Anda di halaman 1dari 91

TIM PENYUSUN :

1. SUHARDI, S.T., M.Si.


2. ANGGIT MULYO SATOTO, S.S., M.M.
3. HERU SUHARTANTO, S.H.
4. Ir. JUANDA S., M.M.
5. BUDI BAMBANG WURSITO, S.E.
6. DONNY AMRIZAL,S.E.
7. WARDANA, S.Or
8. ZALDY ANANDA NALA, S.Si.
9. IBNU PUTRA DEWANTORO, S.E.
10. DIKA INDRAWIJAYA, S.E.
11. MIKEL RACHMAN JUNIKA, S.E.
12. dr. TITIK INDRAWATI
13. YULIANI, S.Pd
14. NORMA PIANTO, S.Pd.
15. ASTUTI OCTIMEIRY, S.Sos.
16. ZULKARNAIN SIAGIAN, S.H., MAP.
17. YON KRISTYANTO, S.H.
18. BARLIANNA SOMADIPRAJA, S.T., M.A.
19. MUCHAMMAD MUSYAFFA, S.Sos.
20. ANTON WIJAYA, S.AP.

BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLOLONGAN


“ AVIGNAM JAGAT SAMAGRAM”
“SELAMATLAH ALAM SEMESATA”
Pertolongan pertama
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Dalam rangka mewujudkan kualitas Sumber Daya Manusia Potensi Pencarian dan
Pertolongan yang memiliki kompetensi teknis dibidang Pencarian dan Pertolongan
dan mampu memberikan pelayanan SAR yang baik kepada masyarakat maka
diperlukan Pelatihan Teknis bagi Potensi Pencarian dan Pertolongan.
Pelatihan Teknis Potensi Pencarian dan Pertolongan dilaksanakan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2017 tentang Pembinaan Potensi Pencarian
dan Pertolongan, Peraturan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Nomor 4
Tahun 2018 tentang Standar Kompetensi Teknis Potensi Pencarian dan
Pertolongan, Peraturan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Nomor 5 Tahun
2018 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Teknis Potensi Pencarian dan
Pertolongan, Keputusan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan Nomor
SK. KBSN- 135/IX/BSN-2018 tentang Kurikulum dan Silabus Pelatihan Teknis
Potensi Pencarian dan Pertolongan, dan Peraturan Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan Nomor 8 Tahun 2018 tentang Sertifikasi Petugas Pencarian dan
Pertolongan.
Salah satu upaya untuk menyempurnakan pelaksanaan Pelatihan Teknis Potensi
Pencarian dan Pertolongan yaitu dengan menerbitkan Bahan Ajar Pelatihan Teknis
Potensi Pencarian dan Pertolongan.
Keberadaan Bahan Ajar Pelatihan Teknis Potensi Pencarian dan Pertolongan ini
memiliki nilai strategis karena menjadi acuan baku dalam proses pembelajaran,
sehingga kebijakan pembinaan Potensi Pencarian dan Pertolongan berupa
standarisasi penyelenggaraan Pelatihan Teknis bagi Potensi Pencarian dan
Pertolongan dapat diwujudkan.
Bahan Ajar ini diharapkan dapat membantu Instruktur maupun Tenaga Pengajar
dalam merancang pengajaran di kelas dan di lapangan serta membantu Peserta
Pelatihan dalam mengikuti proses pembelajaran.
Kami menyadari bahwa pengetahuan dan keterampilan teknis Pencarian dan
Pertolongan akan terus berkembang sesuai dengan tuntutan pengguna jasa
Pencarian dan Pertolongan dan dinamika peraturan perundangan yang diterbitkan
dalam rangka perbaikan sistim pelayanan Pencarian dan Pertolongan di Indonesia.
Dengan demikian, kualitas dan kesesuaian isi materi Bahan Ajar perlu terus
dipantau dan disesuaikan manakala terdapat hal-hal yang sudah tidak relevan lagi.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan masukan dari berbagai pihak,
khususnya Instruktur, Tenaga Pengajar dan Peserta Pelatihan demi kesempurnaan
Bahan Ajar ini.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 i


Pertolongan pertama
KATA PENGANTAR

Para Instruktur maupun Tenaga Pengajar Pelatihan dapat melakukan penyesuaian


dan pengembangan materi ajar dalam Bahan Ajar, sedangkan para Peserta dapat
memperluas materi dengan referensi-referensi yang relevan, sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung dinamis, interaktif dan aktual.
Akhirnya, kami berharap semoga Bahan Ajar ini bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi teknis Pencarian dan pertolongan bagi Potensi Pencarian dan
pertolongan pada khususnya, dan bagi masyarakat pengabdi kemanusiaan pada
umumnya. “AVIGNAM JAGAT SAMAGRAM, SELAMATLAH ALAM SEMESTA !!

JAKARTA, AGUSTUS 2020


DIREKTUR BINA POTENSI

I KETUT PARWA, S.H., M.M.


PEMBINA UTAMA MADYA (IV/d)

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 ii


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI .................................................................................. iii

SUBSTANSI BADAN NASIONAL PENCARIAN


DAN PERTOLONGAN ...................................................................... 1

I. Sejarah Organisasi Pencarian dan Pertolongan ………………....... 1


II. Organisasi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan .............. 2
III. Sistem Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan ..... 4
IV. Peran Potensi Pencarian dan Pertolongan Dalam Operasi
Pencarian dan Pertolongan ………………………………................ 7
V. Posko Terpadu Pencarian dan Pertolongan ……………................ 7

PERTOLONGAN PERTAMA …………………………..................... 10

I. Pengantar …………………………….......................................... 10
I.1 Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT) ... 10
I.2 Kewajiban penolong pertama ......................................... 10
I.3 Alat pelindung diri (APD) ................................................. 11
I.4 Peralatan dasar perawatan pra rumah sakit ..................... 15
I.5 Referensi anatomi ......................................................... 16
II. Penilaian korban ..............................................………........... 20
II.1 Penilaian keadaan (scene size-up) ................................... 20
II.2 Penilaian dini (primary assesment) .................................. 20
II.3 Penilaian berkelanjutan (secondary assesment) ................ 22
II.4 Penilaian ulang (reassesment) ........................................ 30
II.5 Pelaporan .................................................................... 30
III. Pemindahan korban .............................................................. 30
III.1 Pemindahan darurat ...................................................... 31
III.2 Pemindahan biasa ......................................................... 32
III.3 Peralatan evakuasi ........................................................ 33
IV. Bantuan hidup dasar .............................................................. 35
IV.1 Sumbatan jalan nafas .................................................... 36
IV.2 Resusitasi jantung paru (RJP) ........................................ 38

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 iii


IV.3 Mati klinis dan biologis ................................................... 46
V. Perdarahan dan syok ............................................................. 46
V.1 Review organ (sirkulasi/ sistem peredaran darah) ............. 46
V.2 Perdarahan luar dan dalam ............................................ 48
V.3 Penanganan perdarahan ................................................ 49
V.4 Tanda dan gejala syok ................................................... 50
V.5 Penanganan syok ......................................................... 50
VI. Cedera jaringan lunak ............................................................ 51
VI.1 Penutup luka (dressing) dan Pembalut luka (bandage) ...... 51
VI.2 Luka tertutup dan luka terbuka ........................................ 53
VI.3 Penanganan luka khusus ............................................... 56
VII. Patah tulang ......................................................................... 57
VII.1 Tanda dan gejala patah tulang ...................................... 57
VII.2 Tanda dan gejala dislokasi, sprain, dan strain ................... 58
VII.3 Pembidaian .................................................................. 60
VIII. Cedera kepala, dada dan tulang belakang serta penggunaan
KED ..................................................................................... 61
IX. Luka bakar dan kegawatdaruratan lingkungan .......................... 74
A. Luka bakar ................................................................... 74
B. Penanganan luka bakar ................................................. 76
C. Kedaruratan lingkungan (paparan panas dan dingin) ........ 76
X. Terapi oksigen ...................................................................... 78
A. Sistem pemberian oksigen ............................................. 79
B. Hal yang harus diwaspadai ketika memberikan oksigen ..... 79
C. Peralatan pemberian oksigen ........................................ 79
XI. Triage ................................................................................... 80

DAFTAR PUSTAKA ………………….…………………………………. 84

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 iv


PERTOLONGAN PERTAMA
Substansi basarnas

SUBSTANSI
BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN
I. Sejarah Organisasi Pencarian dan Pertolongan Di
Indonesia
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan adalah lembaga pemerintah
nonkementerian yang mempunyai tugas menyusun dan menetapkan norma,
standar, prosedur, kriteria, serta persyaratan dan prosedur perizinan dalam
penyelenggaraan pencarian dan pertolongan, memberikan pedoman dan
pengarahan dalam penyelenggaraan pencarian dan pertolongan, menetapkan
standardisasi dan pertolongan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan, melakukan koordinasi dengan instansi terkait, menyelenggarakan
sistem informasi dan komunikasi, menyampaikan informasi penyelenggaraan
pencarian dan pertolongan kepada masyarakat, melakukan pembinaan,
pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pencarian dan pertolongan
serta melakukan pemasyarakatan pencarian dan pertolongan.
Pada tahun 1972 terbitnya Keputusan Presiden No 11 Tahun 1972 tanggal 28
Februari 1972 tentang Badan SAR Indonesia (BASARI), dengan tugas pokok
menangani musibah kecelakaan dan pelayaran. BASARI berkedudukan dan
bertanggung jawab kepada Presiden dan sebagai pelaksanan di lapangan
diserahkan kepada PUSARNAS (Pusat SAR Nasional) yang diketuai oleh
seorang pejabat dari Departemen Perhubungan.
Pada tahun 1980 berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan nomor
KM.91/OT.002/Phb-80 dan KM 164/OT.002/Phb-80, tentang Organisasi dan tata
kerja Departemen Perhubungan, PUSARNAS menjadi Badan SAR Nasional
(BASARNAS). Perubahan struktur organisasi BASARNAS mengalami perbaikan
pada tahun 1998 berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 80
Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja BASARNAS dan KM. Nomor 81
Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR. Pada tahun 2001,
struktur organisasi BASARNAS diadakan perubahan sesuai dengan Keputusan
Menteri Perhubungan KM. Nomor 24 tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 79
Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Search and Rescue
(SAR).
Dengan meningkatnya tuntutan masyarakat mengenai pelayanan jasa pencarian
dan pertolongan dan adanya perubahan situasi dan kondisi Indonesia serta untuk
terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), maka
organisasi SAR di Indonesia terus mengalami penyesuaian dari waktu ke waktu.
Organisasi SAR di Indonesia saat ini diatur dengan Peraturan Menteri
Perhubungan No. KM 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Perhubungan dan Keputusan Menteri Perhubungan No. KM 79
Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor SAR. Dalam rangka terus
meningkatkan pelayanan SAR kepada masyarakat, pada tahun 2006 dikeluarkan

1
DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020
PERTOLONGAN PERTAMA
Substansi basarnas

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan


Pertolongan atau Search and Rescue (SAR) dan Peraturan Presiden Nomor 99
Tahun 2007 tentang Badan SAR Nasional sebagai Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan saat ini sedang berusaha
mengembangkan organisasinya sebagai lembaga pemerintah nonkementerian
yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden dalam
upaya menyelenggarakan pelaksanaan pencarian dan pertolongan yang efektif,
efisien, cepat, handal, dan aman. Pada tahun 2014 dikeluarkan Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2019 tentang Pencarian dan Pertolongan, Peraturan Presiden
Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.

II. Organisasi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan


Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan, Peraturan Kepala Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan Nomor 8 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan, dan Peraturan Kepala Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan Nomor 16 Tahun 2017 tentang Kantor Pencarian dan
Pertolongan terdiri atas:
a. Kepala Badan
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan mempunyai tugas
memimpin dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan.
b. Sekretariat Utama
Sekretariat Utama mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Badan Nasional Pencarian
dan Pertolongan.
c. Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, dan Sistem Komunikasi Pencarian
dan Pertolongan
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, dan Sistem Komunikasi Pencarian dan
Pertolongan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan, koordinasi pelaksanaan, pengembangan dan
pelaksanaan, dan pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang
sarana dan prasarana, dan system komunikasi pencarian dan pertolongan.
d. Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan, dan Kesiapsiagaan
Deputi Bidang Operasi Pencarian dan Pertolongan, dan Kesiapsiagaan
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, koordinasi pelaksanaan, perumusan kebutuhan, perumusan dan

2
DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020
PERTOLONGAN PERTAMA
Substansi basarnas

pelaksanaan standardisasi, pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di


bidang operasi pencarian dan pertolongan, dan kesiapsiagaan serta
perumusan norma, standar, prosedur, kriteria, serta persyaratan dan prosedur
perizinan dan/atau rekomendasi dan pelayanan informasi penyelenggaraan
pencarian dan pertolongan.
e. Deputi Bidang Tenaga dan Potensi Pencarian dan Pertolongan
Deputi Bidang Bina Tenaga dan Potensi Pencarian dan Pertolongan
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, koordinasi pelaksanaan, pemantauan, analisis, evaluasi, dan
pelaporan, serta bimbingan dan penyuluhan di bidang bina tenaga dan
potensi pencarian dan pertolongan.
f. Pusat Data dan Informasi
Pusat Data dan Informasi mempunyai tugas melaksanakan pelayanan data
dan informasi, serta pengembangan sistem informasi.
g. Inspektorat
Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di
lingkungan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.

h. Unit Pelaksana Teknis


Unit Pelaksana Teknis melaksanakan tugas teknis operasional dan/ atau
teknis penunjang di lingkungan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan,
Unit Pelaksana Teknis yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.

