Anda di halaman 1dari 204

KURIKULUM VITAE

NAMA : Drs. Fachruddin Pasolo, M.Si


TTL : Dobo, 22 July 1962
Agama :ISLAM
Status : Kawin
•Istri : Dwi Nurhaenita K. SE
•Anak : Muhammad Ridhwansyah, SE. Akt (Mshwa Pasca
Sarjana UGM Yogya)
- Nurfach ‘Rian Minarti Putri (Mhswi Uncen Smtr VII)
- Tasya Ratih Gamayanti Putri (SD kelas V Yapis)
Pendidikan : Sarjana (S1) STIE YAPIS Jayapura 1990
Pasca Sarjana (S2) Universitas Gajah Mada Yogyakarta 2002
Pekerjaan : Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Jayapura
No. Hp : 08124800257
081248611140
E-mail : fachrudin_pasolo@yahoo.com
Potret
KELUARGA-ku
MANAJEMEN
RISIKO
REFRENSI BUKU
• PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN RISIKO
ASURANSI,”SOEISNO DJOJOSOEDARSO, Penerbit
Salemba Empat.
• MANAJEMEN RISIKO, DRS. HERMAN DARMAWI,
PENERBIT BUMI AKSARA
• MANAJEMEN RISIKO” IBAN SOFYAN” PENERBIT GRAHA
ILMU
• MANAJEMEN RISIKO, KONSEP, KASUS, DAN
IMPLEMENTASI “HINSA SIAHAAN” PENERBIT PT ELEX
MEDIA KOMPUTINDO
• MANAJEMEN RISIKO UNTUK KONTRAKTOR”
IR.ASIYANTO,MBA,IPM,PEERBIT PRADNYA PARAMITA
BAB I
KONSEP RESIKO

Ketidakpastian mengakibatkan adanya


risiko (yang merugikan) bagi pihak-pihak
yang berkepentingan, lebih-lebih dalam
dunia bisnis. Ketidakpastian beserta
risikonya merupakan sesuatu yang tidak
dapat diabaikan begitu saja, namun harus
diperhatikan secara cermat, bila orang
menginginkan kesuksesan
Pengertian
Pengertian Risiko
Risiko

Pengertian risiko secara ilmiah menurut


beberapa ahli masih beragam, antara lain:
1.Menurut Vaughan (1978)
a. Risk is the chance of loss (risiko adalah
kans kerugian)
b. Risk is the possibility of loss (risiko
adalah kemungkinan kerugian)
c. Risk is uncertainty (Risiko adalah
ketidakpastian)
2. Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil
yang dapat tejadi slama periode tertentu
(Arthur Wllliams dan Richar MH)
3. Risiko adalah ketidakpastian (uncertainty)
yang mungkin melahirkan peristiwa
kerugian (loss) (A. Abas Salim)
4. Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya
suatu peristiwa (Soekarto).
5. Risiko merupakan penyebaran atau
penyimpangn hasil aktual dari hasil yang
diharapkan. (Herman Darmawi)
6. Risiko adalah probabilitas sesuatu hasil
(outcome) yang berbeda dengan yang
diharapkan (Herman Darmawi)
Karakteristik Risiko

• Merupakan ketidakpastian atas terjadinya


suatu peristiwa,
• Merupakan ketidakpastian bila terjadi
akan menimbulkan kerugian.
W
WUU JJ U
UDD R
R II SS II K
KOO

Wujud risiko dapat bermacam-macam, antara


lain:
1. Berupa kerugian atas harta milik/kekayaan atau
penghasilan, misalnya diakibatkan oleh
kebakaran, pencurian, pengangguran, dsb.
2. Berupa penderitaan seseorang, misalnya,
sakit/cacat karena kecelakaan;
3. Berupa tanggung jawab hukum, misalnya risiko
dari perbuatan atau peristiwa yang
merugikan orang lain;
4. Berupa kerugian karena perubahan keadaan
pasar, misalnya terjadinya perubahan harga,
perubahan selera konsumen dsb.
MACAM-MACAM
MACAM-MACAM RISIKO
RISIKO
Risiko dapat dibedakan dengan berbagai macam cara
antara lain:
1. Menurut sifatnya Risiko dapat dibedakan ke dalam:
a. Risiko yang tidak disengaja (Risiko murni), adalah risiko yang apabila terjadi tentu menimbulkan kerugian dan terjadinya tanpa disengaja;
misalnya risiko terjadinya kebakaran, bencana alam, pencurian, penggelapan, pengacauan,
b. Risiko yang disengaja (Risiko spekulatif), adalah risiko yang sengaja ditimbulkan oleh yang bersangkutan, agar terjadinya ketidakpastian memberikan keuntungan kepadanya, misalnya
risiko utang piutang, perjudian, perdagangan berjangka (hedging),
c. Risiko fundamental, adalah risiko yang
menyebabkan tidak dapat dilimpahkan kepada
seseorang dan yang menderita tidak hanya satu
atau beberapa orang saja, tetapi banyak orang
seperti banjir, angin topan,
d. Risiko khusus, adalah risiko yang bersumber
pada peristiwa yang mandiri dan yang umumnya
mudah diketahui penyebabnya, seperti kapal
kandas, pesawat jatuh, tabrakan mobil,
e. Risiko dinamis, adalah risiko yang timbul karena
perkembangan dan kemajuan (dinamika)
masyarakat dibidang ekonomi, ilmu dan
teknologi, seperti risiko keuangan, risiko
penerbangan luar angkasa. Kebalikannya
disebut risiko statis seperti risiko hari tua, risiko
kematian,
2.Dapat tidaknya risiko tersebut kepada pihak
lain, maka risiko dapat dibedakan kedalam:
a. Risiko yang dapat diahlikan kepada pihak
lain, dengan mempertanggungkan suatu
objek yang akan terkena risiko kepada
perusahaan asuransi, dengan membayar
sejumlah premi asuransi, sehingga semua
kerugian menjadi tanggungan (pindah) pihak
perusahaan asuransi,
b. Risiko yang tidak dapat diahlikan kepada
pihak lain (tidak dapat diasuransi); umumnya
meliputi semua jenis risiko spekulatif,
3. Menurut sumber/penyebab timbulnya,
risiko dapat dibedakan dalam:
a. Risiko Internal yaitu risiko yang
berasal dari dalam perusahaan itu
sendiri, seperti kerusakan aktiva karena
ulah karyawan sendiri, kecelakaan
kerja, kesalahan manajemen dan
sebagainya,
b. Risiko Eksternal yaitu risiko yang
berasal luar perusahaan, seperti risiko
pencurian, penipuan, persaingan,
fluktuasi harga, perubahan kebijakan
pemerintah.
Upaya penanggulangan risiko
Sesuai dengan sifat dan objek yang terkena risiko, ada
beberapa cara yang dapat dilakukan (perusahaan)
untuk meminimumkan risiko kerugian, antara lain:
1. Melakukan pencegahan dan pengurangan terhadap
kemungkinan terjadinya peristiwa yang
menimbulkan kerugian, misalnya membangun
gedung dengan bahan-bahan yang anti
terbakar untuk mencegah bahaya kebakaran,
memagari mesin-mesin untuk menghindari
kecelakaan kerja, melakukan pemeliharaan dan
penyimpanan yang baik terhadap bahan dan hasil
produksi untuk menghindari risiko kecurian
dan kerusakan, mengadakan pendekatan
kemanusiaan untuk mencegah terjadinya
pemogokan, sabotase dan pengacauan,
2. Melakukan retensi, artinya mentolerir membiarkan
terjadinya kerugian, dan untuk mencegah
terganggunya operasi perusahaan akibat kerugian
tersebut disediakansejumlah dana untuk
menanggulanginya (contoh: pos biaya lain-lain atau
tak terduga dalam anggaran perusahaan)
3. Melakukan pengendalian terhadap risiko, contohnya
melakukan hedging (perdagangan berjangka) untuk
menanggulangi risikokelangkaan dan fluktuasi harga
bahan baku/pembantu yang diperlukan,
4. Mengalihkan/memindahkan risiko kepada pihak lain,
yaitu dengan cara mengadakan kontrak
pertanggungan (asuransi) dengan perusahaan
asuransi terhadap risiko tertentu, dengan
membayar sejumlah premi asuransi yang telah
ditetapkan, sehingga perusahaan asuransi akan
mengganti kerugian bila betul- betul terjadi
kerugian yang sesuai dengan perjanjian,
Pengertian Manajemen Risiko
Secara sederhana pengertian manajemen risiko
adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
dalam penanggulangan risiko. Jadi mencakup
kegiatan merencanakan, mengorganisir,
menyusun, memimpin/mengkordinir dan
mengawasi (termasuk mengevaluasi) program
penanggulangan risiko.
1. Mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi,
2. Mengukur atau menentukan risiko,
3. Mencari jalan untuk menghadapi atau
menanggulangi risiko,
4.Menyusun strategi untuk memperkecil
atau mengendalikan,
5.Mengkoordinir pelaksanaan
penanggulangan risiko serta
mengevaluasi program penanggulangan
risiko.
Pada bagian lain manajemen Risiko dapat
diartikan sebagai usaha seorang manajer
untuk mengatasi kerugian secara rasional
agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai
secara efektif dan efesien. (Iban Sofyan
2004:2)
Selanjutnya Herman Darmawi (2004:17)
memberikan pengertian “Manajemen
Risiko” merupakan suatu usaha untuk
mengetahui, menganalisis serta
mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan
perusahaan dengan tujuan untuk
memperoleh efektifitas dan efesiensi yang
lebih tinggi.
Selain itu “Manajemen Risiko” dapat
didefinisikan sebagai kemampuan seorang
manajer untuk menata kemungkinan
variabilitas pendapatan dengan menekan
sekecil mungkin tingkat kerugian yang
diakibatkan oleh keputusan yang diambil
dalam menggarap situasi yang tidak pasti.
Pentingnya Mempelajari Manajemen Risiko
Bagaimana pentingnya bagi orang yang mempelajari manajemen risiko
dapat dilihat dari dua segi:
a. Seseorang sebagai anggota organisasi/ perusahaan, terutama
seorang manajer akan dapat mengetahui cara-cara/ metode
yang tepat untuk menghindari atau mengurangi besarnya
kerugisn ysng diderita,
b. Seseorang sebagai pribadi:
1. Dapat menjadi seorang manajemen risiko yang profesional dalam
jangka waktu yang relatif cepat dari pada yang belum pernah
mempelajarinya.
2. Dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi manajemen
risiko dari perusahaan dimana yang bersangkutan
menjadi anggota.
3. Dapat menjadi konsultan manajemen risiko, agen asuransi,
pedagang perantara, penasehat penanaman modal,
konsultan perusahaan yang tidak mempunyai manajemen
risiko.
4. Dapat menjadi manajemen risiko yang profesional dari
perusahaan asuransi, sehingga akan lebih meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui program asuransi yang disusun
dengan tepat,
5. Dapat lebih berhati-hati dalam mengatur kehidupan pribadinya.
SUMBANGAN MANAJEMEN RISIKO BAGI PERUSAHAAN
KELUARGA DAN MASYARAKAT
•SUMBANGAN BAGI PERUSAHAAN
Adanya program penanggulangan risiko yang baik dari suatu
perusahaan akan memberikan beberapa sumbangan sangat
bermanfaat, antara lain:
a) Evaluasi dari program penanggulangan risiko akan dapat
memberikan gambaran mengenai keberhasilan dan
kegagalan operasi perusahaan,
b) Pelaksanaan program penanggulangan risiko juga dapat
memberikan sumbangan langsung kepada upaya
peningkatan keuntungan perusahaan,
c) Pelaksanaan program penanggulangan risiko yang berhasil
juga menyumbang secara tidak langsung kepada
pencapaian keuntungan perusahaan,
d) Kedamaian hati yang dihasilkan oleh cara pengelolaan risiko
murni yang banyak,
e) Keberhasilan mengelola risiko murni juga dapat membantu
kepentingan pihak lain.
• SUMBANGAN BAGI KELUARGA
Pengetahuan dan kemampuan seseorang
mengelola risiko yang dihadapi akan sangat bermanfaat bagi
keluarganya, yaitu antara lain:
a) Ia akan mampu melindungi keluarganya dari kerugian-
kerugian yang parah, sebagai akibat terjadinya peristiwa
yang merugikan
b) Ia akan dapat mengurangi anggaran perlindungan terhadap
risiko yang melalui asuransi
c) Jika keluarga telah terlindungi secara memadai dari risiko
d) Akan meringankan keluarganya dari tekanan mental dan
fisik akibat adanya ketidak pastian/risiko
e) Dapat memperoleh kepuasan dari upaya untuk membantu
orang lain dalam upaya penanggulangan risiko, sehingga ia
akan lebih dihargai oleh anggota masyarakat.
•SUMBANGAN BAGI MASYARAKAT
Masyarakat, terutama masyarakat disekitar
perusahaan akan ikut menikmati, baik
secara langsung maupun tidak langsung
hasil-hasil penanggulangan risiko yang
dilakukan oleh perusahaan
BEBRAPA ISTILAH PENTING
Untuk tidak terjadi bias persepsi dalam mempelajari manajemen risiko,
maka perlu dipahami secara baik beberapa istilah sebagai berikut:
1.Peril (Bencana, Musibah)
Peril adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan suatu kerugian
atau peristiwa/kejadian sebagai penyebab langsung terjadinya suatu
kerugian.
Bencana/musibah yang umum adalah kebakaran, topan, ledakan,
tabrakan, mati muda, penyakit, kecerorobahan, ketidak jujuran dan
lain-lain.
2. Hazard (Bahaya)
Hazard adalah keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya suatu peril. Atau sebagai keadaan yang
menimbulkan atau memningkatkan terjadinya chance of loss
(kemungkinan kerugian) dari suatu bencana tertentu.
Misalnya kebakaran yang berkorban di sebuah bengkel adalah peril,
tetapi mungkin sebelumnya disana terdapat setumpuk kain-kainbekas
berlumuran minyak tanah sebagai penyebab sesungguhnya.
Tipe-tipe Hazard
a) Physical Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber pada
karakteristik secara fisik dari suatu obyek yang dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya suatu peril ataupun memperbesar
terjadinya suatu kerugian.
contoh: Musim kemarau hutan-hutan mengalami kekeringan
menimbulkan kebaran hutan. Gemba bumi yang keseringan
menyebabkan rumah-rumah rusak/hancur
b) Moral Hazard, adalah suatu kondisi yang bersumber dari orang
yang bersangkutan yang berkaitan dengan sikap mental atau
pandangan hidup serta kebiasaannya yang dapat memperbesar
kemungkinan terjadinya suatu peril ataupun suatu kerugian
Contoh: Seseorang mempertanggungkan rumahnya terhadap risiko
kebakaran Pada suatu hari rumah yang dipertanggungkan itu
terbakar, sebenarnya kebakaran itu dapat dicegah seandainya ia
berusaha memadamkan tatkala api itu masih kecil. Namun hal itu
tidak dilakukan, tentu saja api membesar dan memusnahkan.
Dalam kondisi yang demikian itu nampak sikap mental dari orang
yang bersangkutan yaitu memperbesar kemungkinan terjadinya
suatu kerugian.
c) Morale Hazard. Miskipun pada dasarnya setiap
orang tidak menginginkan terjadinya suatu
kerugian, akan tetapi karena merasa bahwa ia
telah memperoleh jaminan baik atas diri maupun
harta miliknya, maka seringkali menimbulkan
kecerobohan atau hati-hati. Keadaan yang
demikian itu akan dapat memperbesar terjadinya
suatu kerugian.
Contoh: Seseorang telah mengasuransikan
mobilnya, cenderung kurang hati-hati dalam
menyimpan maupun mengendarai mobilnya
dibandingkan apabila mobil tersebut tidak
diasuransikan.
Beda bahaya moral dan morale adalah:
Bahaya moral timbul apabila si
tertanggung menciptakan kerugian untuk
mendapatkan keuntungan berdasarkan
polis asuransinya, sedangkan morale
timbul karena si tertanggung tidak
melindungi hartanya atau ia menjadi lalai
karena merasa hartanya diasuransikan.
d) Legal Hazard, adalah perbuatan yang mengabaikan
peraturan-peraturanatau perundang-undangan yang
berlaku, sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya
peril
Contoh: Adanya keharusan kecelakaan kerja untuk para
karyawan perusahaan yang relatif besar karena sudah
memenuhi hal tersebut maka kewajiban-kewajiban
hukum lainnya, seperti keselamatan kerja, jam kerja
sering diabaikan.
3. Eksposure
Eksposure adalah keadaan atau obyek yang
mengandung kemungkinan terkena peril, merupakan
keadaan yang menjadi obyek dari upaya
penanggulangan risiko, khususnya di bidang
pertanggungan
4. Kemungkinan/Probalitas:
Adalah keadaan yang mengacu pada waktu mendatang
tentang kemungkinan terjadinya suatu peristiwa.
Besarnya probalitas dapat dihitungkan secara cermat
dengan menggunakan dengan teori probalitas.
Dalam suatu kontrak asuransi sebetulnya yang menjadi
dasar pertimbangan para pihak adalah berbeda, dimana:
a) Bagi perusahaan asuransi yang menjadi perhatian
utama adalah masalah probalitasnya, dimana
besar probalitas akan menjadi dasar utama
penentuan besarnya premi dan dapat tidaknya
pertanggungan diterima
b) Bagi tertanggung yang menjadi perhatian utama
adalah masalah risiko atau ketidakpastiannya dalam
mempertanggungkan suatu risiko atau tidak.
Ada dua jenis risiko yang perlu diketahui, yaitu:
1. Risiko Spekulatif, yaitu terdapat
adanya/terjadinya kemungkinan
penyimpangan yang menguntungkan dan ada
pula penyimpangan yang merugikan.
Contoh orang main judi, ada kemungkiana
menang dan juga kalah
2. Risiko Murni, yaitu kejadian yang hanya ada
kemungkinan kerugian dan tidak ada
kemungkinan keuntungan.
Contoh: ada orang yang mengharapkan umur
panjang, tetapi mungkin mati muda.
Risiko murni yang dihadapi seseorang, keluarga
perusahaan dan organisasi lainnya, dapat
diklasifikasikan kedalam 3 golongan, yaiti:
a)Risiko pribadi, adalah risiko kemunkinan
kerugian atas diri orang itu, seperti cacat atau
kematian
b)Risiko harta, adalah risiko kerugian atas harta,
seperti pencurian mobil, televisi dll
c)Risiko tanggung gugat (risiko pertanggung
jawab), adalah kemungkinan bertanggung jawab
secara hukum untuk membayar kerusakan
terhadap orang atau barang orang lain. Contah,
merusak mobil orang dengan sengaja.
Risiko spekulatif tidak dapat diasuransikan,
hanya risiko murni yang dapat diasuransika
FUNGSI MANAJEMEN RISIKO
Guna melihat peranan manajemen risiko dalam
pengelolaan perusahaan dapat kita telusuri dari pendapat
Henry Fayol, yang mengemukakan bahwa ada 6 (enam)
fungsi dasar dari kegiatan pengelolaan suatu perusahaan
industri, yaitu: kegioatan teknis, komersil, keuangan,
keamana, akuntansi dan manajerial.
Dari keenam fungsi dasar tersebut maka
manajemen risiko adalah berkaitan dengan kegiatan
keamanan, yang tujuannya adalah menjaga harta benda
dan personil perusahaan terhadap kerugian akibat
pencurian, kecelakaan, kebakaran, banjir, mencegah
pemogokan kerja, kejahatan dan semua gangguan sosial
atau alamiah, yang mungkin membahayakan kehidupan
dan perkembangan perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas orang umumnya
memberikan batas-batas terhadap manajemen
risiko sebagai keputusan eksekutif/manajerial yang
berkaitan dengan pengelolaan risiko murni, yang
pada pokonya mencakup:
a. Menemukan secara sistematis dan
menganalisis kerugian-kerugian yang
dihadapi perusahaan (melakukan identifikasi
terhadap risiko)
b. Menemukan metode yang paling baik dalam
menangani risiko (kerugian) yang
dihubungkan dengan keuntungan perusahaan
MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI

Konsep manajemen risiko tidak boleh


dicampuradukkan dengan konsep asuransi,
karena keduanya mempunyai ruang
lingkup/cakupan yang berbeda, meskipum
mempunyai sasaran yang sama. Asuransi adalah
merupakan bagian dari manajemen risiko, karena
asuransi merupakan salah satu cara
penanggulangan risiko, sebagai hasil perumusan
strateghi penanggulangan risiko dari manajemen
risiko.
Untuk lebih memperjelas perbedaan antara
keduanya, berikut diuraikan persamaan dan
perbedaan diantara keduanya, yaitu:
a. Persamaannya:
Kedua-duanya merupakan kegiatan
manajemen, yang berkaitan dengan
upaya penanggungan risiko murni yang
dihadapi perusahaan.
b. Perbedaannya:

Manajemen Risiko Asuransi


1.Lebih menekankan kegiatannya pada 1.Merupakan salah satu cara
menemukan dan menganalisa risiko menanggulangi risiko murni
murni
2.Tugas hakekatnya hanya memberikan 2.Tugasnya menangani seluruh proses
penilaian belaka terhadap semua teknik pengalihan risiko
penanggulangan risiko (termasuk
asuransi)
3.Pelaksanaan programnya menghendaki 3.Melibatkan jumlah orang dan kegiatan-
adanya kerja sama dengan sejumlah kegiatan yang lebih kecil
individu dan bagian dari perusahaan
4. Keputusan manajemen risiko 4.Keputusan dibidang asuransi mempunyai
mempunyai pengaruh yang lebih pengaruh yang lebih terbatas
luas/besar terhadap operasi perusahaan
TUJUAN MANAJEMEN RISIKO

Tujuan yang hendak dicapai oleh


manajemen risiko dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1.Tujuan sebelum terjadinya peril
2. Tujuan sesudah terjadinya peril
Tujuan Sebelum Terjadinya Peril
Tujuan yang ingin mencapai menyangkut hal-hal sebelum
terjadinya peril ada bermacam-macam antara lain:
1.Hal-hal yang bersifat ekonomis (Menggunakan analisis
keuangan terhadap biaya program keselamatan,
besarnya premi asuransi maupun biaya tehnik
penanggulangan risiko lainnya).
2. Hal-hal yang bersifat non ekonomis (Mengurangan
tingkat kecemasan
3.Memasang/memakai alat-alat keselamatan kerja tertentu
di tempat k erja/pada waktu bekerja untuk menghindari
kecelakaan kerja.
4.Mengasuransikan aktiva yang digunakan sebagai agunan
Tujuan setelah terjadinya peril

Pada pokoknya mencakup upaya untuk


menyelamatkanoperasi perusahaan setelah
terkena peril, yang dapat berupa:
1.Menyelamatkan operasi perusahaan
2. Mencari upaya-upaya agar operasi perusahaan
tetap berlanjut sesudah perusahaan terkena
peril
3. Mengupayakan agar pendapatan perusahaan
tetap mengalir
4. Mengusahakan tetap berlanjutnya pertumbuhan
usaha bagi perusahaan yang sedang
melakukan pengembangan usaha;
5. Berupaya tetap dapat melakukan tanggung
jawab sosial dari perusahaan
FUNGSI POKOK DARI MANAJEMEN RISIKO

