Anda di halaman 1dari 16

PROVINSI

MALUKU UTARA

I. KONDISI UMUM
A. Kondisi fisik daerah
1. Keadaan Geografis
Secara geografis, Provinsi Maluku Utara berada pada
3 Lintang Utara hingga 3 Lintang Selatan dan 124
hingga 129 BujurTimur. Sebelah utara berbatasan
dengan Laut Pasifik, Sebelah selatan berbatasan
dengan Laut Seram, Sebelah timur berbatasan
dengan Laut Halmahera dan Sebelah timur
berbatasan dengan Laut Maluku. Kondisi geografis
Provinsi Maluku bila dilihat dari sisi strategis peluang
investasi bisnis dapat diprediksi bahwa sumber daya
alam di sektor perikanan dan kelautan dapat
dijadikan primadona bisnis di Maluku, selain sektor lainnya seperti pertanian sub
sektor peternakan dan perkebunan, sektor perdagangan dan sektor pariwisata serta
sektor jasa yang seluruhnya memiliki nilai jual dan potensi bisnis yang cukup tinggi.
2. Iklim
Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan, yang dipengaruhi oleh iklim
laut tropis dan iklim musim. Hal ini disebabkan oleh wilayah yang berupa pulau-pulau
yang dikelilingi oleh lautan yang luas. Iklim di Provinsi Maluku Utara sangat
dipengaruhi oleh eksistensi perairan laut yang luas dan bervariasi antara tiap bagian
wilayah, yaitu iklim pada bagian Halmahera Utara, Halmahera Tengah dan Barat,
Halmahera Selatan dan Kepulauan Sula. Selama Tahun 2011 terjadi hujan sepanjang
tahun dengan intensitas beragam, curah hujan tertinggi dan hari hujan terbanyak
terjadi pada bulan Nopember, serta penyinaran matahari terbesar sekitar 60% terjadi
pada bulan Mei dan Oktober. Stasiun Meteorologi dan Geofisika Ternate mencatat
suhu udara tertinggi sekitar 31,5 C pada bulan Oktober dan terendah sekitar 23,3 C
pada bulan Agustus, sedangkan kelembaban udara rata-rata sebesar 84%.

583

3. Topografi
Kondisi topografi Maluku Utara beraneka ragam yaitu mulai dari datar, landai, curam
dan sangan curam dengan bentuk wilayah mulai bentuk pantai, teras berbukit dan
pegunungan. Topografi yang dominan adalah kelas lereng curam yaitu seluas
1.707.983,23 Ha atau sebesar 52,39% dari luas keseluruhan. Secara rinci kondisi kelas
lereng dan bentuk topografi di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 280. Kelas lereng dan bentuk topografi di wilayah Maluku Utara

Kelas Lereng
Datar (0-8%)
Landai (8-15 %)
Agak Curam 15-25%)
Curam (25-45)
Sangat Curam (>45 %)

Luas (Ha)
482.983,6
279.595,1
128.380,1
1.707.983,2
661.400,0

Persentase
(%)
14,81
8,58
3,94
52,39
20,29

Bentuk
Pantai
Teras
Perbukitan
Perbukitan
Pegunungan

4. Luas wilayah
Luas wilayah Provinsi Maluku Utara tercatat 145.819,1 km, yang terdiri dari luas daratan
mencapai 45.087,27 km dan luas lautan mencapai 100.731,83 km, serta terdiri dari 7
(tujuh) kabupaten dan 2 (dua) kota, yaitu Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera
Tengah, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera
Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Pulau Morotai, dan Kota Tidore Kepulauan
serta Kota Ternate. Kabupaten/Kota tersebut terdiri dari 113 kecamatan dan 1.070
desa/kelurahan.

5. Pulau dan sungai


Provinsi Maluku Utara yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun
1999 tentang Pembentukan Provinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru, dan Kabupaten
Maluku Tenggara Barat, terletak di antara 3 LU - 3 LS dan 124 BT- 129 BT. Jumlah
pulau di Provinsi Maluku Utara terdiri dari 395 buah pulau-pulau besar dan kecil.
Pulau berukuran besar adalah Pulau Halmahera, sedangkan pulau relatif sedang
diantaranya adalah Taliabu, Mangoli, Sulabesi, Bacan, Obi dan Morotai.Sedangkan
pulau kecil diantaranya Pulau Ternate, Tidore, Makian, Kayoa, Moti, Gebe dan lainlain.