Kantor Pencarian dan Pertolongan


Kantor Pencarian dan Pertolongan merupakan Unit Pelaksana Teknis di bidang
pencarian dan pertolongan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan. Saat ini Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan memiliki 38 Kantor Pencarian dan
Pertolongan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Kantor Pencarian dan Pertolongan secara teknis administratif dibina oleh
Sekretaris Utama dan secara teknis fungsional dibina oleh Deputi Bidang
Operasi Pencarian dan Pertolongan dan Kesiapsiagaan, Deputi Bidang Tenaga
dan Potensi Pencarian dan Pertolongan serta Deputi Bidang Sarana dan
Prasarana, dan Sistem Komunikasi Pencarian dan Pertolongan. Kantor SAR
dipimpin oleh seorang Kepala.

3
DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020
PERTOLONGAN PERTAMA
Substansi basarnas

Tugas Kantor Pencarian dan Pertolongan


Kantor Pencarian dan Pertolongan mempunyai tugas melaksanakan siaga,
latihan, operasi, pengelolaan komunikasi, sarana, dan prasarana, bimbingan
teknis tenaga dan potensi, serta pemasyarakatan Pencarian dan Pertolongan.

Fungsi
 penyusunan rencana dan program kerja serta evaluasi dan pelaporan
Kantor Pencarian dan Pertolongan;
 pelaksanaan siaga Pencarian dan Pertolongan;
 pelaksanaan latihan operasi Pencarian dan Pertolongan;
 pelaksanaan tindak awal dan operasi Pencarian dan Pertolongan;
 koordinasi, pengerahan dan pengendalian potensi Pencarian dan
Pertolongan;
 pengelolaan sarana dan prasarana serta perangkat dan peralatan
komunikasi Pencarian dan Pertolongan;
 pelaksanaan pelatihan dan bimbingan teknis tenaga Pencarian dan
Pertolongan;
 pelaksanaan pelatihan dan bimbingan teknis potensi Pencarian dan
Pertolongan;
 pelaksanaan pemasyarakatan Pencarian dan Pertolongan; dan
 pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, kehumasan, kerja sama,
ketatausahaan, dan kerumahtanggaan Kantor Pencarian dan Pertolongan.

Pos Pencarian dan Pertolongan


Pos Pencarian dan Pertolongan adalah satuan kerja nonstruktural di bidang
pencarian dan pertolongan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan yang membawahinya. Pos
Pencarian dan Pertolongan dipimpin oleh seorang Koordinator yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan.
Pos Pencarian dan Pertolongan mempunyai tugas mendukung Kantor Pencarian
dan Pertolongan dan untuk mempercepat pelayanan tugas Pencarian dan
Pertolongan di wilayah kerja yang menjadi tanggungjawabnya, yang meliputi
pelaksanaan siaga Pencarian dan Pertolongan, pelaksanaan operasi Pencarian
dan Pertolongan.

III. Sistem Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan


Pertolongan
Sistem SAR di Indonesia diadopsi dari ketentuan yang berlaku bagi seluruh
negara yang menjadi anggota IMO (International Maritime Organization) dan
ICAO (International Civil Aeronautical Organization). Diagram di bawah ini

4
DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020
PERTOLONGAN PERTAMA
Substansi basarnas

menggambarkan Sistem Pencarian dan Pertolongan yang menjadi acuan kerja


Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.

Komponen SAR (SAR components)


Dalam penyelenggaraan operasi pencarian dan pertolongan, ada 5 komponen
SAR yang merupakan bagian dari sistem pencarian dan pertolongan yang harus
dibangun kemampuannya, agar pelayanan jasa pencarian dan pertolongan dapat
dilakukan dengan baik. Komponen-komponen tersebut antara lain:
a. Organisasi (SAR Organization), merupakan struktur organisasi pencarian dan
pertolongan, meliputi aspek pengerahan unsur, koordinasi, komando dan
pengendalian, kewenangan, lingkup penugasan dan tanggung jawab
penanganan musibah.
b. Komunikasi (Communication), sebagai sarana untuk melakukan fungsi
deteksi adanya musibah, fungsi komando dan pengendalian operasi dan
koordinasi selama operasi pencarian dan pertolongan.
c. Fasilitas (SAR Facilities), adalah komponen unsur, peralatan/perlengkapan
serta fasilitas pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi/misi
pencarian dan pertolongan.
d. Pertolongan Darurat (Emergency Cares) adalah penyediaan peralatan atau
fasilitas perawatan darurat yang bersifat sementara ditempat kejadian, sampai
ketempat penampungan atau tersedianya fasilitas yang memadai.
e. Dokumentasi (Documentation), berupa pendataan laporan, analisa serta data
kemampuan operasi pencarian dan pertolongan guna kepentingan misi
pencarian dan pertolongan yang akan datang

5
DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020
PERTOLONGAN PERTAMA
Substansi basarnas

Tingkatan Keadaan Darurat (Emergency Phases)


a. Uncertainty Phase (Incerfa)
Adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan adanya keraguan
mengenai keselamatan jiwa seorang karena diketahui kemungkinan mereka
dalam menghadapi kesulitan
b. Alert Phase (Alerfa)
Adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan adanya kekhawatiran
mengenai keselamatan jiwa seseorang karena adanya informasi yang jelas
bahwa mereka menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada
kesengsaraan (distress).
c. Distress Phase (Detresfa)
Adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan bila bantuan yang cepat
sudah dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah karena telah terjadi
ancaman serius atau keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu operasi
pencarian dan pertolongan informasi musibah bias ditunjukkan tingkat
keadaan darurat dan dapat langsung pada tingkat Detresfa yang banyak
terjadi.

Tahap Penyelenggaraan Operasi Pencarian dan


Pertolongan (SAR Stages)
a. Tahap menyadari (awareness stage)
Adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat diduga akan muncul (saat
disadarinya terjadi keadaan darurat/musibah).
b. Tahap tindak awal (initial action stage)
Adalah tahap seleksi informasi yang diterima, untuk segera dianalisa dan
ditetapkan.
c. Tahap perencanaan (planning stage)
Yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respon) terhadap
keadaan sebelumnya, antara lain:
 Search Planning Event (tahap perencanaan pencarian).
 Search Planning Sequence (urutan perencanaan pencarian).
 Degree of Searching Planning (tingkatan perencanaan pencarian).
 Search Planning Computating (perhitungan perencanaan pencarian).
d. Tahap operasi (operation stage)
Detection Mode/ Tracking Mode and Evacuation Mode, yaitu seperti dilakukan
operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik.
Tahap operasi meliputi:

6
DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020
PERTOLONGAN PERTAMA
Substansi basarnas

 Mengadakan briefing kepada SRU.


 Mengirim/ memberangkatkan fasilitas SAR.
 Melaksanakan operasi pencarian dan pertolongan di lokasi kejadian.
 Melakukan penggantian/ penjadwalan SRU di lokasi kejadian
 Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor (Tracking
Mode).
 Menolong/ menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode),
dalam hal ini memberi perawatan gawat darurat pada korban yang
membutuhkannya dan membawa korban yang cedera kepada perawatan
yang memuaskan (evakuasi).
e. Tahap pengakhiran (conclusion stage)
Merupakan tahap akhir operasi pencarian dan pertolongan, meliputi
penarikan kembali SRU dari lapangan ke posko, penyiagaan kembali tim
pencarian dan pertolongan untuk menghadapi musibah selanjutnya yang
sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi hasil kegiatan, mengadaan
pemberitaan (Press Release) dan menyerahkan jenasah korban/ survivor
kepada yang berhak serta mengembalikan SRU pada instansi induk masing-
masing dan pada kelompok masyarakat.

IV. Peran Potensi Pencarian dan Pertolongan Dalam


Operasi Pencarian dan Pertolongan
Dalam hal terjadi musibah pelayaran dan/atau penerbangan, atau bencana atau
musibah lainnya, setiap instansi atau organisasi potensi pencarian dan
pertolongan wajib membantu Basarnas dalam pelaksanaan operasi pencarian
dan pertolongan sesuai dengan permintaan Basarnas. Bantuan yang diberikan
oleh instansi/ organisasi bersifat tidak mengikat. Potensi pencarian dan
pertolongan yang tergabung dalam pelaksanaan operasi pencarian dan
pertolongan tersebut berada di bawah koordinasi operasi Basarnas.
Potensi pencarian dan pertolongan yang melaksanakan operasi pencarian dan
pertolongan atas permintaan Basarnas akan diberikan penggantian biaya operasi
berupa biaya bahan bakar dan permakanan selama operasi pencarian dan
pertolongan.

V. Posko Terpadu Pencarian dan Pertolongan


Posko pencarian dan pertolongan adalah singkatan dari Pos Komando pencarian
dan pertolongan adalah suatu tempat yang dipergunakan pada situasi tertentu
dan bersifat sementara untuk koordinasi, perintah, pengaturan dan segala aspek
manajemen pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan.
Dalam penyelenggaraan operasi pencarian dan pertolongan harus dibentuk
Posko pencarian dan pertolongan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas
pengerahan dan pengendalian unsur/ potensi pencarian dan pertolongan yang
dilibatkan dalam pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan.

7
DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020
PERTOLONGAN PERTAMA
Substansi basarnas

Fungsi-fungsi Posko Pencarian dan Pertolongan antara lain:


a. Komando dan pengendalian manajemen operasi pencarian dan pertolongan
b. Ruang Komunikasi, Intelegen, Kesehatan, admin log, Kehumasan;
c. Tempat memberikan percepatan dan pengkajian terhadap perkembangan
pelaksanaan operasi pencarian dan pertolongan;
a. Sebagai tempat berkumpulnya tim pencarian dan pertolongan;

Penentuan Lokasi Posko Pencarian dan Pertolongan


Sebelum menentukan lokasi posko pencarian dan pertolongan hal yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
b. Lokasi posko dibangun pada tempat yang aman dari potensi bahaya.
c. Jarak antara posko dengan tempat kejadian kecelakaan/ bencana/ kondisi
membahayakan manusia berada dalam jangkauan yang terdekat.
d. Dapat dijangkau dengan sarana darat/ laut/ udara.
e. Tersedianya fasilitas berupa bangunan atau lapangan terbuka.

Pembentukan posko Pencarian dan Pertolongan


Setelah lokasi posko pencarian dan pertolongan ditentukan berdasarkan
keamanan, jarak, akses dan fasilitas. Maka dilakukan :
a. Koordinasi dengan instansi terkait.
b. Menentukan posisi posko utama dan posko aju
c. Membangun stasiun radio komunikasi
d. Menentukan tata ruang/ lay-out
e. Memasang kelengkapan posko.

Untuk mendukung pelaksanaan koordinasi dapat juga didirikan posko aju dan
posko pendukung lainnya.

8
DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020
PERTOLONGAN PERTAMA
Substansi basarnas

LAYOUT POSKO PENCARIAN DAN PERTOLONGAN

Contoh Papan Display

Lokasi
press
konfrens

PINTU

9
DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020
PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

PERTOLONGAN PERTAMA
I. Pengantar
I.1. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT)
Dalam Pelayanan Pencarian dan Pertolongan
SPGDT adalah sistem koordinasi berbagai unit kerja dan melibatkan multi sektor
yang didukung kegiatan berbagai profesi untuk pelayanan kegawatdaruratan
sejak pra rumah sakit, di rumah sakit dan antar rumah sakit. Pelayanan meliputi
pelayanan sehari-hari (SPGDT-S) maupun saat terjadi bencana (SPGDT-
B).Pelayanan juga meliputi care (pencegahan) dan cure (penanganan). Tujuan
pembentukan SPGDT agar diperoleh kesamaan pola tindak dalam penanganan
kasus gawat darurat dalam keadaan sehari-hari maupun bencana.
Sistem gawat darurat dalam pelayanan pencarian dan pertolongan merupakan
implementasi SPGDT-S maupun SPGDT-B tergantung kasus yang ada, sistem ini
diharapkan dapat meminimalisir ancaman kematian dan kecacatan terhadap
korban yang telah dilakukan pertolongan pertama (first aid) dari lokasi kejadian,
perjalanan evakuasi hingga ke rumah sakit. Untuk memastikan korban segera
tertangani maka perlu terbangun koordinasi yang baik antara unsur-unsur
SPGDT. Unsur-unsur dalam SPGDT meliputi unsur penyelamatan/rescue
(Basarnas,potensi SAR, pemadam kebakaran, petugas kesehatan), unsur
transportasi (Kemenhub), unsur keamanan /ketertiban (Kepolisian), lembaga
pemerintah lainnya (PEMDA, TNI) maupun pelayanan masyarakat lainnya
(ORARI, RAPI, PMI, ambulan swasta) dengan membentuk PSC (Public Safety
Center) yang dapat diakses diantaranya melalui pelayanan call center. Sentra ini
sebaiknya berada di seluruh daerah, walaupun pada kenyataannya sampai saat
ini belum banyak daerah yang siap memberikan layanan kepada masyarakat.
.
I.2. Kewajiban Penolong Pertama (First Aider)
Penolong pertama (First Aider) adalah penolong yang pertama kali tiba di tempat
kejadian, yang memiliki kemampuan penanganan kasus gawat darurat, terlatih
untuk tingkat dasar.

