Latar Belakang
Kecamatan Lae Parira terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Dairi Nomor 33 Tahun 2001, tentang Pembentukan Kecamatan Lae Parira dan
Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe yang peresmiannya dilaksanakan pada tanggal
13 Pebruari 2001. Kecamatan Lae Parira sebelumnya merupakan bagian dari
Kecamatan Silima Pungga-pungga yang kemudian dimekarkan menjadi dua (2)
kecamatan yang beribu kota di Desa Lae Parira, dimana maksud dan tujuannya
untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan untuk percepatan
pembangunan seuai dengan semangat Otonomi Daerah (Situmorang, 2003).
Seluruh dunia Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan
sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan,
Jagung telah menjadi komoditas utama setelah beras. Bahkan, di beberapa daerah
di Indonesia, jagung dijadikan bahan pangan utama. Tidak hanya sebagai bahan
pangan, jagung juga dikenal sebagai salah satu bahan pakan ternak dan industri
(Purwono dan Rudi, 2005).
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian
dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan
Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar abad ke-16
orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia. Orang Belanda
menamakannya mais dan orang Inggris menamakannya corn ( Jayanto, 2009).
Pengendalian organisme pengganggu tanaman yang ramah lingkungan
akhir-akhir ini sering menjadi wacana dalam usaha tani, Hal ini sesuai dengan
kebijakan pemerintah dalam UU No. 12 tahun 1995 yang mengisyaratkan bahwa
perlindungan tanaman dilakukan sesuai dengan sistem PHT. Konsep PHT dalam
perlindungan tanaman mengandalkan berbagai cara strip sistem yang kompatibel
(tidak kaku pada satu cara) dalam tindakan pengendalian OPT. PHT merupakan
cara pengendalian hama yang ramah lingkungan (Dinas Pertanian Provsu, 2013).
SLPHT merupakan metode penyuluhan untuk mengimplementasikan PHT.
Prinsipdasar Sekolah Lapangan, adalah (1) mempunyai peserta dan pemandu
lapangan,
(2)merupakan
sekolah
di
lapangan
dan
peserta
lapangan
(penyerahan
sertifikat
kelulusan)
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Adapun klasifikasi botani tanaman jagung (Zea mays L.) menurut Jayanto
(2009) yang menyatakan bahwa sistematika dari tanaman jagung adalah sebagai
berikut:
Kingdom:
Plantae
Divisio:
Spermatophyta
Sub
Divisio:
7-10
buku,
adventifberkembang
semuanya
menjadi
di
serabut
bawah
akar
permukaan
tebal.
Akar
tanah.
Akar
seminal
hanya
spikelet denganbunga jantan di ujung tanaman (apikal) dan bunga betina di ketiak
daun (aksilar).Jagung bersifat protandrus yaitu mekarnya bunga jantan (pelepasan
tepun sari)biasanya terjadi satu atau dua hari sebelum munculnya tangkai putik.
Oleh karenaitu jagung merupakan spesies yang menyerbuk silang (Effendi, 2006).
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletakpada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besardibanding yang
terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap. Biji jagung disebut kariopsis, dinding ovari atau perikarp
menyatu dengankulit biji atau testa, membentuk dinding buah. Biji jagung terdiri
atas tigabagian utama, yaitu (a) pericarp, berupa lapisan luar yang tipis, berfungsi
mencegah embrio dari organisme pengganggu dan kehilangan air; (b)endosperm,
sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari bobot biji yangmengandung 90%
pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan lainnya; dan(c) embrio (lembaga),
sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plamule,akar radikal, scutelum, dan
koleoptil (Surbekti, dkk., 2008).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140mm/bulan. Oleh karena
itu waktu penanaman harusmemperhatikan curah hujan dan penyebarannya.
Penanamandimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan.Untuk
mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujandan pola distribusinya
selama 10 tahun ke belakang agarwaktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan
tepat (Murni dan Arief, 2008).
jagung
di
dunia
tersebar
di
negara
tropis
dan
subtropis
1. Secara hayati :
% Jlh
0
Minggu
: 2 (20 Mei 2013)
Petak PHT
No
Hama
e/r Penyaki
.