Fungsi manajemen risiko pada pokoknya mencakup:


a. Menemukan kerugian potensial
Artinya berupaya untuk menemukan/mengindetifikasikan seluruh
risiko murni yang dihadapi oleh perusahaan yang meliputi:
1. Kerusakan phsik dari harta kekayaan perusahaan
2. Kehilangan pendapatan atau kerugian lainnya akibat
terganggunya operasi perusahaan
3. Kerugian akibat adanya tuntutan hukum dari pihak lain
4.Kerugian-kerugian timbul kerana penipuan, tindakan-tindakan
kriminal lainnya, tidak jujurnya karyawan dan sebagainya
5. Kerugian-kerugian yang timbul akibat “keymen” meninggal
dunia, sakit atau menjadi cacat.
Unutuk itu cara-cara yang dapat ditempuh oleh manajer risiko
antara lain dengan melakukan inspeksi fisik di tempat kerja,
mengadakan angket kepada semua pihak di perusahaan,
menganalisa semua variabel yang tercakup dalam peta aliran
proses produksi dan sebagainya.
b. Mengevaluasi kerugian potensiil
Artinya melakukan evaluasi dan penilaian
terhadap semua kerugian potensiil yang dihadapi
oleh perusahaan. Evaluasi dan penilaian ini akan
meliputi perkiraan mengenai.
1.Besarnya kemungkinan frekuensi terjadinya
kerugian
2. Besarnya kegawatan dari tiap-tiap kerugian
3. Memilih teknik/cara yang tepat atau
menentukan suatu kombinasi dari teknik-teknik
yang tepat guna menanggung kerugian
Pada pokoknya ada 4 (empat) cara yang dapat dipakai untuk menanggulangi
risiko, yaitu: Mengurangi kesempatan terjadinya kerugian, meretensi,
mengasuransikan dan menghindari. Dimana tugas dari manajer risiko adalah
memilih salah satu cara yang paling tepat untuk menggulangi suatu risiko atau
memilih suatu kombinasi dari cara-cara yang paling tepat untuk menanggulangi
risiko:

Nomor frekuensi Kegawata Penanggulangannya


tipe n kerugian
Exposure
1 Rendah Rendah Retensi/pengendalian

2 Tinggi Rendah Retensi/asuransi/pengendalian

3 Rendah Tinggi Asuransi/Pengendalian


4 Tinggi Tinggi Menghindari
LANGKAH-LANGKAH PROSES PENGELOLAAN RISIKO
Langkah-langkah dalam proses pengelolaan risiko dapat
melalui cara:
1.Mengidentifikasi/menentukan terlebih dahulu keinginan
obyektif (tujuan) yang ingin dicapai dengan melakukan
pengelolaan risiko.
2. Mengindentifikasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya
kerugian/peril atau mengidentifikasi risiko-risiko yang
dihadapi
3. Mengevaluasi dan mengukur besar kerugian potensiil,
dimana yang dievaluasi dan diukur adalah:
a. Besarnya kesempatan atau kemungkinan peril yang
akan terjadi selama suatu p eriode terrtentu
(frekwensinya),
b. Besarnya akibat dari kerugian tersebut terhadap kondisi
keuangan perusahaan/keluarga (kegawatannya),
c. Kemampuan meramalkan besarnya kerugian yang jelas akan
timbul
4. Mencari cara atau kombinasi cara-cara yang
paling baik, paling tepat dan paling ekonomis
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul akibat terjadinya suatu peril. Upaya-
upaya tersebut antara lain meliputi:
a. Menghindari kemungkinan terjadinya peril
b. Mengurangi kesempatan terjadinya peril
c. Memindahkan kerugian potensial kepada
pihak lain (mengasuransikan)
d. Menerima dan memikul kerugian yang timbul
(meretensi)
5. Mengkoordinir dan mengimplementasikan/
melaksanakan keputusan-keputusan yang
telah diambil untuk menanggulangi risiko.
Misalnya membuat perlindungan yang layak
terhadap kecelakaan kerja, menghubungi,
memilih dan menyelesaikan pengalihan
risiko kepada perusahaan asuransi,
6. Mengadminstrasi, memonitor dan
mengevaluasi semua langkah-langkah atau
strategi yang telah diambil dalam
menanggulangi risiko
KEDUDUKAN MANAJEMEN RISIKO
Di indonesia pada saat ini dapat dikatakan memang
belum ada perusahaan yang mempunyai manajer atau
bagian yang khusus menangani pengelolaan risiko secara
keseluruhan yang dihadap[I oleh perusahaan. Yang sudah
ada umumnya baru seorang manajer asuransi.
Dinegara-negara yang telah maju, terutama di
amerika serikat perusahaan-perusahaan besar, kurang
lebih 80% telah memiliki manajer risiko. Dimana tugas
mereka umumnyamencakup: Mengidentifikasi dan
mengukur kerugian dari Exposure, menyelesaikan klaim-
klaim asuransi, merencanakan dan mengelola jaminan
tenaga kerja,ikut serta mengontrol kerugian dan
keselamatan kerja. Dengan demikian mereka merupakan
bagian penting dalam team manajemen perusahaan.
KERJA SAMA DENGAN DEPARTEMEN LAIN
Seorang manajer risiko tidak bekerja dalam
“Isolasi”, artinya dalam melaksanakan kegiatan
yang berkaitan dengan penanggulangan risiko ia
tidak bekerja sendiri.
Jadi dalam pelaksanaan penanggulangan risiko,
manajer risiko perlu bekerja sama secara
harmonis dengan departemen/bagian lain yang
persangkutan. Perlunya kerjasama tersebut
dapat dianalisis melalui kegiatan-kegiatan dari
departemen/bagian yang berkaitan
penanggulangan risiko, yaitu:
a) Bagian Akunting, yaitu berkaitan dengan upaya
mengurangi penggelapan dan pencurian oleh
karyawan sendiri ataupun pihak lain. (Internal
control dan internal audit, rekening aset, piutang
dan mengalokasikan cadanganbagi kerugian
exposure)
b) Bagian keuangan, yaitu berkaitan dengan
upaya mendapaykan informasi tentang kerugian,
gangguan terhadap arus kas (cash-flow)
c) Bagian Marketing, yaitu berkaitan dengan
risiko tanggung gugat (kerusakan barang akibat
kemasan yang kurang baik, penyerahan barang
yang kurang tepat waktu)
d)Bagian produksi, yaitu mencakup upaya-upaya yang
berkaitan dengan, produk-produk yang cacat dan tidak
memenuhi standart kualitas, pemborosan pemakaian
bahan baku maupun peralatan dan
pencegahan terhadap kecelakaan kerja sesuai
dengan aturan yang berlaku
e) Bagian Engineering dan Maintenance, berkaitan
dengan t anggungjawab terhadap desain,
pemeliharaan dan perawatan pabrik maupun peralatan
mesin.
f) Bagian Personalia, Bagian ini berkaitan dengan
tanggungjawab atas penanggulangan risiko diri
karyawan/personil.

Dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas diatas sangat


diperlukan adanya komunikasi yang intensif dari berbagai
bagian yang terkait, karena tanpa ada komunokasi dan
kerja sama yang baik, tujuan manajemen risiko tidak dapat
berjalan secara efektif
PRINSIP-PRINSIP PENGIDENTIFIKASIAN RISIKO

Dalam suatu perusahaan, proses pengidentifikasian risiko


merupakan kegiatan yang sangat penting. Karena jika
semua kerugian potensiil yang mungkin menimpa suatu
perusahaan, tidak diketahui, berarti perusahaan yang
bersangkutan menanggung risiko tersebut secara tak
sadar.

Pengidentifikasian/identifikasi risiko adalah “suatu proses


dengan mana suatu perusahaan secara sistematis dan
terus menerus mengidentifikasi property, libility dan
personnel exposures sebulum terjadinya peril”. Jadi
yang diidentifikasi adalah peril. Jadi yang dapat
menimpa harta milik dan personil perusahaan serta
kewajiban yang menimbulakn kerugian.
Pengidentifikasian risiko juga dikatakan
sebagai “proses penganalisaan untuk
menemukan secara sistematis dan
secara berkesinambungan risiko
(kerugian potensiil) yang menantang
perusahaan”.
Menyadari pentingnya Pengidentifikasian
risiko ini bagi perusahaan, maka kegiatan
Pengidentifikasian ini harus dilakukan
sendiri oleh manajer risiko, apabila tidak ia
mempercayakan pada jasa egen asuransi,
broker atau konsultan.
Ada dua hal perlu dilakukan oleh manajer risiko:

1. Membuat daftar (check list) dari pada


semua kerugian potensial yang mungkin
terjadi/menimpa semua perusahaan
bisnis/perusahaan apapun
2. Melakukan yang pendekatan secara
sistematis berdasarkan check list yang
dibuat untuk menetapkan atau
menentukan mana dari kerugian potensiil
yang dihadapi oleh perusahaan.
Sumber-sumber informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk pembuatan daftar kerugian potensil antara
lain:

1. Data-data dari perusahaan-perusahaan


asuransi
2. Informasi adri badan penerbitan asuransi
3. Informasi dari asosiasi Manajemen
Amerika (AMA)
4. Informasi dari ikatan manjer risiko dan
asuransi
5. Informasi/Rilase dari kepolisian.
MANFAAT DAFTARKERUGIAN POTENSIIL

Dari kegiatan mengidentifikasikan risiko akan


dihasilkan/dibuat suatu daftar mengenai
“kerugian potensiil” atau “check list” yang
mungkin akan menimpa bisnisnya.
Daftar kerugian potensiil bagi suatu perusahaan
pada hakekatnya merupakan:
a. Daftar yang dapat menunjang pencapaian berbagai
tujuan, yang berkaitan dengan pengelolaan bisnis pada
umumnya. Jadi tidak hanya untuk kepentingan
manajemen risiko saja.
b. Suatu cara yang sistematis guna mengumpulan
informasi mengenai perusahaan-perusahaan lain, yang
mungkin ada kaitannya dengan aktifitas bisnisnya.
Sedang manfaat daftar kerugian potensiil bagi manajer risiko antara
lain:

1. Mengingatkan manajer risiko tentang kerugian-


kerugian yang dapat menimpa bisnisnya.
2. Sebagai tempat mengmpulkan informasi yang
akan menggambarkan, dengan cara apa dan
bagaimana, bisnis-bisnis khusus yang dapat
dimanfaatkan untuk menanggulangi risiko
potensiil yang dihadapi bisnisnya
3. Sebagai bahan pembanding dalam mereview
dan mengevaluasi program penanggulangan
risiko yang sudah dibuat, yang dapat
mencakup, premi yang sudah dibayar,
pengamanan-pengamanan yang telah
dilakukan, kerugian-kerugian yang timbul dan
sebagainya.
KLASIFIKASI KERUGIAN POTENSIIL

Seluruh kerugian potensiil yang dapat menimpa setiap bisnis pada


pokoknya dapat diklasifikasikan ke dalam:
a.Kerugian atas harta kekayaan/hak milik (property
Exposures/property losses):
1. Kerugian langsung yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk
mengganti atau reparasi atau kehilangan harta yang terkena peril
(gedung yang terbakar, peralatan yang dicuri)
2. Kerugian tidak langsung, seperti keharusan untuk
menghancurkan sisa gedung yang rusak atau tetap
membayar gaji karyawan pada saat karyawan tidak
berproduksi.
3. Kerugian pendapatan (net income), seperti penghentian kegiatan
smentara yang disebabkan oleh suatu kerugian dimana tidak
boleh ditempatinya ruangan kerja, batalnya kontrak penjualan
karena perusahaan tidak berproduksi.
b. Kerugian berupa kewajiban mengganti kerugian orang lain
(Liability Losses/exposures)
adalah kerugian yang berupa kewajiban kepada pihak lain
akibat rusaknya hak milik orang lain atau terlukanya orang lain.
c. Kerugian Personil (Personnel
Losses/exposures)
1. Kerugian bagi perusahaan, karena kematian,
cacat atau mengundurkan dirinya pegawai,
langganan atau pemilik.
2. Kerugian bagi keluarga pegawai, yang
disebabkanoleh kematian, cacat atau
pemberhentian.
Ke 3 (Tiga) jenis kerugian diatas, (Kerugian
terhadap harta, tanggung jawab terhadap pihak
lain dan kerugian personil) merupakan jenis-jenis
kerugian potensiil yang bersifat ekonomi yang
harus ditangani manajer risiko.
Dengan melihat jenis dan kondisi dari
kerugian potensial tersebut, maka seorang
manajer risiko harus selalu:
1.Mempelajari dan mengevaluasi peristiwa-
peristiwa kerugian yang telah diderita
2.Mengikuti dan mempelajari peristiwa-
peristiwa kerugian yang laporkan lewat
publikasi-publikasi
3.Menghadiri pertemuan-pertemuan para
manajer didalam internal perusahaan
Penyebab/sumber risiko