Tujuan Penolong Pertama


1. Untuk menyelamatkan jiwa penderita
2. Untuk mencegah penderita dari kecacatan
3. Untuk memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 10


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Kewajiban Penolong Pertama


 Menjaga keselamatan diri, anggota tim, orang sekitar, dan penderita.
 Menjangkau korban
 Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
 Meminta bantuan
 Memberikan pertolongan berdasarkan keadaan korban
 Membantu pelaku pertolongan pertama
 Mencatat data-data korban
 Berkomunikasi dengan petugas lainnya
 Mempersiapkan penderita untuk transportasi
Kualitas Penolong Pertama
 Tanggung jawab
 Kemampuan bersosialisasi
 Kejujuran
 Kebanggaan (kebersihan, seragam, penampilan)
 Kematangan emosi
 Kompeten
 Kondisi fisik baik
 Koordinasi

I.3. Alat pelindung diri (APD)


Alat Pelindung Diri selanjutnya disingkat APD adalah suatu alat yang mempunyai
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian
atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. Selalu gunakan APD
sebagai penghalang terhadap infeksi. Ini akan membantu mencegah kulit dan
selaput lendir penolong dari kontak dengan darah pasien dan cairan tubuh
lainnya.
.
Alat Pelindung Diri (APD)
Pelindung kepala:
helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau
pengaman rambut, dan lain-lain.
Safety helmet

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 11


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Pelindung mata dan muka:


kacamata pengaman (spectacles), goggles, tameng muka (face shield),
masker selam, tameng muka dan kacamata pengaman dalam kesatuan (full
face masker).
Kacamata pengaman Face shield

Pelindung telinga:
sumbat telinga (ear plug) dan penutup telinga (ear muff).

Ear mugg ear plug

Pelindung pernafasan dan perlengkapannya:


masker, respirator, katrit, kanister, Re-breather, Airline respirator, Continues Air
Supply Machine=Air Hose Mask Respirator, tangki selam dan regulator (Self-
Contained Underwater Breathing Apparatus /SCUBA), Self-Contained
Breathing Apparatus (SCBA), dan emergency breathing apparatus.

Masker disposibel particulat respirator chemical respirator (double)

Masker

Pelindung tangan:
sarung tangan yang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain atau kain
berpelapis, karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 12


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Pelindung kaki:
Sepatu safety untuk pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya
listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik,
dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.

pakaian pelindung;
rompi (Vests), celemek (Apron/Coveralls), Jacket, dan pakaian pelindung yang
menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

Baju pelindung

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 13


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

alat pelindung jatuh perorangan:


sabuk pengaman tubuh (harness), karabiner, tali koneksi (lanyard), tali
pengaman (safety rope), alat penjepit tali (rope clamp), alat penurun
(decender), alat penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester), dan lain-lain.
Gambar
Full body harness

Pelampung:
jaket keselamatan (life jacket), rompi keselamatan ( life vest), rompi pengatur
keterapungan (Bouyancy Control Device).
Buoy

Beberapa tindakan umum untuk menjaga diri


 Mencuci tangan adalah hal yang paling penting dan perlu dilakukan untuk
mencegah penyebaran penyakit, meskipun setelah menggunakan sarung
tangan latex

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 14


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

 Membersihkan peralatan yang telah dipakai yaitu dengan mencuci


menggunakan sabun dan air bersih, disinfeksi dan sterilisasi
 Menggunakan alat pelindung diri (APD)

I.4. Peralatan dasar perawatan pra rumah sakit


Peralatan dasar perawatan pra rumah sakit yang tersedia dalam responder bag
terdiri dari:

Unit Alat

5 Triangular bandage/Arm sling


10 Perban gulung (roller bandage)
6 Pembalut luka steril (trauma dressing sterile)
1 Gunting trauma
2 Mikropore
2 Selimut
1 Kantung plastik (isolation bag)
2 Sam splint dewasa
2 Sam plint anak
1 Tabung Oksigen (min. ukuran D) lengkap
2 Nasal kanul
2 Non rebreathing mask dewasa
2 Non rebreathing mask anak
2 Non rebreathing mask infant
1 Sarung tangan uk. L (boks)
1 Sarung tangan uk. M (boks)
1 Sarung tangan uk. S (boks)
1 BVM dewasa
1 BVM anak
1 BVM infant

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 15


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

1 Tensimeter dewasa
1 Tensimeter anak
1 Stetoskop
1 Long backboard
1 Head Block
1 Spider straps
2 Cervical collar (adjustable)

1 Selimut luka bakar (burn sheet)


1 1000 ml saline/ air steril
1 AED dengan 2 pad dewasa + 1 pad anak (exp ..)
1 Pisau cukur
1 Penlight
1 termometer

I.5. Referensi Anatomi


Pengetahuan tentang anatomi tubuh manusia penting untuk keperluan
pemeriksaan awal dan pearawatan kegawatdauratan bagi first aider.
Pengetahuan ini bermanfaat untuk mengenali fungsi tubuh pada kondisi normal
dan adanya penyimpangan fungsi normal yang mengancam jiwa. Selain itu juga
perlu memngetahui beberapa istilah yang sering digunakan dalam pertolongan
pertama.
Supine : korban berbaring dengan wajah menghadap ke atas (terlentang)
Prone : korban berbaring dengan wajah menghadap ke bawah (telungkup)
Lateral recumbent (recovery) position :
Korban berbaring miring pada sisi kanan atau kiri tubuhnya, yang
memungkinkan penolong mudah dalam mengawasi pernafasannya,
dan putar ke sisi yang berlawanan setiap 30 menit agar tidak
mengganggu aliran darah ke lengan di bagian bawah.
Anterior : mengarah ke depan
Posterior : mengarah ke belakang

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 16


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Superior` : mengarah ke kepala atau di atas titik referensi


Inferior : mengarah ke kaki atau di bawah titik refetensi
Medial : mengarah ke garis tengah atau pusat tubuh
Lateral : menjauhi garis tengah tubuh
Proximal : mendekati ntitik referensi
Distal Jauh dari titik referensi
Right and left : sesuai kanan dan kiri korban
Commented [I1]:

Gambar 1.1. supine

Gambar 1.2. Prone

Gambar 1.3. Right lateral recumbent (recovery) position

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 17


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Bagian tubuh manusia


1) Kepala (cranium/head)
2) Leher (cervical region)
3) Batang tubuh (torso/trunk): thorax, abdomen, pelvic
4) Alat gerak atas (upper extremity)
5) Alat gerak bawah (lower extremity)

arm
UPPER
EXTREMITY
forearm

Poplitea
region

Gambar 1.4. Bagian tubuh manusia


Rongga tubuh
1) Rongga kepala (cranial cavity)
2) Rongga dada (thoracic cavity)
3) Rongga perut (abdominal cavity)
4) Rongga panggul (pelvic cavity)
5) Rongga tulang belakang (spinal cavity)

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 18


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 1.5. Rongga tubuh manusia

Rongga perut (abdomen)

1) Kwadran atas kanan


2) Kwadran atas kiri
3) Kwadran kanan bawah
4) Kwadran kiri bawah

Gambar 1.6. kwadran abdomen

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 19


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

II. Penilaian Korban


II.1. Penilaian keadaan (Scene size-up)
Penilaian keadaan adalah menilai keadaan sekitar apakah keadaannya aman
untuk penolong dan juga korban. Pada saat tiba di lokasi kejadian seorang
Penolong Pertama (First Aider) harus:
1) Menentukan potensi bahaya dan memastikan keadaan aman
2) Memastikan keselamatan:
a. Penolong memakai APD
b. Korban pada posisi aman
3) Menentukan mekanisme cedera (korban trauma/non trauma) atau riwayat
penyakit, mencatat sumber informasi langsung, keterangan korban bila
sadar, keterangan keluarga atau saksi, perkenalkan diri bila korban sadar:
a. Nama dan organisasi
b. Kemampuan menolong
c. Izin menolong
4) Tetapkan jumlah korban
5) Memastikan sumber daya tambahan yang diperlukan
Setelah keadaan aman dan terkontrol maka segera dimulai penilaian awal.
II.2. Penilaian dini (primary assessment)
Penilaian dini adalah suatu proses untuk mengenali kesan umum, mengenali dan
mengatasi keadaan yang dapat mengancam nyawa korban, menetukan priorotas
pemeriksaan lanjutan, perawatan di tempat atau perujukan segera. Dalam
mengenali kesan umum korban:
1) Perkirakan usia
2) Catat jenis kelamin
3) Tentukan apakah kasus truma atau non trauma
4) Catat keluhan utama
5) Identifikasi dan kelola kondisi yang mengancam jiwa
Penilaian tingkat kesdaran secara cepat dapat menggunakan Teknik AVPU:
a. A , Alert, sadar dapat diajak berbicara
b. V , respon terhadap stimulus Verbal
c. P, respon terhadap stimulus Painful
d. U , Unresponsive

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 20


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:


Alur penilaian dini

Gambar 2.1. Alur penilaian dini

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 21


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

II.3. Penilaian Berkelanjutan (secondary assessment)


Komponen secondary assessment adalah melakukan pemeriksaan fisik, penilaian
tanda-tanda vital awal dan mendapatkan informasi yang diperlukan.
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu
kita dalam mengidentifikasi keadaan-keadaan yang mengancam nyawa
korban, meliputi pemeriksaan seluruh tubuh penderita.
Prinsip pemeriksaan korban dapat dilakukan dengan penglihatan (inspeksi),
pendengaran (auskultasi), dan perabaan (palpasi). Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan, untuk kasus trauma
pemeriksaan berupa wawancara sebanyak 20% dan pemeriksaan 80%, untuk
kasus medis pemeriksaan berupa wawancara sebanyak 80% dan
pemeriksaan 20%.
Pemeriksaan fisik pada korban bertujuan untuk mencari:
 Perubahan bentuk D (Deformity)
 Luka terbuka O (Open wounds)
 Nyeri tekan T (Tenderness)
 Pembengkakan S (Swelling)

Pemeriksaan fisik pada korban dilakukan secara cepat dari ujung kepala
hingga ujung kaki (rapid head-to-toe exam), meliputi: kepala, leher, dada,
perut, panggul, alat gerak bawah, alat gerak atas, dan punggung. Setelah
pemeriksaan alat gerak bawah dan atas dilakukan pengecekan pulsasi,
motorik, dan sensorik (PMS).
1. Kepala
a. Kulit kepala dan tulang tengkorak
b. Telinga dan hidung
c. Anak mata / pupil
d. Mulut
e. Wajah dan tulang – tulangnya

Gambar 2.2. Pemeriksaan kepala

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 22


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

2. Leher
a. Lakukan dari bagian depan ke belakang
b. Periksa trakea

Gambar 2.3. pemeriksaan leher

3. Dada
a. Periksa tulang rusuk hingga ke bagian belakang, tapi jangan sampai
mengangkat korban
b. Periksa tulang sternum

4. Perut
a. Periksa ketegangan dinding perut
b. Luka yang ada
c. Periksa kuadran perut bagian yang nyeri terakhir

Gambar 2.4. Pemeriksaan dada dan perut

5. Punggung
a. Bagian dada belakang
b. Tulang belakang
c. Periksa luka tembus, luka tusuk, luka robek
d. Bila ada akumulasi darah di panggul, pertanda cedera perut

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 23


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 2.5. Pemeriksaan punggung

6. Panggul
a. Terdiri dari tulang ileum kanan dan kiri, ischium dan tulang pubic
b. Patah tulang panggul akan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak
2 liter
c. Pada daerah kemaluan : Priapismus pada laki – laki

Gambar 2.6. Pemeriksaan panggul

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 24


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

7. Alat gerak bawah

Gambar 2.7. pemeriksaan inspeksi dan palpasi

Gambar 2.8. Pemeriksaan pulsasi di setiap kaki

Gambar 2.9. Pemeriksaan sensasi dan kemampuan gerak jari-jari dan ibu
jari

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 25


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

2) Penilaian tanda-tanda vital


Parameter yang dikelompokan dalam tanda vital adalah :
1. Denyut nadi
Periksa denyut nadi radialis pada dewasa dan anak, jika bayi (> 1 tahun)
periksa denyut nadi brakhialis. Jika tidak ada maka lakukan pada nadi
carotis di leher.JIka nadi carotis ada tetapi nadi radialis tidak ada, atau
nadi radialias lemah dan cepat merupakan tanda adanya shok.
Denyut nadi normal 60-100 kali /menit (dewasa).

Cara penilaian
- Posisikan korban : duduk/barbering
- Gunakan 2 atau 3 ujung jari
- Hitung denyutan selama 30 detik, kemudian kalikan 2

Gambar 2.10. penilaian denyut nadi radialis

Gambar 2.11. penilain denyut nadi carotis

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 26


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

2. Pernapasan
Pernafasan dinilai naik dan turunnya dinding dada korban.
Kriteria nafas yang adekuat:
 Frekuensi:
- 8-24 kali/menit (dewasa)
- 15-30 kali/menit (anak)
- 20-40 kali/menit (infant)
 Kualitas:
- normal (kenaikan dinding dada sekitar 1 inchi, tidak
menggunakan otot-otot tambahan dada, leher maupun perut
- tidak normal (dangkal, dalam, suara tambahan)
 Ritme : teratur/tidak teratur

Gambar 2.12. penilaian pernafasan

3. Kulit
Kulit dinilain untuk menetukan perfusi korban. Periksa wrna, suhu,
keadaan, dan pengisian kapiler. Periksalah menggunakan punggung
tangan.

Kulit normal;
- Warna : merah muda
- Suhu : hangat (saat disentuh dengan kulit punggung tangan)
- Keadaan :Kering (tidak basah, tidak lembab)
Periksa warna pucat atau sianosis pada kuku, mukosa mulut dan
konjungtiva.. Kulit pucat, dingin dan lembab merupakan tanda perfudi
yang buruk sehingga berikan perawatan shok.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 27


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 2.13. penilaian kulit

4. Tekanan darah
Tekanan darah dianggap normal bila tekanan sistolil kurang dari 140 mHg
dan diastolic kurang dari 89 mmHg.

