Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak metode pengairan ladang yang dapat dilakukan

manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan

sungai atau sumber mata air, maka pengairan dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke

lahan pertanian. Namun demikian, pengairan juga biasa dilakukan dengan membawa air

dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Adapun

beberapa metode yang dapat dilakukan untuk pengairan ladang di wilayah pegunungan yaitu,

pengairan permukaan dan pengairan lokal.

Pengairan permukaan merupakan sistem pengairan yang menyadap air langsung di sungai

melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan bebas kemudian air

tersebut dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal

saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya

adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.

Pada sistem pengairan lokal ini, air didistribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga

berlaku gravitasi, dimana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar

hanya terbatas sekali atau secara lokal.

Air merupakan sumberdaya alam yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk yang ada di

dunia ini. Pada saat ini, air adalah salah satu sumberdaya alam yang semakin langka dan

mempunyai nilai ekonomis yang tinggi disamping nilai sosial. Ketersediaan sumber air yang
semakin lama cenderung menurun karena berbagai bentuk praktek pengelolaan alam yang

tidak memperhatikan keseimbangan, tidak sebanding dengan kebutuhan air yang semakin

meningkat. Keadaan yang demikian akan membawa pada kondisi ketidak seimbangan dalam

penggunaan air, dengan kata lain akan terjadi kompetisi dalam mendapatkan air. Oleh

karenanya pengelolaan sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial,

lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras.

Pengguna air terbesar di Indonesia adalah pertanian dan perkebunan yaitu untuk pengairan

ladang sehingga pemerintah membuat kebijakan untuk mengatur pengelolaan pengairan

ladang. Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 / 2006 tentang Pengairan ladang mengamanatkan

bahwa pengembangan dan pengelolaan pengairan ladang dilakukan oleh petani dan

pemerintah sesuai dengan arasnya. &i tingkat jaringan utama, pengelolaan pengairan ladang

menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah sedangkan petani bertanggung jawab

pada aras tersier. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dibentuk sebagai lembaga pengelola

pengairan ladang di tingkat tersier.

Dalam pengelolaan pengairan ladang, P3A dimungkinkan untuk berpartisipasi di jaringan

utama yaitu di tingkat primer dan sekunder bahkan bendung meskipun kewenangan

pengelolaan masih pada pemerintah sesuai peraturan perundangan. Partisipasi P3A di tingkat

jaringan utama dilakukan sesuai kebutuhan dan kemampuan dan dengan persetujuan dari

pemerintah sesuai dengan kewenangannya.

Sejak Indonesia tidak mampu lagi mencapai swasembada pangan, berbagai perubahan

kebijakan terus dilakukan pemerintah dalam pengelolaan pengairan ladang. Alasan utama yang
muncul perubahan kebijakan tersebut adalah keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh

pemerintah. Namun jika dikaji lebih dalam, perubahan tersebut juga tidak terlepas perubahan

model kebijakan pengairan ladang pada tingkatan internasional. Dominasi pemerintah dalam

pembangunan pengairan ladang pada masa revolusi hijau dipandang sebagai penyebab utama

kegagalan pembangunan pengairan ladang termasuk di Indonesia. Salah satu dari kegagalan

tersebut adalah ekspansi besar-besaran daerah pengairan ladang tidak diimbangi dengan

ketersediaan dana untuk melakukan operasional dan pemeliharaan jaringan pengairan ladang.

Dari uraian diatas hal menjadi topik adalah perlunya pengaturan air untuk tanaman agar
dapat maksimal dan efisien dalam pemanfaatannya, dan salah satu hal yang bisa dilakukan
adalah dengan membangun pengairan ladang.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah metode pengairan yang dilakukan masyarakat Dusun Punjul?
1.2.2 Bagaiamna kualitas air di dusun itu?
1.2.3 Apakah parameter yang mempengaruhi kualitas air?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui metode pengairan ladang yang dilakukan masyarakat Dusun
Punjul
1.3.2 Untuk mengetahui kualitas air di Dusun Punjul
1.3.3 Untuk mengetahui parameter yang mempengaruhi kualitas air
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi peneliti : mengetahui metode pengairan dan kualitas air di Dusun
Punjul
1.4.2 Bagi pembaca : menambah pengetahuan tentang metode pengairan
ladang
dan kualitas air di Dusun Punjul
1.4.3 Bagi lembaga pendidikan : dapat menjadi masukan untuk bahan pengajaran yang
masih tergolong jarang diketahui di lingkungan sekolah menengah atas 4 kota
Probolinggo
1.4.4 Bagi masyarakat : untuk membantu masyarakat mengetahui lebih lanjut
tentang metode pengairan dan kualitas air yang baik
1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dan pengamatan ini dilaksanakan pada tanggal 19-21 Febuari 2015 di Dusun
Punjul, Kec. Sukapura, Kab. Probolinggo. Pengamatan dilakukan menggunakan metode
wawancara kepada penduduk Dusun Punjul, mengenai metode pengairan ladang yang
dilakukan di Dusun tersebut. Penelitian kualitas air dilakukan dengan cara mengambil sampel
yang ada di Dusun Punjul yaitu air pegunungan, air hujan, air sungai. Air sampel diuji dengan
indicator universal , kertas lakmus , alat Ph meter , dan larutan MM , MJ , PP , dan BTB.