B. Keadaan sosial ekonomi


1. Pemerintahan
Maluku Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia. provinsi ini secara resmi berdiri
pada tanggal 12 Oktober 1999 sebagai pemekaran dari Provinsi Maluku dengan
wilayah administrasi terdiri atas Kabupaten Maluku Utara, Kota Ternate dan
Kabupaten Maluku Utara. Selanjutnya dibentuk lagi beberapa daerah otonom baru
melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Selatan,
Kabupaten Kepulauan Sula dan Kota Tidore. Provinsi ini terdiri dari beberapa pulau di

584

Kepulauan Maluku. Ibukota terletak di Sofifi, Kecamatan Oba Utara, sejak 4 Agustus
2010 menggantikan kota terbesarnya, Ternate yang berfungsi sebagai ibukota
sementara selama 11 tahun untuk menunggu kesiapan infrastruktur Sofifi.
2. Pendidikan
Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 5 tahun yang berpendidikan minimal
tamat SMP/Sederajat sebesar 40,53 persen, dan Angka Melek Huruf penduduk
berusia 15 tahun ke atas sebesar 95,78 persen yang berarti dari setiap 100 penduduk
usia 15 tahun ke atas ada 96 orang yang melek huruf.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan besaran penduduk usia sekolah yang
sedang bersekolah. APS 13-15 tahun sebesar 88,00 persen. Ini menunjukkan masih
terdapat kelompok usia wajib belajar (13-15 tahun) sebesar 12,00 persen yang tidak
bersekolah. APS 16-18 tahun sebesar 62,07 persen dan APS 19-24 tahun sebesar
18,74 persen.
Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Provinsi Maluku Utara usia 5 tahun ke atas yang
tamat SM/sederajat sebesar 18,74 persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 2,01 persen,
tamat DIV/S1 sebesar 2,96 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,18 persen.
3. Tenaga Kerja
Provinsi Maluku Utara adalah salah satu provinsi di wilayah timur Indonesia dimana
tingkat Pengangguran pada Februari, Terbuka sebesar 5,51 Persen Jumlah angkatan
kerja di Maluku Utara pada Februari 2013 mencapai 482,3 ribu orang, bertambah 11,0
ribu orang dibanding angkatan kerja keadaan Februari 2012 atau bertambah 16,2 ribu
orang dibanding keadaan Agustus 2012. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di
Maluku Utara pada Februari 2013 mencapai 67,90 persen. Lebih tinggi dibanding
keadaan Februari 2012 sebesar 67,82 persen maupun keadaan Agustus 2012 sebesar
66,35 persen. Menurut daerah dan jenis kelamin, TPAK di daerah perkotaan lebih
rendah dibanding daerah perdesaan, dan TPAK perempuan lebih rendah dibanding
TPAK laki-laki.
4. Penduduk
Penduduk Maluku Utara berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat sebesar
1.038.087 jiwa yang tersebar di 9 kabupaten/kota.Jumlah penduduk terbesar 198.911
jiwa mendiami Kabupaten Halmahera Selatan. Secara keseluruhan, jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Hal ini tercermin dari angka rasio
jenis kelamin sebesar 104,87 yang berarti terdapat 105 laki-laki pada setiap 100
perempuan.
Tabel 281. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Provinsi Maluku Utara
No

Kab./Kota

Luas
km

1
2
3

Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Kepulauan Sula

2 612,24
2 276,83
9 632,92

%
5,80
5,05
21,37

Jumlah penduduk (Jiwa)


Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
(%)
51.477
48 947
100 424
105,17
22.003
20 812
42 815
105,72
67.456
65 068
132 524
103,67

Kepadatan
Penduduk
2
(jiwa/km )
38,44
18,80
13,76

585

4
5
6
7
8
9

Halmahera Selatan
8 779,32
19,48
Halmahera Utara
3 132,40
6,95
Halmahera Timur
6 506,20
14,44
Pulau Morotai
2 314,90
5,14
Ternate
250,85
0,56
Tidore Kepulauan
9 564,00
21,22
Jumlah
45 069,66 100,00
Sumber: Maluku Utara Dalam Angka 2011

101.780
83.006
38.486
27.267
94.476
45.442
531.393

97 131
198 911
78 841
161 847
34 623
73 109
25 430
52 697
91 229
185 705
44 613
90 055
506 694 1 038 087

