan wanita dewasa
dari usia 9 hingga 26 tahun karena vaksin hanya dapat bekerja sebelum
infeksi terjadi. Akan tetapi, vaksinasi masih dapat dilakukan pada wanita
yang belum aktif secara seksual pada usia dewasa. Mahalnya harga
vaksin ini menjadi penyebab kekhawatiran. Akan tetapi, karena vaksin in
hanya ditujukan untuk beberapa tipe kanker beresiko tinggi, wanita tetap
harus melakukan Pap Smear, bahkan setelah vaksinasi.
f.

Bagaimana Cara Mendiagnosa Kanker Serviks?


Walaupun Pap Smear merupakan cara efektif sebagai tes skrining
kanker serviks, kepastian diagnosa kanker serviks atau diagnosa prakanker memerlukan biopsi dari serviks. Biopsi umumnya dilakukan
melalui colposcopy, inspeksi serviks melalui pencitraan yang diperbesar
dengan melarutkan cairan asam untuk memperjelas sel-sel abnormal
pada permukaan serviks. Proses ini memerlukan waktu 15 menit dan
tanpa menimbulkan rasa sakit.
Prosedur diagnosa lanjutan meliputi prosedur Loop Electrical
Excision Procedure (LEEP), cone biopsies dan punch biposies.

g. Penentuan Stadium serta Pengobatan Kanker Serviks

The

Federation

of

Gynecology

and

Obstetrics

(FIGO)

mengklasifikasikan kanker serviks berdasarkan hasil scan menjadi CIN I


hingga III, di mana CIN III merupakan penyebab awal kanker serviks. Di
atas CIN III berarti sel-sel yang ada telah berubah menjadi kanker, dan
akan ditentukan sebagai stadium 0 (dimana kanker masih terisolasi pada
area kulit) hingga 4B (dimana telah terjadi penyebaran pada organ tubuh
lain). Pada tahap stadium 1, pasien dapat diberi pengobatan melalui
prosedur bedah konservatif untuk wanita yang ingin mempertahankan
kesuburan mereka, sementara yang lain dianjurkan untuk mengangkat
seluruh organ uterus dan serviks (trachelectomy).
Setelah prosedur pembedahan, umumnya direkomendasikan
untuk menunggu sekurang-kurangnya satu tahun sebelum melakukan
program kehamilan. Karena terdapat kemungkinan penyebaran kanker
pada kelenjar getah bening disaat tahap akhir stadium 1, spesialis bedah
mungkin akan mengangkat beberapa kelenjar getah bening dari sekitar
uterus untuk bahan evaluasi patologi.
Tumbuh kembalinya kanker pada sisa serviks sangatlah langka
bila kanker telah sepenuhnya diangkat melalui trachelectomy. Akan tetapi,
pasien dianjurkan untuk tetap melakukan pencegahan secara aktif dan
melakukan pemeriksaan lanjutan, termasuk melakukan skrining Pap
smear.
Tumor

pada

tahap

awal

dapat

diobati

melalui

prosedur

histerektomi radikal (pengangkatan seluruh uterus) dengan pengangkatan


kelenjar getah bening. Terapi radiasi dengan atau tanpa kemoterapi dapat
diberikan setelah prosedur pembedahan guna mengurangi resiko
kembalinya kanker. Tumor usia dini berukuran besar dapat diobati dengan
terapi radiasi dan kemoterapi dahulu berukuran besar dapat diobati
dengan terapi radiasi dan kemoterapi dahulu. Histerektomi dapat
dilakukan kemudian untuk mengendalikan kanker secara lokal dengan
lebih baik.
Tumor berstadium lanjut (stadium 2B hingga 4B) harus dirawat
dengan terapi kemo-radiasi

Anda mungkin juga menyukai