Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

(KKL)

JUDUL :
PROSES PENGOLAHAN AIR KOTOR (WATER TREATMENT) DENGAN
MENGGUNAKAN MIKROORGANISME TERTENTU DI PT DJARUM
KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

OLEH :
SINTA FITRIA

24020114120017

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
JUNI, 2016

HALAMAN PENGESAHAN

Judul

PROSES PENGOLAHAN AIR KOTOR (WATER


TREATMENT)
DENGAN
MENGGUNAKAN
MIKROORGANISME TERTENTU DI PT DJARUM
KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

Mengetahui
Dosen Pembimbing

Semarang, Juni 2016


Mahasiswa

Dra. MG Isworo Rukmi, M.Kes


NIP. 195607301981092001

Menyetujui
Ketua Departemen Biologi

Dr. Endah Dwi Hastuti, M.Si


NIP. 196105051986032003

Sinta Fitria
24020114120017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunianya-Nya sehingga kegiatan Kuliah Kerja Lapangan ini hingga penyusunan
laporan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktu yang telah ditentukan. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan
dan penyusunan laporan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) diantaranya :
1.
2.
3.
4.

Dra. MG Isworo Rukmi, M.Kes selaku pembimbing Kuliah Kerja Lapangan


Seluruh staf PT DJARUM Kudus
Rekan-rekan jurusan biologi Universitas Diponegoro angkatan 2014
Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi sempurnanya laporan ini. Akhirnya kami berharap semoga laporan ini
bermanfaat.
Semarang,

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii


KATA
PENGANTAR
...........................................................................................iii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................iv


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................2
1.3 Tujuan ..................................................................................................2
BAB II METODOLOGI ........................................................................................3
2.1 Alat .......................................................................................................3
2.2 Bahan ...................................................................................................3
2.3 Cara Kerja ............................................................................................3
BAB III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ..................................4
3.1 Proses Pengolahan Air Kotor ...............................................................4
3.2 Mikroorganisme yang Berperan ..........................................................10
BAB IV KESIMPULAN .......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14
LAMPIRAN ..........................................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) merupakan kegiatan penting yang
dilaksanakan dalam upaya menambah pengetahuan dan pengayaan
mahasiswa terkait dengan mata kuliah khususnya biologi. Tujuan dari
pelaksanaan KKL ini membekali mahasiswa dengan soft skill dalam
menghadapi dunia kerja dan diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang
berkualitas, kreatif, inovatif dan berani mengambil resiko. Dalam KKL ini,
mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas
Biologi Semarang mengunjungi PT Djarum Kudus Jawa Tengah,
Indonesia. Kuliah kerja Lapangan ini dilaksanakan pada hari Kamis, 2 Juni
2016.
PT Djarum merupakan salah satu perusahaan rokok terbesar di
Indonesia dan merupakan penyumbang cukai yang besar bagi APBN
Indonesia. PT Djarum berdiri di Kudus sejak tahun 1951 sampai sekarang.
Proses produksi rokok Djarum terbagi dalam dua sistem, yaitu Sigaret
Kretek Tangan (SKT) dan Sigaret Kretek Mesin (SKM). Produk Djarum
Sigaret Kretek Tangan yaitu Djarum 76 dengan Djarum 12. Kedua ,Sigaret
Kretek Mesin (SKM) Djarum Super, La Lights, Djarum Black, Djarum
Mezzo. Tembakau dan Cengkeh yang digunakan adalah tembakau yang
berkualitas, dari berbagai daerah di Indonesia. Tembakau ini akan

digunakan setelah melalui proses pematangan selama 2 tahun. Cengkeh


membutuhkan proses pematangan selama waktu 1 tahun. Dalam produksi,
PT Djarum menghasilkan air kotor yang apabila dibuang langsung ke
lingkungan dapat menimbulkan pencemaran. Maka diperlukan suatu
proses pengolahan khususnya sehingga dapat dihasilkan air yang dapat
bermanfaat seperti untuk menyiram tanaman yang berada di sekitar pabrik.
Proses pengolahan meliputi pengolahan fisik dan biologi. Secara fisik,
dilakukan pemisahan antara padatan dan air, karena padatan dapat
mengganggu dalam proses biologi. Secara biologi dengan menambahkan
mikroorganisme tertentu yang mampu menguraikan zat-zat berbahaya di
dalam air kotor tersebut sehingga didapatkan air yang tidak berbahaya
dilihat dari nilai COD maupun BOD.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengolahan air kotor (water treatment) di PT. Djarum
1.2.2

Kudus ?
Bagaimana penjelasan mengenai mikroorganisme yang terlibat

dalam pengolahan air kotor ?