1.6 Definisi Operasional


1.6.1 Metode pengairan ladang adalah kumpulan cara untuk mengairi ladang
1.6.2 Air adalah komponen penting yang dibutuhkan semua mahkluk hidup
1.6.3 Kualitas air adalah kondisi air baik atau tidak sehingga layak untuk digunakan
1.6.4 pH air adalah sifat asam basa yang dimiliki oleh air
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Metode Pengairan Ladang

2.1.1 Definisi Pengairan

Pengairan secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan
air guna menunjang kegiatan pertanian, dimana tujuan mendapatkan air tersebut dilakukan
dengan usaha pembuatan bangunan dan jaringan saluran untuk membawa dan membagi air
secara teratur ke petak-petak yang sudah dibagi. Sumber air untuk pengairan dapat berasal dari
berbagai jenis antara lain air hujan, air sungai , maupun air tanah.

2.1.2 Fungsi Pengairan

Pengairan tidak hanya digunakan untuk mendistribusikan air, ada juga beberapa fungsi pengairan
antara lain :
1.Membasahi tanah
Hal ini merupakan salah satu tujuan terpenting, karena tumbuhan banyak memerlukan air selama
masa tumbuhnya. Pembasahan tanah ini bertujuan untuk memenuhi kekurangan air apabila
hanya ada sedikit air hujan.
2.Merabuk tanah
Membasahi tanah dengan air sungai yang banyak mengandung mineral
3.Mengatur suhu tanah
Tanaman dapat tumbuh dengan baik dengan suhu yang optimal. Air pengairan dapat membantu
tanaman untuk mencapai suhu yang optimal tersebut.
4. Membersihkan tanah
Hal ini bertujuan untuk menghilangkan hama tanaman seperti ular, tikus, serangga, dan lain-lain.
Selain itu dapat juga membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tanaman ke saluran
pembuang
5.Memperbesar ketersediaan air tahnah
Muka air tanah akan naik apabila digenangi air pengairan yang merembes. Dengan naiknya
muka air tanah, maka debit sungai pada musim kemarau akan naik.
2.1.3 Jenis-Jenis Sistem Pengairan

Pemilihan sistem pengairan untuk suatu daerah tergantung dari keadaan topografi, biaya, dan
teknologi yang tersedia. Berikut ini akan dibahas empat jenis sistem pengairan
1.Pengairan gravitasi ( Open gravitation irrigation )
Sistem pengairan ini memanfaatkan gaya gravitasi bumi untuk pengaliran airnya. Dengan prinsip
air mengalir dari tempat yang tinggi menuju tempat yang rendah karena ada gravitasi. Jenis
pengairan yang menggunakan sistem irgiasi seperti ini adalah :
a.Pengairan genangan liar
Pengairan mengalirkan air ke permukaan ladang melalui bangunan pengatur meliputi :
• Pengairan tanah lebak
Pada Pengairan tanah lebak ( lebak tanah yang lebih rendah di sepanjang sungai ) pada saat air
besar ( sehabis hujan ),air akan melimpah ke sisi sungai. Pada saat air surut maka ada sedikit sisa
air yang tertinggal
• Pengairan banjir
Prinsip pengairan banjir ini hamper sama dengan pengairan tanah lebak, yang membedakan pada
pengairan banjir dataran di sisi sungai bukan dataran lebak sehingga diperlukan pintu air. Pinti
air dibuka sewaktu sungai mulai banjir agar air dapat mengairi dataran sisi sungai. Bila air mulai
surut maka pintu air ditutup agar air tidak kembali ke sungai.
• Pengairan pasang surut
Sisitem pengairan ini memanfaatkan pasang surut dari air laut untuk mengairi ladang. Pengairan
pasang surut ini dapat dikendalikan sepenuhnya dengan cara pada saat air pasang diharapkan
lapisan air bagian atas yang masih tawar dapat memenuhi kebutuhan lahan. Sedangkan pada saat
surut dilakukan proses drainase
b.Pengairan genangan dari saluran
Sistem pemberian air dan pembuangan dapat dikendalikan seluruhnya meliputi :
• Pengairan genangan
Digunakan untuk tanaman yang memerlukan banyak air ( misalnya : padi ). Sistem ini murah
dalam penyelengaraan akan tetapi air yang digunakan cenderung banyak dan boros, karena lahan
harus tetap basah.
• Pengairan petak jalur ( border strip irrigation )
Jenis pengairan ini sangat baik untuk tembakau, jagung, dan tanaman yang sejenisnya ). Dalam
jenis pengairan ini diusahakan agar lahan tidak terlalu landai agar air tidak terlalu cepat turun.
• Pengairan petak ( basin irrigation )
Jenis pengairan ini dipergunakan untuk perkebunan
c. Pengairan alur dan gelombang
Pengairan mengalirkan air melalui alur-alur yang ada di sisi deretan tanaman. Banyaknya alur
akan sangat bergantung pada macam tanah, kemiringan, dan jenis tanaman. Kecepatan
pengaliran tidak boleh terlalu besar, karena apabila terlalu besar akan terjadi pengerusan.

