MALUKU UTARA
I. KONDISI UMUM
A. Kondisi fisik daerah
1. Keadaan Geografis
Secara geografis, Provinsi Maluku Utara berada pada
3 Lintang Utara hingga 3 Lintang Selatan dan 124
hingga 129 BujurTimur. Sebelah utara berbatasan
dengan Laut Pasifik, Sebelah selatan berbatasan
dengan Laut Seram, Sebelah timur berbatasan
dengan Laut Halmahera dan Sebelah timur
berbatasan dengan Laut Maluku. Kondisi geografis
Provinsi Maluku bila dilihat dari sisi strategis peluang
investasi bisnis dapat diprediksi bahwa sumber daya
alam di sektor perikanan dan kelautan dapat
dijadikan primadona bisnis di Maluku, selain sektor lainnya seperti pertanian sub
sektor peternakan dan perkebunan, sektor perdagangan dan sektor pariwisata serta
sektor jasa yang seluruhnya memiliki nilai jual dan potensi bisnis yang cukup tinggi.
2. Iklim
Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan, yang dipengaruhi oleh iklim
laut tropis dan iklim musim. Hal ini disebabkan oleh wilayah yang berupa pulau-pulau
yang dikelilingi oleh lautan yang luas. Iklim di Provinsi Maluku Utara sangat
dipengaruhi oleh eksistensi perairan laut yang luas dan bervariasi antara tiap bagian
wilayah, yaitu iklim pada bagian Halmahera Utara, Halmahera Tengah dan Barat,
Halmahera Selatan dan Kepulauan Sula. Selama Tahun 2011 terjadi hujan sepanjang
tahun dengan intensitas beragam, curah hujan tertinggi dan hari hujan terbanyak
terjadi pada bulan Nopember, serta penyinaran matahari terbesar sekitar 60% terjadi
pada bulan Mei dan Oktober. Stasiun Meteorologi dan Geofisika Ternate mencatat
suhu udara tertinggi sekitar 31,5 C pada bulan Oktober dan terendah sekitar 23,3 C
pada bulan Agustus, sedangkan kelembaban udara rata-rata sebesar 84%.
583
3. Topografi
Kondisi topografi Maluku Utara beraneka ragam yaitu mulai dari datar, landai, curam
dan sangan curam dengan bentuk wilayah mulai bentuk pantai, teras berbukit dan
pegunungan. Topografi yang dominan adalah kelas lereng curam yaitu seluas
1.707.983,23 Ha atau sebesar 52,39% dari luas keseluruhan. Secara rinci kondisi kelas
lereng dan bentuk topografi di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 280. Kelas lereng dan bentuk topografi di wilayah Maluku Utara
Kelas Lereng
Datar (0-8%)
Landai (8-15 %)
Agak Curam 15-25%)
Curam (25-45)
Sangat Curam (>45 %)
Luas (Ha)
482.983,6
279.595,1
128.380,1
1.707.983,2
661.400,0
Persentase
(%)
14,81
8,58
3,94
52,39
20,29
Bentuk
Pantai
Teras
Perbukitan
Perbukitan
Pegunungan
4. Luas wilayah
Luas wilayah Provinsi Maluku Utara tercatat 145.819,1 km, yang terdiri dari luas daratan
mencapai 45.087,27 km dan luas lautan mencapai 100.731,83 km, serta terdiri dari 7
(tujuh) kabupaten dan 2 (dua) kota, yaitu Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera
Tengah, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera
Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Pulau Morotai, dan Kota Tidore Kepulauan
serta Kota Ternate. Kabupaten/Kota tersebut terdiri dari 113 kecamatan dan 1.070
desa/kelurahan.
584
Kepulauan Maluku. Ibukota terletak di Sofifi, Kecamatan Oba Utara, sejak 4 Agustus
2010 menggantikan kota terbesarnya, Ternate yang berfungsi sebagai ibukota
sementara selama 11 tahun untuk menunggu kesiapan infrastruktur Sofifi.