1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui proses pengolahan air kotor (water treatment) di
1.3.2

PT. Djarum Kudus


Untuk menjelaskan mengenai mikroorganisme yang terlibat dalam
pengolahan air kotor ?

BAB II
METODE
2.1 Alat
2.1.1 Kamera

2.1.2 Buku catatan


2.1.3 Alat tulis

2.2 Bahan
2.2.1 Lumpur aktif (activated sludge)
2.2.1 Bakteri
2.2.3 Bak penyaring
2.2.4 Turbo koagulator
2.2.5 Bak sedimentasi
2.2.6 Bak clarifier
2.2.7 Kolam indicator pond

2.3 Cara Kerja


Cara kerja yang digunakan dalam Kuliah Kerja Lapangan kali ini
adalah dengan metode Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara
langsung terhadap proses pengolahan air kotor (water treatment) dan
mendengarkan penjelasan dari petugas PT. Djarum. Setiap petugas
menjelaskan tahapan proses pengolaham air serta menunjukan bangunan
yang berperan dalam proses pengolahan. Terdapat beberapa bangunan
yang ada di dalam proses pengolahan yaitu bak penyaring, turbo

koagulator, bak sedimentasi, bak clarifier, dan kolam indicator pond.


Setiap mahasiswa kemudian mencatat penjelasan petugas. Petugas
mempersilakan kepada mahasiswa yang ingin bertanya setelah penjelasan
selesai

BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Proses Pengolahan Air Kotor dengan Menggunakan Lumpur Aktif


Proses pengolahan air kotor di PT Djarum diawali dengan
pengkarakteran jenis air kotor yang ada. Jenis air yang ada meliputi air
hasil proses produksi, air cashing, serta air sanitasi. Air hasil proses
produksi berasal dari olahan bunga cengkeh. Dalam proses produksi,
bunga cengkeh terlebih dahulu disimpan selama satu tahun pada tempat
dan suhunya terjaga. Proses penyimpanan ini bertujuan agar cengkeh
mengalami pematangan lebih lanjut. Setelah disimpan, maka didapatkan
bunga cengkeh yang kering dan siap diolah. Bunga cengkeh selanjutnya
dirajang untuk dijadikan campuran dalam produksi rokok. Untuk
mempermudah perajangan, bunga cengkeh terlebih dahulu direbus agar
mempermudah proses perajangan. Hasil dari perebusan bunga cengkeh
adalah uap bunga cengkeh. Air hasil penguapan ini disebut air clove
(cengkeh). Air cengkeh ini jika dibuang langsung ke lingkungan akan
mencemari

karena memiliki COD berkisar antara 13000-19.000 ppm

dengan pH 4-5, sehingga air cengkeh tersebut diproses terlebih dahulu di


WTCP yang nantinya menghasilkan produk akhir yang tidak mencemari
lingkungan. Jenis air yang kedua yaitu air cashing. Air cashing merupakan
air kotor yang berasal dari pencampuran antara tembakau, cengkeh, dan
bumbu-bumbunya. Pencampuran bahan ini bertujuan untuk menambah
rasa dan aroma yang didapat pada tiap-tiap jenis rokok yang berbeda.

Proses pencampuran ini disebut juga dengan blanding. Pencampuran


bahan-bahan yang berbeda untuk tiap jenis rokok dilakukan pada tempat
blanding yang sama, sehingga setiap habis dilakukan pencampuran, perlu
dicuci terlebih dahulu agar tidak terjadi pencampuran aroma dan rasa
untuk jenis rokok yang berbeda. Air cashing ini jika dibuang langsung ke
lingkungan akan mencemari karena memiliki COD 20.000 ppm dan pH 4.
Jenis air yang ketiga adalah air sanitasi. Air ini merupakan air kotor yang
didapat dari aktivitas karyawan, seperti toilet, dapur, mushola, serta tempat
lain yang berpotensi dalam menghasilkan air kotor.

