Biogas merupakan Energi terbarukan yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna yang
relatif lebih sederhana dan sesuai untuk daerah pedesaan. Energi biogas memproses limbah bio
atau bio massa di dalam alat kedap udara yang disebut digester. Biomassa berupa limbah dapat
berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daundaunan sortiran sayur dan sebagainya. Teknologi biogas
Biogas adalah suatu gas methan yang terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa
udara) oleh bakteri methan atau Methanobacterium disebut juga bakteri anaerobik
dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik
(biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan
energi panas.
Gas methan sama dengan gas elpiji (liquidified petroleum gas/LPG), perbedaannya adalah gas
methan mempunyai satu atom C, sedangkan elpiji lebih banyak.
MEMBUAT INSTALASI BIOGAS SEDERHANA
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah Digester yang berfungsi untuk menampung gas
metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling banyak
digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan
secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak yamg
dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16 m 2.
Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral,
bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor
gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi
biogas yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi.
Selanjutnya, digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan
biogas yang optimal
Pengolahan kotoran ternak menjadi biogas selain menghasilkan gas metan untuk memasak juga
mengurangi pencemaran lingkungan, menghasilkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair
dan yang lebih penting lagi adalah mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar
minyak bumi yang tidak bisa diperbaharui.
Dengan teknologi tertentu, gas methan dapat dipergunakan untuk menggerakkan turbin yang
menghasilkan energi listrik, menjalankan kulkas, mesin tetas, traktor, dan mobil. Secara
sederhana, gas methan dapat digunakan untuk keperluan memasak dan penerangan
menggunakan kompor gas sebagaimana halnya elpiji. Alat pembangkit biogas
Ada dua tipe alat pembangkit biogas atau digester, yaitu tipe terapung (floating type) dan tipe
kubah tetap (fixed dome type). Tipe terapung dikembangkan di India yang terdiri atas sumur
pencerna dan di atasnya ditaruh drum terapung dari besi terbalik yang berfungsi untuk
menampung gas yang dihasilkan oleh digester. Sumur dibangun dengan menggunakan bahanbahan yang biasa digunakan untuk membuat fondasi rumah, seperti pasir, batu bata, dan semen.
Karena dikembangkan di India, maka digester ini disebut juga tipe India. Pada tahun 1978/79 di
India terdapat l.k. 80.000 unit dan selama kurun waktu 1980-85 ditargetkan pembangunan
sampai 400.000 unit alat ini.
Tipe kubah adalah berupa digester yang dibangun dengan menggali tanah kemudian dibuat
bangunan dengan bata, pasir, dan semen yang berbentuk seperti rongga yang ketat udara dan
berstruktur seperti kubah (bulatan setengah bola). Tipe ini dikembangkan di China sehingga
disebut juga tipe kubah atau tipe China (lihat gambar). Tahun 1980 sebanyak tujuh juta unit alat
ini telah dibangun di China dan penggunaannya meliputi untuk menggerakkan alat-alat pertanian
dan untuk generator tenaga listrik. Terdapat dua macam tipe ukuran kecil untuk rumah tangga
dengan volume 6-10 meter kubik dan tipe besar 60-180 meter kubik untuk kelompok.
India dan China adalah dua negara yang tidak mempunyai sumber energi minyak bumi sehingga
mereka sejak lama sangat giat mengembangkan sumber energi alternatif, di antaranya biogas.
Di dalam digester bakteri-bakteri methan mengolah limbah bio atau biomassa dan menghasilkan
biogas methan. Dengan pipa yang didesain sedemikian rupa, gas tersebut dapat dialirkan ke
kompor yang terletak di dapur. Gas tersebut dapat digunakan untuk keperluan memasak dan lainlain. Biogas dihasilkan dengan mencampur limbah yang sebagian besar terdiri atas kotoran
ternak dengan potongan-potongan kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya, dengan
air yang cukup banyak.