2. Pendidikan
Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 5 tahun yang berpendidikan minimal
tamat SMP/Sederajat sebesar 40,53 persen, dan Angka Melek Huruf penduduk
berusia 15 tahun ke atas sebesar 95,78 persen yang berarti dari setiap 100 penduduk
usia 15 tahun ke atas ada 96 orang yang melek huruf.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan besaran penduduk usia sekolah yang
sedang bersekolah. APS 13-15 tahun sebesar 88,00 persen. Ini menunjukkan masih
terdapat kelompok usia wajib belajar (13-15 tahun) sebesar 12,00 persen yang tidak
bersekolah. APS 16-18 tahun sebesar 62,07 persen dan APS 19-24 tahun sebesar
18,74 persen.
Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Provinsi Maluku Utara usia 5 tahun ke atas yang
tamat SM/sederajat sebesar 18,74 persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 2,01 persen,
tamat DIV/S1 sebesar 2,96 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,18 persen.
3. Tenaga Kerja
Provinsi Maluku Utara adalah salah satu provinsi di wilayah timur Indonesia dimana
tingkat Pengangguran pada Februari, Terbuka sebesar 5,51 Persen Jumlah angkatan
kerja di Maluku Utara pada Februari 2013 mencapai 482,3 ribu orang, bertambah 11,0
ribu orang dibanding angkatan kerja keadaan Februari 2012 atau bertambah 16,2 ribu
orang dibanding keadaan Agustus 2012. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di
Maluku Utara pada Februari 2013 mencapai 67,90 persen. Lebih tinggi dibanding
keadaan Februari 2012 sebesar 67,82 persen maupun keadaan Agustus 2012 sebesar
66,35 persen. Menurut daerah dan jenis kelamin, TPAK di daerah perkotaan lebih
rendah dibanding daerah perdesaan, dan TPAK perempuan lebih rendah dibanding
TPAK laki-laki.
4. Penduduk
Penduduk Maluku Utara berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 tercatat sebesar
1.038.087 jiwa yang tersebar di 9 kabupaten/kota.Jumlah penduduk terbesar 198.911
jiwa mendiami Kabupaten Halmahera Selatan. Secara keseluruhan, jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Hal ini tercermin dari angka rasio
jenis kelamin sebesar 104,87 yang berarti terdapat 105 laki-laki pada setiap 100
perempuan.
Tabel 281. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Provinsi Maluku Utara
No
Kab./Kota
Luas
km
1
2
3
Halmahera Barat
Halmahera Tengah
Kepulauan Sula
2 612,24
2 276,83
9 632,92
%
5,80
5,05
21,37
Kepadatan
Penduduk
2
(jiwa/km )
38,44
18,80
13,76
585
4
5
6
7
8
9
Halmahera Selatan
8 779,32
19,48
Halmahera Utara
3 132,40
6,95
Halmahera Timur
6 506,20
14,44
Pulau Morotai
2 314,90
5,14
Ternate
250,85
0,56
Tidore Kepulauan
9 564,00
21,22
Jumlah
45 069,66 100,00
Sumber: Maluku Utara Dalam Angka 2011
101.780
83.006
38.486
27.267
94.476
45.442
531.393
97 131
198 911
78 841
161 847
34 623
73 109
25 430
52 697
91 229
185 705
44 613
90 055
506 694 1 038 087
104,79
105,28
111,16
107,22
103,56
101,86
104,87
22,66
51,67
11,24
22,76
740,30
9,42
23,03
586
7. Rumah Adat
Provinsi Maluku utara memiliki
kekayaan sumber daya alam yang
besar. Hasil perkebunan berupa
rempah-rempah (cengkeh dan pala),
kopra, kakao, jagung dan ubi kayu.
Pada abad ke-16 rempah-rempah
pernah jadi primadona bangsa
Eropa seperti Portugis, Inggris dan
Belanda,
bahkan
mampu
mendorong bangsa-bangsa tersebut
datang
ke
Maluku
utara.