2. Pengairan siraman ( close gravitation irrigation )


Pada sistem pengairan ini air dialirkan melalui jaringan pipa dan disemprotkan ke permukaan
tanah dengan kekuatan mesin pompa air. Sistem ini biasanya digunakan apabila topografi daerah
pengairan tidak memungkinkan untuk penggunaan pengairan gravitasi. Ada dua macam sistem
pengairan saluran :
a.Pipa tetap
Sistem ini membutuhkan banyak instalasi pipa. Oleh karena itu pengunaan sistem seperti ini
akan lebih mahal, tetapi lebih awet
b.Pipa bergerak
Sistem ini membutuhkan sedikit instalasi pipa, namun biasanya pipa yang digunakan cepat
rusak.Keuntungan dengan menggunakan sistem pengairan ini adalah tanah dengan topografi
tidak teratur dapat dialiri serta erosi dapat dihindari,kehilangan air sedikit, serta suhu udara dapat
diatur. Kerugian dengan menggunakan sistem ini adalah modal yang diperlukan cukup besar,
pemberian air dipengaruhi angina, sera pekerjaan tanah dilakukan dalam keadaan tanah basah.
3. Pengairan bawah permukaan ( sub-surface irrigation )
Pada sistem ini air dialirakan dibawah permukaan melalui saluran-saluran yang ada di sisi-sisi
petak ladang. Adanaya air ini mengakibatkan muka air tanah pada petak ladang naik. Kemudian
air tanah akan mencapai daerah penakaran secara kapiler sehingga kebutuhan air akan dapat
terpenuhi. Syarat untuk menggunakan jenis sistem pengairan seperti ini antara lain :
• Lapisan tanah atas mempunyai permeabilitas yang cukup tinggi
• Lapisan tanah bawah cukup stabil dan kedap air berada pada kedalaman 1,5 meter – 3 meter.
• Permukaan tanah relatif sangat datar
• Air berkualitas baik dan berkadar garam rendah
• Organisasi pengaturan air berjalan dengan baik

4.Pengairan tetesan ( trickle irrigation )


Air dialirkan melalui jaringan pipa dan diteteskan tepat di daerah penakanran tanaman dengan
menggunakan mesin pompoa sebagai tenaga penggerak. Perbedaan jenis sistem pengairan ini
dengan sistem pengairan siraman adalah pipa tersier jalurnya melalui pohon, tekanan yang
dibutuhkan kecil ( 1 atm ). Sistem pengairan tetsan ini memiliki keuntungan antara lain :
• Tidak ada kehilangan air,karena air langsung menetes dari pohon
• Air dapat dicampur dengan pupuk
• Pestisida tidak tercuci
• Dapat digunakan di daerah yang miring

2.1.4 Klasifikasi Jaringan Pengairan

Untuk klasifikasi jaringan pengairan apabila ditinjau dari segi pengaturannya maka dapat
dibedakan menjadi tiga jenis yakni :
a.Jaringan pengairan sederhana
Di dalam pengairan sederhana ,pembagian air tidak diukur dan diatur sehingga kelebihan air
yang ada pada suatu petak akan dialirkan ke saluran pembuang. Pada jaringan ini terdapat
beberapa kelemahan antara lain adanya pemborosan air, sering terjadi pengendapan, dan
pembuangan biaya akibat jaringan dan penyaluran yang harus dibuat oleh masing-masing desa.
b.Jaringan pengairan semi teknis
Di dalam pengairan jaringan semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap
dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa bangunan
permanen biasanya sudah dibangun di jaringan saluran. Bangunan pengaliran dipakai untuk
melayani daerah yang lebih luar disbanding jaringan pengairan sederhana.
c.Jaringan pengairan teknis
Pada jaringan pengairan teknis, saluran pembawa dan saluran pembuang sudah benar-benar
terpisah. Pembagian air dengan menggunakan jaringan pengairan teknis adalah merupakan yang
paling efektif karena mempertimbangkan waktu seiring merosotnya kebutuhan air. Pada
pengairan jenis ini dapat memungkinkan dilakukan pengukuran pada bagian hilir.
2.2 Air

2.2.1 Pengertian Air

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai
saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi.
Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat
di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi
juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air
dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan,
dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air
bersih penting bagi kehidupan manusia.