Untuk pertama kali dibutuhkan waktu lebih kurang dua minggu sampai satu bulan sebelum
dihasilkan gas awal. Campuran tersebut selalu ditambah setiap hari dan sesekali diaduk,
sedangkan yang sudah diolah dikeluarkan melalui saluran pengeluaran. Sisa dari limbah yang
telah dicerna oleh bakteri methan atau bakteri biogas, yang disebut slurry atau lumpur,
mempunyai kandungan hara yang sama dengan pupuk organik yang telah matang sebagaimana
halnya kompos sehingga dapat langsung digunakan untuk memupuk tanaman, atau jika akan
disimpan atau diperjualbelikan dapat dikeringkan di bawah sinar matahari sebelum dimasukkan
ke dalam karung.
Untuk permulaan memang diperlukan biaya untuk membangun pembangkit (digester) biogas
yang relatif besar bagi penduduk pedesaan. Namun sekali berdiri, alat tersebut dapat
dipergunakan dan menghasilkan biogas selama bertahun-tahun. Untuk ukuran 8 meter kubik tipe
kubah alat ini, cocok bagi petani yang memiliki 3 ekor sapi atau 8 ekor kambing atau 100 ekor
ayam di samping juga mempunyai sumber air yang cukup dan limbah tanaman sebagai
pelengkap biomassa. Setiap unit yang diisi sebanyak 80 kilogram kotoran sapi yang dicampur 80
liter air dan potongan limbah lainnya dapat menghasilkan 1 meter kubik biogas yang dapat
dipergunakan untuk memasak dan penerangan. Biogas cocok dikembangkan di daerah-daerah
yang memiliki biomassa berlimpah, terutama di sentra-sentra produksi padi dan ternak di Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Bali, dan lain-lain.
Pembangkit biogas juga cocok dibangun untuk peternakan sapi perah atau peternakan ayam
dengan mendesain pengaliran tinja ternak ke dalam digester. Kompleks perumahan juga dapat
dirancang untuk menyalurkan tinja ke tempat pengolahan biogas bersama. Negara-negara maju
banyak yang menerapkan sistem ini sebagai bagian usaha untuk daur ulang dan mengurangi
polusi dan biaya pengelolaan limbah. Jadi dapat disimpulkan bahwa biogas mempunyai berbagai
manfaat, yaitu menghasilkan gas, ikut menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan
meningkatkan kebersihan dan kesehatan, serta penghasil pupuk organik yang bermutu.
Pengertian Biogas
Biogas merupakan bahan bakar gas dan bahan bakar yang dapat diperbaharui (renewable
fuel) yang dihasilkan secara anaerobic digestion atau fermentasi anaerob dari bahan organik dengan
bantuan bakteri metana seperti Methanobacterium sp. Bahan yang dapat digunakan sebagai bahan
baku pembuatan biogas yaitu bahan biodegradable seperti biomassa (bahan organik bukan fosil),
kotoran, sampah padat hasil aktivitas perkotaan dan lain-lain. Akan tetapi, biogas biasanya dibuat
dari kotoran ternak seperti kerbau, sapi, kambing, kuda dan lain lain. Kandungan utama biogas
adalah gas metana (CH4) dengan konsentrasi sebesar 50 80 % vol. Kandungan lain dalam biogas
yaitu gas karbon dioksida (CO2), gas hidrogen (H2), gas nitrogen (N2), gas karbon monoksida (CO)
dan gas hidrogen sulfida (H2S). Gas dalam biogas yang dapat berperan sebagai bahan bakar yaitu gas
metana (CH4), gas hidrogen (H2) dan gas CO (Price dan Cheremisinoff, 1981).
Tahapan Pembuatan Biogas
Proses pembuatan biogas dilakukan secara fermentasi yaitu proses terbentuknya gas metana
dalam kondisi anaerob dengan bantuan bakteri anaerob di dalam suatu digester sehingga akan
dihasilkan gas metana (CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar dari gas
hidrogen (H2), gas nitrogen (N2) dan asam sulfida (H2S). Proses fermentasi memerlukan waktu 7
sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35 oC dan pH optimum pada range
6,4 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu bakteri anaerob seperti
Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan Methanosarcina (Price dan
Cheremisinoff, 1981).