Wilayahnya, yang sebagian besar
perairan, menjanjikan sumber kekayaan laut berupa ikan yang tidak akan habis jika
dikelola dengan baik. Tambang yang tersimpan di perut bumi seperti emas, nikel,
mangan, tembaga, kaolin, magnesit dan beragam batu mulia merupakan harta karun
yang belum diolah secara maksimal. Sebelum masa penjajahan, daerah Maluku Utara
merupakan wilayah empat kerajaan Islam terbesar di bagian timur Nusantara yang
dikenal dengan sebutan Kesultanan Moloku Kie Raha (Kesultanan empat gunung di
Maluku), yaitu kesultanan Bacan, Jailolo, Ternate dan Tidore. Suku bangsa yang
mendiami tempat ini antara lain suku Ternate, Tidore, Makian, Bacan, Galela, Loloda,
Tobelo, Tobaru, Kao, Jailolo, Module, Pagu, Buli, Patani, Maba, Sawai, Wayoli, dan
suku bangsa Sahu dengan bahasa penutur yang berbeda pula. Berbagai jenis tarian
dan musiknya cukup dikenal dikalangan masyarakat antara lain tari Soya-Soya,
Lalayan, Tide-Tide, Togal dan seni musik Tifa.
Dalam bidang seni arsitektur, salah satu peninggalan rumah adat yang dapat
ditemukan di Maluku utara adalah sasadu atau rumah adat suku bangsa Sahu di
Halmahera barat. Rumah Sasadu berbentuk rumah panggung yang ditopang sejumlah
tiang dan dinding dari kayu, bertangga dua terletak di sisi kiri dan kanan, beratap daun
ijuk serta di kolongnya terdapat dego-dego (dipan bambu) untuk pertemuan. Rumah
ini pula yang kemudian ditampilkan di TMII sebagai anjungan Maluku utara, rumah ini
digunakan untuk memamerkan aspek budaya Maluku utara seperti Pakaian adat, alat
musik tradisional, benda-benda tradisional, makanan khas, hasil bumi dan berbagai
hasil kerajinan tangan.
587
No.
1.
a.
b.
2.
3.
4.
5.
FUNGSI
Hutan Konservasi (Cagar Alam dan Taman Nasional)
Darat
Perairan
Hutan Lindung
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi tetap
Hutan Produksi yang dapat di-Konversi
Jumlah Total (Ha)
LUAS (Ha)
281.557,48
281.557,48
0,00
583.975,28
667.192,66
482.284,33
567.614,16
2.519.623,91
Hutan Produksi
tetap
19%
Hutan
Konservasi
11%
Hutan Lindung
22%
Hutan Produksi
Terbatas
26%
588
KSA-KPA
KAWASAN HUTAN
HUTAN TETAP
HL
HPT
HP
HPK
TOTAL
APL
Jumlah
Jumlah
20,1
848,2
557,6
338,5
413,7
2.178,1
81,5
2.259,6
7,7
268,9
119,4
41,0
42,4
479,4
8,8
488,3
69,7
15,1
12,4
578,9
433,5
275,7
366,2
1.666,7
72,7
1.739,4
53,7
0,4
4,7
21,8
5,1
32,0
32,0
1,0
6,8
128,4
65,9
142,5
422,0
765,5
216,2
981,7
30,3
26,9
976,6
623,5
481,0
835,7
2.943,7
297,6
3.241,3
100,0
Pemegang Izin
PT. Alam Raya Abadi
PT. Aneka Tambang, Tbk.
PT. Aneka Tambang, Tbk.