Penyebab/sumber risiko/kerugian terhadap


harta dapat diklasifikasikan kedalam:
1.Risiko fisik, yaitu bahaya yang
menimbulkan kerugian, yang disebabkan
lebih banyak karena fenomena alam dari
pada kesalahan manusia. Contoh
kebakaran, banjir dll,
2. Risiko sosial, yaitu kerugian yang timbul karena:
a. Adanya penyimpangan tingkah laku
manusia dari norma-norma kehidupan
yang wajar. (Misalnya pencurian, mabuk,
pemogokkan, pengrusakaan dll)
b. Adanya penyimpangan perilaku yang
dilakukan oleh manusia secara kelompok.
3. Risiko ekonomi, yaitu kerugian yang
ditimbulkan/bersifat ekonomi seperti inflasi,
fluktuasi lokal ketidak stabilan perusahaan
individu.
METODE PENGIDENTIFIKASIAN RISIKO

Dalam mengidentifikasi risiko ada beberapa


metode yang dapat digunakan, antara lain:
1.Menggunakan daftar pertanyaan
2.Menggunakan laporan keuangan, yaitu
dengan menganalisa neraca, laporan
pengoperasian dan catatan-catatan
pendukung lainnya, akan dapat
diketahui/didefinisikan semua harta
kekayaan, hutang-piutang dan sebagainya
3. Membuat Flow-Chart aliran barang mulai
dari bahan mentah sampai menjadi
barang jadi akan dapat diketahui risiko-
risiko yang dihadapi pada masing-masing
tahap dari aliran tersebut.
Kerugian potensiil yang dapat terjadi:
• Kerugian berupa harta kekayaan
• Kerugian yang menyakut liability
• Kerugian personil
4. Dengan inpeksi langsung di tempat,
artinya dengan mengadakan pemeriksaan
secara langsung di tempat dimana
dilakukan operasi/aktivitas perusahaan,
5. Mengadakan interaksi dengan
departemen-departemen/bagian dalam
perusahaan
6. Mengadakan interaksi dengan pihak
luar
7. Melakukan analisa terhadap kontrak-kontrak
yang telah dibuat dengan pihak lain
8. Membuat dan menganalisa catatan/statistik
mengenai bermacam-macam kerugian yang
pernah dibuat dengan pihak lain. Dari catatan-
catatan itu agar dapat diperhitungkan
kemungkinan terulangnya suatu jenis risiko
tertentu
9. Mengadakan analisa lingkungan, yang sangat
diperlukan untuk mengetahui kondisi yang
mempengaruhi timbulnya risiko potensial
DAFTAR KERUGIAN POTENSIAL
Membuat daftar kerugian potensial sangat
diperlukan untuk mengetahui apa saja dan
bagaimana suatu kerugian yang mungkin
dapat menimpa perusahaan sehingga dapat
dibagi sebagai dasar didalam menentukan
kebijakka pengendalian risiko.
Dari seluruh kerugian potensial yang
mungkin menimpa suatu bisnis pada
pokoknya dapat dikelompokkan kedalam
tiga kelompok, yaitu:
1.Kerugian atas harta (Property Losses)
2.Kerugian berupa kewajiban kepada pihak
ketiga (Liability losses)
3.Kerugian personil (Personal Losses)
KERUGIAN ATAS HARTA
Pembagian Jenis Harta
Untuk kepentingan penanggulangan risiko,
harta dibaga kedalam:
a. Benda Tetap (real estate), yaitu harta
yang terdiri dari tanah dan bangunan
yang ada di atasnya,
b. Barang bergerak (personal property),
yaitu barang-barang yang tidak terikat
pada tanah, yang selanjutnya dibagi
dalam:
1. Barang-barang yang digunakan untuk
melakukan aktivitas produksi dan
aktivitas-aktivitas perusahaan lainnya.
(bahan baku, peralatan, suku cadang
dan sebagainya)
2. Barang-barang yang akan dijual (hasil
produksi, barang dagangan, surat-surat
berharga (pialang), uang (bank) dan
sebagainya).
Macam-Macam Kerugian atas Harta
Kerugian yang menimpa harta karena terjadi peril
dapat dibedakan, yaitu:
1.Kerugian langsung, yaitu kerugian yang
langsung dapat dikaitkan dengan peril yang
menimpa harta tersebut, yakni kerugian yang
diderita karena rusaknya atau hancurnya harta
yang terkena peril (gedung terbakar, banjir,
perampokan dll)
2.Kerugian tidak langsung, adalah kerugian
yang disebabkan oleh berkurangnya nilai,
kerusakan atau tidak berfungsinya barang lain
selain yang terkena peril.(rusaknya barang
dagangan akibat kena air hujan, rusaknya mesin
sehingga tidak adanya hasil produksi)
3. Kerugian Net Income (pendapatan
dikurangi biaya), yaitu penurunan
pendapatan bersih/keuntungan (net
income) suatu perusahaan, karena
hilangnya/berkurangnya manfaat suatu
harta, baik sebagian maupun seluruhnya
yang disebabkan oleh peril, sampai harta
tersebut diganti atau dipulihkan seperti
semula. (terganggungnya kegiatan
pemasok, rusaknya harta yang
disewakan/mobil)
PRINSIP-PRINSIP PENGUKURAN RISIKO

Dimensi Yang Diukur


Sesudah manajer risiko mengidentifikasikan
berbagai jenis risiko yang dihadapi perusahaan,
maka selanjutnya risiko itu harus diukur.
Ada dua manfaat pengukuran risiko, yaitu:
1.Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu
risiko yang dihadapi
2.Untuk mendapatkan informasi yang sangat
diperlukan oleh manajer risiko dalam upaya
menentukan cara dan kombinasi cara-cara yang
paling dapat diterima/paling baik dalam
penggunaan sarana penanggulangan risiko.
Dalam pengukuran risiko dimensi yang diukur
adalah:
1. Besarnya frekuensi kerugian, artinya berapa
kali terjadinya suatu kerugian selama suatu
periode tertentu. Jadi untuk mengetahui sering
tidaknya suatu kerugian itu terjadi.
2. Tingkat kegawatan (severity) atau keparahan
dari kerugian-kerugian tersebut. Artinya untuk
mengetahui sampai beberapa besar pengaruh
dari suatu kerugian terhadap kondisi
perusahaan, terutama kondisi finansialnya.
Dari hasil pengukuran yang mencakup dua
dimensi tersebut paling tidak akan dapat
diketahui;
1. Nilai rata-rata dari kerugian selama suatu
periode anggaran
2. Variasi nilai kerugian dari suatu periode
anggaran ke periode anggaran yang lain
3. Dampak keseluruhan dari kerugian-
kerugian tersebut, terutama kerugian
yang ditanggung sendiri (diretensi), jadi
tidak hanya nilai rupihnya saja.
Pengukuran Frekuensi Kerugian
Berdasarkan dimensi frekuensinya ada
empat kategori kerugian, yaitu:
1. Kerugian yang hampir tidak mungkin
terjadi (almost nil), atau probabilitas
terjadinya mendekati nol,
2. Kerugian yang kemungkinan terjadinya
kesil (slight), yaitu risiko-risiko yang tidak
akan terjadi dalam waktu dekat dan
dimasa yang akan datang
kemungkinannyapun kecil
3. Kerugian yang mungkin (moderate), yaitu
kerugian-kerugian yang mungkin bisa
terjadi dalam waktu dekat dimasa akan
datang.
4. Kerugian yang mungkin sekali (definite),
yaitu kerugian yang biasanya terjadi
secara teratur, baik dalam waktu dekat
maupun dimasa akan datang, jadi
merupakan kerugian yang hampir pasti
terjadi.
Berkaitan dengan pengukuran kerugian dari
dimensi frekuensi manajer risiko harus
memperhatikan pula :
1.Beberapa jenis kerugian yang dapat
menimpa suatu objek.
2.Beberapa jenis objek yang dapat terkena
suatu jenis kerugian.
Sebab kedua hal itu akan sangat
mempengaruhi besarnya probabilitas
kerugian potensial.
Pengukuran kegawatan kerugian
Pengukuran kerugian potensial dari
dimensi kegawatan adalah untuk
mengetahui berapa besarnya nilai kerugian,
yang selanjutnya dikaitkan dengan
pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan,
terutama kondisi financialnya.
Dalam mengukur kegawatan kerugian potensial
atas tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1.Kemungkinan kerugian maksimum dari setiap
peril, yaitu besarnya kerugian terburuk dari
suatu peril.
2.Probabilitas kerugian maksimum dari setiap
peril, yaitu merupakan kemungkinan terburuk
yang mungkin terjadi, yang besarnya lebih
rendah dari kemungkinan kerugian maksimum.
3.Keseluruhan (aggregate) kerugian maksimum
setiap tahunnya, yang merupakan keseluruhan
kerugian total yang terbesar, yang dapat
menimpa perusahaan selama suatu periode
tertentu (biasanya 1 tahun).
Berdasarkan dimensi kegawatan ada 4
kategori kerugian potensial, yaitu:
1.Kemungkinan kerugian yang wajar
(normal loss expancy) yaitu kerugian-
kerugian yang dapat dikelola sendiri oleh
perusahaan atau pun umum/perusahaan
asuransi.
2.Probabilitas kerugian maksimum (probable
maximum loss) yaitu kerugian yang dapat
terjadi bila alat pengaman terhadap peril
tidak dapat berfungsi.
3. Kerugian maksimum yang dapat diduga
(maximum foreseeable loss), yaitu
kerugian-kerugian yang tidak dapat diatasi
secara individual (tidak bisa ditangani
asuransi).
4. Kemungkinan kerugian maksimum
(maximum possible loss), yaitu kerugian-
kerugian yang tidak dapat diamankan,
baik secara individual maupun secara
umum (oleh perusahaan asuransi).
KONSEP PROBABILITAS
Pengukuran kerugian baik dari dimensi
frekuensi maupun dimensi kegawatan,
semuanya menyangkut kemungkinan
(probabilitas) kerugian potensial tersebut.
Berkaitan dengan itu, maka dalam
mengukur risiko manajer harus memahami
konsep probabilitas, sehingga strategi yang
diputuskan dalam menangani keputusan
tidak jauh menyimpang dari kenyataan yang
betil-betul terjadi.
Konsep “sample Space” dan “Event”
Untuk mempelajari konsep probabilitas perlu
diawali dengan memahami konsep
mengenai sample space dan event.
Sample space yang selanjutnya di singkat
Set S merupakan suatu set dari kejadian
tertentu yang diamati. Misalnya jumlah
kecelakaan mobil di wilayah tertentu (kota
Jayapura) selama suatu periode tertentu/
selama tahun 2004.
Suatu Sample Space biasanya terdiri dari
beberapa segmen, yang disebut subset atau
event, yang selanjutnya disingkat Set E, yang
merupakan bagian dari Set S, misalnya jumlah
kecelakaan mobil terdiri dari segmen mobil pribadi
dan mobil penumpang umum.
Untuk menghitung secara cermat probabilitas dari
kecelakaan mobil tersebut masing-masing
peristiwa atau event (set E) perlu diberi bobot.
Pembobotan mana biasanya didasarkan pada
bukti empiris dari pengalaman masa lalu. Dimana
masing-masing event mempunyai karakteristik
yang berbeda sehingga mempunyai probabilitas
yang berbeda.
Misalnya:
Untuk mobil pribadi diberi bobot 2, sedang
untuk mobil penumpang umumdiberi bobot
1, maka probabilitas dari kecelakaan mobil
tersebut dapat dihitung dengan rumus:

E
a. Bila tanpa bobot P( E ) 
S
w(E)
b. Bila dengan dibobot P (E) =
w(S)
Dimana:
P(E) = probabilitas terjadi event
E = sub set atau event
S = sample space atau set
W = bobot dari masing-masing event
Contoh:
Dari catatan polisi diketahui bahwa jumlah
kecelakaan mobil di kota Jayapura selama
tahun 2004 sebanyak 10.000 kali. Dari
jumlah tersebut yang 1.000 menimpa mobil
pribadi dan yang 9.000 menimpa mobil
penumpang umum. Dengan demikian
probabilitas terjadinya kecelakaan mobil
pribadi adalah:
1000 1
a. Tanpa dibobot P( E )  10000  10  10%