Biogas yang dibuat dari kotoran ternak sapi mengandung gas metana (CH 4) sebesar 55 65
%, gas karbon dioksida (CO2) sebesar 30 35 % dan sedikit gas hidrogen (H 2), gas nitrogen (N2) dan
gas gas lain. Panas yang dihasilkan sebesar 600 BTU/cuft. Sedangkan, biogas yang dibuat dari gas
alam mengandung gas metana (CH4) sebesar 80 % dengan panas sebesar 1000 BTU/cuft. Kandungan
gas metana (CH4) dari biogas dapat ditingkatkan dengan memisahkan gas karbon dioksida (CO 2) dan
gas hidrogen sulfida (H2S) yang bersifat korosif (Price dan Cheremisinoff, 1981). Reaksi
pembentukan metana (Price and Paul, 1981) dari bahan bahan organik yang dapat terdegradasi
dengan bantuan enzim maupun bakteri dapat dilihat sebagai berikut:
Secara umum, reaksi pembentukan CH4 yaitu :
Pada tahap ini bahan yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida dan lemak diubah menjadi
bahan yang larut dalam air seperti karbohidrat dan asam lemak. Tahap pelarutan berlangsung pada
suhu 25o C di digester (Price dan Cheremisinoff, 1981).
Reaksi:
(C6H10O5)n (s) + n H2O(l) n C6H12O6 (2.7)
2. Reaksi Asidogenik / Tahap pengasaman Pada tahap ini, bakteri asam menghasilkan asam
asetat dalam suasana anaerob. Tahap ini berlangsung pada suhu 25 o C di digester (Price dan
Cheremisinoff, 1981).
Reaksi:
Formate H2 + CO2
CH4
Methanobacterium sohngenii
Methanobacterium suboxydans
Acetate butyrate
Caproate dan butyrate
CH4 + CO2
Propionate dan Acetate
Methanococcus mazei
Methanobacterium vannielii
Methanosarcina barkeri
Methanobacterium methanica
CH4 + CO2
CH4
CH4 CH4 CH4 + CO2
CH4 + CO2
Biogas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik sangat populer digunakan untuk
mengolah limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil
menghancurkan bakteri patogen dan sekaligus mengurangi volume limbah
buangan. Metana dalam biogas, bila terbakar akan relatif lebih bersih daripada batu
bara, dan menghasilkan energi yang lebih besar dengan emisi karbon dioksida yang
lebih sedikit. Pemanfaatan biogas memegang peranan penting dalam manajemen
limbah karena metana merupakan gas rumah kaca yang lebih berbahaya dalam
pemanasan global bila dibandingkan dengan karbon dioksida. Karbon dalam biogas
merupakan karbon yang diambil dari atmosfer oleh fotosintesistanaman, sehingga
bila dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer
bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil
Hidrolisis. Pada tahap ini, molekul organik yang komplek diuraikan menjadi
bentuk yang lebih sederhana, seperti karbohidrat (simple sugars), asam
amino, dan asam lemak;
Digesti anaerobik bertujuan untuk memproduksi gas metan sebagai sumber energi,
menstabilkan limbah organik, reklamasi nutrien dan inaktivasi organisme patogen.
Reaksi biologi selama digesti anaerobik di dalam digester gas bio menurunkan
kandungan bahan organik 30 sampai 60% dan memproduksi sludge yang stabil
yang dapat digunakan sebagai pupuk. Di dalam limbah organik masih terdapat
unsur N, P dan K tetapi dalam bentuk senyawa organik yang sukar diambil oleh
tanaman. Digesti anaerobik limbah organik diuraikan menjadi asam-asam organik
sederhana (asam format, asetat, butirat dan propionat), gas CH4, CO2, H2, NO2,
NH3, H2S dan biomasa mikrobia.
bakteri penghasil metan (metanogen), yang berperan dalam merubah asamasam lemak dan alkohol menjadi metan dan karbondioksida. Bakteri
pembentuk metan antara lain methanococcus, methanobacterium, dan
methanosarcina
Berdasarkan pengertiannya biogas adalah suatu gas yang dihasilkan dari penguraian bahan
organik oleh beberapa mikroorganisme tanpa menggunakan oksigen (anaerob). Manfaat utama
dari biogas adalah sebagai pengganti bahan bakar minyak , seperti minyak tanah yang biasa
digunakan untuk memasak ataupun BBM seperti bensin ataupun solar. Dalam taraf dan skala
yang besar biogas juga digunakan untuk pembangkit daya listrik. Baca juga cara membuat
aquascape murah dan sederhana.