t
1
Belalang
0, Hawar
2
Daun
2
Ulat
0,
Grayak
1
3
Ulat
0
Tanah
4
Ulat
0,
Jengkal
1
5
Penggerek 0
Batang
6
Penggerek 0
Tongkol
Musuh
e/r
Alami
1
Laba-laba 0,
8
2
Cecopet
0,
1
3
Paedirus
0,
1
4
Opionea
0
5
Coccineli 0,
d
2
6
Semut
1,
3
Jumlah
1
Anakan
Tinggi
31
Tanaman
cm
Keadaan
Lb
Lahan
% Jl
h
0
0,
1
0
0,
4
0,
3
1
25
cm
lb
% Jlh
0
Minggu
: 3 (27 Mei 2013)
Petak PHT
No
Hama
e/r Penyaki
.
t
1
Belalang
0, Hawar
1
Daun
2
Ulat
0
Grayak
3
Ulat
0,
Tanah
2
4
Ulat
0,
Jengkal
1
5
Penggerek 0
Batang
6
Penggerek 0
Tongkol
Musuh
e/r
Alami
1
Laba-laba 1,
2
2
Cecopet
0,
3
3
Paedirus
0,
2
4
Opionea
0
5
Coccineli 0,
d
4
6
Semut
1,
3
Jumlah
1
Anakan
Tinggi
56
Tanaman
cm
Keadaan
Lb
Lahan
% Jl
h
0
0,
1
0
0
e/r
Cecopet
0,
7
0
Paedirus
Opionea
Coccinelid
0
0,
2
1,
0
1
Semut
43
cm
Lb
% Jlh
0
Minggu
: 4 (03 Juni 2013)
Petak PHT
No
Hama
e/r Penyaki
.
t
1
Belalang
0
Hawar
Daun
2
Ulat
0
Grayak
3
Ulat
0
Tanah
4
Ulat
0,2
Jengkal
5
Penggerek 0
Batang
6
Penggerek 0
Tongkol
Musuh
e/r
Alami
1
Laba-laba 1,0
2
Cecopet
0,2
3
Paedirus
0,1
4
Opionea
0
5
Coccineli 0,4
d
6
Semut
0,9
Jumlah
1
Anakan
Tinggi
10
Tanaman
8
cm
Keadaan
Lb
Lahan
% Jl
h
0
0,1
Semut
1,1
1
0
0
e/r
0,5
0,1
0
0
0,3
76
cm
Ak
% Jl
h
0
Minggu
: 5 (10 Juni 2013)
Petak PHT
No
Hama
e/r Penyaki % Jl
.
t
h
1
Belalang
0, Hawar
0
1
Daun
2
Ulat
0
Grayak
3
Ulat
0
Tanah
4
Ulat
0
Jengkal
5
Penggerek 0
Batang
6
Penggerek 0
Tongkol
Musuh
e/r
Alami
1
Laba-laba 1,
5
2
Cecopet
0,
2
3
Paedirus
0,
1
4
Opionea
0
5
Coccineli 0,
d
3
6
Semut
1,
1
Jumlah
1
Anakan
13
Tinggi
2
Tanaman
cm
Keadaan
Lb
Lahan
0,
2
0
0
e/r
Cecopet
0,
6
0
Paedirus
Opionea
Coccinelid
0
0,
2
1
Semut
1
10
4
cm
Lb
% Jlh
0
Minggu
: 6 (17 Juni 2013)
Petak PHT
No
Hama
e/r Penyaki % Jl
.
t
h
1
Belalang
0
Hawar
0
Daun
2
Ulat
0
Grayak
3
Ulat
0
Tanah
4
Ulat
0,
Jengkal
1
5
Penggerek 0
Batang
6
Penggerek 0
Tongkol
Musuh
e/r
Alami
1
Laba-laba 0,
5
2
Cecopet
0,
1
3
Paedirus
0,
2
4
Opionea
0,
1
5
Coccineli 0,
d
2
6
Semut
0,
8
Jumlah
1
Anakan
10
Tinggi
7
Tanaman
cm
Keadaan
Lb
Lahan
% Jlh
0
0
0
0
e/r
0,
2
0
0,
1
0
0,
1
1,
0
1
14
2
cm
lb
Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada data didapat pada
Minggu-1, hama yang paling banyak menyerang adalah hama Ulat Tanah 0,4 %.
Hal ini dapat dikendalikan dengan menanam serentak tanaman jagung. Hal ini
sesuai dengan literatur Surtikanti (2011) yang menyatakan bahwa pengendalian
ulat tanah dapat dilakukan tanam serentak, dapat pula dilakukan penggenangan.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada data didapat pada
Minggu-2, hama yang paling banyak menyerang adalah Ulat Grayak yaitu 0,3 %.