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O: satu molekul air tersusun atas dua
atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna,
tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and
temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki
kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik

2.2.2 Kebutuhan Air

Kebutuhan air pengairan diperkirakan untuk menentukan skala final proyek yairu dengan
jalan melakukan analisis sumber air untuk keperluan pengairan. Perimbangan antara air yang
dibutuhkan dengan debit yang tersedia dipelajari dengan menggunakan data-data yang ada. Ada
banyak unsur yang mempengaruhi kebutuhan air dari suatu lahan yaitu :
a.Evapotranspirasi potensial
Evapotranspirasi adalah banyaknya air yang dilepaskan ke udara dalam bentuk uap air yang
dihasilkan dari proses evaporasi dan transpirasi. Evaporasi terjadi pada permukaan air seperti
danau, sungai, serta genangan air. Sedangkan transpirasi terjadi pada tumbuhan akibat proses
asimilasi. Untuk perhitungan evapotranspirasi ada beberapa metoda yang digunakan antara lain
Thornwaite, Blaney Criddle, dan Penman modifikasi. Untuk setiap metoda, data yang digunakan
berbeda-beda. Untuk metoda Thornwaite memerlukan data temperatur dan letak geografis, untuk
metoda Blaney Criddle memerlukan data temperatur dan presentase penyinaran matahari,
sedangkan metode Penman modifikasi memerlukan data temperatur, kelembaban udara,
presentase penyinaran matahari, dan kecepatan angin.
Setiap metode sebenarnya bias digunakan tergantung data yang tersedia, namun penggunaan
metode Penman modifikasi lebih akurat karena metoda ini menggunakan banyak data
meteorologi dan klimatologi.
Untuk perhitungan di tugas kali ini digunakan metode Penman modifikasi yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
Rumus umum Penman Modifikasi : ET = c*(w*Rn + (1-w)*f(u)*(ea-ed))
Keterangan
ET : Evapotranspirasi dalam mm/hari
c : Faktor koreksi akibat keadaan iklim siang dan malam
w : Faktor bobot tergantung dari temperature udara dan ketinggian tempat
Rn : Radiasi netto ekivalien dengan evaporasi mm/hari
Rns : Gelombang pendek radiasi yang masuk = (1-α).(0,25+n/N ).Ra
Ra : Ekstra terrestrial radiasi matahari
Rnl : Gelombang panjang radiasi netto
N : Lama maksimum penyinaran matahari
1-w : Faktor bobot tergantung pada temperature udara
f(U) : Fungsi kecepatan angin = 0,27 * (1+u/100)
f(ed) : efek tekanan uap pada radiasi gelombang panjang
f(n/N) : efek lama penyinaran matahari pada radiasi gelombang panjang
f(t) : efek temperature pada radiasi gelombang panjang
ea : tekanan uap jenuh tergantung pada temperature
ed : ea * Rh/100
Rh : curah hujan efektif

b.Curah hujan efektif


Untuk mengaliri suatu ladang, maka perlu dipertimbangkan curah hujan efektif yang akan
digunakan. Biasanya untuk curah hujan efektif bulanan diambil 80% untuk tanaman padi dengan
kemungkinan tidak terpenuhi adalah 20%. Curah hujan efektif dilakukan dari hasil analisis data
curah hujan. Analisis data curah hujan bertujuan untuk menentukan :
o Curah hujan efektif adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang tersedia secara efektif
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman
o Curah hujan lebih dipakai untuk menghitung kebutuhan pembuangan/ drainase dan debit banjir
Jadi yang dimaksud dengan Re adalah Rh yakni curah hujan efektif yang didapatkan dari hasil
0,7 * R80, dimana R80 adalah curah hujan dengan kemungkinan 80% terjadi.Untuk mencari
nilai dari R80, maka yang perlu dilakukan adalah hal-hal sebagai berikut :
o Mengumpulkan data curah hujan bulanan selama kurun waktu tertentu dari beberapa stasiun
curah hujan yang terdekat dengan daerah pengairan. Biasanya perhitungan menggunakan
minimal waktu 10 tahun, dan dibutuhkan 3 stasiun curah hujan yang terdekat dengan daerah
pengairan.
o Merata-ratakan data curah hujan dari beberapa stasiun yang diperoleh.
o Mengurutkan data curah hujan dari yang terkecil sampai yang terbesar.
o Mencari nilai R80 dengan mengguanakan rumus (N/n+1), dimana N adalah urutan dan n
adalah jumlah tahun yang diambil
o Menghitung nilai Re, dimana Re=0.7*R

c.Pola tanam
Agar kebutuhan air pada tanaman dapat terpenuhi dengan baik, maka perlu dilakukan suatu
pembagian. Pembagian tersebut merupakan pola tanam. Untuk pola tanam hendaknya
disesuaikan dengan ketersediaan sumber air untuk jaringan pengairan. Apabila sumber air cukup
banyak, maka pola tanam dalam satu tahun dapat berupa Padi-Padi-Palawija, apabila sumber air
yang tersedia cenderung sedikit, maka dapat digunakan pola tanam Padi-Palawija-Palawija.

d.Koefisien tanaman
Setiap tanaman memiliki koefisien yang berbeda. Koefisien tanaman ini akan berhubungan
dengan nilai evapotranspirasi yang akan dipakai pada metoda Penman modifikasi.Koefisien yang
dipakai harus berdasarkan pada pengalaman dari proyek-proyek irgasi yang ada.