Cara penilaian:
- Pilih ukuran manset spygmomanometr yg sesuai ukuran, lingkarkan
penuh pada lengan 1 inchi di atas siku (fossa antecubiti)
- Letakkan lengan setinggi jantung
- Tempatkan membran stetoskop pada area siku depan (fossa
antecubiti) kembungkan manset secara cepat sampai 70 mmHg
selanjutnya tingkatkan secara perlahan sampai denyut nadi brachialis
tidak terdengar tambahkan 30 mmHg, catat angkanya pada saat
denyuy nadi pertama kali tidak terdengar sebagai tekanan sistolik.
- Kempiskan manset secara perlahan 2 mmHg/detiksampai terdengar
kembali denyut nadi brachialis, catat sebagai tekana diastolic.
Tanda adanya perdarahan dan terjadi shok berat, bila:
- Tekanan nadi (perbedaan tekanan sistolik dan disatolik) sempit
- Hipotensi (tekanan darah rendah)

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 28


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 2.14. penilaian tekana darah


5. Pupil
Gunakan penlight.
Periksa ukurannya, kesamaan ukuran kanan kiri, dan reaksinya terhadap
cahaya. Jika pupil membesar dan lambat bereaksi terhadap cahaya
merupakn kondisi shok. Pada cedera kepala ukuran pupil tidak setara
kanan dan kiri, dan tidak bereaksui terhadap cahaya.

6. Saturasi Oksigen (SpO2)


Saturasi oksigen dapat diketahui melalui alat Oksimetri, bila SpO2 > 94%
berarti telah terjadi hipoksia.

Gambar 2.15. pulse oximeter

3) Mendapatkan riwayat korban


Informasi yang diperlukan dapat digali sambal melakukan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan tanda-tanda vital atau ketika dalam perjalanan ke rumah
sakit. Metode singkat mengginakan SAMPLE, yaitu:
 Signs and symptoms (gejala dan tanda)
 Allergies (Alergi)
 Medication (pengobatan)
 Partinent History (riwayat penyakit sekarang)
 Last oral intake (makan dan minum terakhir)
 Event (peristiwa)

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 29


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

II.4. Penilaian Ulang (Reassessment)


Penilain ulang dilakukan setelah secondary assessment. Dapat dilakukan di
tempat kejadian atau di ambulan saat dalam perjalanan rujuk ke rumah sakit.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilain perubahan kondisi korban dan
keefetivan pertolongan yang telah dialkukan.
Pemeriksaan diteruskan secara berkala, setiap 5 menit untuk korban yang tidak
stabil dan setiap 15 menit untuk korban yang stabil keadaannya.
Tahap penilaian ulang:
1) Ulangi pemeriksaaan dini
2) Nilai kembali tanda-tanda vital
3) Ulnagi penilaian sekunder
4) Periksa kembali perawatan yang telah dilakukan
5) Catat kondisi korban
II.5. Pelaporan
Semua hasil penilaian scene size-up, primary assessment, secondary
assessment maupun reassessment dan tindakan yang telah dilakukan
didokumentasikan sebagai laporan. Laporan tersebut diantaranya berisi tentang
keluhan utama, tingkat kesadaran, status airway, breathing, dan circulation,
riwayat korban, dan perawatan yang diberikan.
Setelah penanganan korban selesai maka first aider melaporkan semua
pemeriksaan dan tindakan pertolongan secara singkat dan jelas kepada penolong
selanjutnya dengan disertai penyerahan dokumentasi sebagai laporan tertulis

III. Pemindahan Korban


Saat tiba di lokasi kemungkinan kita mendapati korban yang harus dipindahkan.
Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting.
Penanganan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera
baru. Selain itu bagi penolong agar tidak terjadi cedera pada penolong dan efisien
dalam menggunakan tubuh penolong maka memerlukan 4 prinsip dasar mekanika
tubuh, yaitu:
1) Jaga berat objek agar selalu dekat tubuh
2) Untuk memindahkan benda berat gunakan otot kaki, pinggul, gluteal
(bokong) dan otot perut, hindari penggunaan otot punggung
3) Lakukan gerakan perpindahan bahu, pinggul dan kaki saat bergerak
secara menyeluruh dan saling menopang.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 30


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

4) kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban/benda. Angkat


secara bertahap bila perlu.

III.1. Pemindahan darurat


Pemindahan darurat hanya dilakukan bila terdapat bahaya langsung terhadap
korban maupun penolong, seperti bahaya kebakaran, bahaya ledakan, bangunan
yang tidak stabil, mobil terbalik, kerumunan masa yang resah, material
berbahaya, tumpahan minyak, cuaca ekstrim, dan lain-lain.
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera
spinal. Hal ini dapat dikurangi dengan melakukan gerakan searah dengan sumbu
panjang badan dan menjaga kepala dan leher semaksimal mungkin.

Pemindahan darurat
 Shirt drag Tarikan baju
 Blanket drag Talikan selimut
 Shoulder/fore-arm drag Tarikan bahu/lengan
 Sheet drag Tarikan kain
 Piggy back carry Menggendong
 One rescuer crutch Menyokong
 Cradle carry Membopong
 Fire fighter drag Metode pemadam
kebakaran

Gambar 3.1. shirt drag

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 31


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 3.2. blanket drag


III.2. Pemindahan biasa
Bila tidak ada bahaya langsung terhadap korban, maka korban hanya dipindahkan
setelah korban selesai ditangani. Pemindahan biasa dapat dilakukan dengan
metode angkatan langsung dan angkatan ekstremitas (alat gerak)
1. Angkatan ekstrimitas

Gambar 3.3. Angkatan ekstrimitas


2. Angkatan langsung

Gambar 3.4. Angkatan langsung

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 32


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

III.3. Peralatan Evakuasi


1. Wheel stretcher

Gambar 3.5. Wheel stretcher

2. Portable stretcher

Gambar 3.6. Portable stretcher

3. Stair chair

Gambar 3.7. Stair chair

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 33


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

4. Backboard

Gambar 3.8. Backboard

5. Scoop stretcher

Gambar 3.9. Scoop stretcher

6. Basket stretcher

Gambar 3.10. Basket stretcher

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 34


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

7. Flexible stretcher

Gambar 3.11. Flexible stretcher

IV. Bantuan Hidup Dasar (BHD)


Bantuan hidup dasar bertujuan memberikan bantuan sirkulasi sistemik, ventilasi
dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai didapatkan kembali
sirkulasi sistemik spontan atau telah tiba peralatan yang lebih lengkap untuk
melaksanakan bantuan hidup jantung lanjut atau sampai penderita dinyatakan
meninggal.
Indikasi BHD:
a) Henti nafas
b) Henti jantung
c) Tidak sadarkan diri
Henti nafas adalah berhentinya pernafasan spontan disebabkan gangguan jalan
nafas, baik parsial maupun total atau karena gangguan di pusat pernafasan. Henti
jantung adalah berhentinya sirkulasi peredaran darah karena kegagalan jantung
untuk melakukan kontraksi secara efektif. Keadaan tersebut dapat disebabkan
penyakit primer pada jantung atau penyakit sekunder bukan pada jantung. Henti
nafas dan henti jantung merupakan dua keadaan yang sering berkaitan, sehingga
penatalaksanaannya tidak dapat terpisahkan.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 35


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Pelaksanaan bantuan hidup dasar dimulai dari penilaian kesadaran penderita,


aktivasi layanan gawat daurat, dilanjutkan tindakan pertolongan dengan urutan
CABD (Circulation- Airway-Breathing-Defibrillator).

Algoritma sederhana BHD dewasa

Gambar 4.1 Algoritma sederhana BHD dewasa

IV.1. Sumbatan Jalan Nafas


Sumbatan jalan nafas dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sumbatan sebagian dan
sumbatan total. Sumbatan jalan nafas total dapat menimbulkan henti jantung
mendadak karena erhentinya suplai oksigen baik ke otak maupun otot jantung.
Sumbatan nafas nafas sebagian umumnya lebih lambat menimbulkan henti
jantung, namun usaha yang dilakukan tubuh untuk bernafas dapat menyebabkan
kelelahan.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 36


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Penyebab sumbatan jalan napas


1) Lidah : lidah jatuh ke belakang, umumnya terjadi pada orang yang
mengalami penurunan kesadaran
2) Epiglotis : terjadi pada penurunan kesadaran, juga pada reaksi alergi.
3) Benda asing : makanan, es, mainan, gigi, muntahan dan cairan yang
menutup bagian atas saluran nafas
4) Luka : disebabkan karena luka tusuk pada leher, remuk pada wajah,
menghirup udara panas ( kebakaran ), menelan bahan kimia.
5) penyakit : infeksi saluran nafas, asma, dan tumor.

Tanda universal sumbatan jalan nafas adalah tangan mencengkeram/mencekik


leher.

Penanganan Pra-RS

Gambar 4.2 skema penanganan sumbatan jalan nafas

Untuk mengatasi sumbatan total pada penderita dengan kesadaran baik dapat
dilakukan dengan teknik Heimlich Manouvre /abdominal thrust, sebagai berikut:
 penolong berdiri di belakang penderita, lingkarkan kedua lengan penolong
pada bagian atas abdomen penderita
 condongkan penderita ke depan, kepalkan tangan penolong dan letakkan di
antara umbilicus dan iga.
 Raih kepalan tangan tersebut dengan tangan yang lain dan tarik ke dalam
dan atas secara mendadak sebanyak 5 kali. Bila gagal lakukan kembali 5
abdiminal thrust berulang-ulang sampai sumbatan berhasil dikeluarkan atau
penderita tidak sadarkan diri.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 37


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 4.3. Teknik penanganan sumbatan jalan nafas

IV.2. Resusitasi Jantung Paru (RJP)


RJP meliputi kombinasi antara pijat luar jantung dan pernafasan buatan. Urutan
yang disarankan bagi penolong untuk memulai kompresi dada sebelum
memberikan nafas buatan (C-A-B).

1) Circulation (sirkulasi)

Untuk mengetahui kondisi sirkulasi tubuh korban yang tidak sadarkan diri,
dilakukan dengan pengecekan denyut nadi korban dilanjutkan kompresi dada.
Penilaian pulsasi (denyut nadi) di titik nadi Carotis dalam waktu < 10 detik.

Gambar 4.4. penilaian nadi carotis

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 38


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

RJP Kualitas tinggi

Keamanan lokasi Pastikan lingkungan aman

Pengenalan henti jantung Respon (-), henti nafas/nafas gasping, nadi (-)

Pengaktifan sistem gadar Minta bantuan

Rasio kompresi:ventilasi

Tanpa advance airway 30:2 (1 atau 2 penolong)

Dengan advance airway 1 nafas buatan/6 detik

Kecepatan kompresi 100-120 x/menit

Kedalaman kompresi Min 2 inc (5 cm), maks 2,4 inc (6cm)

Penempatan tangan Separuh bagian bawah tl. Dada/sternum

Rekoil dada Rekoil penuh

Minimalisir gangguan Batasi gangguan kurang dari 10 detik

Teknik RJP
Jangan melakukan RJP sebelum melakukan penilaian korban. Sebelum
melakukan RJP penolong harus memastikan dengan benar bahwa tidak ada
respon, tidak ada pernafasan dan tidak ada denyut nadi pada korban.
Kemudian ikuti langkah-langkah ini:
a) Pastikan lingkungan aman untuk penolong dan korban
b) Cek respon, nafas, dan nadi secara simultan
c) Minta bantuan
d) Tentukan titik tekan di setengah bawah tulang dada
e) Lakukan kompresi : ventilasi (30 : 2)
f) Segera gunakan AED jika tersedia
g) Sampai korban sadar atau bantuan datang atau penolong kelelahan atau
munculnya tanda-tanda kematian.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 39


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 4.5. Titik tekan RJP

Tanda-tanda RJP berhasil:

a) Nadi terasa saat kompresi


b) Dada naik & turun saat diberi napas
c) Pupil mulai bereaksi normal
d) Kulit korban berubah
e) Korban mulai bergerak & mencoba menelan, batuk
f) Denyut nadi kembali
Lanjutkan dengan memposisikan korban pada recovery position

Catatan:
Hanya dokter yang dapat menyatakan korban telah meninggal

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 40


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

ALGORITMA BHD SERANGAN JANTUNG DEWASA

Gambar 4.6. Algoritma BHD serangan jantung dewasa

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 41


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

2) Airway

Tahap ini melakukan airway control (membuka jalan nafas). Tindakan ini
merupakan prioritas pada semua korban, beberapa cara untuk membuka
jalan nafas korban yaitu dengan :
 Tekan dahi angkat dagu (head tilt chin lift)
 Dorong kepala ke belakang sambil mengangkat dagu
 Korban tanpa gangguan/trauma tulang leher /tulang belakang

Gambar 4.7. head tilt chin lift

 Manuver rahang bawah (Jaw thrust maneuver)


 Korban cedera tulang leher/belakang
 Kepala dan leher dalam satu garis
 Pegang sudut rahang bawah (mandibula), angkat dengan kedua
tangan di setiap sisinya
 Gerakkan mandibula ke depan dan atas

Gambar 4.8. Jaw thrust maneuver

Bila membuka jalan nafas, lakukan dengan cara yang


benar !
Kasus trauma : Jaw Thrust
Kasus non trauma : Head Tilt Chin Lift

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 42


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

3) Breathing

Tahap ini memberikan pernafasan buatan (breathing support). Pada saat


jalan nafas korban terbuka, penolong dapat memberikan pernafasan buatan
untuk korban yang mengalami gangguan pernapasan. Udara bebas
mengandung kira-kira 21% oksigen dan tubuh menggunakan sekitar 5%. oleh
karena itu, udara yang dihembuskan keluar berisi 16% oksigen. Udara yang
keluar ini dapat meresusitasi seseorang yang tidak bernafas sampai tersedia
sumber oksigen dengan konsentrasi tinggi.