PT. Bakti Pertiwi Nusantara
PT. Gane Permai Sentosa
PT. Kemakmuran Pertiwi Tambang
PT. Nusa Halmahera Mineral
PT. Nusa Halmahera Mineral
PT. Nusa Halmahera Mineral
PT. Rimba Kurnia Alam
PT. Tekindo Energi (Blok II)
PT. Trimegah Bangun Persada
PT. Adidaya Tangguh (Tahap I)
PT. Adidaya Tangguh (Tahap II)
PT. Haltim Mining
PT. Wana Tiara Persada (Tahap I)
PT. Fajar Bhakti Lintas Nusantara
Kawasan
HPK
HPT, HPK
HL
HPK
HPK
HPT, HPK
HP, HPT, HPK
HPT, HP
HPT
HPK
HPT, HPK
HPK
HPT, HPK
HPT, HPK
HPK
HP
HPT
Luas (Ha)
435,08
491
456
421
469,90
780,70
868,50
90,60
741,63
492,89
715,14
1.604,20
64,88
1.454,21
120,32
937,17
851,21
Lokasi
Haltim
Haltim
Haltim
Halteng
Halsel
Haltim
Halut
Halut
Halut
Halsel
Halteng
Halsel
Kep. Sula
Kep. Sula
Haltim
Halsel
Halteng
Ket
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Emas DMP
Emas DMP
Emas DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
Biji Besi
Biji Besi
Nikel DMP
Nikel DMP
Nikel DMP
589
Tahun
Rimba Campuran
Jumlah
Ket
Kayu Indah
Tahun 2008
378.380,80
330.695,05
2.038,02
711.113,87
Tahun 2009
81.856,27
53.472,18
403,62
135.732,07
Tahun 2010
55.392,50
41.916,00
284,95
97.593,46
Tahun 2011
59.456,54
45.190,83
1.297,45
105.944,82
Tahun 2012
16.738,78
9.847,73
504,36
27.090,87
Belum semua
perusahaan
memberikan
laporan
590
2. Fauna
a. Burung
Terdapat 217 jenis burung di dalam kawasan taman nasional. Sebanyak 24 jenis
burung khas (endemik) Maluku Utara berhasil dijumpai di dalam kawasan termasuk
empat jenis endemik Pulau Halmahera, yaitu mandar gendang (Habroptila
wallacii), cekakak murung (Todiramphus fenubris), kepudang-sungu halmahera
(Coracina parvula), dan kepudang halmahera (Oriolus phaeocromus).
591
b. Mamalia
Diperkirakan setidaknya terdapat 33 jenis mamalia meliputi jenis-jenis kuskus seperti
kuskus maluku (Phalanger ornatus), bajing terbang (Petaurus breviceps papuanus),
kelelawar (ordo: Chiroptera), musang (Viviridae), babi hutan, rusa, serta jenis tikus
(Muridae). Dari 33 jenis ini, enam diantaranya endemik Maluku Utara, satu jenis
diantaranya kuskus (Phalanger sp.) merupakan jenis endemik Halmahera.
Monyet
hitam
Sulawesi
(Macaca
nigra
Desmaret,
1822), selain terdapat di Pulau
Sulawesi dapat pula ditemukan
di Pulau Bacan Maluku Utara.
Monyet hitam yang ada di
Pulau Bacan memiliki kesamaan
karakter morfologi dengan
monyet hitam yang ada di
Pulau
Sulawesi.
Adanya
aktivitas manusia di sekitar dan
di dalam kawasan Cagar Alam
Gunung Sibela Bacan, telah menyebabkan terjadinya degradasi habitat dan
deforestasi. Hal ini dapat menimbulkan dampak terhadap ketidakstabilan populasi
serta perubahan perilaku hewan, dan dimungkinkan termasuk perilaku kewaspadaan
dan perilaku kawin. Hewan semi arboreal ini lebih terkenal di daerah asalnya (Pulau
Sulawesi) di banding Pulau Bacan. Sorotan publik Nasional dan Internasioanl
terhadap hewan yang kategori Endangered ini begitu tinggi, karena di Pulau Sulawesi
hewan ini sering diburu untuk disajikan di restoran siap saji dan sebagai hewan
peliharaan.