Gambar 1. Bak Penyaring Air Kotor (Dok. Pribadi, 2016)


Proses selanjutnya adalah semua jenis air baik air sanitasi, cashing,
atau air proses produksi ditampung di dalam bak penyaring. Bak
penyaring ini berfungsi sebagai penyaring kotoran padat dan sampah yang
dapat mengganggu proses selanjutnya. Pada tahap ini terjadi proses
pengolahan secara fisik yaitu untuk memisahkan padatan dan kotoran dari
air kotor. Air kotor yang telah disaring selanjutnya menuju ke bak
ekuilisasi. Bak ini berfungsi sebagai penampung dalam proses awal agar
kualitas air rata dan teratur.

Gambar 2. Turbo Koagulator (Dok. Pribadi, 2016)


Perlakuan fisik selanjutnya menggunakan turbo koagulator. Turbo
koagulator merupakan bangunan pengolah air kotor, dimana pada bangunan
ini air kotor ditambahkan kapur CaOH2 ke dalam 700 ppm air. Penambahan
kapur bertujuan untuk membantu meningkatkan pH tanah khususnya
bermanfaat pada pembuatan kompos. Tahap ini merupakan tahap akhir
sebelum memasuki tahap pengolahan secara biologis.
Pengolahan air kotor secara biologis dengan menggunakan lumpur aktif
(activated sludge). Menurut Badjoeri et al (2002), sistem lumpur aktif adalah
salah satu proses pengolahan air limbah secara biologi, dimana air limbah dan
lumpur aktif dicampur dalam suatu reaktor atau tangki aerasi. Padatan
biologis aktif akan mengoksidasi kandungan zat di dalam air limbah secara
biologis, yang di akhir proses akan dipisahkan dengan sistem pengendapan.
Proses lumpur aktif mulai dikembangkan di Inggris pada tahun 1914 oleh
Ardern dan Lockett dan dinamakan lumpur aktif karena prosesnya melibatkan
massa mikroorganisme yang aktif, dan mampu menstabilkan limbah secara
aerobik. Prinsip dasar sistem lumpur aktif yaitu terdiri atas dua unit proses
utama, yaitu bioreaktor (tangki aerasi) dan tangki sedimentasi. Dalam sistem
lumpur aktif, limbah cair dan biomassa dicampur secara sempurna dalam
suatu reaktor dan diaerasi. Pada umumnya, aerasi ini juga berfungsi sebagai

sarana pengadukan suspensi tersebut. Suspensi biomassa dalam limbah cair


kemudian dialirkan ke tangki sedimentasi (tangki dimana biomassa dipisahkan
dari air yang telah diolah). Sebagian biomassa yang terendapkan dikembalikan
ke bioreaktor, dan air yang telah terolah dibuang ke lingkungan.
Pengolahan air kotor secara biologis harus dilakukan

setelah

meminimalisir padatan, karena dapat menyulitkan proses penghitungan


bakteri. Lumpur aktif sendiri dihasilkan dari bakteri aerob yang terus
berkembang biak sehingga makin lama jumlah lumpur meningkat.

Gambar 3. Proses Sedimentasi (Dok. Pribadi, 2016)


Proses selanjutnya adalah proses sedimentasi atau pengendapan yang
berfungsi untuk memisahkan lumpur dan bakteri dengan memanfaatkan gaya
gravitasi. Dilakukan pada bak berbentuk bulat dan cekung pada bagian
dasarnya untuk mempermudah pengumpulan lumpur di bagian tengah bak.
Menurut Riyanto (2014), proses pengendapan disebut juga dengan proses
thickening. Proses ini dilakukan untuk mengurangi volume lumpur sekaligus
meningkatnkan konsentrasi padatan di dalam lumpur. Metode thickening yang
cukup terkenal adalah gravity thickening. Sesuai dengan namanya, dalam
proses ini terjadi pemanfaatan gaya gravitasi (pengendapan) untuk
memisahkan air dari dalam sludge.