Frekuensi nafas dewasa


spontan 8–24 x/menit
Buatan:
Tanpa denyut nadi 2x Ventilasi setelah 30 kali
kompresi
Dengan denyut nadi:
 Tanpa advanced 10-12 x/menit ventilasi setiap 5–6 detik
airway
 Dengan 8-10 x/menit ventilasi setiap 6-8 detik
advanced airway

Ada beberapa metode untuk memberikan nafas buatan, diantaranya:


a. mulut ke mulut
b. mulut ke hidung
c. mulut ke sungkup
d. dengan kantung pernafasan

Gambar 4.9. metode mulut ke mulut

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 43


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 4.10. metode mulut ke sungkup

Gambar 4.11. E-C clamp

4) Penggunaan AED (Automated External Defibrillator)

a. Pastikan battery terisi penuh, sertakan juga battery cadangan yang


penuh pula.
b. Jangan gunakan AED pada korban yang masih berdenyut nadinya.
Daya kejut dapat menyebabkan jantung berhenti.
c. Detil penggunaan AED dipengaruhi jenis alat dan merk namun secara
secara garis besar sama
d. Sementara menunggu terpasangnya komponen AED, lanjutkan CPR.
e. Tekan tombol ON/buka penutup AED untuk menghidupkan
f. Pasang elektoda di dada korban
g. Jangan kontak langsung dengan korban saat dilakukan analisa irama
jantung korban oleh AED
h. Tekan tombol SHOCK jika AED memerintahkan tindakan kejut listrik,
jika tidak menginstruksikan kejut listrik segera lakukan CPR 5 siklus

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 44


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

i. Tindakan terus diulang sampai CPR boleh dihentikan sesuai indikasi

Gambar 4.12. letak elektroda AED

Gambar 4.13. pemasangan elektoda

Gambar 4.14. Analisa irama jantung

Gambar 4.15. Penghantaran shock kejut listrik

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 45


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

IV.3 Mati Klinis dan Biologis


Fase kematian dibagi 2 fase, yaitu:
1) Mati klinis (Somatic death) merupakan fase kematian dimana tidak
didapati tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung, gerakan
pernafasan, suhu badan yang menurun, dan tidak adanya aktivitas listrik
otak dalam rekaman EEG. Fase mati klinis merupakan masa awal
kematian yang masih bersifat reversible sehingga apabila dilakukan
resusitasi jantung paru maka korban kemungkinan masih dapat
diselamatkan.
2) Mati biologis (Biological death) merupakan fase kematian yang terjadi
akibat lanjutan dari fase kematian somatik yang berlangsung dalam dua
jam. Fase kematian ini ditandai dengan kematian sel.

V. Perdarahan dan Syok


V.1. Review Organ (Sirkulasi/ Sistem Peredaran Darah)
Fungsi sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah dan darah. Sirkulasi ini
merupan sistem yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa
oksigen, nutrisi dan elemen kimia penting lainnya ke sel-sel jaringan dan
menghilangkan karbon dioksida serta produk limbah yang dihasilkan metabolisme
sel. Sistem ini terdiri dari jantung, pembuluh darah dan darah.
1) Jantung
a. Bagian kanan (serambi kanan dan bilik kanan) menerima darah dari
seluruh tubuh dan memompakannya ke paru untuk oksigenasi
b. Bagian kiri (serambi kiri dan bilik kiri) menerima darah yang beroksigen
dari paru – paru dan mengedarkannya keseluruh tubuh.

Gambar 5.1. anatomi jantung

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 46


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

2) Pembuluh darah
a. Arteri/ nadi
Pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya oksigen ke seluruh
tubuh. Perdarahan pada pembuluh darah arteri berwarna merah terang.
Denyut nadi dapat mudah teraba pada bagian tubuh dimana arteri berada
di permukaan dekat kulit dan juga dekat dengan struktur tubuh yang
keras (tulang). Setiap kali jantung berdenyut maka kita dapat meraba
denyut nadi pada tempat-tempat tertentu. Lokasi nadi yang dapat diraba
adalah pada:

 Nadi carotis : di leher


 Nadi radialis : di pergelangan tangan
 Nadi brachialis : di atas siku depan
 Nadi femoralis : di lipat paha
 Nadi dorsalis pedis : di punggung kaki

b. Pembuluh balik (vena)


Pembuluh darah yang membawa darah kembali ke jantung.
Denyutannya tidak sekuat denyut arteri, merupakan pembuluh darah
yang dilewati darah yang berisi karbon dioksida. Perdarahan di
pembuluh darah vena berwarna merah gelap.
c. Kapiler
Setiap arteri secara bertahap dibagi lagi menjadi pembuluh darah yang
lebih kecil sampai akhirnya menjadi kapiler, pembuluh darah terkecil
yang terletak dekat dengan kulit tubuh. Pada dinding kapiler yang tipis
terjadi pertukaran antara oksigen dan karbondioksida serta zat-zat
yang diperlukan lainnya

Gambar 5.2. Nadi dan pembuluh balik

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 47


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

3) Darah

Darah terdiri dari :


a. Sel darah merah ( eritrosit)
b. Sel darah putih (leukosit)
c. Keping darah (trombosit)
d. Plasma.

V.2. Perdarahan Luar dan Dalam


Peristiwa keluarnya darah sebagai akibat pecahnya pembuluh darah. Perdarahan
terdiri atas perdarahan luar dan perdarahan dalam.
1) Perdarahan luar
Pada perdarahan luar terlihat jelas adanya darah yang keluar dari luka.
Perdarahan luar terdiri dari:
a. Perdarahan arteri: darah yang keluar berwarna merah segar/terang
dan memancar mengikuti denyut nadi.
b. Perdarahan vena: darah mengalir keluar secara merata (tidak
memancar), berwarna merah tua / gelap.
c. Perdarahan kapiler: darah mengalir secara perlahan, jumlahnya
sedikit.

Gambar 5.3. perdarahan luar

2) Perdarahan dalam
Perdarahan dalam dapat mengancam nyawa. Darah yang hilang tidak
terlihat pada luka dalam. Contohnya luka robek pada hati, patah tulang
tertutup dengan perdarahan. Karena tidak terlihat sehingga shok maupun
kematian cepat terjadi.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 48


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gejala dan tandanya sangat bervariasi tergantung dari letak luka dalam
dan berkumpulnya darah pada bagian tubuh, diantaranya :
a. Nyeri, nyeri tekan, bengkak. Atau perubahan warna pada tempat
cedera.
b. Perdarahan dari mulut, dubur, vagina, atau lubang tubuh lainnya
c. Muntah darah warna terang atau gelap
d. Feses berwarna normal, merah terang atau gelap
e. Batuk darah segar
f. Muntah darah hitam
g. Bagian tubuh memar
h. Dinding perut tegang dan nyeri
i. Sesak napas
j. Riwayat benturan benda tumpul.

Gambar 5.4. perdarahan dalam

V.3. Penanganan perdarahan


1) Perawatan Pra RS untuk penanganan perdarahan luar :
a. Tekanan langsung pada luka dengan penutup luka.
b. Tinggikan bagian yang luka/ cedera.
c. Imobilisasi/pasang bidai (pada alat gerak).
d. Tourniquet, Penggunaan torniquet hanya pada kasus emergensi ketika
cara lain tidak dapat lagi menghentikan, gunakan torniquet.

Gambar 5.5. tekanan langsung

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 49


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 5.6. Elevasi

2) Perawatan pra RS untuk penanganan perdarahan dalam :


a. Jaga jalan napas tetap terbuka, beri oksigen bila tersedia.
b. Jaga suhu korban tetap hangat.
c. Rawat syok.
d. Evakuasi penderita secepat mungkin ke kerumah sakit.

V.4. Tanda dan Gejala Syok


Syok adalah kegagalan sistem sirkulasi untuk memberikan darah yang
mengandung oksigen dan glukosa yang tidak memadai keseluruh tubuh (perfusi
jaringan yang tidak memadai/hipoperfusi).
Penyebab syok
1) Kegagalan jantung memompa darah yang cukup bagi organ.
2) Kehilangan darah dalam jumlah besar sehingga jumlah darah tidak
mencukupi untuk disirkulasi.
3) Pelebaran pembuluh darah, sehingga darah tidak mengisi pembuluh
darah dengan baik.
Tanda tanda syok Gejala syok
1) Pernapasan : Dangkal dan cepat 1) Mual / muntah
2) Nadi : Cepat tapi lemah 2) Haus
3) Kulit : Pucat, dingin dan lembab 3) Lemas
4) Wajah : Pucat, mungkin sianosis 4) Vertigo
5) Mata : Pupil melebar 5) Gelisah

V.5. Penanganan Syok


Perawatan Pra RS penanganan syok
1. Pertahankan jalan napas, beri oksigen bila ada.
2. Hentikan perdarahan bila ada.
3. Tinggikan tungkai sekitar 20 – 30 cm, Kecuali kita mencurigai adanya
cedera spinal,leher, dada atau cidera abdomen, korban tetap terlentang.
4. Pertahankan suhu tubuh penderita tetap hangat.
5. Perawatan khusus cedera.
6. Evakuasi penderita secepatnya.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 50


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 5.7. Perawatan Syok Pra RS

VI. Cedera Jaringan Lunak


Cedera jaringan lunak secara umum disebut luka, yaitu cedera pada jaringan kulit,
saraf dan pembuluh darah.
VI.1. Penutup Luka (dressing) dan Pembalut Luka/Perban
(bandage)
1) Dressing
Fungsi:
a. Menutup luka
b. Mengontrol perdarahan
c. Mencegah kontaminasi
Dressing harus steril, bebas dari organisme (bakteri, virus, jamur dan
spora) yang dapat meyebabkan infeksi. Dressing dibungkus dan dikemas
dalam berbagai jenis dan ukuran.
Beberapa jenis dressing yang umum dipakai:
a. Gauze pad
Bantalan kasa ini dibuat dari beberapa lapis kain kasa. Tersedia
dalam berbagai ukuran 2” x 2 “(inchi), 4”x 4”, 5”x 9” dan
sebagainya.

Gambar 6.1. Sterile gauze pads

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 51


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

b. Self-adhering dressing
Dressing ini melekat dengan sendirinya saat menempel pada
permukaan kulit. Tersedia dalam berbagai ukuran dan juga dapat
digunakan sebagai perban gulung.

Gambar 6.2. self-adhering dressing dan roll perban


c. Universal dressing/multitrauma dressing/bulky dressing
Pembalut tebal, biasanya memiliki ukuran 10”x 36”(inchi).
Penggunaan pada area yang luas misalnya pada luka di perut
sehingga sering disebut sebagai abdominal pads (ABD pads).

Gambar 6.3. Multitrauma dressing


d. Occlusive dressing
Dressing ini menciptkan suasana kedap udara pada cedera perut
terbuka, dada terbuka atau cedera leher yang besar. Jika dressing
jenis ini tidak tersedia dapat menggunakan bungkus platik steril
atau kantong plastik.

Gambar 6.4, Occlusive dressing

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 52


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

2) Bandage
Bandage adalah bahan pembalut luka yang digunakan untuk
mempertahankan penutup luka (dressing). Bandage dapat digunakan
sebagai dressing dengan syarat harus steril.
Fungsi pembalut
a. Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan
b. Mempertahankan penutup luka pada tempatnya
c. Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera
Beberapa jenis dan ukuran bandage yang umum tersedia:
a. Self-adhering bandage
Perban ini dapat melekat dengan sendirinya saat ditempelkan,
Perban jenis in dapat digunakan sebagai dressing maupun roll
perban.
b. Kasa gulung
c. Tri-angular bandage (pembalut segitiga)
Perban ini berupa kain dengan ukuran 40 inchi persegi. Apbila
dilipat membentuk cravat selebar 2 atau 3 inchi dapt digunakan
untuk mempertahankan dressing.
d. Air splint
Mempertahankan dressing pada anggota gerak

VI.2. Luka tertutup dan Luka Terbuka


1) Luka Tertutup
Luka tertutup merupakan cedera jaringan lunak tanpa disertai terputusnya/
rusaknya jaringan kulit. Luka tertutup ringan dapat berupa kerusakan
minimal di bawah permukaan kulit atau dapat sangat parah dengan
adanya kerusakan organ dalam.
Luka tertutup biasanya disebabkan benturan/ pukulan benda tumpul.
Terdapat 3 jenis luka spesifik yaitu memar (contusion), hematom dan
crush injury.
a. memar (contusion)
Kerusakan jaringan dan pembuluh darah pada lapisan dermis.
b. Hematom
Luka yang mirip memar namun kerusakan jaringan yang lebih luas
dan pembuluh darah yang lebih besar dibanding dengan

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 53


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

memar.Hematom dengan ukuran kepalan tangan korban dapat


menyebabkan syok hemoragik.
c. crush injury
Cidera ini disebabkan trauma tumpul yang hebat menyebabkan
kerusakan jaringan lunak di bawahnya bahkan hingga pecahnya
organ dalam. Crush injury dapat hanya luka terutup namun juga
dapat menyebabkan luka terbuka.
Tanda mengenali luka tertutup:
a. Perubahan bentuk.
b. Nyeri.
c. Perubahan warna.
Perawatan pra-RS untuk luka tertutup
a. Pastikan jalan nafas terbuka dan pernafasan adekuat
b. Berikan Oksigen bila saturasi kurang dari 95% (SpO2 < 95%)
c. Awasi tanda-tanda vital
d. Rawat syok
e. Bidai jika ada patah tulang (fraktur)
f. Bawa ke rumah sakit secepat mungkin.