104,79
105,28
111,16
107,22
103,56
101,86
104,87

22,66
51,67
11,24
22,76
740,30
9,42
23,03

5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Dari sisi sektoral, besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga
Berlaku Maluku Utara pada triwulan I-2013 mencapai 1841.03 miliar rupiah,
sedangkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 pada triwulan yang sama adalah
887.53 miliar rupiah. Pertumbuhan tertinggi di Sektor Industri Pengolahan sebesar
2.08 persen. Sedangkan pertumbuhan terendah di Sektor Bangunan sebesar -2.64
persen. Untuk PDRB sektor kehutanan tidak bisa ditampilkan secara detail.
6. Budaya,
Provinsi Maluku Utara, masyarakat di sini multietnik terdiri dari 28 sub etnis dengan
29 bahasa lokal. Maluku Utara didominasi oleh Muslim. Ternate dan Tidore telah
dikunjungi para pedagang dari berbagai negara sejak abad ke-16.Bangsa-bangsa Eropa
memburu rempah-rempah yang berharga saat itu dan berupaya memonopolinya. Saat
ini Rempah-rempah ini masih dianggap berharga tapi tidak seberharga seperti
sebelumnya. Pala dan cengkeh berlimpah di sini yang digunakan sebagai bumbu
masakan dan permen, juga Peninggalan-peninggalan sejarah masa silam antara lain
Kadaton Sultan Ternate dan Kadaton Sultan Tidore. Anda dapat melihat warisan
kekayaan budaya dan sejarahnya di museum dan kedaton. Anda dapat mengunjungi
bangunan yang fantastis yaitu Masjid Sultan yang berbentuk piramida, masjid ini
terletak di sebelah selatan istana di Ternate.
Corak kehidupan sosial budaya masyarakat di provinsi Maluku Utara secara umum
sangat tipikal yaitu perkawinan antara ciri budaya lokal Maluku Utara dan budaya
Islam yang dianut empat kesultanan Islam di Maluku Utara pada masa lalu. Kehidupan
masyarakat Maluku Utara dipengaruhi oleh kondisi wilayahnya yang terdiri dari laut
dan kepulauan, perbukitan, dan hutan-hutan tropis. Desa-desa di Maluku Utara
umumnya terletak di pesisir pantai dan sebagian besar lainnya berada di pulau-pulau
kecil. Oleh sebab itu, pola kehidupan seperti menangkap ikan, berburu, bercocok
tanaman, dan berdagang masih sangat mewarnai dinamika kehidupan sosial-ekonomi
masyarakat Maluku Utara. Di kalangan masyarakat Maluku Utara, semboyan yang
sekarang yang menjadi motto pemerintah Provinsi Maluku Utara, yakni Marimoi
Ngone Futura Masidika Ngone Foruru (Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh), adalah
ajakan ke arah solidaritas dan partisipasi. Potensi kultural ini merupakan modal
pembangunan yang paling berharga untuk dikembangkan.

586

7. Rumah Adat
Provinsi Maluku utara memiliki
kekayaan sumber daya alam yang
besar. Hasil perkebunan berupa
rempah-rempah (cengkeh dan pala),
kopra, kakao, jagung dan ubi kayu.
Pada abad ke-16 rempah-rempah
pernah jadi primadona bangsa
Eropa seperti Portugis, Inggris dan
Belanda,
bahkan
mampu
mendorong bangsa-bangsa tersebut
datang
ke
Maluku
utara.
Wilayahnya, yang sebagian besar
perairan, menjanjikan sumber kekayaan laut berupa ikan yang tidak akan habis jika
dikelola dengan baik. Tambang yang tersimpan di perut bumi seperti emas, nikel,
mangan, tembaga, kaolin, magnesit dan beragam batu mulia merupakan harta karun
yang belum diolah secara maksimal. Sebelum masa penjajahan, daerah Maluku Utara
merupakan wilayah empat kerajaan Islam terbesar di bagian timur Nusantara yang
dikenal dengan sebutan Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan empat gunung di
Maluku), yaitu kesultanan Bacan, Jailolo, Ternate dan Tidore. Suku bangsa yang
mendiami tempat ini antara lain suku Ternate, Tidore, Makian, Bacan, Galela, Loloda,
Tobelo, Tobaru, Kao, Jailolo, Module, Pagu, Buli, Patani, Maba, Sawai, Wayoli, dan
suku bangsa Sahu dengan bahasa penutur yang berbeda pula. Berbagai jenis tarian
dan musiknya cukup dikenal dikalangan masyarakat antara lain tari Soya-Soya,
Lalayan, Tide-Tide, Togal dan seni musik Tifa.
Dalam bidang seni arsitektur, salah satu peninggalan rumah adat yang dapat
ditemukan di Maluku utara adalah sasadu atau rumah adat suku bangsa Sahu di
Halmahera barat. Rumah Sasadu berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah
tiang dan dinding dari kayu, bertangga dua terletak di sisi kiri dan kanan, beratap daun
ijuk serta di kolongnya terdapat dego-dego (dipan bambu) untuk pertemuan. Rumah
ini pula yang kemudian ditampilkan di TMII sebagai anjungan Maluku utara, rumah ini
digunakan untuk memamerkan aspek budaya Maluku utara seperti Pakaian adat, alat
musik tradisional, benda-benda tradisional, makanan khas, hasil bumi dan berbagai
hasil kerajinan tangan.