2 1000 2
P( E )    18,18%
b. Dengan bobot (2 1000)  (1 9000) 11

Dengan hasil perhitungan di atas


terlihat bahwa besarnya probabilitas
yang dibobot (18,18%) berbeda dengan
yang tanpa bobot (10%) dan nilai
perbedaannya cukup besar (8,18%)
Asumsi Dalam Probabilitas
Dalam definisi probabilitas ada beberapa asumsi
antara lain:
1.Bahwa kejadian atau event tersebut akan terjadi.
2.Bahwa kejadian-kejadian tersebut adalah
mutually exclusive, artinya dua peristiwa
tersebut (kecelakaan mobil pribadi dan mobil
penumpang umum) tidak akan terjadi secara
bersamaan.
3.Bahwa pemberian bobot pada masing-masing
peristiwa dalam set adalah positif. Sebab
besarnya probabilitas akan berkisar 1 dan 0,
dimana peristiwa yang pasti terjadi
probabilitasnya 1, sedang peristiwa yang pasti
tidak terjadi probabilitasnya 0
Aksioma Definisi Probabilitas
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut di
atas, maka ada tiga aksioma yang
mendasari definisi probabilitas, yaitu:
1.Probabilitas adalah suatu angka yang
besarnya terletak antara 0 dan 1, yang
diberikan pada masing-masing peristiwa.
2.Jumlah hasil penambahan keseluruhan
probabilitas dari peristiwa-peristiwa (Set E)
yang mutually exclusive dalam sample
space (Set E) adalah 1.
3. Probabilitas suatu peristiwa yang terdiri
atas sekelompok peristiwa yang mutually
exclusive dalam suatu set (sample space)
adalah merupakan hasil penjumlahan dari
masing-masing probabilitas yang terpisah.
Sifat Probabilitas

Probabilitas adalah aproksimasi (kira-


kira/mendekati), jarang sekali terjadi atau
bahkan tidak mungkin dapat diketahui
besarnya probabilitas secara mutlak (pasti
sama dengan kenyataan), yang ada
hanyalah suatu perkiraan, yang mungkin
benar dan mungkin juga tidak.
Nilai Harapan (Expected Value/laba)
Expected Value dari suatu peristiwa dapat
ditentukan dengan membuat tabel (tabel
binomial) untuk hasil-hasil yang mungkin
diperoleh dari nilai masing-masing hasil
tersebut berdasarkan probabilitasnya.
Dengan menjumlahkan hasil dari masing-
masing peristiwa tersebut akan diperoleh
expected valuenya.
Rumus Yang digunakan untuk mencari ekspektasi
laba/value adalah sebagai berikut :
n
E(X) =
 XiPi
i 1
Dengan :
E(X) = Nilai ekspektasi
X1 = Kemungkinan Penerimaan lama pada periode i
P1 = Probabilitas tercapainya penerimaan pada periode I
n = Jumlah kemungkinan penerimaan

Seorang investor mempertimbangkan suatu usulan investasi yang


menaswarkan kemungkinan 60 % peluang penerima laba bersih sebesar
Rp. 5.000,00; 20% peluang menerima laba bersih sebesar Rp. 3.000,00;
dan sisanya 20% mempunyai peluang menerima nilai ekspektasi yang
ditawarkan dari usulan investasi tersebut.
Contoh:
• Diketahui bahwa dari 100 buah rumah
kemungkinan terbakarnya 1 rumah adalah 37%
(tabel binomial ) dan rata-rata kerugian untuk
setiap kebakaran adalah Rp 100.000.000, maka
expected value kerugiannya Rp 37.000.000
(37%x Rp 100.000.000)
Apabila terjadi peril, maka pihak asuransi harus
membayar santunan sebesar Rp 100.000.000.
karena pihak asuransi merasa pasti bahwa peril
tersebut terjadi, maka pihak asuransi
menetapkan probabilitasnya dari kerugian
seandainya betul terjadi serta menilainya pada
tingkat expected loss sebesar Rp 37.000.000.
Selanjutnya bila kemungkinan terbakarnya
2 rumah adalah sebesar 19%, maka
expected lossnya Rp 38.000.000. (19% x
2 x Rp 100.000.000), sehingga expected
loss untuk satu rumah Rp 19.000.000.
kemudian bila kemungkinan terbakarnya
10 rumah adalah sebesar 1%, maka
expected lossnya Rp 10.000.000 (1% x 10
x Rp 100.000.000) sehingga expected loss
untuk 1 rumah sebesar Rp 1.000.000.
Perhitungan seperti di atas digunakan oleh
perusahaan asuransi dalam mengestimasi total
kerugian dan menentukan provisi bagi penetapan
besar premi yang tepat bagi masing-masing
tertanggung.
Dalam distribusi binomial jumlah
keseluruhan expected loss adalah jumlah
percobaan atau peristiwa dikalikan dengan
expected long frequecy (frekuensi kerugian yang
diperkirakan dalam jangka panjang ) dan
selanjutnya dikalikan dengan besarnya nilai
kerugian (Rp) untuk setiap kerugian.
Konsep expected value juga sering kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari, terutama
dalam dunia bisnis.
Contoh:
• Seorang kontraktor meminta untuk
membangun sebuah gedung dimana
apabila segala sesuatu berjalan baik ia
akan mendapat keuntungan sebesar Rp
10.000.000. karena menyadari selalu
adanya hal-hal yang tidak terduga maka
probabilitas untuk mendapatkan
keuntungan tersebut diperkirakan hanya
80%, dimana yang 20% adalah
pengeluaran-peneluaran yang tidak
terduga.
Jadi expected value dari pekerjaan tersebut
sebesar Rp 6.000.000. berdasarkan
perhitungan barikut:
Expected value of contract