2) Luka terbuka
Luka terbuka merupakan cedera jaringan lunak disertai terputusnya/
rusaknya jaringan kulit. Luka terbuka memiliki risiko perdarahan eksternal
dan kontaminasi oleh kotoran dan bakteri yang menyebabkan infeksi.
antara lain:
a. Lecet (abrasions)
Luka lecet umumnya disebabkan kikisan atau gesekan terhadap
lapisan paling luar kulit (dermis). Luka lecet terasa nyeri karena
terbukanya ujung-ujung syaraf. Pada luka lecet terjadi perdarahan
kapiler yang dapat diatasi dengan penekanan langsung.
b. Laserasi (laceration)
Berupa kerusakan kulit dengan kedalaman bervariasi. Bentuk luka
dapat teratur (linier) atau tidak teratur (bintang/stellate). Bentuk
linier karean trauma tajam sedangkan bentuk bintang karena
trauma tumpul.
c. Avulsi (avulsions)
Longgarnya lipatan kulit karena kerusakan jaringan lunak. Tingkat
keparahan avulsi berhubungan langsung dengan keefektivan
sirkulasi dan perfusi ke area distal cedera.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 54


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

d. Amputasi (amputations)
Amputasi adalah putusnya anggota gerak maupun bagian tubuh
lainnya. Perdarahan dapat terjadi baik pada amputasi sebagian
maupun total sehingga ada kemungkinan terjadi shok.
e. Tusuk (penetrations/punctures)
Luka yang terjadi akibat penetrasi atau tusukan benda tajam. Luka
masuk dapat kecil dan sedikit perdarahan namun dalam sehingga
dapat menyebabkan perdarahan dalam yang parah. Tingkat
keparahan tergantung lokasi dan kedalaman luka. Luka karena
tembakan termasuk jenis ini.
f. Crush injuries
Luka ini karena trauma tumpul yang sangat kuat. Perdarahan luar
minimal bahkan sering tidak ada. Tanda-tanda luka di tempat
cedera kadang-kadang hanya nyeri, bengkak dan deformitas. Luka
jenis ini kemungkinan besar terjadi cedera dan perdarahan internal
yang parah.

Gambar 6.5. jenis luka terbuka

Perawatan Pra RS untuk luka terbuka


a. Pastikan jalan nafas terbuka dan pernafasan adekuat
b. Berikan Oksigen bila saturasi kurang dari 95% (SpO2 < 95%)
c. Ekspose luka
d. Kontrol perdarahan
e. Cegah kontaminasi
f. Balut dan perban luka
g. Tenagkan korban
h. Tangani shok
i. evakuasi korban segera.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 55


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

VI.3. Penanganan luka Khusus (Benda Menancap pada Mata dan


Alat Gerak)
Benda yang menancap jangan pernah diangkat saat masih di lapangan
kecuali melalui pipi atau leher sehingga dapat menghalangi aliran udara
melalui trakea. Prinsip pertolongan pertama pra-RS :
a. Stabilkan benda yang menancap agar tidak terjadi kerusakan dan
perdarahan lebih lanjut. Kelilingi objek menancap dengan pembalut
tebal.
b. Paparkan luka. Hati-hati jangan menimbulkan gerakan pada luka.
c. Kendalikan perdarahan, berikan tekanan langsung pada tepi luka.
1) Penanganan cedera benda menancap pada mata
a. Jangan lakukan tekanan langsung, terutama bila bola mata juga
mengalami cedera
b. Jangan berupaya membersihkan mata
c. Jangan mencabut benda yang menancap
d. Terapkan pad kain kasa steril atau pad mata oval, tutup kedua mata
pasien ketika dalam perjalanan ke rumah sakit.
e. Jika dalam keadaan syok berat atau koma, tutuplah kelopak mata
untuk mencegah kerusakan visual yang mungkin timbul akibat
pengeringan bola mata. Jika kelopak mata gagal tertutup, mereka
harus ditutup dengan kain kasa atau mencegahnya terbuka dengan
pita perekat atau plester.

Gambar 6.6.Benda menancap di mata Gambar 6.7. Pasang pad kasa di sekitar benda
menancap

Gambar 6.8. Stabilan dengan cup Gambar 6.9. Perban cup pada

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 56


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

2) Penanganan cedera di alat gerak menggunakan Torniket


a. Satu orang mengendalikan perdarahan yang terjadi
b. Pasang torniket di atas luka tidak lebih dari 5 cm
c. Masukkan tongkat kecil, pena atau sejenisnya kedalam simpul.
Putar hingga perdarahan terkendali, jangan lebih.
d. Pastikan tongkat kecil, pena tersebut tidak kembali berputar dengan
mengikat kedua ujungnya.
e. Daerah yang ditorniket harus terbuka dan bisa terlihat.
f. Berikan tanda bahwa penderita dalam keadaan ditorniket. Catat
waktu pemasangan
g. Cek pulsasi di area distal luka sebelum dan sesudah pemasangan
torniket.

VII. Patah tulang


Patah Tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Terjadi sebagai
akibat mekanisme cedera kekuatan langsung, tidak langsung maupun putaran
(twisting).

Gambar 7.1. tertutup

Gambar 7.2. terbuka

Patah Tulang terbagi 2 (dua) yaitu :


a) Patah tulang tertutup: bagian tulang yang patah tidak kontak dengan
udara dan kulit di atasnya masih utuh.
b) Patah tulang terbuka: bagian tulang yang patah kontak dengan udara, kulit
diatasnya terputus/rusak, tulang tidak selalu terlihat.

VII.1. Tanda dan gejala patah tulang


1. Perubahan bentuk atau bengkoknya bagian tubuh yang cidera jika
dibandingkan dengan sisi yang sehat.
2. Rasa sakit dan nyeri tekan pada saat disentuh atau digerakan.
3. Krepitus atau suara berderak.
4. Bengkak.
5. Memar dan perubahan warna.
6. Terlihat bagian tulang yang patah (tipe terbuka).
7. Kesemutan pada bagian distal fraktur.
8. Mati rasa pada bagian distal fraktur.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 57


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

9. Kelemahan atau kelumpuhan otot.


10. Persendian sukar atau tidak dapat digerakkan.
11. Terganggunya sirkulasi pada bagian distal yang cidera yang ditandai
dengan perubahan warna kulit, suhu atau peningkatan pengisian
kapiler.

VII.2. Tanda dan Gejala Dislokasi, Sprain, dan Strain


1) Dislokasi
Dislokasi adalah cedera yang terjadi ketika tulang bergeser dari posisi
normal tulang pada sendi. Dislokasi terjadi karena sendi dipaksa bergerak
melampaui rentang gerak normal. Dislokasi berbahaya karena dapat
merusak saraf dan pembuluh darah.
Tanda dan gejalanya :
1. Perubahan bentuk.
2. Bengkak, ringan sampai berat di sekitar sendi.
3. Nyeri dan kaku atau perasaan tertekan pada daerah sendi.
4. Gangguan/keterbatasan gerak pada sendi yang cidera.

Gambar 7.3. Dislokasi sendi bahu

2) Sprain (Keseleo)
Sprain adalah cedera pada kapsul sendi dimana ligamen tertarik atau
robek sebagian. Sendi bahu, lutut dan pergelangan kaki merupakan sendi
yang rentan mengalami keseleo. Tanda dan gejala:

1. Nyeri
2. Bengkak
3. Perubahan warna

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 58


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

(http://www.robbinsptwest.com/ankle-sprains-tips/)

Gambar 7.4. sprain

3) STRAIN
Strain adalah cedera pada otot atau otot dan tendon, akibat regangan
berlebihan (overstretching) atau penarikan berlebihan (overextension).
Robekan serabut otot yang menyebabkan nyeri semakin meningkat
dengan penggunaan otot.

(https://www.sportsinjuryclinic.net/sport-injuries/thigh-pain/back-thigh/hamstring-strain)

Gambar 7.5.strain

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 59


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

VII.3. Pembidaian
Tujuan pembidaian untuk mencegah gerakan dari bagian tubuh yang
mengalami cedera.
Ketentuan umum pembidaian
Secara umum pelaksanaan pembidaian yaitu:
1. Periksa pulsasi, motorik dan sensorik (PMS) sebelum dan setelah
pembidaian.
2. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera
3. Imobilisasi 2 sendi jika cedera pada tulang.
4. Imobilisasi 2 tulang jika cedera pada sendi.
5. Selalu buka atau bebaskan pakaian dan asesoris pada daerah cedera
sebelum membidai.
6. Atasi perdarahan lebih dahulu jika ada.
7. Tutup luka dengan penutup luka (dressing) steril kemudian perban
selanjutnya dipasang bidai
8. Lapisi bidai dengan bahan yang lunak
9. Isilah bagian yang kosong antara tubuh dengan bidai.
10. Jangan membidai berlebihan.
11. Segera evakuasi ke RS
12. Sedapat mungkin komunikasikan rencana penolong dengan korban.

Beberapa jenis bidai yang umum digunakan adalah rigid splints, pressure
splints, traction splints, formable splints, vacuum splints, sling and swathe,
spine board dan splint improvisasi.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 60


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 7.6 pembidaian cedera tulang jari Gambar 7.7 Rigid splints untuk
cedera sendi panggul

VIII. Cedera Kepala, Dada dan Tulang Belakang Serta


Penggunaan KED
Tanda dan Gejala Cedera Kepala, Otak, Dada, Tulang Belakang,
dan Leher
1. Cedera Kepala
a. Cedera kepala dapat melibatkan kulit kepala, otak, tengkorak, atau
kombinasi dari tiga komponen tersebut.
b. Kulit kepala merupakan jaringan lunak sehingga bial mengalami
cedera berupa memar, terkoyak, terkikis atau avulsi. Kulit kepala kaya
akan pembuluh darah sehingga memiliki potensi perdarahan yang
berat.
c. Otak terlindung dalam tengkorak yang kaku dan keras. Sehingga
apabila cedera dapat menyebabkan pembengkakan otak maupun
perdarahan di dalam tengkorak.
d. Tulang tengkorak sangat tebal sehingga hanya trauma ekstrem yang
dapat menyebabkan deformitas.Trauma ekstem yang menyebabkan
cedera cukup berat selalu curiga adanya fraktur tulang leher.
e. Fraktur tulang tengkorak terdiri fraktur tertutup dan terbuka. Pada
fraktur tertutup terdapat tulang tengkorak retak namun tidak ada luka
terbuka pada kulit kepala. Sedangkan fraktur terbuka terdapat luka
terbuka pada kulit kepala yang dapat menimbulkan terjadinya
kontaminasi bakteri dan bocornya cairan serebrospinal.

BAHAYA !!
a. Jangan mencoba untuk melepas benda yang tertancap pada tulang
tengkorak. Stabilkan dengan pembalut tebal “bulky”.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 61


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

b. Jangan pernah berusaha untuk menghentikan aliran cairan otak jika


cairan mengalir dari telinga atau luka di kepala. Tutup dengan kain
kassa steril.

Tanda dan gejala patah cedera kepala :


a. Memar, laserasi, hematom, luka robek yang dalam pada kulit kepala,
wajah
b. Kelainan bentuk tengkorak (berupa cekungan atau daerah yang lunak)
c. Nyeri, bengkak di tempat cedera
d. Tanda-tanda vital memburuk:
1) Penurunan status mental
2) Peningkatan tekanan darah dan penurunan denyut nadi (Cushing
refleks) pada kondisi berat
3) Nafas tidak teratur (kondisi berat)
e. Darah atau cairan otak mengalir dari hidung atau telinga atau mulut
f. Memar dibelakang telinga (“Battle Sign”)
g. Memar disekitar mata (“Racoon eyes”)
h. Mual dan atau muntah
i. Diplopia (penglihatan ganda)
j. Kejang
k. Amnesia retrograde (tidak dapat mengingat keadaan menjelang
kejadian)
l. Amnesoa anterograde (tidak dapat mengingat keadaan setelah
kejadian)
.
2. Cedera Otak
a. Cedera otak yang disebabkan oleh trauma sering disebut sebagai
cedera otak traumatis (Traumatic Brain Injury/TBI)
b. TBI dapat menyebabkan peningkatan tekanan rongga kepala dan
penurunan perfusi jaringan otak sehingga dapat merusak sel-sel otak.
c. Penyebab cedera otak berupa :
1) Penyebab primer: langsung (luka tembus) atau tidak langsung
(pukulan ke tengkorak)
2) Penyebab sekunder (kekurangan oksigen, penumpukan karbon
dioksida, perubahan tekanan darah)
d. Cedera otak terbuka adalah cedera kepala terbuka disertai oleh
terbukanya tulang tengkorak, seperti yang disebabkan oleh patah
tulang atau benda yang menancap. Ini juga berarti bahwa rongga
kepala sudah terbuka.
e. Cedera otak tertutup adalah cedera kepala tertutup tanpa disertai oleh
terbukanya tulang tengkorak. Kerusakan otak pada cedera tetutup
dapat mrluas tergantung mkanisme cedera dan kekuatan yang terlibat.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 62