Hal ini dapat dikendalikan dengan cara kimiawi yakni aplikasi insektisida. Hal ini
sesuai dengan liiteratur Pabbage, dkk. (2012) yang menyatakan bahwa
menganjurkan aplikasi insektisida jika sudah ditemukan dua ekor larva/m2.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada data didapat pada
Minggu-3, hama yang paling banyak menyerang adalah belalang yakni 0,3 %.
Hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan aplikasi pestisida. Hal ini
sesuai dengan lteratur Pabbage, dkk. (2012) yang menyatakan bahwa pestisida
dapat diaplikasikan. Penyemprotan dengan alat aplikasi ULV lebih baik karena
lebih efisien.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada data didapat pada
Minggu-4, hama yang paling banyak menyerang adalah ulat jengkal yakni 0,1 %.
Hama ini dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida. Hal ini sesuai
dengan literatur Pabbage, dkk. (2012) yang menyatakan bahwa Insektisida yang
cukup efektif antara lain adalah monokrotofos, diazinon, khlorpirifos, triazofos,
dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril.
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada data didapat pada
Minggu-5, hama yang paling banyak menyerang adalah Belalang yakni 0,3 %.
Hama ini dapat dikendalikan dengan sanitasi lahan. Hal ini sesuai dengan literatur
Pabbage, dkk. (2012) menyatakan bahwa pengendalian secara kultur teknis yaitu
dengan cara sanitasi lahan, membersihkan lahan dari sampah yang dapat menjadi
sarang belalang.
Dari petak perlakuan petani terlihat bahwa musuh alami yang menyerang
hama tanaman jagung (Zea mays L.) sangat banyak diantaranya yang paling
banyak dan dominan adalah laba-laba dengan populasi pada minggu ke II
sebanyak 0,8 untuk kelompok PHT dan 0.5 untuk kelompok PP. Semut populasi
sebanyak 1,3 untuk kelompok PHT sedangkan 0.7 untuk kelompok PP.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Pertanian Provsu. 2013. Laporan Akhir Pelaksanaan SLPHT Jagung Tahun
2013. Provinsi Sumatera Utara. Medan.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2013. Kerangka Acuan Kegiatan SLPHT.
Dirjend Tanaman Pangan Kementrian Pertanian. Jakarta.
Effendi, F.B. 2006. Uji Beberapa Varietas Jagung (Zea mays L.) Hibrida Pada
Tingkat Populasi Tanaman Yang Berbeda . IPB Repository. Bogor.
Harahap,H. 2007. Pola Pertumbuhan Dan Produksi Jagung (Zea mays L.) Pada
Musim Kering Terhadap Perbedaan Waktu Tanam. USU Repository.
Medan.
Iriany, R.N., M.Yasin., dan A. Takdir. 2008. Asal, Sejarah, Dan Taksonomi
Tanaman Jagung (Zea mays L.) . Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.
Jayanto, A.D. 2009. Jagung (Zea mays L.). Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan Dan Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan. Jakarta.
Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of in Indonesia. Resived and translated by P.A. van
der Laan, University of Amsterdam. PT Ichtiar Baru, van Hoeve, Jakarta.
701 hal.
Murni, A.M dan R.W. Arief. 2008. Teknologi Budidaya Jagung (Zea mays L.).
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Pabbage, M.S., A.M.Adnan., dan N. Nonci. 2012. Pengelolaan Hama Prapanen
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serelia. Maros.
Prihatman. 2010. Modul Budidaya Jagung (Zea mays L.). Balai Pengkajian dan
Pengembangan. Bogor.
Purwono. dan Rudi H. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Bogor.
Ruhendi, A. Iqbal, dan D. Soekarna. 1985. Hama Jagung di Indonesia. Dalam:
Hasil Penelitian Jagung, Sorgum dan Terigu 1980-1984. Risalah Rapat
Teknis Puslitbangtan Bogor, 28-29 Maret 1985. p. 99-113.
Situmorang, R. 2003. Pemerintah Kabupaten Dairi Kecamatan Lae Parira.
Kabupaten Dairi. Sidikalang.
Subekti, N.A., Syafruddin., R. Effendi., dan Sunarti. 2008. Morfologi Tanaman
Dan Fase Pertumbuhan Jagung (Zea mays L.). Balai Penelitian Tanaman
Serealia. Maros.
Jagung
dan