Sebagai acuan biasanya diberikan table koefisien tanaman menurut NEDECO/PROSIDA serta
dari FAO. Koefisien tanaman yang biasanya dipergunakan di Indonesia adalah koefisien
tanaman untuk padi dan palawija, karena dianggap padi dan palawija merupakan tanaman yang
paling sering ditanam di Indonesia.

e.Perkolasi
Perkolasi adalah peristiwa meresapnya air ke dalam tanah, dimana tanah dalam keadaan jenuh.
Laju perkolasi sangat tergantung dari sifat-sifat tanah.
f.Pergantian Lapisan Air ( Water Level Replacement )
Pergantian lapisan air biasanya dilakukan setelah pemupukan. Pergantian lapisan air dilakukan
menurut kebutuhan. Jika tida ada penjadwalan yang khusus, hendaknya melakukan pergantian
sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm selama sebulan, dan dua bulan setelah transplantasi
g.Masa Penyiapan Lahan ( Land Preperation )
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan adalah 1,5 bulan. Bila
penyiapan lahan terutama dilakukan dengan perlatan mesing, maka penyiapan lahan dengan
jangaka waktu 1 bulan dapat dilakukan.

Kebutuhan air untuk pengelolahan ladang bias diambil 200 mm. Hal ini meliputi penjenuhan
tanah, penggenangan ladang, dan pada awal transplantasi akan ditambah lapisan 50 mm dari
pergantian lapisan air. Angka 200 mm menyatakan bahawa tanah tersebut bertekstur berat, cocok
untuk digenangi air, dan belum ditanami selama kurang lebih 2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan
berair lebih lama lagi, maka diambil angka 250 mm sebagai kebutuhan untuk penyiapan lahan.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan juga memperhitungkan kebutuhan air untuk persemaian.

Dalam penentuan kebutuhan air, kebutuhan air akan diperhitungkan berdasarkan kebutuhan air
pada masa persiapan lahan, dan pada masa tanam. Untuk lebih lengkapnya akan dijelaskan
sebagai berikut :
• Kebutuhan air pada masa penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan maksimum air
pengairan pada suatu proyek pengairan. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
kebutuhan air untuk penyiapan lahan antara lain :
 Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan. Yang
menentukan lamanya waktu penyiapan lahan antara lain adalah ketersediaan tenaga kerja dan
kondisi sosial budaya sekitar
 Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan kedalam dan
proositas tanah di ladang dengan mengunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor
dan Zijlstarai. Metode tersebut didasarkan pada laju air yang konstan selama masa persiapan
lahan, dan digambarkan melalui rumus berikut
IR = M*ek/(ek-1)
Keterangan :
IR : Kebutuhan air total dalam mm/hari
M : Kebutuhan air untuk menganti kehilangan air akibat evapotranspirasi ladang dan perkolasi di
ladang = E0+p
P : Perkolasi = M.T/S
T : Jangka waktu penyiapan lahan
S : Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah lapisan tanah air

Untuk menghitung kebutuhan air total penyiapan lahan dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut : DR = ( LP-Re )/ (0,64*8,64).
Keterangan
DR : Kebutuhan air bersih
LP : Kebutuhan air selama masa penyiapan lahan
Faktor 0,64 adalah nilai efisiensi dari saluran, dan 8,64 adalah konstanta pengubah mm/hari
menjadi l/dt/ha.
• Kebutuhan air pada masa tanam hamper sama cara perhitungannya dengan pada masa
persiapan lahan,yang membedakan adalah cara perhitungannya. Cara perhitungannya akan
diterangkan sebagai berikut
 Curah hujan efektif dihitung
 Nilai evapotranspirasi dihitung dengan menggunakan metode penman Modifikasi
 Nilai perkolasi dan pergantian lapisan air (WLR) dicari
 Menghitung ETc = ETo* c dimana c adalah koefisien tanaman rata-rata
 Menghitung kebutuhan air total ( bersih ) di ladang untuk padi menggunakan Re80, sementara
untuk palawija digunakan Re50.Untuk menghitung kebuthan air bersih digunakan rumus :
NFR = ETc + p + WLR – Re
 Menghitung kebutuhan air pengairan
DR = NFR / 0,64*8,64

2.2.3 Parameter Yang Mempengaruhi Kualitas Air

 pH air
Derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan sifat asam dan basa. Perubahan pH di
suatu air sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, maupun biologi dari organisme
yang hidup di dalamnya. Derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun
bahan pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat di dalam air.
Nilai pH air digunakan untuk mengekpresikan kondisi keasaman (konsentrasi ion hidrogen)
air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14. Kisaran nilai pH 1-7 termasuk kondisi asam, pH 7-
14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi netral.

 Suhu

Indonesia mempunyai aliran sungai yang berlimpah, karena geografis Indonesia yang
dipenuhi gunung sehingga kontur dari tanah naik turun tidak merata, suhu pada aliran sungai
sangat beragam tergantung dari letak sungai terhadap ketinggian dan kedalaman sungai,
semakin dalam sungai maka suhu air akan semakin rendah, begitu juga dengan sungai
terletak di dataran tinggi mempunyai suhu yang lebih rendah, suhu air merupakan parameter
fisik air yang dapat mempengaruhi kehidupan biota perairan karena berkaitan dengan tingkat
kelarutan oksigen proses respirasi biota peraturan dan kecepatan degradasi bahan pencemar
dan suhu sungai di Indonesia berkisar 230C-280C.