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

f. Secara umum jaringan otak rentan terhadap segala jenis cedera


seperti halnya jaringan lunak terutama memar dan laserasi.
g. Jenis cedera otak berupa
1) concussion: gegar otak, hilangnya kemampuan otak untuk
sementara waktu
2) contusion, memar atau pembengkakan otak
3) hematoma, penumpukan darah di dalam otak
4) laceration, robekan pada jaringan otak
Tanda dan gejala cedera otak
a. Penurunan kesadaran, mulai dari bingung sampai tidak ada respons.
b. Deformitas tengkorak
c. Aliran cairan serebrospinal atau darah dari hidung dan telinga
d. Perubahan warna sekeliling mata
e. Ukuran pupil kanan dan kiri tidak sama terhadap reaksi cahaya
f. Perubahan pernafasan
g. Peningkatan tekanan darah (sistolik)
h. Penurunan denyut jantung
i. Abnormal posturing
j. Defisit sensorik atau motoric
k. Mual, muntah
l. Kejang

Perawatan pra-rumah sakit cedera kepala


a. Gunakan tindakan pencegahan umum dan amankan tempat kejadian
b. Lakukan penilaian awal dan tangani keadaan yang mengancam
nyawa, (curigai adanya cedera otak)
c. Stabilisasi manual tulang belakang, kepala dan leher pada posisi
segaris lurus (inline) dan pasang cervical collar
d. Pertahankan jalan nafas, berikan oksigen yang adekuat
e. Pantau jalan nafas, pernafasan, denyut nadi dan status mental jika
memburuk rujuk segera
f. Kontrol perdarahan. Jangan menghentikan aliran darah atau cairan
otak yang mengalir dari hidung dan telinga
g. Tutup dan balut luka terbuka
h. Letakkan korban pada posisi yang benar dan jangan biarkan korban
bergerak atau mengubah posisinya
i. Jika tidak ada hipotensi, pertimbangkan untuk meninggikan kepala
korban 30 derajat
j. Perhatian : Waspada kemungkinan korban muntah atau kejang
k. Penilaian kembali tanda-tanda vital setiap 5 menit (jika korban tidak
stabil), atau setiap 15 menit (jika korban stabil)
l. Rujuk kerumah sakit segera

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 63


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

3. Cedera Dada
Cedera dada merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dan perlu
penanganan yang segera dan tepat sehingga menghindarkan penderita
dari kematian. Cedera dada ini dapat terjadi akibat kecelakaan lalu lintas,
pukulan benda tumpul atau tusukan tajam, dada yang terhempas saat
terjatuh dan lain-lain.
Cedera dada ada 2 (dua) macam
a. Cedera dada tertutup adalah kulit pada daerah dada tidak terbuka
(patah tulang dada tertutup). Cedera ini akibat trauma tumpul pada
rongga dada yang dapat menyebabkan kerusakan tulang rusuk dan
organ dalam.Trauma tumpul dapat disebabkan jatuh, tabrakan mobil,
atau hempasan pada dada. Cedera ini dapat mengenai jantung, paru-
paru, pembuluh darah besar, saluran pernafasan, difragma dan
kerongkongan.
b. Cedera dada terbuka adalah kulit terbuka, ada kemungkinan hubungan
udara rongga dada dengan luar (luka tembus, patah tulang terbuka).
Luka terbuka dapat disebabkan pisau, obeng, pemecah es, pembuka
surat, pecahan kaca, paku, kunci mobil, dan tembakan. Benda-benda
tersebut merusak jaringan sekitar dan tempat penetrasi bahkan
kerusakan organ intenal karn apeluru lebih luas dan luka tembus lebih
bear daripada luka masuknya.
Tanda dan Gejala
a. napas (dispneu) atau sulit bernapas
b. Sianosis pada kuku, ujung jari, bibir, wajah
c. Luka memar, laserasi, tusukan, pembengkakan, atau tanda-tanda
trauma tumpul yang lain di dada.
d. Hemoptisis (batuk darah atau dahak dengan noda darah)
e. Tanda-tanda shok (penurunan tekana darah, penyempitan tekanan
nadi, peningkatan denyut jantung, pucat, kulit pucat, dingin dan
lembab)
f. Penyimpangan trakea
g. Gerakan paradoksal dinding dada jika ada flail segmen
h. Pelebaran vena jugularis di leher terutama saat inhalasi
i. Nafas hilang atau berkurang saat auskultasi
j. Nyeri di lokasi cedera terutama saat inhalasi
k. Kegagalan dada mengembang normal saat inhalasi
l. Denyut nadi sangat lemah atau tidak ada saat inhalasi
m. Penurunan tekanan darah sistolik 10 mmHg atau lebih saat inhalasi.
n. Sikap tubuh korban miring kearah sisi yang patah atau cedera pada
saat membidai
o. Adanya grating (krepitus) pada perabaan
p. Emfisema subkutan (penumpukan udara diantara subkutan dan dada)

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 64


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Perawatan pra-RS untuk Cedera Dada


a. Lakukan penilaian dini, buka jalan napas
b. Nilai pernapasannya, berikan oksigen bila ada, persiapan untuk
bantuan pernapasan
c. Stabilkan jika ada objek menusuk
d. Imobilisasi lengkap jika curiga patah tulang belakang. Pasang cervical
collar, backboard, straps dan HID (head immobilization device)
e. Rawat shok (hipoperfusi) bila ada
f. Jika ada luka terbuka:
Secepat mungkin tutup luka dengan tangan penolong yg sudah
memakai sarung tangan, jangan menunggu mendapatkan perban.
Segera tutup menggunakan occlusive dressing (pembalut kedap
udara). occlusive dressing harus lebih lebar dari luka dan rekatkan
pada 3 sisinya.

Gambar 9.1. occlusive dressing untuk luka terbuka dada

Selalu monitor pernafasan


g. Jika ada flail segmen, sebaiknya tidak dilakukan pemasangan bidai
karena akan mengurangi Gerakan dinding dada untuk pernafsan.
Cukup pertahankan jalan nafas dan berikan oksigen
h. Rujuk segera

4. Cedera Tulang Belakang (Vertebrae)


Tulang belakang adalah sistem utama pendukung tubuh yang
mengelilingi dan melindungi sumsum tulang belakang.
Sumsum tulang belakang tersusun dari jaringan syaraf yang keluar dari
otak melalui lubang di dasar tengkorak. Tulang belakang terbagi dalam 5

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 65


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

ruas yaitu ruas leher (cervical), dada (thorax), pinggang (lumbar), sakral
(sacrum) dan tulang ekor (coccyx).
Penyebab Cedera tulang belakang antara lain tabrakan mobil, jatuh, luka
tembak, dan kegiatan rekreasional (missal menyelam, sepak bola). Setiap
korban dengan luka tembak di leher, dada, perut dan pinggul harus
dianggap memiliki cedera tulang belakang.
Tulang belakang cukup kuat dan fleksibel tetapi rentan terhadap
mekanisme cedera ompresi, fleksi, ekstensi, rotasi, pembengkokan,
distraksi dan penetrasi. Kita harus mencurigai cedera tulang belakang
pada setiap kasus apaun yg melibatkan satu atau lebih mekanisme
tersebut. Bahkan jika korban tampak bergerak normal.

Gambar 9.2. mekanisme cedera tulang belakang

Tanda dan gejala :


a. Mati rasa, kesemutan pada lengan atau tungkai.
b. Kelumpuhan lengan atau tungkai.
c. Nyeri saat lengan atau tungkai bergerak.
d. Sensitif atau nyeri disepanjang bagian leher, punggung atau pinggang.
e. Perubahan bentuk dari kepala atau leher.
f. Dapat disertai cedera kepala atau hematom pada bahu, punggung atau
pada sisi samping korban.
g. Hilangnya kontrol untuk buang air besar atau kecil.
h. Kesulitan bernafas
i. Korban mungkin ditemukan dalam keadaan terlentang dengan lengan
terbentang diatas kepala (dikenal dengan istilah ”posturing”). Ini
merupakan indikasi adanya kerusakan pada daerah servikal.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 66


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Perawatan pra-RS untuk cedera tulang belakang


a. Tentukan mekanisme cedera.
b. Lakukan penilaian awal.
c. Lakukan stabilisasi secara manual sampai penderita terimobilisasi
sepenuhnya.
d. Imobisasi tulang belakang
 tulang leher (posisi duduk, posisi terbaring)

Pemasangan cervical collar posisi pasien terbaring:

Gambar 9.3.Geser cervical collar melalui belakang leher korban, lipat


lingkaran velcro ke dalam pada padding busa

Gambar 9.4.posisikan alat sehungga pas pada dagu, lanjtkan dengan


tempelkan Velcro

Gambar 9.5.pegang pada lubang trakea, pasangka loop Velcro dengan


kaitnya.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 67


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

 tulang belakang selain tulang leher


 penuh (posisi berdiri, posisi terbaring)
Langkah imobilisasi posisi terbaring:

Gambar 9.6.pertahankan stabilisasi in line, pasang cervical collar

Gambar 9.7.tempatkan long spinal board (LSB) sejajar korban

Gambar 9.8.3 penolong berlutut di sisi korban,

Gambar 9.9.gulingkan korban kea rah penolong dengan aba-aba


penolong di arah kepala

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 68


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 9.10. Penolong di bagian kepala menginstruksikan tim


penolong untuk menggulung korban ke LSB

Gambar 9.11.Amankan korban dengan memasang straps. Ikat longgar


pergelangan tangan

 sebagian

Gambar 9.12.menggunakan alat extrication device

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 69


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 9.13.setelah cervical collar terpasang, selipkan alat ke


belakang korban

Gambar 9.14luruskan alat, pasang rompi di sekeliling badan korban

Gambar 9.15.kencangkan straps jika sudah terpasang tepat

.
Gambar 9.16.pasang straps kaki

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 70


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Gambar 9.17. amankan kepala dengan straps kepala

Gambar 9.18.ikat longgar kedua tangan

Gambar 9.19.putar korban ke backboard sambal pertahankan


stabilisasi in line

e. Berikan oksigen sesuai dengan prosedur.


f. Berikan perawatan lanjutan dengan memonitor tanda-tanda vital selama
evakuasi.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 71


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

5. Cedera Leher
Leher dapat terluka karena trauma tumpul atau trauma tusuk. Contoh
penyebab yang umum terjadi yaitu tergantung (sengaaj/tidak sengaja),
benturan setir kendaraan, luka tembak, luka katena pisau, luka katena
kawat atau tali jemuran yang diregangkan.
Apbila leher terkoyak dapat terjadi perdarahan besar dari arteria tau vena
dan udara bebas dapoat masuk ke dalam pembuluh darah sehingga
penyebabkan kematian cepat. Akibat lain terjadi fraktur laring, trakea, dan
tulang leher.
Tulang leher adalah ruas tulang belakang yang umum mengalami cedera
dibandingkan 5 bagian ruas tulang belakang yang lain (fraktur
servik/patah tulang leher). Penyebab umum antara lain karena
kecelakaan lalu lintas..
Tandan dan gejala :
a. Pembengkakan, memar, hematom
b. Obstruksi jalan nafas
c. Kesulitan bicara
d. Perubahan atau kehilangan suara
e. Perpindahan trakea ke salah satu sisi leher
f. Nyeri, nyeri tekan, kejang otot leher.
g. Kesulitan menggerakkan leher.
h. Kesulitan menelan.
i. Terdengar suara krepitasi saat berbicara
j. Mati rasa, nyeri, atau kesemutan di pangkal kepala.
k. Penglihatan ganda atau kehilangan kesadaran.
Penanganan :
a. Stabilisasi manual inline

1) posisikan tangan dengan benar


2) posisi kepala dalam posisi netral, hidung sejajar (in line) pusar
korban

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 72


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

b. Tekan langsung jika ada perdarahan besar


c. Peliharan jalan nafas
d. Berikan oksigen
e. Bantuan ventilasi 10-12 kali/menit (dewsa), 12-2- kali/menit (bayi/
anak) (jika perlu)
f. Jika ada luka terbuka, tutup dengan occlusive dressing tutup pada 4
sisinya.

tekan langsung perdarahan

tutup occlusice dressing, rekatkan 4


sisinya, tambahkan kasa di atasnya untuk membantu mengontrol
perdarahan

tambahkan pembalut tekan berupa figure-


eight bandage
g. Lakukan penilaian setaip 5 menit (korban tidak stabil, 15 menit (korban
tidak stabil
h. Rujuk kerumah sakit
Penanganan fraktur servikal tergantung pada vertebra servikal mana yang
mengalami kerusakan. Pasien yang mengalami fraktur minor dapat
menggunakan cervical collar ataupun neck brace selama 6 sampai 8
minggu sampai tulang pulih dengan sendirinya.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 73


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

IX. Luka Bakar dan Kegawatdaruratan Lingkungan


A. Luka bakar
Luka bakar adalah cedera yang disebabkan oleh suhu, bahan kimia, listrik
atau radiasi.
Penyebab luka bakar diantaranya yaitu :
a. Suhu : panas ( api, uap panas dan benda panas ), dingin ( suhu dan
benda yang sangat dingin )
b. Bahan kimia : asam dan basa
c. Listrik: Tegangan
d. Radiasi : sinar ultraviolet ( termasuk sinar matahari ) dan bahan radio
aktif
Penggolongan Luka Bakar berdasarkan dalamnya luka bakar dibagi menjadi :
a. Luka bakar superfisial ( derajat satu)
Hanya meliputi lapisan kulit yang paling atas saja (epidermis), Ditandai
dengan kemerahan, Nyeri dan kadang-kadang bengkak.
b. Luka sedikit lebih dalam ( derajat dua )
Luka bakar yang meliputi lapisan paling luar kulit dan lapisan kedua
dibawahnya. Luka bakar jenis ini paling sakit, ditandai dengan
gelembung – gelembung pada kulit berisi cairan, bengkak, kulit
kemerahan atau putih, lembab dan rusak.
c. Luka bakar dalam ( derajat tiga )
Seluruh lapisan kulit terbakar, termasuk lapisa lemak, otot, pembuluh
darah, syaraf dan tulang pada beberapa kasus. Luka bakar ini paling
berat dan ditandai dengan :
a. Kulit kering
b. Pucat dan putih
c. Gosong dan hitam
d. Matirasa (kerusakan saraf)
e. Daerah sekitarnya nyeri
Berbeda dengan derajat satu dan dua luka bakar derajat tiga tidak lagi
menimbulkan nyeri.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 74