587

II. ASPEK KAWASAN


A. Hutan Negara
1 Luas Kawasan Hutan
Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. SK.490/Menhut-II/2012, tentang Perubahan
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan Seluas
273.361 (Dua Ratus Tujuh Puluh Tiga Ribu Tiga Ratus Enam Puluh Satu) Hektar,
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Seluas 92.222 (Sembilan Puluh Dua Ribu Dua
Ratus Dua Puluh Dua) Hektar dan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi
Kawasan Hutan Seluas 5.081 (Lima Ribu Delapan Puluh Satu) Hektar di Provinsi
Maluku Utara, kawasan hutan Provinsi Maluku Utara seluas 2.519.623,91 ha, terdiri
dari :
Tabel 282. Kawasan Hutan di wilayah Provinsi Maluku Utara

No.
1.
a.
b.
2.
3.
4.
5.

FUNGSI
Hutan Konservasi (Cagar Alam dan Taman Nasional)
Darat
Perairan
Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi tetap
Hutan Produksi yang dapat di-Konversi
Jumlah Total (Ha)

LUAS (Ha)
281.557,48
281.557,48
0,00
583.975,28
667.192,66
482.284,33
567.614,16
2.519.623,91

Kawasan Hutan di wilayah Provinsi Maluku


Utara
Hutan Produksi
yang dapat
diKonversi
22%

Hutan Produksi
tetap
19%

Hutan
Konservasi
11%

Hutan Lindung
22%

Hutan Produksi
Terbatas
26%

Luas Hutan di Provinsi Maluku Utara


Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa 26% kawasan hutan yang ada di Provinsi
Maluku Utara merupakan hutan produksi terbatas, 22% hutan produksi yang dapat
dikonversai, 22% hutan produksi terbatas, 19% hutan produksi dan 11% hutan
konservasi.

588

2. Luas Penutupan Lahan


Kondisi penutupan lahan di Provinsi Maluku Utara berdasarkan hasil penafsiran Citra
Landsat 7 ETM+ Tahun 2009/2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 283. Luas penutupan Lahan Dalam Dan Luar Kawasan Hutan di Provinsi Maluku Utara
Penutupan
Lahan
A. Hutan
-Hutan Primer
-Hutan Sekunder
-Hutan Tanaman
B. Non Hutan
C. Tidak ada data
Total

KSA-KPA

KAWASAN HUTAN
HUTAN TETAP
HL
HPT
HP

HPK

TOTAL

APL

Jumlah

Jumlah

20,1

848,2

557,6

338,5

413,7

2.178,1

81,5

2.259,6

7,7

268,9

119,4

41,0

42,4

479,4

8,8

488,3

69,7
15,1

12,4

578,9

433,5

275,7

366,2

1.666,7

72,7

1.739,4

53,7

0,4

4,7

21,8

5,1

32,0

32,0

1,0

6,8

128,4

65,9

142,5

422,0

765,5

216,2

981,7

30,3

26,9

976,6

623,5

481,0

835,7

2.943,7

297,6

3.241,3

100,0

Sumber : Statistik Kementerian Kehutanan Tahun 2011

3. Penggunaan dan tukar menukar kawasan hutan


Luas Izin pinjam pakai kawasan hutan di Provinsi Maluku Utara sebesar 10.994,43
ha, diaman sebagian besar digunakan untuk kegiatan pertambangan nikel, emas dan
biji besi. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 284. Pemegang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan di wilayah Provinsi Maluku Utara
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Pemegang Izin
PT. Alam Raya Abadi
PT. Aneka Tambang, Tbk.
PT. Aneka Tambang, Tbk.
PT. Bakti Pertiwi Nusantara
PT. Gane Permai Sentosa
PT. Kemakmuran Pertiwi Tambang
PT. Nusa Halmahera Mineral
PT. Nusa Halmahera Mineral
PT. Nusa Halmahera Mineral
PT. Rimba Kurnia Alam
PT. Tekindo Energi (Blok II)
PT. Trimegah Bangun Persada
PT. Adidaya Tangguh (Tahap I)
PT. Adidaya Tangguh (Tahap II)
PT. Haltim Mining
PT. Wana Tiara Persada (Tahap I)
PT. Fajar Bhakti Lintas Nusantara

Kawasan
HPK
HPT, HPK
HL
HPK
HPK
HPT, HPK
HP, HPT, HPK
HPT, HP
HPT
HPK
HPT, HPK
HPK
HPT, HPK
HPT, HPK
HPK
HP
HPT

Luas (Ha)
435,08
491
456
421
469,90
780,70
868,50
90,60
741,63
492,89
715,14
1.604,20
64,88
1.454,21
120,32
937,17
851,21

Lokasi
Haltim
Haltim
Haltim
Halteng
Halsel
Haltim
Halut
Halut
Halut
Halsel
Halteng
Halsel
Kep. Sula
Kep. Sula
Haltim
Halsel
Halteng

Ket
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Emas DMP
Emas DMP
Emas DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Biji Besi
Biji Besi
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara

589

III. ASPEK SUMBERDAYA HUTAN


A. Potensi kayu atau non kayu
1. Potensi kayu
Potensi jenis kayu banyak dijumpai di kawasan KPH Model Gunung Sinopa. Beberapa
jenis yang mendominasi adalah Marsawa, Nyatoh, Matoa, Kenari, Agathis, Merbau dll.
2. Potensi Hasil Hutan Bukan kayu (HHBK)
Potensi HHBK yang dapat dikembangkan antara lain Rotan (dari berbagai jenis),
Damar, Kopal dan bambu.