 Warna

Warna air pada sungai dipengaruhi oleh adanya ion-ion metal alam (besi dan mangan),
humus, plankton, tanaman air dan buangan limbah. Kerusakan lingkungan cukup parah juga
terjadi di sungai. Aliran air sungai telah membawa material lumpur sisa buangan limbah
pencucian limbah domestik ke sungai. Dan adanya erosi pada sungai.

 Bau

Air yang tercemar mengandung zat organik, anorganik, dan zat-zat tambahan lain yang
menyebabkan berkurangnya kualitas air sehingga tidak layak lagidimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya, mandi, minum, danmencuci sayuran atau bahan
makanan lain. Air yang tercemar biasanya berwarna keruh dan cenderung berbau. Hal ini
disebabkan menurunnya kadar oksigen dalam air akibat penyerapan yang dilakukan oleh
nitrogen, hidrogen, unsur karbon, dan belerang.
Munculnya bau tak sedap dalam air sungai yang tercemar bisa jadi karena adanya limbah
organik membusuk yang mengakibatkan bertambahnya populasi mikroorganisme dan lebih
fatal lagi dapat menimbulkan bakteri patogen atau bakteri yang menyebarkan penyakit pada
manusia dan hewan. Bau yang menguap ke permukaan berasal dari senyawa amoniak yang
diuraikan oleh mikroorganisme tersebut. Penggunaan sabun dan deterjen dalam kebutuhan
rumah tangga hendaknya perlu diperhatikan. Jangan sampai kehadirannya mencemari air
bersih yang kita gunakan dan lingkungan sekitar kita.

 Lemak dan Minyak


Merupakan zat pencemar yang sering dimasukkan kedalam kelompok padatan, yaitu
padatan yang mengapung di atas permukaan air. Menurut Sugiharto (1987), bahwa lemak
tergolong benda organik yang relatif tidak mudah teruraikan oleh bakteri. Terbentuknya
emulsi air dalam minyak akan membuat lapisan yang menutup permukaan air dan dapat
merugikan, karena penetrasi sinar matahari ke dalam air berkurang serta lapisan minyak
menghambat pengambilan oksigen dari udara sehingga oksigen terlarut menurun. Untuk
air sungai kadar maksimum lemak dan minyak mg/l= ppm.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.I Rancangan Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan terdiri dari dua jenis yaitu :

1. Wawancara masyarakat Dusun Punjul mengenai metode pengairan ladang


2. Penelitian kualitas air di Dusun Punjul

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan dalam 3 jenis yaitu:

1. Waktu saat wawancara masyarakat Dusun Punjul : Hari Jum’at , 20 Februari 2015 pukul
09.00-09.30 WIB
2. Waktu saat mengambil sampel di Dusun Punjul : Hari Kamis , 19 Februari 2015 pukul
10.30-11.30 WIB
3. Waktu saat meneliti kualitas air sampel : Hari Kamis , 19 Februari 2015 pukul 11.35-
13.30 WIB

3.1.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan dalam tiga jenis yaitu :

1. Tempat saat wawancara masyarakat Dusun Punjul : Rumah Bapak Ade

2. Tempat saat mengambil sampel di Dusun Punjul : Di Sungai Dusun Punjul

3. Tempat saat meneliti kualitas air sampel : Di SD wonokerto 02 Dusun Punjul

3.2 Populasi Dan Sampel


3.2.1 Populasi
Pada dasarnya populasi menjadi sumber data dalam penelitian. Populasi merupakan
keseluruhan subjek penelitian baik itu orang, benda, kejadian ataupun hal lain yang
dibatasi secara jelas dan merupakan sasaran dari suatu penelitian. Dalam penelitian
ini diambil dua jenis populasi yaitu:
1. Populasi dalam penelitian wawancara metode pengairan ladang Dusun Punjul
Dalam penelitian wawancara diambil populasi yaitu seluruh warga di Dusun
Punjul, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo
2. Populasi dalam penelitian kualitas air di Dusun Punjul
Dalam penelitian kualitas air di dusun punjul , diambil populasi yaitu seluruh
sumber air di dusun Punjul kecamatan Sukapura , Kabupaten Probolinggo.
3.2.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang sudah dijadikan bahan penelitian .
Dalam penelitian ini , diambil dua jenis sampel yaitu :
1. Sampel Dalam penelitian wawancara metode pengairan ladang Dusun Punjul
Saat melakukan wawancara , penulis menanyakan pertanyaan kepada seorang
warga Dusun Punjul Kecamatan Sukapura , Kabupaten Probolinggo
2. Sampel dalam penelitian kualitas Air di dusun Punjul
Dalam melakukan penelitian ini , penulis mengambil sampel air di Sungai Dusun
Punjul , air kran rumah Bapak Ade dan air hujan Dusun Punjul , kecamatan
Sukapura , Kabupaten Probolinggo

3.3 Instrumen Penelitian

3.3.1 Instrumen pengumpulan data wawancara masyarakat Dusun Punjul

Instrument pengumpulan data wawancara masyarakat terhadap metode pengairan


lading di Dusun Punjul dalam wawancara terbuka yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang
disusun oleh penulis.