Probabili hasil expected value


80% +Rp 10.000.000 Rp 8.000.000
20% - Rp 10.000.000 Rp 2.000.000
100% Rp 6.000.000
Dengan data tersebut kontraktor dapat
dipertibangkan untuk membangun gedung
tersebut, dengan mempertimbangkan
kesempatan-kesempatan atau
kemungkinan-kemungkinan lain
sehubungan dengan perputaran misalnya.
Untuk mengamankan terhadap resiko
tersebut kontraktor juga dapat mengalihkan
risiko tersebut kepada pihak lain yang mau
menerima (perusahaan asuransi)
Penafsiran Tentang Probabilitas
Bila seorang manajer resiko menyatakan
bahwa probabilitas akan terbakarnya
sebuah gedung tertentu adalah 1/10, hal itu
menunjukkan kemungkinan relatif akan
terjadinya peristiwa tersebut. Karena
probabilitas bervariasi antara 0 dan 1, maka
akan timbul dua penafsiran tentang
probabilitas 1/10 tersebut, yaitu:
1. Bahwa 1/10 dari seluruh gedung yang
menghadapi resiko yang sama di seluruh
dunia diperkirakan akan terbakar.
Penafsiran ini didasarkan pada hukum
bilangan besar.
2. Jika gedung tersebut dihadapkan pada
kerugian karena kebakaran selama
jangka waktu yang panjang, maka
kebakaran yang akan terjadi kira-kira 1/10
dari jumlah exposure.
Penafsiran yang kedua tersebut sangat
bermanfaat sebagai bahan pertimbangan
dalam menetapkan tindakan apa yang akan
diambil sehubungan dengan pengelolaan
exposure tersebut. Untuk itu ada beberapa
pengertian yang perlu dipahami, antara lain:
1. Peristiwa yang saling pilah (mutually
Exclusive event)
Dua peristiwa dikatakan saling pilah apabila
terjadinya peristiwa yang satu menyebabkan
tidak terjadinya peristiwa yang lain. Menurut
aturan probabilitas terjadinya salah satu
peristiwa adalah jumlah probabilitas masing-
masing peristiwa. Bila peristiwanya A dan B,
maka probabilitas terjadinya peristiwa A
atau B dapat dinyatakan sebagai berikut:
P(A atau B)= p(A)+p(B)
Contoh:
Probabilitas terjadinya kerugian peristiwa A
sebesar Rp 1.000.000 atau 1/10 dan kerugian
peristiwa B sebesar Rp 2.500.000 adalah 1/20,
maka probabilitas akan terjadinya kerugian Rp
1.000.000 atau Rp 2.500.000 adalah
1/10 +1/20=3/20.
Sedangkan jumlah probabilitas dari semua
peristiwa yang mungkin dalam suatu seri peristiwa
(yang mutually exclusive) sama dengan 1,sebab
salah satu dari peristiwa-peristiwa tersebut pasti
akan terjadi.
2. Compount event
Compount event adalah terjadinya dua atau
lebih peristiwa terpisah selama jangka yang
sama. Metode untuk menentukan
probabilitas untuk Compount event
tergantung pada sifat peristiwa yang
terpisah, apakah merupakan peristiwa
bebas atau bersyarat.
a.Compount event yang bebas
(independen)
Dua peristiwa adalah bebas terhadap satu
sama lain, jika terjadinya salah satu tidak
ada hubungannya dengan peristiwa yang
lain. Probabilitas terjadinya peristiwa itu
serentak (dalam waktu yang sama) adalah
sama dengan hasil perkalian probabilitas
masing-masing peristiwa.
Contoh:
Perusahaan X mempunyai dua gudang A
dan B, dimana gudang A terletak di
Surabaya dan gudang B terletak di Sidoarjo.
Probabilitas terbakarnya gudang A tidak
mempengaruhi/dipengaruhi oleh
terbakarnya gudang B. bila probabilitas
terbakarnya gudang A adalah 1/20 dan
probabilitas terbakarnya gudang B adalah
1/40, maka probabilitas terbakarnya gudang
A dan B adalah (1/20)x(1/40)=1/180.
Aturan (theorema) tentang compound
probability dapat digabungkan dengan
aturan tentang mutually exclusive
probability dalam rangka menghitung
probabilitas dari semua kemungkinan, yaitu
sebagai berikut:
1.Kemungkinan I: terbakarnya gudang A
dan tidak terbakarnya gudang B:
(1/20)x(1-1/40)=39/800
2.Kemungkinan II : tidak terbakarnya
gudang A dan terbakarnya gudang B: (1-
1/20)x(1/40)= 19/800
3. Kemungkinan III: tidak terbakarnya
gudang A dan gudang B: (1-1/20)x(1-
1/40)=741/800
4. Kemungkinan IV : terbakarnya gudang A
dan gudang B: (1/20)x(1/40)=1/80
Jumlah probabilitas keempat kemungkinan
=1
b. Compound events bersyarat (Conditional
Compound Events)
Compound events bersyarat adalah dua peristiwa
atau lebih dimana terjadinya peristiwa yang satu
akan mempengaruhi terjadinya peristiwa yang lain.
Probabilitas dari Compound events bersyarat dapat
dihitung dengan rumus :
P(A dan B)=p(A)xp(B/A) atau p(B dan A)=p
A)x p(A/B)
Dimana p(A dan B) notasi untuk probabilitas
bersyarat yang terjadinya peristiwa B sesudah
terjadinya peristiwa A, sedang p(B dan A) bila
sebaliknya.
Contoh:
Penggunaan uang oleh perusahaan untuk
memasang iklan (sebagai peristiwa A) dan
peningkatan penjualan produk (sebagai
peristiwa B) setelah terjadinya pemasangan
iklan. Dimana p (A) adalah 1/40 dan p (B)
adalah 1/40 sedang p (B/A) adalah 1/3,
maka probabilitasnya dapat dihitung sebagai
berikut:
1. Kemungkinan I: Ada pemasangan iklan dan
tidak ada kenaikan penjualan :1/40x1/3 =
1/120
2. Kemungkinan II: ada pemasangan iklan dan
tidak ada kenaikan penjualan (1/40)x(1-1/3)=
2/120
3. Kemungkinan III: tidak ada pemasangan iklan
ada kenaikan penjualan :
(1-1/3)x(1/40)=2/120
4. Kemungkinan IV: tidak ada pemasangan iklan
dan tidak ada kenaikan penjualan:(-1-1/120) -
2/120 - 2/120 =115/120
Jumlah probabilitas keempat kemungkian
=120/120=1
3.Peristiwa yang inkluisif
Peristiwa inkluisif adalah dua peristiwa atau lebih
yang tidak mempunyai hubungsn saling pilah
dimana ingin diketahui probabilitas terjadinya
paling sedikit satu peristiwa diantara dua atau
lebuh peristiwa tersebut .
Jika peristiwa A dan peristiwa B merupakan
peristiwa yang terpisah (tidak saling pilah),maka
probabilitas terjadinya paling sedikit satu peristiwa
dalam jumlah kedua probabilitas dikurangi dengan
probabilitas terjadinya kedua peristiwa
tersebut,yang dapat digambarkan dengan rumus:
P(A atau B) = p(A)+p(B)-p (A dan B)
Kata atau dalam p (A atau B) dinamakan
atau inkluisif,yang berarti A,B atau keduanya
terjadi.dengan kata lain paling sedikit salah
satu dari kedua peristiwa tersebut terjadi.
Contoh:
Terbakarnya gudang A dan gudang B tidak
mempunyai hubungan saling pilah
(terpisah),dimana probabilitas terbakarnya
gudang A adalah 1/40 dan gudang B juga
1/40,maka probabilitas dari kedua peristiwa
tersebut sebesar :
P(A atau B)=1/40+1/40-1/40x1/40=79/1600.
Probabilitas tersebut dapat pula dihitung dengan
cara sebagai berikut:
Terbakarnya gudang A dan B:
(1/40)x(1/40) = 1/1600
Gudang B terbakar,gudang A tidak:
(1/40)x(1-1/40) =39/1600
Gudang A terbakar, gudang B tidak:
(1-1/40)x(1/40) =39/1600
Probabilitas (A dan B) yang terbakar =79/1600
PENANGGULANGAN RISIKO
Pada pokonya ada dua pendekatan/cara yang
digunakan oleh seorang manajer risiko untuk
menanggulangi risiko yang dihadapi oleh
perusahaan,yaitu:
1.Penanganan risiko (risk control)
2.Pembiayaan risiko (risk financing)
Selanjutnya dalam masing-masing pendekatan
ada beberapa alat yang dipakai untuk
menanggulangi risiko yang dihadapi.Biasanya
dan sebaiknya manajer risiko menggabungkan
kedua cara tersebut atau lebih,
Agar upaya penanggulangan risiko dapat
berjalan dengan efektif dan efisien.
Dalam pendekatan dengan penangan risiko
(risk control) ada beberapa alat/metode
yang dapat digunakan ,antara lain:
1.Menghindari
2.Mengendalikan
3.Memisahkan
4.Melakukan kombinasi atau poling
5.memindahkan
Sedang dalam penanggulangan risiko
dengan membiayai risiko (risk financing)
ada dua cara atau metode yang dapat
digunakan, yaitu:
1.Pemindahan risiko
2.Melakukan retensi
Menghindari
menghindari suatu risiko (murni) adalah
menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari
exposure, dengan cara antara lain:
1.Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan
kegiatan yang mengandung risiko, walaupun
hanya untuk sementara.
Contoh:
Tidak menggunakan teknologi berisiko tinggi,
tidak mau menerima pengemudi yang suka
mabuk tidak menjual barang secara kredit untuk
menghindari risiko kecelakaan, kredit macet,
dan lain-lain.
2. Menyerahkan kembali risiko yang
terlanjur diterima atau segera
menghentikan yang diketahui
mengandung risiko.
Contoh:
Membatalkan pembelian barang-
barang yang berharga murah,
setelah mengetahui bahwa barang
tersebuit adalah barang ilegal.
Ada beberapa karakteristik risiko yang harus
diperhatikan, yang berkaitan dengan penghindaran
risiko, antara lain:
1.Keadaan yang mengakibatkan tidak adanya
kemungkinan untuk menghindari risiko, dimana
makin luas pengertian risiko yang dihadapi akan
makin besar ketidakmungkinan untuk
menghindari.
Contoh:
Kalau ingin menghindari semua risiko tanggung
jawab, maka semua kegiatan harus dihentikan
(tidak usah melakukan kegiatan apapun)
2. Manfaat atau laba potensial yang akan
diterima dari pemilikan harta,
mempekerjakan orang tertentu,
tanggujawab atas suatu kegiatan akan
hilang apabila kita menghindari risiko dari
kepemilikan, mempekerjakan atau
kegiatan tersebut.
Contoh:
• Menghindari risiko akibat naik turunnya
kurs saham orang tidak akan
mendapatkan capital gain
• Menghindari risiko membayar
honorarium yang tinggi orang tidak
akan dapat menikmati jasa konsultan
• Menghindari risiko akibat kecelakaan
lalu lintas,orang tidak akan dapat
menikmati keuntungan dari usaha
dibidang transportasi.
3.Makin sempit risiko yang dihadapi,maka
semakin besar kemungkinan terciptanya
risiko yang baru.
Contoh:
Menghindari risiko perjalanan dengan
pesawat terbang dan menggantinya
dengan menggunakan mobil, akan muncul
risiko kecelakaan lalu lintas.
Untuk mengimplemantasikan
keputusan penanggulangan risiko dengan
penghindaran,harus ditetapkan secara
jelas semua harta,
Personil serta kegiatan yang menghadapi
risiko ingin dihindarkan tersebut.selanjutnya
dengan dukungan pihak manajemen
puncak,manajer risiko seharusnya
merekomendasikan kebijakan dan prosedur
tertentu yang harus ditaatioleh semua
bagian perusahaan dan karyawan.
contoh:
Jika tujuan penanggulangan untuk menghindari
risiko sehubungan dengan pengangkutan
udara,maka semua departemen karyawan di
instruksikan untuk menggunakan alat
Angkut diluar pesawat terbang
(kapal,truk,dan sebagainya.)
Penghindaran di katakan berhasil jika
ternyata tidak terjadi kerugian yang
diakibatkan oleh risiko yang ingin
dihindari .Bisa terjadi bahwa metode ini tidak
di implementasikan sebagai mana mestinya,
(larangan-larangan/prosedur yang di
instruksikan dilanggar) walaupun kebetulan
tidak terjadi kerugian.
Mengendalikan kerugian (loss control)
Pengendalian kerugian bertujuan untuk:
1. Memperkecil kemungkinan/peluang
terjadinya kerugian
2. Mengurangi keparahan bila suatu risiko
kerugian memang terjadi
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan
berbagai cara antara lain :
1. Melakukan tindakan pencegahan dan
pengurangan kerugian
Program pencegahan kerugian adalah untuk
mengurangi atau kalau bisa menghilangkan
peluang terjadinya kerugian.sedang program
pengurangan kerugian bertujuan untuk
mengurangi keparahan potensial dari suatu
kerugian. Program pengendalian tujuan
kebanyakan merupakn gabungan antara
program pengurangan kerugian dan program
pencegahan kerugian.
Contoh:
• Peluang kerugian karena kebakaran dapat
dikurangi dengan konstruksi yang
memakai bahan-bahan tahan api
• Peluang kerugian karena tanggung gugat
karena produk dapat dikurangi dengan
memperketat pengawasan
mutu,memonitor pernyataan-pernyataan
yang dikeluarkan penjual/bagian
iklan,memilih menyalur dengan hati-hati.
• Peluang kecelakaan kerja dapat dikurangi
dengan mengadakan pertemuan-
pertemuan untuk membahas keselamatan
kerja ,mengharuskan karyawan memakai
perlengkapan keselamatan
kerja(masker,kacamata las,dan
sebagainya)

Program pengurangan kerugian dapat pula


dibedakan menjadi :
1. Program minimisasi (minimization
programe)
Program yang dijalankan sebelum
kerugian terjadi atau selama kerugian
sedang terjadi, dengan tujuan membatasi
besarnya kerugian.
Contoh:
Tindakan memadamkan kebakaran
2. Program penyelamatan (salvage
programe)
program penyelatan barang-barang yang
selamat dari peril.
Contoh:
Menyelamatkan harta yang tertinggal (tidak
ikut terbakar) sesudah terjadi
kebakaran,mengangkat kembali kapal yang
karam dan lain-lain
2. Program pengendalian kerugian
berdasr sebab-sebab terjadinya
Ada dua macam pendekatan dalam
program ini yaitu:
a. Pendekatan engineering program
pengendalian yang menekan pada
pengendalian sebab-sebab yang bersifat
fisik dan mekanis.
Contoh:
• Memperbaiki kabel-kabel listrik yang
tidak memenuhi syarat, untuk mencegah
kebakaran karena arus pendek.
• Pemeriksaan bahan-bahan untuk
mencegah terjadinya kontruksi bangunan
yang tidak memenuhi syarat dan bahan-
bahan yang berkualitas rendah.
b. Pendekatan hubungan kemanusiaan
(human relation) menekankan pada
pencegahan terjadinya kecelakaan karena
faktor manusia, seperti kelengahan, suka
menantang bahaya, tidak memakai alat-
alat keselamatan dan lain-lain faktor
psikologis yang antara lain dilakukan
dengan memberi nasehat secara sabar,
diajak berdialog dan sebagainya.
Kedua pendekatan tersebut dalam praktik
biasanya dilakukan secara simultan.
DR.William Haddon menganjurkan cara
yang lebih komprehensif dalam
mengklasifikasikan sebab-sebab terjadinya
kerugian. Sebab musibah merupakan hasil
dari perpindahan energi dalam jumlah dan
pada kecepatan dengan cara sedemikian
rupa, sehingga menghancurkan struktur
yang dilandanya.
Dengan demikian musibah dapat dicegah
dengan jalan menguasai/mengendalikan
energi tersebut atau mengubah struktur
objeknya dengan struktur yang tahan
terhadap energi tersebut.
Untuk itu W.Haddon mengemukakan
sepuluh strategi, yaitu:
a.Mencegah lahirnya hazard pada
kesempatan pertama.
b.Mengurangi jumlah atau besarnya hazard
Contoh:
Mengurangi kecepatan mobil untuk
menghindari kecelakaan.
c. Mencegah keluarnya hazard jika hazard
terbentuk atau kalau hazard memang
sudah ada sebelumnya.
Contoh:
Mensterilkan susu sebelum diminum untuk
mencegah infeksi melalui susu.
d. Mengubah kecepatan atau kekuatan
keluarnya hazard dari sumbernya.
Contoh:
Membagi aliran sungai menjadi beberapa
sungai untuk mengurangi derasnya aliran
sungai, guna mencegah terjadinya
pengikisan tepian sungai.
e. Memisahkan objek dari sumber yang
dapat menghancurkannya. Pemisahan
dalam arti pemisahan tempat maupun
waktu.
Contoh:
Membuat tanggul sungai untuk
menghindari banjir.
f. Memisahkan hazard dari objek yang harus
dilindungi dengan suatu sekat pemisah.
Contoh :
• Karyawan harus memakai sarung tangan
karet untuk mencegah tertular bibit
penyakit
• Makanan dibungkus, dimasukkan dalam
kaleng untuk menghindari pencemaran.
g. Mengubah kualitas dasar yang relevan
dari hazard.
Contoh:
Jalan diberi jalur pemisah antara jalur
yang berlawanan arah untuk mengurangi
bahaya tabrakan.
h. Menjadikan objek labih tahan terhadap
hazard yang akan merusaknya.
Contoh:
Imunisasi untuk memperkuat daya tahan
tubuh terhadap serangan penyakit.
i. Melakukan tindakan kontra untuk
menahan bertambah parahnya kerusakan.
Contoh:
Memasang tanggul penahan gelombang
untuk mencegah kerusakan pantai dari
abrasi.
j. menstabilkan, mereparasi dan
merehabilitasi objek yang terkena peril.
Contoh:
Memperbaiki mesin yang terkena peril
untuk mencegah kerusakan/ cacatnya
produk yang dihasilkan.
3. Pengendalian kerugian menurut lokasi
Menurut W.Haddon kemungkinan dan
keparahan kerugian dari kecelakaan lalu
lintas tergantung pada kondisi dari:
1. Orang yang menggunakan jalan
2. Kendaraan
3. Lingkungan umum jalan yang meliputi
faktor-faktor seperti: desain,
pemeliharaan, keadaan lalu lintas, dan
rambu-rambu.
Dengan memperbaiki faktor lingkungan
umum (lokasi), kemungkinan dan keparahan
kerugian karena kecelakaan lalu lintas di
tempat tersebut akan dikurangi/dihindarkan,
contoh lain:
Kerugian lokasi
Kerusakan/kebakaran terhadap orang yang
menggunakan bangunan masyarakat
sekitarnya.
Tanggung gugat produk pemakai, produk
pembuat, produk lingkungan hukum.
4. Pengendalian menurut timing
Pendekatan ini, berkaitan dengan
masalah kapan metode
pencegahan/pengendalian itu digunakan,
yang dapat:
1. Sebelum terjadinya peril
2. Selama peril terjadi
3. Sesudah peril terjadi
Di samping itu, dapat pula diklasifikasikan
pendekatan ini ke dalam metode
pengendalian/pencegahan pada:
a. Tahap perencanaan, segala perubahan-
perubahan yang mendasar dalam operasi
perusahaan, seperti pembelian mesin baru,
penambahan bangunan dan sebagainya harus
didahului dengan perencanaan pengendalian
kerugian akibat perubahan-perubahan tersebut.
b. Tahap pengamanan perawatan, yaitu
program untuk memeriksa pelaksanaan
dan mengusulkan perubahan bila perlu.
Contoh:
Kualitas jasa penjagaan dan sistem alat
pengamanan apakah sudah memadai dan
sebagainya.
c. Tahap darurat, meliputi program-program
yang menjadi efektif dalam keadaan
darurat
Contoh:
Pengadaan fasilitas pemadam kebakaran