c. Reptilia
Diperkirakan setidaknya terdapat 53 jenis reptilian di antaranya adalah kadal air
(Hidrosaurus amboinensis/), biawak atau soa-soa (Varanus indicus), kadal daun
(Emoia sorex), kadal raksasa (Tiliqua gigas), ular python batik (Python reticulatus),
ular hitam (Stegonotus batjanensis), dan diperkirakan juga masih terdapat buaya
muara (Crocodilus porosus). Dari 53 jenis tersebut delapan jenis merupakan endemik
Maluku Utara termasuk satu jenis endemik Pulau Halmahera yaitu jenis ular
(Tropidonophis punctiventris).
d. Amfibia
Diperkirakan terdapat 17 jenis amfibia di antaranya adalah jenis katak pohon hijau
yang cukup umum (Litoria infrafrenata), katak sungai biasa (Rana papua) atau katak
sungai yang biasa dikonsumsi masyarakat (Limnonectes grunniens). Terdapat juga
katak kerdil (Microhylidae) seperti jenis Oreophryne frontifasciata. Dari 17 jenis
tersebut lima jenis endemik Maluku Utara. Empat diantaranya endemik Pulau
Halmahera yaitu Callulops dubia, Cophixalus montanus, Hylophorbus boettger dan
Hyla rueppelli.
592
D. Jasa lingkungan
Pengembangan jasa lingkungan banyak dilakukan di kawasan konservasi yaitu :
1. Cagar Alam
a. Cagar Alam LIFAMATOLA; Kepualaun Sula, Maluku Utara, 16.690,53 ha,
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 285/Kpts-II/1995, 6 Juli 1995.
b. Cagar Alam PULAU OBI; Halmahera Selatan, Maluku Utara, 1.250,00 ha,
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 685/ Kpts-II/1995, 5 Oktober 1995.
c. Cagar Alam PULAU SEHO; Kepulauan Sula, Maluku Utara, 1.250,00 ha, Keputusan
Menteri Kehutanan RI Nomor: 320/Kpts-II/1987, 12 Oktober 1987.
d. Cagar Alam GUNUNG SIBELA; Halmahera Selatan, Maluku Utara, 23.024,00 ha,
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: 326/Kpts-II/1987, 15 Oktober 1987.
e. Cagar Alam TALIABU; Kepulauan Sula, Maluku Utara, 9.743,00 ha, Keputusan
Menteri Kehutanan RI Nomor: 684/Kpts-II/1995, 5 Oktober 1995.
2. Taman Nasional Aketajawe-Lolobata di Kab. Haltim & Kota Tikep
Ditetapkan sebagai Taman Nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor :397/Kpts-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004 tentang Perubahan Fungsi
sebagian kawasan hutan lindung. Hutan produksi terbatas dan hutan produksi tetap
seluas 167.300 (seratus enam puluh tujuh ribu tiga ratus) hektar pada kelompok
hutan lindung aketajawe seluas 77.100 (tujuh puluh tujuh ribu seratus ) hektar di
Kabupaten Halmahera Tengah dan Kota Tidore Kepulauan dan kelompok hutan
lolobata seluas 90.200 (sembilan puluh ribu dua ratus) hektar terdiri dari hutan
lindung seluas 76.475 hektar. hutan produksi terbatas seluas 7.650 (tujuh ribu
enam ratus lima puluh) hektar. dan hutan produksi tetap seluas 6.075 (enam ribu
tujuh puluh lima) hektar di Halmahera Timur. Provinsi Maluku Utara menjadi Taman
Nasional Aketajawe Lolobata.
3. Hutan Mangrove (Mangrove Formation)
Terletak tepat di belakang pantai berpasir yang agak tinggi. Jenis tumbuhan yang
dominan antara lain tancang (Sonneratia alba), bakau-bakauan (Rhyzopora
acuminate, R. mucronata), Bruguiera sexangula, api-api (Avicenia sp.), dan nipah
(Nypa fructicans).
