EKOLOGI UMUM
Metode Pendugaan Populasi
KELOMPOK 5
1. ULFAH NUR AMALIAH
2. RASMAWATI PATARA
H41114301
H41114302
3. BESSE NAFISAH
H41114303
4. OLIVIA PUTRI
H41114304
H41114305
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dari kelompok 5 dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dan
dapat di aplikasikan dalam kehidupan kita sehari - hari .
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
punya sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Metode Pendugaan Populasi
2.2 Pengertian Metode Pendugaan Populasi
2. 3Jenis Jenis Metode Pendugaan Populasi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu jenis organisme di alam dalam tingkatan populasi dan komunitas
bergerak untuk menyesuaikan diri terutama sejalan dengan perubahan factor
factor biotik dan factor fisik suatu lingkungan. Prilaku organisme dalam tingkatan
ini dapat dipelajari dan diketahui ketika mereka dalam jumlah individunya
bertambah atau berkurang.
Dalam peristiwa ini, seleksi alam akan menyebabkan adanya perubahan
besarnya mortalitas dan natalitas atau reproduksi individu individu yang
kemudian tercermin ke dalam struktur populasi yang dibentuk olehnya. Salah satu
contoh hewan yang mengalami kepunahan di Indonesia yaitu harimau. Harimau
ini dinyatakan punah pada tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan
lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis. Walaupun
begitu, ada juga kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini di habitatnya.
Terakhir kali ada sinyalemen keberadaan Harimau Jawa ialah di tahun 1972. Di
tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di pulau Jawa.
Walaupun begitu, ada kemungkinan kecil binatang ini belum punah. Di tahun
1990-an ada beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, walaupun hal ini
tidak bisa diverifikasi.
Berdasarkan data diatas, dirasa perlu untuk melakukan pendugaan populasi
agar spesies yang terancam hilang dan punah dapat diantisipasi. Maka dari itu,
dibuatlah makalah ini untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan metode
pendugaan populasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini , yaitu :
1. Bagaimana metode-metode pendugaan populasi?
2. Bagaimana cara menghitung populasi dengan menggunakan metode
pendugaan populasi
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
BAB II
PEMBAHASAN
1. Metoda Lincoln-Peterson
Metode ini pada dasarnya menangkap sejumlah individu dari suatu
populasi yang akan diamati. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang
mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek.
Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang
tertangkap.
Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya
populasi (N) dengan rumus:
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n = jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R= Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali
pada penangkapan kedua.
Contoh :
1.Suatukolamberisiikanmujairyangtidakdiketahuibesarpopulasitotalnya,
dilakukanpenangkapandantertangkap100ekorikanmujairlaludiberitanda
dengantangging(M),dandilepaskankembalikedalamkolam.Setelahitu
dilakukanpenangkapankeduadantertangkapsebanyak150ekor(n)yangterdiri
dari50ekor(R)bertandadan100ekortidakbertanda,makabesarnyapopulasi
ikanmujairdalamkolamadalah:
N=(M)(n)/R=(100)(150)/50=300ekor
2. Dalam hutan seluas 700 ha terdapat populasi rusa, yang akan diduga jumlah
individunya dengan metode capture-recapture dengan menggunakan pendugaan
n3
(100)
2 150(15050)
2 R (R n )
=S(N)=
503
2. Tidakadaperubahanratioantaraindividuyangbertandadenganyangtidakbertanda.
Dalamselangwaktuantarapenangkapanpertamadankeduatidakadapenambahan
individu(tidakbertanda)melaluikelahiranmaupunimigrasi.
3. Individuyangbertandamempunyaidistribusiyangmenyebarmeratadalampopulasi
sehinggaantaraindividubertandadenganyangtidakbertandamempunyaikesempatan
yang sama untuk tertangkap pada penangkapan kedua. Pemberian tanda tidak
menyebabkanterjadinyaperubahantingkahlakudandayatahantubuhindividuyang
diberitandasehinggasakitdanmudahtermangsaspecieslain.