Untuk mengatasi harga BBM yang semakin tinggi dan naik, Anda bisa menggunakan biogas.
Cara membuat biogas pun sangat mudah, inilah berbagai macam komponen yang dhasilkan
dari fermentasi bahan organik ketika biogas terbentuk:
Kotoran sapi
Digester
Tipe digester yang sering digunakan adalah jenis continous feeding, dimana pengisian bahan
organiknya dikerjakan dengan cara berkelanjutan pada setiap harinya. Digester sendiri sangat
berguna untuk menyimpan gas metana hasil pengolahan bahan organik oleh bakteri.
Kompor gas
BIOPROSES
Berbagai teknik pengolahan limbah cair untuk menyisihkan bahan polutannya yang telah dicoba
dan dikembangkan selama ini belum memberikan hasil yang optimal. Untuk mengatasi masalah
tersebut, maka diperlukan suatu metode penanganan limbah yang tepat, terarah dan
berkelanjutan. Salah satu metode yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara BIO-PROSES,
yaitu mengolah limbah organik baik cair maupun organik secara biologis menjadi biogas dan
produk alternatif lainnya seperti sumber etanol dan methanol. Dengan metode ini, pengelolaan
limbah tidak hanya bersifat penanganan namun juga memiliki nilai guna/manfaat. Selain itu,
dengan metode bio-proses, teknologi yang digunakan sederhana, mudah dipraktekkan dengan
peralatan yang relatif murah dan mudah didapat sehingga para industri kecil dan menengah tidak
lagi beranggapan bahwa pengolahan limbah cair merupakan beban yang sangat mahal.
Pada penelitian kali ini kami melakukan satu kali percobaan. Didahului dengan pembuatan
starter terlebih dahulu dengan menggunakan bahan berupa EM4 sebanyak 50 ml dan juga sampel
sebanyak 500 ml, lalu dilanjutkan dengan pembuatan Biogas dengan menggunakan limbah tahu
sebanyak 1,5 liter dengan starter sebanyak 150 ml yang kemudian difermentasi selama tiga hari.
Adapun fermentasi yang dilakukan yaitu fermentasi secara anaerob.
Kendala pada percobaan ini yaitu pembuatan starter yang memakan waktu cukup lama dan juga
pencarian bahan berupa EM4 yang sebelumnya belum kami ketahui maksudnya, selain itu
percoban ini juga mendapatkan hasil yang minim karena proses fermentasi yang kurang lama,
karena pada dasarnya proses fermenatsi yang dibutuhkan adalah 8-10 hari.
PEMBAHASAN
Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan tahu adalah cairan kental
yang terpisah dari gumpalan tahu yang disebut air dadih. Cairan ini mengandung kadar protein
yang tinggi dan dapat segera terurai. Limbah cair ini sering dibuang secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari sungai. Sumber
limbah cair lainnya berasal dari pencucian kedelai, pencucian peralatan proses, pencucian lantai
dan pemasakan serta larutan bekas rendaman kedelai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh
industri pembuat tahu kira-kira 15-20 l/kg bahan baku kedelai, sedangkan bahan pencemarnya
kira-kira untuk TSS sebesar 30 kg/kg bahan baku kedelai, BOD 65 g/kg bahan baku kedelai dan
COD 130 g/kg bahan baku kedelai.
Pada industri tempe, sebagian besar limbah cair yang dihasilkan berasal dari lokasi pemasakan
kedelai, pencucian kedelai, peralatan proses dan lantai. Karakter limbah cair yang dihasilkan
berupa bahan organik padatan tersuspensi (kulit, selaput lendir dan bahan organik lain)
Industri pembuatan tahu dan tempe harus berhati-hati dalam program kebersihan pabrik dan
pemeliharaan peralatan yang baik karena secara langsung hal tersebut dapat mengurangi
kandungan bahan protein dan organik yang terbawa dalam limbah cair. Kunci untuk mengurangi
pencemaran adalah mencegah bahan-bahan yang masih bermanfaat terbawa limbah cair. Larutan
bekas pemasakan dan perendaman dapat didaur ulang kembali dan digunakan sebagai air
pencucian awal kedelai. Perlakuan hati-hati juga dilakukan pada gumpalan tahu yang terbentuk
dilakukan seefisien mungkin untuk mencegah protein yang terbawa dalam air dadih.