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

LUAS LUKA BAKAR


Dewasa Anak
Kepala 9% 18 %
Alat gerak atas @9% @9%
Tubuh depan 18 % 18 %
Tubuh belakang 18 % 18 %
Kemaluan 1% termasuk tubuh depan
Alat gerak bawah @18% @ 14%

Gambar 2.34 luas luka bakar


Total 100% 100%

Derajat Berat Luka Bakar (Penjelasan Derajat Luka bakar)


Derajat berat luka bakar ditentukan oleh dua faktor utama yaitu luasnya
permukaan tubuh yang mengalami luka bakar dan lokasinya.
1. Luka bakar ringan
a. Luka bakar derajat tiga kurang dari 2 % luas, kecuali pada wajah,
tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
b. Luka bakar derajat dua kurang dari 15 %
c. Luka bakar derajat satu sampai dengan 50 %

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 75


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

2. Luka bakar sedang


a. Luka bakar derajat tiga antara 2 % sampai 10 %, kecuali pada
wajah, tangan, kaki, kemaluan atau saluran napas
b. Luka bakar derajat dua antara 15 % sampai 30 %
c. Luka bakar derajat satu lebih dari 50 %
3. Luka bakar berat
a. Semua luka bakar yang disertai cedera pada saluran napas, cedera
jaringan lunak dan cedera tulang.
b. Luka bakar derajat dua atau tiga pada wajah. Tangan, kaki,
kemaluan atau saluran napas
c. Luka bakar derajat tiga diatas 10 %
d. Luka bakar derajat dua lebih dari 30 %
e. Luka bakar yang disertai cedera alat gerak
f. Luka bakar sirkumferensial

B. Penanganan luka Bakar


1. Luka Bakar ringan
a. Perlu didinginkan untuk meredakan rasa perih
b. Hindari luka pecah yang melepuh
c. Cuci dengan air bersih mengalir
2. Luka bakar sedang
a. Perlu didinginkan untuk meredakan rasa perih selama kurang lebih
15 menit
b. Hindari memecah luka yang melepuh untuk menghindari infeksi
3. Luka bakar berat
a. Pastikan korban dapat bernapas dengan lancar
b. Tutup luka bakar dengan kain bersih atau plester yang dingin dan
lembut
c. Baringkan pasien dengan kaki terangkat setidaknya 40 cm
d. Gunakan selimut atau mantel pada korban

C. Kedaruratan Lingkungan (Paparan Panas dan Dingin)


1. Paparan panas
Paparan panas (heat exposure) terjadi ketika tubuh menyerap atau
memproduksi panas lebih besar daripada yang dapat diterima melalui
proses regulasi termal (thermoregulation process). Panas dapat
mengakibatkan gangguan pada tubuh umumnya ada tiga gangguan yaitu:
a. Heat cramps/ kejang panas.
b. Heat exhaustion/ kelelahan panas.
c. Heat stroke/ sengatan panas.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 76


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Heat cramps
Kejang dan nyeri otot saat tubuh kehilangan garam akibat keringat yang
berlebihan
Tanda dan gejala dari Heat cramps
a. Otot kejang, biasanya di perut (abdomen)
b. Kelelahan
c. Mual
d. Pingsan
Perawatan pra-RS untuk Heat cramps
a. Pindahkan korban ke daerah yang sejuk
b. Berikan korban minum, otot yang kejang akan berkurang kejangnya
setelah minum air.
Heat exhaustion
Dapat terjadi saat seseorang dalam kondisi fisik yang lemah dan terlalu
memaksakan diri beraktivitas pada lingkungan sangat panas, yang
kemudian akan mempengaruhi aliran darah.
Tanda dan gejala Heat exhaustion
a. Pernafasan cepat dan dangkal
b. Nadi teraba lemah
c. Kulit dingin dan berkeringat
d. Keletihan
e. Pusing
f. Hilang Kesadaran
Perawatan pra RS untuk Heat Exhaustion
a. Pindahkan korban dari lingkungan panas.
b. Lepaskan pakaian korban.
c. Posisikan korban terlentang dengan kedua tungkai diangkat setinggi 20
- 30 cm.
d. Berikan oksigen sesuai dengan prosedur.
e. Jika korban dalam keadaan stabil, dudukkan dan berikan minum.
Heat stroke
Heat stroke adalah sebuah kondisi dimana tubuh korban mengalami
kelebihan panas, bahkan dalam beberapa kasus korban sudah tidak lagi
mampu berkeringat.
Tanda dan gejala Heat stroke
a. Nafas cepat dan dalam.
b. Nadi cepat dan kuat yang lama-lama menjadi lemah.
c. Kulit kering dan kemerahan.
d. Pupil dilatasi/melebar.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 77


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

e. Perubahan status mental dan perilaku.


f. Kehilangan kesadaran.
g. Kejang atau tremor.
Perawatan pra RS untuk Heat stroke
a. Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin dengan meletakkan
kantong es pada ketiak, lipatan paha, di belakang lutut, dan sekitar
mata kaki serta di samping leher.
b. Bila ada masukan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan
tambahkan es ke dalamnya.

2. Paparan dingin
Hipothermia
Hipothermia adalah kondisi ketika suhu tubuh turun dibawah 35o C.

Gejala dan tanda hipothermia sedang Gejala dan tanda hipothermia berat
1. Menggigil 1. Pernapasan sangat lambat
2. Terasa melayang 2. Denyut nadi sangat lambat
3. Pernapasan cepat nadi lambat 3. Unresponsive
4. Gangguan penglihatan 4. Pupil dilatasi dan tidak bereaksi
5. Reaksi mata lambat 5. Alat gerak kaku
6. Gemetar 6. Tidak menggigil

Penanganan Hipothermia
a. Penilaian dini dan lakukan pemeriksaan korban.
b. Pindahkan ke area yang dekat dengan sumber panas dan dapat
berbagi panas tubuh.
c. Jaga jalan napas dan berikan oksigen bila ada.
d. Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap
kering.
e. Berikan minuman hangat yang tidak mengandung kafein dan bersoda.
f. Pantau tanda vital secara berkala.
Catatan : Disesuaikan urutannya dengan silabus

X. Terapi Oksigen
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui
saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan pemberian
oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi sehingga konsentrasi oksigen
dalam darah meningkat.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 78


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

A. Sistem Pemberian Oksigen

Terdiri dari beberapa bagian :


1. Tabung oksigen dan katupnya.
2. Regulator tekanan rendah.
3. Flow meter.
4. Sistem pengaliran oksigen ke penderita.

B. Hal yang harus diwaspadai ketika memberikan oksigen


1. Tekanan dalam tabung adalah antara 2000 sampai dengan 2200 psi.
Kurangi tekanan menjadi 40-70 psi sebelum memberikan oksigen kepada
penderita.
2. Pemberian oksigen yang tepat untuk penderita dapat dicapai dengan
menggunakan flowmeter dan regulator. Kedua alat ini biasanya menjadi
satu bagian.

C. Peralatan Pemberian Oksigen


1. Nasal Canula (kanula hidung)

Deskripsi: mempunyai 2 cabang yang ditempatkan pada lubang hidung


penderita.
Flow Rate ( aliran ) : 1- 6 lpm
Konsentrasi O2 : 24 – 44 %

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 79


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Catatan: bisa mengakibatkan keringnya mukosa hidung saat diberikan


pada aliran yang tinggi.
2. Non – Rebreathing Mask

Deskripsi : sungkup dengan kantong reservoir untuk oksigen dan 2 sistem


katup. Membutuhkan teknik menutup yang baik di sekitar wajah agar
dapat diberikan oksigen dengan konsentrasi tinggi
Flow rate : 12 – 15 lpm
Konsentrasi O2 : 80 – 90 %
Catatan: Reservoir harus selalu terisi dengan oksigen sehingga saat
penderita menarik nafas, reserevoir hanya mengempis 1/3.

XI. Triage
Triage berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam dunia medis
istilah ini dipergunakan untuk tindakan pemilahan korban berdasarkan prioritas
pertolongan atau transportasinya. Pada triage, pada umumnya penderita yang
kritis namun mungkin masih dapat diselamatkan, akan dirawat dan dievakuasi
terlebih dahulu. Tujuan utama adalah membantu orang sebanyak mungkin agar
dapat mendapat kesempatan terbesar untuk tetap hidup.

Sistim START (Simple Triase And Rapid Treatment)


Seperti yang telah dikatakan diawal, triage adalah tindakan pemilahan penderita
untuk menentukan prioritas pertolongan. Prinsip utama dari triage adalah
menolong pada penderita yang mengalami cedera atau keadaan yang berat
namun memiliki harapan hidup.
Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode
“S.T.A.R.T.”. atau Simple (sederhana,) Triage (pemilahan), and Rapid
(cepat) Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori, yaitu :
1. Prioritas 1 – Merah: Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para
penderita yang kritis keadaanya seperti gangguan jalan napas, gangguan
pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol,
penurunan status mental.

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 80


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

2. Prioritas 2 - Kuning: Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para


penderita yang mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa gangguan
saluran napas, nyeri yang berat atau banyak, bengkak / perubahan
bentuk alat gerak, cidera punggung.
3. Prioritas 3 – Hijau: Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya,
dikenal juga sebagai “walking wounded” atau orang yang dapat berjalan
sendiri, orang dengan cidera ringan dan hanya membutuhkan perawatan
minimal tanpa ada kekhawatiran cidera tersebut menjadi parah. Termasuk
korban dengan nyeri ringan, bengkak / perubahan bentuk pada alat
gerak, luka – luka kecil
4. Prioritas 0 (terakhir) – Hitam: Diberikan kepada mereka yang meninggal
atau mengalami cidera yang mematikan. Meliputi cedera-cedera yang tidak
dapat diselamatkan.
Setelah korban dinilai dan dipilah, mereka harus diberi tanda (label) untuk
penilaian cepat. Pita dan label triage diberikan dalam ukuran, bentuk, dan warna
yang berbeda. Sekali korban diberi label, jangan diambil atau dipindahkan.
Jika korban statusnya berubah sebelum perawatan, coret garis hitam melalui
label yang asli, catat waktu dan letakkan label baru pada korban.
Dalam sistem START, pertama-tama katakan pada korban yang mampu berjalan
untuk pindah pada daerah yang khusus diperuntukkan mereka, mereka disebut
”walking wounded”. Kemudian alihkan perhatian Anda pada korban yang tidak
mampu berjalan, mulai triage dengan penilaian berikut:

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 81


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

Incident Command System (ICS)


Di Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POS KOMANDO (POSKO), yang
tugas dasarnya adalah mengatur penanggulangan korban masal. Bagaimana
melakukan pemilahan korban, bagaimana dan kemana korban dievakuasi,
menggunakan apa, siapa yang bertugas dimana, kemana dan semua hal lain
yang berhubungan dengan pengaturan dilokasi.
Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu diatur tempat/area,
sedemikian rupa sehingga ada :
1. Daerah triage: Pada dasarnya daerah ini merupakan area kejadian

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 82


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

2. Daerah pertolongan: Setelah pasien ditentukan triage-nya maka dipindahkan


ke daerah penampungan dimana pertolongan diberikan
3. Daerah transportasi: Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan
digunakan untuk mengevakuasi para korban, termasuk pencatatan data
pengiriman
4. Daerah penampungan penolong dan peralatan, sebagai penolong kita harus
mengetahui sistem yang ada, terutama apa yang harus dilakukan pada fase
awal, pada dasarnya penolong harus:
a) Mendirikan pos komando (posko) dan komandonya
b) Menilai keadaan
c) Meminta bantuan sesuai keperluan
d) Mulai melakukan triage

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 83


PERTOLONGAN PERTAMA
(FIRST AID)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Ajar MFR, penerbit PEER Programme


2. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31, Cetakan 2010, Penerbit EGC
3. Naskah Lengkap Penyakit Dalam, Pertemuain Ilmiah Tahunan 2005, Penerbit Dept.Ilmu
Penyakit Dalam FKUI
4. ACLS Provider Manual Supplementary Material, Penerbit AHA 2006
5. Brady First Responder A Skills Approach Sixth Edition, Penerbit Pearson Education, Inc.
2003
6. Pelatihan pengelolaan Penderita Gawat Darurat (PPGD) Bagi Dokter Angkatan XXII,
Penerbit Tim Instruktur PPGD Provinsi Jabar, Bandung 2003
7. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum, Priguna Sudharta, MD., Ph.D, Penerbit Dian
Rakyat, 1999
8. Patofisiologi Price Wilson Buku 1 dan Buku 2, Edisi 4, Penerbit EGC, 1995
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor
Per.08/Men/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri
10. First Responder Supply List.
file:///D:/REFERENSI%20MFR/1stvresponder%20list.pdf
11. Soenarjo et al. (2013). Anestesiologi. Jawa tengah : Perhimpunan Dokter
Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif (PERDATIN). Cabang Jawa Tengah.
12. Joseph J. Mistovich, Keith J. Karren. Prehospital Emergency Care. 10th Edition

DIREKTORAT BINA POTENSI TAHUN 2020 84

Anda mungkin juga menyukai