3.3.1.1 Daftar pertanyaan

a. Bagaimana metode pengairan ladang di Dusun Punjul?


b. Bagaimana pengairan ladang ketika musim kemarau datang?
c. Bagaimana pengairan ladang ketika musim hujan datang?
d. Bagaimana kualitas air di Dusun Punjul?
e. Apakah air untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pengairan ladang
memiliki kualitas air yang baik
f. Apakah air untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pengairan ladang diambil
dari sumber saja?
g. Bagaimana kualitas air ketika di musim kemarau? Apakah keruh?
h. Apakah suhu air di Dusun Punjul berbeda ketika musim kemarau dan musim
hujan?

3.3.2 Instrumen penelitian kualitas air Dusun Punjul


3.3.2.1 Alat

Alat penelitian yang digunakan untuk penelitian kualitas air di dusun Punjul :

1) Rak
2) Tabung Reaksi
3) Pipet Tetes
4) Gelas
5) Gelas Ukur
6) pH Meter

3.3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian kualitas air ini yaitu :

1) Kertas Lakmus merah dan biru


2) Larutan MM , MJ , BTB , PP
3) Air sungai
4) Air kran
5) Air hujan
6) Indicator universal

3.4 Pengumpulan data


Data yang diperoleh berupa data observasi kualitas air dan data wawancara kepada
warga Dusun Punjul Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolingo.
3.5 Analisis data

Data yang terkumpul dianalisis , melalui pertanyaan wawancara kepada seorang warga
dusun Punjul diketahui bahwa metode pengairan ladang menggunakan air hujan . Dan data
yang diperoleh dari penelitian pH air diketahui 3 sampel air mengandung pH 8,3 dan dengan
indikator universal 3 sampel air tersebut mengandung pH yang berbeda.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANs

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil wawancara masyarakat

1) Daftar pertanyaan

Untuk mengetahui metode pengairan ladang di Dusun Punjul maka penulis


memberikan pertanyaan terbuka berbentuk wawancara sebagaimana pertanyaan tersebut
sebagai berikut :

a. Bagaimana metode pengairan ladang di Dusun Punjul?


b. Bagaimana pengairan ladang ketika musim kemarau datang?
c. Bagaimana pengairan ladang ketika musim hujan datang?
d. Bagaimana kualitas air di Dusun Punjul?
e. Apakah air untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pengairan ladang
memiliki kualitas air yang baik?
f. Apakah air untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pengairan ladang diambil
dari sumber saja?
g. Bagaimana kualitas air ketika di musim kemarau? Apakah keruh?
h. Apakah suhu air di Dusun Punjul berbeda ketika musim kemarau dan musim
hujan?

2) Jawaban dari hasil wawancara

Setelah melakukan wawancara penulis mendapat jawaban yang akan disajikan


dalam bentuk tabel sebagai berikut

Tabel 4.1 hasil wawancara masyarakat tentang metode pengairan ladang di Dusun
Punjul

No Daftar Pertanyaan Jawaban


A Bagaimana metode pengairan ladang di Dusun Punjul? Digunakan air hujan dan air
sungai untuk mengairi ladang
B Bagaimana pengairan ladang ketika musim kemarau Menggunakan air sungai
datang? dengan cara mengangkutunya
dari sungai ke ladang
C Bagaimana pengairan ladang ketika musim hujan datang? Menggunakan air hujan
D Bagaimana kualitas air di Dusun Punjul? Baik
E Apakah air untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan Iya, baik karna yang dipakai
pengairan ladang memiliki kualitas air yang baik? air sumber
F Apakah air untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan Iya, dengan cara menyalurkan
pengairan ladang diambil dari sumber saja? pipa-pipa ke rumah penduduk
G Bagaimana kualitas air ketika di musim kemarau? Apakah Tidak tetap sama
keruh?
H Apakah suhu air di Dusun Punjul berbeda ketika musim Tetap dingin, kalau udaranya
kemarau dan musim hujan? lebih dingin musim kemarau

4.1.2 Hasil penelitian kualitas air

4.1.2.1 Analisi Data Penelitian pH air dengan indikator MM , MJ , BTB , PP

Hasil penelitian dengan larutan INDIKATOR MM , MJ , BTB , dan PP adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Hasil penelitian pH air

INDIKATOR PERUBAHAN pH PERUBAHAN WARNA

MM (METIL MERAH) 4,2 – 6,3 Merah – Kuning

BTB (BROMTIMOL BIRU) 6,0 – 7,6 Kuning – Biru

PP (FENOFTALEIN) 8,3 – 10,0 Tidak Berwarna – Merah

MJ (METIL JINGGA) 2,9 – 4,0 Merah - Kuning

4.1.2.2 Analisis Data Penelitian pH Air dengan indikator universal

Hasil penelitian dengan indikator universal adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Penelitian dengan Indikator Universal