Lumpur yang didapat pada bagian bawah tangki didapat hanya dari gaya
gravitasi, sedangkan di atas lapisan lumpur terbentuk air yang keruh, yang
diambil dari tangki. Waktu tinggal untuk proses sedimentasi ini adalah 36 jam.
Sedimentasi membutuhkan waktu tinggal 36 jam dengan debit air yang masuk
400 kubik dan debit wadah sedimen 600 kubik. Lumpur sisa sedimentasi akan
digunakan untuk pembuatan kompos.

Gambar 4. Bak Clarifier (Dok. Pribadi, 2016)


Air hasil sedimentasi selanjutnya dialirkan ke bak clarifier. Pada tahap ini
terjadi proses penjernihan air sebelum memasuki kolam adaptasi atau disebut
juga indicator pond.

Gambar 5. Kolam indicator pond (Dok. Pribadi, 2016)


Kolam indicator pond berisi ikan yang digunakan sebagai kolam adaptasi.
Selanjutnya air yang telah melewati proses pengolahan baik fisik maupun
biologis digunakan untuk menyiram tanaman yang ada di sekitar OASIS
Kretek Factory.
3.2 Mikroorganisme yang Berperan dalam Pengolahan Air Kotor
Pengolahan limbah cair industri dapat dilakukan dengan melalui tahapan
yang berupa pengolahan primer dan pengolahan sekunder. Activated sludge

(lumpur aktif) banyak digunakan dalam pengolahan sekunder. Proses tersebut


terutama dimaksudkan untuk menurunkan Biological Oxygen Demand (BOD)
dan padatan terlarut dalam limbah cair melalui degradasi komponen limbah
oleh mikroorganisme tertentu sesuai dengan tingkat pencemarannya. Jenisjenis mikroorganisme dalam lumpur aktif memprediksikan tingkat cemaran
limbah yang diolahnya (Bosnic, dkk., 1997). Lumpur aktif merupakan massa
mikroorganisme yang terdiri dari bakteri, ptotozoa, ganggang, dan metazoa
bercampur

dengan

lumpur

yang

terdiri

dari

bahan-bahan

organik.

Mikroorganisme yang ada dalam lumpur aktif akan melakukan perombakan


senyawa limbah yang terserap dalam lumpur maupun yang ada dalam limbah
cair (Prayitno, dkk, 2001).
Dalam lumpur aktif akan terjadi mekanisme perombakan unsur secara
berantai. Bakteri yang merupakan kelompok terkecil dari mikroorganisme
pertama kali mengurai zat-zat organik dalam limbah. Selanjutnya bakteri ini
akan dimakan oleh protozoa yang juga akan mencerna zat-zat organik lainnya.
Ganggang berperan dalam proses pengolahan limbah cair melalui pelepasan
oksigen dalam jumlah yang cukup besar selama proses fotosintesis seperti
yang dilakukan alga atau fitoplankton yang berkloroplast. Metazoa merupakan
organisme multiseluler, metazoa yang digunakan untuk mengolah limbah cair
mempunyai banyak variasi mulai dari rotaria yang mempunyai tubuh-tubuh
kecil sampai organisme yang relatif besar seperti molusca, larva, dan insekta
yang hidup dalam kolam oksidasi biologi (Murtinah, 1994).

Pengolahan limbah cair industri secara biologis dipengaruhi oleh banyak


faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan adalah jenis dan
jumlah mikrobia yang terdapat di dalam reaktor biologis (Prayitno, dkk,
2001). Metcalf dan Eddy (1983), juga menyatakan protozoa dan bakteri
mempunyai peran sangatbesar pada pendegradasian zat-zat organik limbahcair
secara biologis. Selanjutnya Persoone dan Pauw (1986) menyatakan bakteri
adalah merupakan kelompok terkecil dari mikroorganisme yang mengurai
pertama kali zat organik dalam air limbah guna pertumbuhandan perbanyakan
sel.
Mikroorganisme yang sering berperan dalam lumpur aktif berasal dari
genus Zoogloea, yang merupakan bakteri gram negatif, dengan bentuk sel
bulat, flagela tidak tampak jelas serta mempunyai daya proteolitik. Bakteri
genus Zoogloea banyak tersebar di alam, air dengan tingkat pencemaran
sedang, dan unit-unit pengolahan air limbah secara aerobik (Prayitno, dkk,
2001). Menurut Persoone dan Pauw (1986), pada pengolahan limbah cair
kondisi dengan oksigen yang terbatas ada dua jenis mikroorganisme yang
dominan yang etrmasuk genus bakteri Zoogloea dan Sphaerotillus. Zoogloea
merupakan bakteri yang mempunyai peranan sangat besar dalam membentuk
koloni biologis atau membran biologis. Bentuk koloni bakteri ini tidak
beraturan dan circulair. Genus bakteri lain adalah Sphaerotillus, tubuh
individu ini disusun dalam garis membentuk filamen yang kebanyakn
berwarna abu-abu dan keputih-putihan.

BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Proses pengolahan air kotor (water treatment) di PT. Djarum Kudus
meliputi dua tahap yaitu pengolahan secara fisik dan pengolahan secara
biologis. Pengolahan secara fisik meliputi langkah-langkah seperti
berikut : pengkarakteran jenis air kotor yang ada, penyaringan di bak
penyaringuntuk memisahkan sampah dan padatan dari air, selanjutkan
dialirkan ke turbo coagulator dan ditambahkan kapur CaCO2 ke dalam
air. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki pH tanah. Pengolahan secara
biologis dengan menggunakan metode lumpur aktif. dimana air limbah
dan lumpur aktif dicampur dalam suatu reaktor atau tangki aerasi. Air
selanjutnya diendapkan dan hasil akhir akan dimanfaatkan untuk
menyiram tanaman yang ada di sekitar OASIS Kretek Factory.
4.2 Mikroorganisme yang sering berperan dalam lumpur aktif berasal dari
genus Zoogloea, yang merupakan bakteri gram negatif, dengan bentuk
sel bulat, flagela tidak tampak jelas serta mempunyai daya proteolitik.
Bakteri genus Zoogloea banyak tersebar di alam, air dengan tingkat
pencemaran sedang, dan unit-unit pengolahan air limbah secara aerobik.

DAFTAR PUSTAKA

Badjoeri, M., dan Suryono, T. 2002. Pengaruh Peningkatan Limbah Cair Organik
Karbon terhadap Suksesi Bakteri Pembentuk Bioflok dan Kinerja Lumpur
Aktif Beraliran Kontinyu. Jurnal LIMNOTEK, Vol IX no.1 (hal.13-22).
Bosnic, M.; Buljan, J. Dan Daniels, R.P. 1997. Pollutant in Tannery Effuents.
Definitions and Environmental Impact in Limit for Discharge into Water
Bodies and Sewers Regional Workshop in Design, Spesification and
maintenance of Effluent Treatment Plants. UNIDO, Madras.
Metcalf dan Eddy, I. 1983. Waste Water Engineering Disposal Reuse, 2nd. Tata
Mc. Graw Hill Publishing Company Ltd, New Delhi.
Murtinah, S. 1994. Dasar-Dasar Teknologi Pengnedalian Pencemaran oleh Air
Limbah Industri. Makalah pada Pendidikan dan Latihan Teknologi
Pengendalian Limbah Industri Tingkat Supervisor Subsektor ILME tanggal
10-16 Oktober 1997. Semarang
Persoone, G dan Pauw, N. D. 1986. System of Biological Indicators for Water
Quality Assesment. J. WPCF 48(9): 39-73.
Prayitno, T.P, Puji, E. S, dan R. Jaka, S. 2001. Isolasi dan Identifikasi
Mikroorganisme dalam Lumpur Aktif Pengolahan Limbah Industri Kulit.
Makalah Barang Kulit, Karet dan Plastik. Vol XVII, No. 1-2 Tahun 2001.
Riyanto. 2014. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Yogyakarta.
Deepublish

LAMPIRAN

Gambar L. 1 Bak Penyaring Air Kotor (Dok. Pribadi, 2016)

Gambar L. 2 Turbo koagulator (Dok. Pribadi, 2016)

Gambar L. 3 Proses sedimentasi (Dok. Pribadi, 2016)

Gambar L. 4 Bak clarifiier (Dok. Pribadi, 2016)

Gambar L. 5 Kolam indicator pond (Dok. Pribadi, 2016)

Anda mungkin juga menyukai