Perombakan (degradasi) limbah cair organik akan menghasilkan gas metana, karbondioksida dan
gas-gas lain serta air. Perombakan tersebut dapat berlangsung secara aerobik maupun anaerobik.
Pada proses aerobik limbah cair kontak dengan udara, sebaliknya pada kondisi anaerobik limbah
cair tidak kontak dengan udara luar.
Biasanya biogas dibuat dari limbah peternakan yaitu kotoran hewan ternak maupun sisa makanan
ternak, namun pada prinsipnya biogas dapat juga dibuat dari limbah cair. Biogas sebenarnya
adalah gas metana (CH4). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat mudah
terbakar. Pada umumnya di alam tidak berbentuk sebagai gas murni namun campuran gas lain
yaitu metana sebesar 65%, karbondioksida 30%, hidrogen disulfida sebanyak 1% dan gas-gas
lain dalam jumlah yang sangat kecil. Biogas sebanyak 1000 ft3 (28,32 m3) mempunyai nilai
pembakaran yang sama dengan 6,4 galon (1 US gallon = 3,785 liter) butana atau 5,2 gallon
gasolin (bensin) atau 4,6 gallon minyak diesel. Untuk memasak pada rumah tangga dengan 4-5
anggota keluarga cukup 150 ft3 per hari.
Proses dekomposisi limbah cair menjadi biogas memerlukan waktu sekitar 8-10 hari. Proses
dekomposisi melibatkan beberapa mikroorganisme baik bakteri maupun jamur, antara lain :
a.Bakteri selulolitik
Bakteri selulolitik bertugas mencerna selulosa menjadi gula. Produk akhir yang dihasilkan akan
mengalami perbedaan tergantung dari proses yang digunakan. Pada proses aerob dekomposisi
limbah cair akan menghasilkan karbondioksida, air dan panas, sedangkan pada proses anaerobik
produk akhirnya berupa karbondioksida, etanol dan panas.
b.Bakteri pembentuk asam
Bakteri pembentuk asam bertugas membentuk asam-asam organik seperti asam-asam butirat,
propionat, laktat, asetat dan alkohol dari subtansi-subtansi polimer kompleks seperti protein,
lemak dan karbohidrat. Proses ini memerlukan suasana yang anaerob. Tahap perombakan ini
adalah tahap pertama dalam pembentukan biogas atau sering disebut tahap asidogenik.
c.Bakteri pembentuk metana
Golongan bakteri ini aktif merombak asetat menjadi gas metana dan karbondioksida. Tahap ini
disebut metanogenik yang membutuhkan suasana yang anaerob, pH tidak boleh terlalu asam
karena dapat mematikan bakteri metanogenik
Penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang pengolahan
limbah cair tahu dan tempe menjadi biogas melalui teknologi alternatif bioproses. Penelitian
diharapkan juga memberi masukan kepada para pelaku industri tahu dan tempe sebagai bahan
pertimbangan dalam pengelolaan limbah cair yang dihasilkannya sehingga pencemaran limbah
cair organik yang dihasilkan dapat dikurangi.
KESIMPULAN
Pada percobaan kali dapat disimpulkan bahwa pembuatan biogas melalui bioproses yang
menggunakan limbah tahu sebagai sampel, dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan
dari limbah industri tahu. Selain itu juga pembuatan biogas dari limbah tahu selain dapat
menciptakan energi alternative, juga dapat menghasilkan pendapatan yang lebih bagi orang yang
mau menggelutinya.
SARAN
Pada percobaan kali ini peneliti masih menggunakan sampel yang sedikit atau skala kecil, bagi
pembaca yang mau mencoba percobaan ini dengan skala besar, dapat menggunakan
perbandingan satu berbanding sepuluh. Tidak lupa saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan dari pembaca sehingga akan menjadi perbaikan-perbaikan bagi kami unutk
penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : Hubungannya dengan Toksikologi
Senyawa Logam. UI Press, Jakarta.
EMDI dan BAPEDAL. 1994. Limbah Cair Berbagai Industri Di Indonesia: Sumber,
pengendalian dan baku Mutu. Project of the Ministry for the Environment, Republic of Indonesia
and Dalhousie University, Canada.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI-Press, Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/