BAHAN YANG DI UJI pH


AIR SUNGAI 6
AIR KERAN 7
AIR HUJAN 6
4.1.2.3 Analisis Data Penelitian pH dengan Kertas Lakmus

Hasil penelitian dengan kertas lakmus adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Penelitian dengan Kertas Lakmus

BAHAN YANG DIUJI LAKMUS MERAH LAKMUS BIRU

AIR SUNGAI MERAH BIRU

AIR KERAN MERAH BIRU

AIR HUJAN MERAH BIRU

Dari data yang didapatkan diketahui bahwa pH air sungai , air keran , air hujan adalah netral ,
dikarenakan saat diuji dengan kertas lakmus merah warnanya berubah menjadi merah , dan
saat diuji dengan kertas lakmus biru berubah warna menjadi biru

4.2 Pembahasan

4.2.1 Cara Kerja Penelitian pH Air

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya , penelitian pH air adalah sebagai berikut :

Bahan :

1) Kertas Lakmus merah dan biru


2) Larutan MM , MJ , BTB , PP
3) Air sungai
4) Air kran
5) Air hujan
6) Indicator universal

Alat :

1) Rak
2) Tabung Reaksi
3) Pipet Tetes
4) Gelas
5) Gelas Ukur
6) pH Meter
1 Cara Kerja 1

a) Menuangkan Air Sungai, Air Keran dan Air Hujan ke dalam tabung ukur satu persatu
sebanyak 2 ml

b) Meneteskan larutan Bromtimol biru ke dalam tabung reaksi yang berisikan masing-
masing Air Keran, Air Sungai, dan Air Hujan

c) Amati dan catat perubahan warna pada masing-masing tabung reaksi

d) Lakukan percobaan yang sama pada larutan Metil Jingga, Metil Merah, dan Fenoftalein.

2 Cara Kerja 2

a) Memasukkan Air Keran, Air Sungai dan Air Hujan ke dalam masing-masing tabung reaksi

b) Ambil indikator universal

c) Celupkan indikator universal ke tabung reaksi yang berisi air laut

d) Amati perubahan warna yang terjadi

e) Tentukan pH larutan dan catat hasilnya

3 Cara Kerja 3

a) Masukkan air sungai,air keran,dan air hujan ke dalam wadah.

b) Siapkan kertas lakmus merah dan lakmus biru masing-masing 3 buah.

c) Celupkan kertas lakmus ke dalam air sungai,air keran dan air hujan.

d) Kemudian diamkan beberapa saat.

e) Amati perubahan yang terjadi pada kertas lakmus.

Dari ketiga penelitian yang dilakukan didapat hasil yang berbeda . Setiap hasil menunjukkan pH
basa , asam , dan netral . Pada penelitian pertama diketahui bahwa semua sampel air
mengandung pH 8,3 yang berarti bersifat basa . Pada penelitian kedua pH dapat diketahui dari
tabel hasil penelitian dengan indikator universal . Dan pada penelitian ketiga yang
menggunakan kertas lakmus diketahui bahwa pH dari ketiga sampel itu adalah netral.

4.2.2 Kualitas Air Dusun Punjul


Kualitas air dapat diketahui dari parameter yang telah dibahas sebelumnya . Menurut
penelitian dan hasil wawancara yang telah kami peroleh , kualitas air dusun Punjul adalah baik
sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan pencemaran dan
kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat di dalam air. Nilai pH air digunakan untuk
mengekpresikan kondisi keasaman (konsentrasi ion hidrogen) air limbah. Skala pH berkisar
antara 1-14. Kisaran nilai pH 1-7 termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH
7 adalah kondisi netral.
Bab V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan wawancara yang telah dilakukan , maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :

1 Metode pengairan ladang yang dilakukan masyarakat di Dusun Punjul adalah dengan
pengairan menggunakan air hujan ketika musim hujan dan menggunakan air sungai
ketika musim kemarau
2 Kualitas air di Dusun Punjul baik . Air yang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari
diambil dari sumber yang ditampung dan dialirkan dengan pipa-pipa ke masyarakat
Dusun Punjul
3 Parameter yang mempengaruhi kualitas air dapat diketahui antara lain adalah suhu , pH
air , warna , bau dan , kandungan yang terdapat dalam air tersebut .

5.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut :

1 Masyarakat sebaiknya menjaga kualitas air di dusun Punjul untuk kehidupan


selanjutnya .
2 Masyarakat sebaiknya dapat menggunakan air dengan bijak dikarenakan di dusun Punjul
susah dalam mendapatkan air
3 Saat musim hujan masyarakat dapat menyimpan air hujan untuk kebutuhan ketika
musim kemarau agar pengairan dapat berjalan dengan baik meskipun kemarau datang.
4 Seharusnya pihak-pihak pengurus dusun Punjul menyalurkan pipa-pipa air ke penduduk
lebih sering lagi agar masyarakat tidak kekurangan atau krisis air lagi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Penelitian Dengan Indikator MM , MJ , BTB , Penelitian Dengan Indikator Universal


PP

Penelitian Dengan Kertas Lakmus Proses Wawancara Dengan keluarga Bapak Ade

Anda mungkin juga menyukai