Analisis kerugian dan analisis hazard


Langkah awal dalam pengendalian resiko
adalah melakukan identifikasi dan
analisis terhadap:
1. Kerugian yang telah terjadi
2. Hazard yang menyebabkan suatu
kerugioan atau yang mungkin
menyebabkannya di masa mendatang.
Agar langkah tersebut dapat berhasil
dengan baik, maka diperlukan adanya:
1.suatu sistem pelaporan yang
komprehensif
2.Inspeksi secara berkala

Analisis hazard
Analisis hazard harus tidak dibatasi hanya
Hazard yang telah mengakibatkan terjadinya
peril di perusahaannya saja.
Perlu pula menyelidiki hazard yang mungkin
muncul. Hazard dari pengalaman
perusahaan lain atau pengalaman dari
perusahaan asuransi.
Menentukan kelayakan ekonomis
Dalam upaya pencegahan terhadap segala
resiko harus selalu ditinjau pula dari sudut
manfaat dab biayanya, artinya upaya yang
digunakan harus economical feasible. Oleh
karena itu perlu pula dilakukan analisis
terhadap:
1.Kerugian yang timbul karena peril
Kerugian yang timbul karena peril
sering diperhitungkan/dialokasikan lebih
rendah dari jumlah yang mungkin terjadi.
Hal ini terjadi karena adanya kerugian-
kerugian lain yang tersembunyi, yang tidak
terlihat secara langsung pada saat
terjadinya peril (umumnya dikategorika
kerugian tidak langsung).
Kerugian-kerugian tersebut antara lain:
a. Kerugian karena hilangnya waktu kerja
dari karyawan yang cedera karena
terjadinya peril
b. Kerugian karena hilangnya waktu kerja
bagi karyawan lain, yang menolong
karyawan yang terkena peril.
c. kerugian dari waktu yang terpakai
supervisor untuk menyiapkan laporan
peril dan melatih karyawan lain untuk
mengganti karyawan yang terkena peril.
d. Kerugian yang disebabkan rusaknya
mesin, peralatan harta yang lain, tidak
langsung diakibatkan oleh peril.
e. Kerugian berkenaan dengan pembayaran
penuh upah/gaji karyawan yan telah
pulih dari cederanya, tetapi
kemampuannya menurun.
f. Kerugian karena hilangnya waktu
produksi, terutama selama rehabilitasi
terhadap mesin/ peralatan yang terkena
peril.
Pemisahan
Pemisahan artinya memisahkan
penempatan dari harta yang menghadapi
resiko yang sama. Jadi dengan cara
manambah banyaknya independent
exposure unit, sehingga probabilitas
kerugiannya dapat diperkecil. Tujuan
memisahkan adalah mengurangi jumlah
kerugian akibat suatu peril
Contoh:
Perusahaan yang mempunyai banyak truk,
maka untuk memperkacil kerugian karena
kebakaran, truk disimpan dalam beberapa pool.
Kombinasi atau pooling
Kombinasi atau pooling adalah menambah
banyaknya exposure unit dalam batas kendali
perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan
agar kerugian yang akan dialami lebih dapat
diramalkan, sehingga resikonya lebih kecil.
Salah satu cara yang ditempuh adalah
dengan mengadakan pengembangan
internal.
Contoh:
• Perusahaan transportasi memperbanyak
armada truknya, agar probabilitas
terjadinya kecelakaan diperkecil.
• Perusahaan asuransi mengombinasikan
resiko murni dari banyak tertanggung.
Pemindahan resiko
Pemindahan resiko dapat dilakukan dengan cara-
cara:
1. Harta milik atau kegiatan yang dihadapi resiko
dipindahkan kepada pihak lain, yang dinyatakan
dengan tegas dengan berbagai transaksi atau
kontrak.
Contoh:
Perusahaan yang menyerahkan pengangkutan
produknya kepada perusahaa transportasi,
bertujuan untuk memindahkan resiko dalam
pengangkutan kepada perusahaan tersebut.
2. Resikonya sendiri yang dipindahkan
Contoh:
Dalam perjanjian sewa menyewa
rumah,biasanya pemilik rumah
memindahkan resiko kerusakan kepada
penyewa, biasanya berupa kerusakan
karena kelalaian penyewa.
PEMBIAYAAN RESIKO
Penanggulangan resiko dapat dilakukan
dengan menyediakan/mengeluarkan dana
yang berhubungan dengan cara-cara
pengadaan untuk menanggulangi kerugian.
Cara-cara yang dapat digunakan yaitu:
1.Memindahkan resiko dengan pembiayaan
(risk financing transfer)
2.Menangani sendiri resiko yang dihadapi,
dengan meretensi.
Risk Financing Transfer
Pemindahan resiko melalui Risk financing bararti
tranferor/penanggung harus mencari dana
eksternal untuk membayar kerugian yang diderita
oleh tertanggung, yang benar-benar terjadi, karena
oleh peril yang dipindahkan. Pemindahan ini dapat
dilakukan dengan cara-cara:
1. Transfer resiko kepada perusahaan asuransi
(mengasuransikan)
2. Transfer resiko kepada perusahaan yang bukan
perusahaan asuransi (noninsurance transfer)
Noninsurance Transfer
Pemindahan resiko kepada pihak
noninsurance biasanya dilakukan melalui
kontrak-kontrak bisnis biasa atau malalui
kontrak khusus untuk memindahkan resiko.
Isi kontrak adalah pemindahan tanggung
jawab atas kerugian terhadap:
1.Harta kekayaan
2.Net income
3.Personil
4.Tanggung jawab kepada pihak ketiga.
Ada beberapa keterbatasan dari noninsurance
transfer, antara lain:
1. Kontrak mungkin hanya memindahkan sebagian
dari resiko yang menurut pendapat manajer
resiko harus dipindahkan ke pihak lain. Oleh
sebab itu, manajer resiko harus mempelajari
dengan cermat isi kontrak pemindahan.
2. Bahasa yang digunakan dalam kontrak adalah
bahasa hukum, sehingga kadang-kadang sukar
dipahami oleh orang awam (termasuk manajer
resiko), sehingga mudah menimbulkan salah
pengertian.
3. Kontrak dapat dibatalkan oleh pengadilan bila
isinya bertentangan dengan undang-undang,
peraturan pemerintah, kebijakan pemerintah
atau dianggap tidak wajar bagi tertanggung.
Contoh:
Memalui perjanjian sewa guna usaha
(leasing),pihak lessor dapat memindahkan
tanggung jawab keuangan kepada penyewa
untuk kerusakan harta, tanggung jawab kepada
pihak ketiga, tanggung jawab mana sebelum
ada kontrak berada pada lessor.
Meretensi (Risk Retention)
Meretensi artinya perusahaan menanggung
sendiri resiko finansial dari suatu peril dan
ini adalah bentuk penanggulangan resiko
yang paling banyak/umum. Sumber
dananya diusahakan sendiri oleh
perusahaan yang bersangkutan.
Penanggulangan semacam ini dapat bersifat
pasif atau tidak direncanakan (unplanned
retention) dapat pula bersifat aktif atau
direncanakan (planned retention).
Alasan melakukan retensi
Ada beberapa alasan mengapa suatu
perusahaan melakukan retensi dalam
menanggulangi resiko, antara lain:
1. Merupakan keharusan, karena tidak ada
alternatif lain.
Contoh:
Kerugian-kerugian karena tindakan
kriminal, bencana alam, keusangan dan
sebagainya dimana perusahaan asuransi
tidak akan mau menanggungnya.
2. Berdasarkan pertimbangan biaya, dimana
memindahkan resiko biayanya lebih mahal
(loss allowance/premi asuransi,
looding/biaya pemindahan/profit margin
dibandingkan dengan kemungkinan
besarnya kerugian.
3. Bila perkiraan prinsip expected loss dari
manajer resiko lebih rendah dari pada
perkiraan perusahaan asuransi.
4. Berdasarkan prinsip opportunity cost,
dimana manajer risiko berpendapat bahwa
penggunaan dana untuk kepentingan
investasi akan labih menguntungkan dari
pada untuk membayar premi.
5. Kualitas pelayanan dari penanggung
dianggap kurang memuaskan,
dibandingkan dengan bila resiko tersebut
ditangani sendiri.
Hal-hal yang mendorong penggunaan
retensi
Hal-hal yang mendorong manajer risiko
menggunakan retensi dalam
penanggulangan risiko antara lain:
1. Jika biayanya lebih rendah dibandingkan
dengan yang akan dibebankan oleh
perusahaan asuransi.
2. Jika expected lossnya lebih rendah dari
pada yang diperkirakan perusahaan
asuransi.
3. Jika unit yang menghadapi risiko yang sama
banyak jumlahnya, sehingga resikonya labih
rendah dari probabilitasnya dapat
diperhitungkan dengan lebih akurat.
4. Tujuan manjemen resiko menerima variasi yang
besar dalam kerugian tahunan.
5. Jika pembiayaan untuk memindahkan kerugian
membengkak selama jangka waktu yang cukup
panjang, sehingga menghasilkan opportunity
cost yang labih besar.
6. Adanya peluang yang kuat untuk
melakukan investasi, sehingga
memperbesar opportunity cost
7. Keuntungan pelayanan internal
(noninsurance servicing).