Asumsiasumsidiatasmembutuhkanpengetahuanyangbaiktentangdaur
hiduphewanyangakanditeliti.Olehkarenaitu,jikaakanmenerapkanmetodedi
atasmakaperludiketahuihalhalberikut:
a. Aspekreproduksinya,apakahkegiatanpenangkapantidakmengganggutingkahlaku
danaktivitasreproduksinya.
b. Polamortalitas
c. Apakahdenganpenandaanpergerakandantingkahlakunyaterganggu.
d. Polapergerakanmusiman.Janganmenerapkanmetodeinipadasaathewan
melakukanmigrasiketempatlainataupadasaathibernasi(tidurpadamusimes).
e. Teknikpenangkapan,apakahadaperbedaancarapenangkapanantarahewanmuda
dengantua,antarabetinadanjantan,dll
2. Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample
relatif kecil), dapat digunakan schanabel.
Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode linconpeterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan
dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya. Pada metode ini
penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk periode setiap
sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan
kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus:
N=(ni Mi)/ Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode
sebelumnya,
ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
Karena pengambilan sample diatas akan mengurangi kesalahan sampling,
maka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:
SE = 1/1(N-Mi)=(k-1)/N -(1/N-ni))
Dengan catatan:
k = jumlah periode sampling
Mi=Jumlah total hewan yang bertanda.
Contoh : Data hasil penangkapan individu populasi ayam hutan dalam suatu hutan seluas 200 ha sbb :
Hari
Ni
Ri
Hewan yang
diberi tanda
1.
40
40
2.
44
9
35
3.
38
14
24
4.
46
24
22
5.
35
19
16
k=5
Ri=66
a. Kepadatan populasi :
Mi
40
75
99
121
Mi=121
(ni.Mi)
1760
2850
4554
4235
(niMi)=13.399
n 1+n 2
(n 1+n 2)2
Selang Kepercayaannya :
N (t) (SE)
Contoh : Data hasil penangkapan tikus pada areal persawahan 5 ha dalam 4 kali
sampling :
Periode
Jumlah Tikus Tertangkap Akumulasi Jumlah Tikus
Sampling
Tertangkap
1.
2.
3.
4.
200
100
50
25
200
300
350
Jawab :
Diketahui n1 = 200
n2 = 100
Kepadatan populasi
2
N=
n1
200
=
(n 1n 2) (200100)
= 400 ---- N=
400
5
= 80 ekor / ha
Metode Petak Tunggal, yaitu metode yang hanya satu petak sampling yang
mewakili suatu areal hutan. Biasanya luas minimum ini ditetapkan dengan dar
Line Intercept (Line Transect), yaitu suatu metode dengan cara menentukan
dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m
atau 100 m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Garis transek kemudian dibuat
segmen-segmen yang panjangnya 1 m, 5 m atau 10 m. Selanjutnya dilakukan
pencatatan, penghitungan dan pengukuran panjang penutupan semua spesies
tumbuhan pada segmen-segmen tersebut.
keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Transek dibuat
memotong garis topografi dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungai atau
menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek 10 20 m dengan jarak
antar transek 200 1000 m (tergantung intensitas yang dikehendaki). Untuk
kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang digunakan 2 % dan hutan
yang luasnya 1.000 Ha atau kurang intensitasnya 10%.
Strip Sensus, yaitu pada dasarnya sama dengan line transect hanya saja
X
P
XS
X
X
S2
Contoh : Pada suatu pengamatan burung elang diatas daerah seluas 400 hektar,
pada lima kali selang pengamatan dengan data sebagai berikut : 47, 93, 72, 39,
dan108 ekor burung elang. Berapa jumlah populasi burung elang di daerah
tersebut ?
Jawab :
47+93+72+39+108
X =
5
= 71,8 ekor
XS
X
==
71,829,37
71,8
= 0,59
1.
2.
^
N
^
N
X 71,8
=
=121,7 ekor (122 ekor)
P 0,59
2
X
S
X
71,829,37
Dengan demikian kepadatan populasi burung elang sebanyak 121 ekor / 400
hektar atau 0,31 ekor perhektar.
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari metode pendugaan populasi adalah sebagai berikut:
1. Metode-metode yang digunakan dalam menganalisis sebuah populasi adalah
metode perhitungan kelimpahan &kepadatan populasi total sensus dan metode
pendugaan kelimpahan & kepadatan capture-recapture
2. Untu menghitung atau menganalisis suatu populasi digunakan metode LincolnPeterso, Metode Schnabel, Metode Zippin, Metode Hayne (Metode regresi),
dan Metode Pendugaan Tanpa Penangkapan (Visual)
III.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat menambah
pengetahuan pembaca serta saran dan kritik senantiasa terbuka agar menjadi
evaluasi bagi penulis
DAFTAR PUSTAKA