4. Vegetasi Pantai (Beach Formation)
Vegetasi pantai berkembang dengan baik di sepanjang pantai yang berpasir. Jenisjenis tumbuhan yang dominan adalah Ipomoa pescapre, Scinifax sp., Terminalia
cattapa, Pandanus sp., dan Casuarina equisetifolia.
5. Hutan rawa dataran rendah (Lowland Swamp Forest)
Formasi ini merupakan kelompok-kelompok kecil yang perkembangannya kurang baik.
593
Letaknya di belakang jalur-jalur mangrove di pantai utara dengan jenis yang dominan
antara lain Nauclea sp., Ficus nodosa, Baringtonia racemosa, Eugenia sp., Callophylum
soulatri, Alstonia scholaris dan Anthocephalus cadamba.
E. Lahan kritis
Berdasarkan hasil inventarisasi lahan kritis tahun 2007, luas lahan kritis di Provinsi
Maluku Utara mencapai 550.750 ha, dengan kategori kritis 259.360 ha dan kategori
sangat kritis mencapai 291.390 ha. Pada tahun 2011, luas lahan kritis tersebut
mengalami peningkatan mencapai 611.106 ha dengan kategoti kritis 447.669 ha dan
kategori sangat kritis 163.438 ha. Salah satu upaya untuk mengurangi dan
menghijaukan lahan kritis di Provinsi Jawa Tengah, berbagai upaya rehabilitasi telah
dilakukan antara lain melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan 1 miliar pohon.
Melalui kegiatan tersebut pada tahun 2010 telah tertanam 12.574.262 pohon, pada
tahun 2011 terjadi peningkatan penanaman yaitu mencapai 13.319.676 pohon.
594
Tanggal SK
Luas
(ha)
NO.
Nama IUPHHK-HA
389/Menhut-II/2006
12/07/2006
33.880
2
3
192/Kpts-II/1998
400/Menhut-II/2006
27/02/1998
19/07/2006
46.066
50.940
410/Menhut-II/2004
18/10/2004
73.500
180/Menhut-II/2007
01/05/2007
15.540
962/Kpts-II/1999
14/10/1999
86.599
670/Menhut-II/2009
15/10/2009
66.230
394/Kpts-II/1992
22/04/1992
42.300
Lokasi
(Kab/Kota)
Kode
Spasial
Halmahera
Selatan
Kep. Sula
Halmahera
Tengah,
Halmahera
Timur
Halmahera
Utara,
Halmahera
Tengah
Halmahera
Selatan
Halmahera
Selatan
Halmahera
Selatan
Halmahera
HA-244
Ha-246
HA-247
HA-248
HA-251
HA-250
HA-252
HA-235
595
372/Menhut-II/2009
23/06/2009
63.405
10
351/Menhut-II/2006
12/05/2006
24.430
11
368/Menhut-II/2009
23/06/2009
73.375
12
95/Menhut-II/2005
12/04/2005
47.410
13
295/Menhut-II/2007
28/08/2007
45.825
JUMLAH
Selatan,
Halmahera
Timur
Halmahera
Selatan
Halmahera
Utara,
Halmahera
Tengah
Halmaheru
Timur
Halmahera
Timur
Halmahera
Timur,
Halmahera
Tengah
HA-255
HA-256
HA-257
HA-258
HA-259
669.500
IV
Instansi
2
3
L
1
596
13
1
-
26
Jumlah
L
22
40
-
P
5
Total
27
41
-
Dinas
Alamat
10
11
597
Nama UPT
1.
2.
Alamat
Jl. Komplek Barito Pasific Kalumata Puncak,
Ternate Maluku Utara
Tlp : (0921) 3110929
Fax : (0921) 3110461
Jl. Empat Puluh Sofifi Kota Tidore Kepulauan
Provinsi Maluku Utara
Tlp/Fax : (0921) 3128039
3. LSM
1. eLSil (Lembaga Pesisir) Maluku Utara
2. Burung Indonesia
3. Kelurahan Kampung Pisang. Kec. Kota Ternate Tengah. Ternate
598