Kelemahan Penggunaan Retensi


Ada beberapa hal yang menyebabkan
kegunaan retensi kurang menarik untuk
menangani resiko, antara lain:
1. Sering biaya yang dikeluarkan dengan
retensi lebih besar daripada biaya yang
dibabankan oleh pihak asuransi.
2. Expected losses lebih besardari pada
yang diperkirakan oleh perusahaan
asuransi
3. Exposure uniknya sedikit, yang berari
bahwa resikonya tinggi, sehingga
perusahaan yang bersangkutan tidak
sanggup meramalkan besarnya kerugian
secara memuaskan
4. Ketidakmampuan keuangan perusahaan
untuk menopang maximum possible
losses atau maximum probable losses
dalam jangka pendek (short run).
5. Tujuan manajemen risiko ditekankan
pada ketenangan pikiran dan variasi laba
tahunan yang kecil (realtif stabil)
6. Jumlah kerugian dan biaya membengkak
selama jangka waktu pendek, sehingga
mengurangi opportunity.
7. Peluang investasi yang terbatas dengan
tingkat pengembalian (return) yang rendah
8. Peraturan perpajakan yang
menguntungkan bila resiko diasuransikan
(biaya pemindahan termasuk biaya)
Penyediaan Dana untuk Retensi
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh
untuk menyediakan dana untuk
melaksanakan program retensi, antara lain:
1.Tidak perlu penyediaan dana sebelumnya
Dalam hal ini perusahaan tidak
menyediakan dana khusus untuk
meretensi risiko. Bila terjadi peril,
kerugiannya diperhitungkan sebagai
biaya. Jadi, langsung mengurangi
keuntungan.
2. Dengan membentuk dana cadangan
Membentuk dana cadangan dari bagian
laba yang disisihkan, sehingga bila terjadi
peril akan mengurangi besarnya dana
cadangan.
3. Dengan asuransi sendiri
Perusahaan membentuk organisasi
asuransi sendiri (self insurer), yang
bertugas mengolah dana cadangan untuk
membiayai pengelolaan risiko.
Badan ini merupakan badan otonom yang
berhak menginvestasikan dana cadangan
yang sedang menganggur, tetapi badan
itu bukan perusahaan asuransi
4. Dengan Captive Insurer
Perusahaan membentuk sebuah
perusahaan asuransi, dimana nasabah
seluruhnya atau sebagian besar
perusahaan pendiri itu sendiri.
Keuntungan cara ini adalah bahwa captive
insurer dapat melakukan reasuransi.
ASURANSI
PENGERTIAN ASURANSI
Asuransi artinya transaksi pertanggungan
yang melibatkan dua pihak, tertanggung dan
penanggung. Diman penanggung menjamin
pihak tertanggung, bahwa ia akan
mendapatkan penggantian terhadap suatu
kerugian yang mungkin akan dideritanya,
sebagai akibat suatu peristiwa
Yang semula belum tentu akan terjadi atau
yang semula belum dapat ditentukan
saat/kapan terjadinya. Sebagai kontra
prestasinya si tertanggung diwajibkan
membayar sejumlah uang kepada si
penanggung, yang besarnya sekian proses
dari nilai pertanggungan, yang biasa disebut
premi.
Mengenai siapa yang berhak terhadap uang premi
ada dua macam kemungkinan, yaitu:
1. Uang premi tetap menjadi milik si penanggung,
meskipun peril yang pertanggungkan tidak
terjadi
2. Uang premi dikembalikan kepada si
tertanggung, baik secara sekaligus maupun
secara berangsur-angsur, sesuai dengan
perjanjian pada saat pertanggungannya habis
(jatuh tempo) atau pada saat terjadi peril yang
sesuai dengan isi perjanjian pertanggungan
Ada beberapa hal yang penting yang
terkandung dalam bisnis asuransi,
antara lain:
1. Ditinjau dari segi fungsional asuransi
adalah sebagai suatu lembaga sosial
ekonomi yang diciptakan untuk melakukan
fungsi tertentu. Dari segi ini kegiatan asuransi
dapat digambarkan bagaimana asuransi
mengurangi resiko dengan jalan
mengombinasikan sejumlah besar unit-unit
objek yang terkena resiko yang sama atau
hampir sama, sehingga dapat diramalkan
besarnya kemungkinan terjadinya suatu
kerugian.
2. Ditinjau dari segi hukum, maka asuransi
adalah sebagai suatu perjanjian antara
penanggung dan tertanggung, mengenai
penglihatan resiko tertentu dari
tertanggung kepada penanggung dengan
sejumlah pembayaran kepada
penanggung (disebut “premi”) surat
perjanjian disebut “ polis” yang mengatur
segala hak dan kewajiban dari masing-
masing pihak.
3. Dari segi kerugiannya, maka kerugian
yang dapat diasuransikan dan biasa
mendapatkan ganti rugi adalah bahwa
kerugian tersebut haruslah mrupakan
kerugian yang terjadi karena suatu
kecelakaan (accidental Loss)
Jadi sifat kerugiannya harus datang dari
luar, tidak dapat diduga terlebih dahulu
kapan terjadinya, tidak disengaja dan ada
unsur kerugiannya.
Ditinjau dari beberapa sudut, maka asuransi
mempunyai tujuan dan teknik pemecahan,
antara lain:
a. Dari segi ekonomi, maka:
Tujuannya: mengurangi ketidak pastian
dari hasil usaha yang dilakukan oleh
seseorang atau perusahaan dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan
Tekniknya: Dengan cara mengalihkan risiko
pada pihak lain.
b. Dari segi hukum, maka:
Tujuannya: memindahkan risiko yang
dihadapi oleh suatu objek atau suatu
kegiatan bisnis kepada pihak lain
Tekniknya: melalui pembayaran premi oleh
tertanggung kepada penanggung dalam
kontra ganti rugi (polis asuransi), maka
risiko beralih kepada penanggung.
c. Dari Segi Tata Niaga, maka:
Tujuannya: membagi risiko yang dihadapi
kepada semua peserta program asuransi
Tekniknya: memindahkan dari
individu/perusahaan kelembaga keuang
yang bergerak dalam pengelolaan risiko
d. Dari segi kemasyarakatan, maka:
Tujuannya: Menanggung kerugian secara
bersama-sama antar semua peserta
program asuransi
Tekniknya: Semua anggota kelompok
(kelompok anggota) program asuransi
memberikan kontribusi (berupa premi)
untuk menyantuni kerugian yang diderita
oleh seorang/beberapa orang anggotanya.
e. Dari segi matematisnya, maka:
Tujuannya: meramalkan besarnya
kemungkinan terjadinya resiko dan hasil
ramalan itu dipakai dasar untuk membagi
resiko kepada semua peserta
(sekelompok peserta) program asuransi.
Tekniknya: menghitung besarnya
kemungkinan berdasarkan teori
kemungkinan.
Definisi asuransi
1. Definisi asuransi menurut pasal 245 Kitab
Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
Republik Indonesia. Asuransi atau
pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan
mana seorang penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung dengan menerima suatu
premi, untuk memberi pengganti kepadanya
karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang
mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa yang tak tentu.
2. Definisi asuransi menurut Prof. Willet.
Asuransi adalah alat sosial untuk
mengumpulkan dana guna mengatasi
kerugian modal yang tak tentu, yang
dilakukan melalui pemindahan resiko dari
banyak individu kepada seseorang atau
sekelompok orang.
Macam-macam Usaha Asuransi
Usaha asuransi dapat dibagi menjadi
beberapa macam dan berdasarkan
berbagai macam segi, yaitu antara lain:
A.Dari segi sifatnya, usaha asuransi dapat
dibedakan ke dalam:
a. Asuransi sosial atau asuransi wajib, di
mana untuk ikut serta dalam asuransi
tersebut terdapat unsur paksaan, atau
wajib bagi setiap warga negara.
Contoh: ASTEK (Asuransi Tenaga Kerja),
TASPEN (Tabungan Asuransi Pegawai
Negara), ASABRI.
b. Asuransi sukarela, dalam asuransi ini
tidak ada paksaan bagi siapapun untuk
menjadi anggota/pembeli.
Contoh: PT.Jiwasraya (BUMN), PT Jasa
Indonesia (BUMN), PT Asuransi Rama
Yana.
B. Dari segi obyeknya, maka asuransi dapat
dibedakan ke dalam:
1. Asuransi orang, yang meliputi antara lain:
asuransi jiwa, asuransi kecelakaan, asuransi
kesehatan, asuransi beasiswa, asuransi hari
tua dan lain-lain, dimana obyek
pertanggungannya manusia.
2. Asuransi umum atau asuransi kerugian, yang
meliputi antara lain: asuransi kebakaran,
asuransi pengangkutan barang, asuransu
kendaraan bermotor, asuransi varia, asuransi
penerbangan dan lain-lain, dimana obyek
pertanggungannya adalah hak/harta atau milik
kepentingan seseorang.
Perbedaan asuransi dengan aktivitas-
aktivitas lain.
Mengenai perbedaan esensial antara
asuransi jiwa dengan tabungan dapat
digambarkan sebagai berikut:
ASURANSI JIWA
1.Besarnya uang yang akan diterima dapat
ditentukan sendiri oleh pemegang polis
pada saat perjanjian dibuat
2.Ada unsur keharusan (wajib) untuk
membayar premi secara teratur
3. Berapa besarnya premi yang harus
dibayar sudah ditetapkan, berdasarkan
perhitungan aktuaria, termasuk juga
waktu pembayaran
4. Terdapat fungsi proteksi finansil, yaitu
jaminan terima uang yang pasti, sesuai
dengan perjanjian
5. Pada saat tertanggung meninggal dunia
jumlah uang yang diterima sudah pasti,
meskipun baru membayar premi yang
lebih kecil
6. Bersifat kolektif semua untuk satu,
kebebasan terbatas.

TABUNGAN
1. Besarnya uang yang akan diterima
tergantung pada kemauan si penabung
kalau kemauannya semakin besar, yang
diterima semakin tinggi.
2. Tidak ada unsur keharusan dalam
menabung, sukarela, boleh menabung
boleh tidak
3. Besarnya uang yang di tabung setiap kali
menabung tidak tetap tergantung
kemauan penabung.
4. Tidak terdapat fungsi proteksi terhadap
resiko.
5. Besarnya uang yang diterima tergantung
pada jumlah tabungan ditambah bunga.
6. Bersifat individual dan terbatas.
Perbedaan asuransi jiwa dengan asuransi
kerugian:
Asuransi jiwa
1.Obyek pertanggungannya jiwa manusia.
2.Risiko yang dihadapi dua hal
a. yang pasti: kematian.
b. yang tidak pasti: kapan terjadinya
kematian
3. Risikonya bila terjadi hanya sekali dan
klaim hanya dibayar sekali.
4. Dalam premi terdapat unsur:
• Tabungan
• Proteksi
5.Kontraknya umumnya untuk jangka
panjang.
6. Pasal 253 KUHD tidak berlaku.
Asuransi Kerugian
1. Obyek pertanggungannya harta benda
bergerak maupun tidak bergerak dan
piutang.
2. Risikonya bersifat spekulatif:
- dapat terjadi
- dapat tidak terjadi.
3. Kemungkinan terjadinya risiko dapat
berkali-kali demikian pula klaimnya.
4. Dalam premi hanya terdapat unsur
proteksi saja.
5. Kotraknya umumnya berlaku per periode,
tergantung pada keadaan obyek yang
dipertanggungkan, dapat per tahun, per
kagiatan dan dapat diperpanjang.
6. Pasal 253 KUHD berlaku.
Macam-macam asuransi menurut bidang
yang ditangani:
1. Asuransi jiwa
2. Asuransi kecelakaan diri
3. Asuransi sosial
4. Asuransi sosial tenaga kerja
5. Asuransi kesehatan
6. Asuransi kecelakaan penumpang
7. Asuransi kebakaran
8. Asuransi kredit
9. Asuransi rekayasa
•Rumus Yang digunakan untuk mencari
ekspektasi laba/value adalah sebagai
berikut :
n
E(X) =  XiPi
i 1
Dengan :
E(X) = Nilai ekspektasi
X1 = Kemungkinan Penerimaan lama pada periode i
P1 = Probabilitas tercapainya penerimaan pada periode I
n = Jumlah kemungkinan penerimaan
Berapa ekspektasi dari usulan investasi tersebut ?

Solusi
Ekspektasi penerimaan dari investasi E (X) adalah
E(X) = 0,6 x 5.000 + 0,20 x 3.000 + 0,20 x 1500
= 3.900,-

3.1.2 VARIAN SEBAGAI UKURAN RESIKO


Dalam hal ini varian atau standar deviasi mengukur penyebaran dari laba di sekitar
nilai rata-rata. Ukuran ini akan memberikan informasi tentang luasnya kemungkinan
penyimpangan yang sebenarnya dari penerimaan yang diharapkan.
Varian dari distribusi diberi notasi, rumusnya sebagai berikut :
Seorang investor mempertimbangkan suatu
usulan investasi yang menaswarkan
kemungkinan 60 % peluang penerima laba bersih
sebesar Rp. 5.000,00; 20% peluang menerima
laba bersih sebesar Rp. 3.000,00; dan sisanya
20% mempunyai peluang menerima nilai
ekspektasi yang ditawarkan dari usulan investasi
tersebut.
n

σ =  { Axt  E ( x)}P xt 
i 1

Anda mungkin juga menyukai