B. Produksi kayu atau non kayu


1. Produksi Kayu
Produksi kayu di Maluku Utara selama lima tahun terakhir berfluktuasi dan cenderung
menurun. Total produksi kayu dari jenis meranti, rimba campuran dan kayu indah di
Provinsi Maluku Utara dari Tahun 2008 hingga tahun 2012 mencapai 1.050.384,22 m3.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 285. Produksi Kayu per Jenis di Provinsi Maluku Utara
3

Tahun

Produksi per Jenis (m )


Meranti

Rimba Campuran

Jumlah

Ket

Kayu Indah

Tahun 2008

378.380,80

330.695,05

2.038,02

711.113,87

Tahun 2009

81.856,27

53.472,18

403,62

135.732,07

Tahun 2010

55.392,50

41.916,00

284,95

97.593,46

Tahun 2011

59.456,54

45.190,83

1.297,45

105.944,82

Tahun 2012

16.738,78

9.847,73

504,36

27.090,87

Belum semua
perusahaan
memberikan
laporan

Sumber : Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara

2. Produksi Non Kayu


Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati
baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang
berasal dari hutan (Permenhut No. P.35/Menhut-II/2007). Hasil Hutan Bukan Kayu
yang dikembangkan, antara lain :
Perlebahan ; adalah kegiatan pemanfaatan lebah dan produk-produknya serta
vegetasi penunjangnya untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi

590

kepentingan masyarakat dengan memperhatikan aspek kelestariannya. Jumlah


koloni lebah dan produksi madu hasil kegiatan perlebahan tahun 2008-2012.
Persuteraan Alam ; yang dimaksud dengan persuteraan alam adalah bagian
kegiatan perhutanan sosial dengan hasil kokon atau benang sutera yang terdiri dari
kegiatan penanaman murbei, pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera dan
pengolahan kokon. (Keputusan Menhut No.50/Kpts-II/1997). Usaha tani
persuteraan alam bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
penyediaan bahan baku industri persuteraan alam dan peningkatan mutu
lingkungan. Hasil-hasil persuteraan alam tahun 2008-2012.
Rotan ; pelaksanaan pengembangan rotan saat ini telah diserahkan kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dimana tugas pemerintah adalah mengatur,
membina, mendorong, membantu memonitor dan mengendalikan, yang
diwujudkan dalam pengembangan infrastruktur, baik fisik maupun sosial
(kelembagaan masyarakat) sebagai landasan keberlangsungan investasi
publik/masyarakat. Realisai Pembangunan Budidaya Tanaman Rotan Tahun 20082012.
Bambu.
Realisasi pembuatan areal model budidaya bambu tahun 2008-2012.
C. Flora dan fauna
1. Flora
Beberapa jenis yang mendominasi adalah damar (Agathis
sp.), cemara gunung (Casuarina sumatrana), bintangur
(Calophyllum inophyllum), kayu bugis (Koordersiodendron
pinnatum), benuang (Octomeles sumatrana), nyatoh
(Palaquium obtusifolium), serta beberapa jenis kenari
(Canarium spp.). Terdapat juga beragam jenis anggrek
yang terdapat di dalam kawasan.serta jenis-jenis kantung
semar (Nepenthes sp.) di daerah dataran tinggi kawasan
Suaka Margasatwa , Taman Wisata Alam dan Taman Hutan
Raya/Hutan Buru .

Damar (Agathis sp.)

2. Fauna
a. Burung
Terdapat 217 jenis burung di dalam kawasan taman nasional. Sebanyak 24 jenis
burung khas (endemik) Maluku Utara berhasil dijumpai di dalam kawasan termasuk
empat jenis endemik Pulau Halmahera, yaitu mandar gendang (Habroptila
wallacii), cekakak murung (Todiramphus fenubris), kepudang-sungu halmahera
(Coracina parvula), dan kepudang halmahera (Oriolus phaeocromus).

591

b. Mamalia
Diperkirakan setidaknya terdapat 33 jenis mamalia meliputi jenis-jenis kuskus seperti
kuskus maluku (Phalanger ornatus), bajing terbang (Petaurus breviceps papuanus),
kelelawar (ordo: Chiroptera), musang (Viviridae), babi hutan, rusa, serta jenis tikus
(Muridae). Dari 33 jenis ini, enam diantaranya endemik Maluku Utara, satu jenis
diantaranya kuskus (Phalanger sp.) merupakan jenis endemik Halmahera.
Monyet
hitam
Sulawesi
(Macaca
nigra
Desmaret,
1822), selain terdapat di Pulau
Sulawesi dapat pula ditemukan
di Pulau Bacan Maluku Utara.
Monyet hitam yang ada di
Pulau Bacan memiliki kesamaan
karakter morfologi dengan
monyet hitam yang ada di
Pulau
Sulawesi.
Adanya
aktivitas manusia di sekitar dan
di dalam kawasan Cagar Alam
Gunung Sibela Bacan, telah menyebabkan terjadinya degradasi habitat dan
deforestasi. Hal ini dapat menimbulkan dampak terhadap ketidakstabilan populasi
serta perubahan perilaku hewan, dan dimungkinkan termasuk perilaku kewaspadaan
dan perilaku kawin. Hewan semi arboreal ini lebih terkenal di daerah asalnya (Pulau
Sulawesi) di banding Pulau Bacan. Sorotan publik Nasional dan Internasioanl
terhadap hewan yang kategori Endangered ini begitu tinggi, karena di Pulau Sulawesi
hewan ini sering diburu untuk disajikan di restoran siap saji dan sebagai hewan
peliharaan.
c. Reptilia
Diperkirakan setidaknya terdapat 53 jenis reptilian di antaranya adalah kadal air
(Hidrosaurus amboinensis/), biawak atau soa-soa (Varanus indicus), kadal daun
(Emoia sorex), kadal raksasa (Tiliqua gigas), ular python batik (Python reticulatus),
ular hitam (Stegonotus batjanensis), dan diperkirakan juga masih terdapat buaya
muara (Crocodilus porosus). Dari 53 jenis tersebut delapan jenis merupakan endemik
Maluku Utara termasuk satu jenis endemik Pulau Halmahera yaitu jenis ular
(Tropidonophis punctiventris).
d. Amfibia
Diperkirakan terdapat 17 jenis amfibia di antaranya adalah jenis katak pohon hijau
yang cukup umum (Litoria infrafrenata), katak sungai biasa (Rana papua) atau katak
sungai yang biasa dikonsumsi masyarakat (Limnonectes grunniens). Terdapat juga
katak kerdil (Microhylidae) seperti jenis Oreophryne frontifasciata. Dari 17 jenis
tersebut lima jenis endemik Maluku Utara. Empat diantaranya endemik Pulau
Halmahera yaitu Callulops dubia, Cophixalus montanus, Hylophorbus boettger dan
Hyla rueppelli.

592

D. Jasa lingkungan
Pengembangan jasa lingkungan banyak dilakukan di kawasan konservasi yaitu :
1. Cagar Alam
a. Cagar Alam LIFAMATOLA; Kepualaun Sula, Maluku Utara, 16.690,53 ha,
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 285/Kpts-II/1995, 6 Juli 1995.
b. Cagar Alam PULAU OBI; Halmahera Selatan, Maluku Utara, 1.250,00 ha,
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 685/ Kpts-II/1995, 5 Oktober 1995.
c. Cagar Alam PULAU SEHO; Kepulauan Sula, Maluku Utara, 1.250,00 ha, Keputusan
Menteri Kehutanan RI Nomor: 320/Kpts-II/1987, 12 Oktober 1987.
d. Cagar Alam GUNUNG SIBELA; Halmahera Selatan, Maluku Utara, 23.024,00 ha,
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 326/Kpts-II/1987, 15 Oktober 1987.
e. Cagar Alam TALIABU; Kepulauan Sula, Maluku Utara, 9.743,00 ha, Keputusan
Menteri Kehutanan RI Nomor: 684/Kpts-II/1995, 5 Oktober 1995.
2. Taman Nasional Aketajawe-Lolobata di Kab. Haltim & Kota Tikep
Ditetapkan sebagai Taman Nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor :397/Kpts-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang Perubahan Fungsi
sebagian kawasan hutan lindung. Hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap
seluas 167.300 (seratus enam puluh tujuh ribu tiga ratus) hektar pada kelompok
hutan lindung aketajawe seluas 77.100 (tujuh puluh tujuh ribu seratus ) hektar di
Kabupaten Halmahera Tengah dan Kota Tidore Kepulauan dan kelompok hutan
lolobata seluas 90.200 (sembilan puluh ribu dua ratus) hektar terdiri dari hutan
lindung seluas 76.475 hektar. hutan produksi terbatas seluas 7.650 (tujuh ribu
enam ratus lima puluh) hektar. dan hutan produksi tetap seluas 6.075 (enam ribu
tujuh puluh lima) hektar di Halmahera Timur. Provinsi Maluku Utara menjadi Taman
Nasional Aketajawe Lolobata.
3. Hutan Mangrove (Mangrove Formation)
Terletak tepat di belakang pantai berpasir yang agak tinggi. Jenis tumbuhan yang
dominan antara lain tancang (Sonneratia alba), bakau-bakauan (Rhyzopora
acuminate, R. mucronata), Bruguiera sexangula, api-api (Avicenia sp.), dan nipah
(Nypa fructicans).
4. Vegetasi Pantai (Beach Formation)
Vegetasi pantai berkembang dengan baik di sepanjang pantai yang berpasir. Jenisjenis tumbuhan yang dominan adalah Ipomoa pescapre, Scinifax sp., Terminalia
cattapa, Pandanus sp., dan Casuarina equisetifolia.
5. Hutan rawa dataran rendah (Lowland Swamp Forest)
Formasi ini merupakan kelompok-kelompok kecil yang perkembangannya kurang baik.

593

Letaknya di belakang jalur-jalur mangrove di pantai utara dengan jenis yang dominan
antara lain Nauclea sp., Ficus nodosa, Baringtonia racemosa, Eugenia sp., Callophylum
soulatri, Alstonia scholaris dan Anthocephalus cadamba.
E. Lahan kritis
Berdasarkan hasil inventarisasi lahan kritis tahun 2007, luas lahan kritis di Provinsi
Maluku Utara mencapai 550.750 ha, dengan kategori kritis 259.360 ha dan kategori
sangat kritis mencapai 291.390 ha. Pada tahun 2011, luas lahan kritis tersebut
mengalami peningkatan mencapai 611.106 ha dengan kategoti kritis 447.669 ha dan
kategori sangat kritis 163.438 ha. Salah satu upaya untuk mengurangi dan
menghijaukan lahan kritis di Provinsi Jawa Tengah, berbagai upaya rehabilitasi telah
dilakukan antara lain melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan 1 miliar pohon.
Melalui kegiatan tersebut pada tahun 2010 telah tertanam 12.574.262 pohon, pada
tahun 2011 terjadi peningkatan penanaman yaitu mencapai 13.319.676 pohon.

Taman Nasional Aketajawe-Lolobata

594

IV. ASPEK KELEMBAGAAN


A. Model pengelolaan
Pengelolaan hutan di Provinsi Maluku Utara dilakukan melalui beberapa skema yaitu
melalui pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu baik di hutan alam dan
hutan tanaman, dan Hutan Tanaman Rakyat (HTR),
1. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Tanaman
Pemanfaatan hutan untuk IUPHHK-HT seluruhnya sebanyak 5 unit seluas 65.453 ha.
Daftar IUPHHK-HT yang ada di Maluku Utara sebagai berikut:
Tabel 286. Daftar IUPHHK-HT di Provinsi Maluku Utara

2. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam


Pemanfaatan hutan untuk IUPHHK-HA seluruhnya sebanyak 13 unit seluas 669.500
ha. Daftar IUPHHK-HA yang ada di Maluku Utara sebagai berikut:
Tabel 287. Daftar IUPHHK-HA di Provinsi Maluku Utara
Nomor SK

Tanggal SK

Luas
(ha)

NO.

Nama IUPHHK-HA

PT. Bela Berkat Anugerah

389/Menhut-II/2006

12/07/2006

33.880

2
3

PT. Mangole Timber Unit


PT. Mohtra Agung
Persada

192/Kpts-II/1998
400/Menhut-II/2006

27/02/1998
19/07/2006

46.066
50.940

PT. Nusa Niwe Indah

410/Menhut-II/2004

18/10/2004

73.500

PT. Pusaka Agro Sejahtera

180/Menhut-II/2007

01/05/2007

15.540

962/Kpts-II/1999

14/10/1999

86.599

PT. Poleko Yurbarson


Trad.
PT. Surya Kirana Dutamas

670/Menhut-II/2009

15/10/2009

66.230

PT. TAIWI UNT II

394/Kpts-II/1992

22/04/1992

42.300

Lokasi
(Kab/Kota)

Kode
Spasial

Halmahera
Selatan
Kep. Sula
Halmahera
Tengah,
Halmahera
Timur
Halmahera
Utara,
Halmahera
Tengah
Halmahera
Selatan
Halmahera
Selatan
Halmahera
Selatan
Halmahera

HA-244
Ha-246
HA-247

HA-248

HA-251
HA-250
HA-252
HA-235

595

(PT. Tunas Foresta)

PT. Telaga Bhakti Persada

372/Menhut-II/2009

23/06/2009

63.405

10

PT. Tunas Pusaka Mandiri

351/Menhut-II/2006

12/05/2006

24.430

11

368/Menhut-II/2009

23/06/2009

73.375

12

PT. Tunggal Aghatis


(PT. TAIWI Unit I)
PT. Wana Kencana Sejati

95/Menhut-II/2005

12/04/2005

47.410

13

PT. Wana Kencana Sejati II

295/Menhut-II/2007

28/08/2007

45.825

JUMLAH

Selatan,
Halmahera
Timur
Halmahera
Selatan
Halmahera
Utara,
Halmahera
Tengah
Halmaheru
Timur
Halmahera
Timur
Halmahera
Timur,
Halmahera
Tengah

HA-255
HA-256

HA-257
HA-258
HA-259

669.500

3. Hutan Tanaman Rakyat


Areal pencadangan Hutan Tanaman Rakyat di Provinsi Maluku Utara seluas 24.120 ha,
terletak di empat kabupaten yaitu Halmahera Selatan, Halmahera Barat, Halmahera
Timur dan Pulau Morotai. Luasan secara rinci areal pencadangan HTR sebagai berikut:
Tabel 288. Daftar luas Areal pencadangan HTR di Maluku Utara

B. Sumber Daya Manusia (SDM)


Tabel 289. SDM Pengelola Kawasan Hutan Lingkup Provinsi Maluku Utara
No

IV

Instansi

BPDAS Ake Malamo

2
3

Balai TN Aketajawe Lolobata


Dishutprov Maluku Utara

L
1

Jumlah SDM Menurut Golongan


III
II
I
P
L
P
L
P
L
P
16
5
6
-

Sumber : Statistik Kemenhut 2012 (diolah)

596

13

1
-

26

Jumlah
L
22
40
-

P
5

Total
27

41
-

C. Prospek pengelolaan hutan


Penetapan wilayah KPHL dan KPHP Provinsi Maluku Utara oleh Menhut sesuai
Keputusan Nomor SK. 73/Menhut-II/2010 tanggal 8 Februari 2010 terdiri dari 5 unit
KPHL dan 6 unit KPHP dengan luas seluruhnya 1.768.424 ha. Penetapan wilayah
pengelolaan KPHP Model Gunung Sinopa di Kabupaten Halmahera Tengah dan Kota
Tidore Kepulauan oleh Menteri Kehutanan melalui Keputusan Nomor SK.337/MenhutII/2010 tanggal 25 Mei 2010 meliputi area seluas 44.577 ha terdiri dari HL dengan luas
21.056 ha, HPT dengan luas 13.917 ha dan HP dengan luas 9.604 ha
D. Daftar UPT, LSM dan lembaga terkait di Provinsi
1. Dinas Provinsi dan Kabupaten /Kota
No

Dinas

Alamat

Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara

Jl. Rimbawan Sofifi Maluku Utara


Tlp : (0921) 3121957
Fax : (0921) 3123803
Jl. Monunutu No.12 Tanah Raja Ternate
Tlp : (0921) 21209

Dinas Kehutanan Kabupaten Maluku Utara

Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera


Tengah

Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera


Utara

Dinas Kehutanan dan Pertanian Kota Tidore


Kepulauan

Dinas Kehutanan dan Perkebunan


Kabupaten Halmehera Timur

Jl. Ahmad Yani No. 21 Kel. Indonesiana Kota


Tikep
Tlp : (0921) 3162146
Fax : (0921) 3162494
Kawasan Pusat Pemerintahan Kab. Haltim Desa
Soagimalaha Kec. Maba - 97882

Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera


Barat

Jl. Sarikat Nomor 2 Jailolo Halmahera Barat


Tlp/Fax : (0922) 2221067

Dinas Kehutanan Kabupaten Kepulauan


Sula

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota


Ternate

Jl. Paskah Suzeta Desa Pohea, Sanana Kab.


Kepulauan Sula
Tlp/Fax : (0929) 21174
Jl. Batu Anteru Kec. Kota Ternate Tengah
Tlp : (0921) 3110648

10

Dinas Pertanian, Perkebunan dan


Kehutanan

Jl. Trans Darame, Morotai Selatan

11

Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera


Selatan

Jl. Raya Tomori, Labuha Bacan


Tlp/Fax : (0927) 2321194, 2321544

Jl. Koli Bale Km.3 Komplek Perkantoran No. 1


Weda
Tlp : (0921) 61068
Fax : (0921) 61333
Jl. Pekuburan Cina Desa Wosia Tbolelo
Tlp : (0921) 2621698

597

2. UPT Kehutanan Provinsi Maluku Utara


No

Nama UPT

1.

Balai Pengelolaan DAS Ake Malamo

2.

Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata,


Sofifi

Alamat
Jl. Komplek Barito Pasific Kalumata Puncak,
Ternate Maluku Utara
Tlp : (0921) 3110929
Fax : (0921) 3110461
Jl. Empat Puluh Sofifi Kota Tidore Kepulauan
Provinsi Maluku Utara
Tlp/Fax : (0921) 3128039

3. LSM
1. eLSil (Lembaga Pesisir) Maluku Utara
2. Burung Indonesia
3. Kelurahan Kampung Pisang. Kec. Kota Ternate Tengah. Ternate

598

Anda mungkin juga menyukai