Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MAKALAH lll

EKOLOGI UMUM
Metode Pendugaan Populasi

KELOMPOK 5
1. ULFAH NUR AMALIAH
2. RASMAWATI PATARA

H41114301
H41114302

3. BESSE NAFISAH

H41114303

4. OLIVIA PUTRI

H41114304

5. FAUZAN AKBAR GUSRAN

H41114305

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dari kelompok 5 dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dan
dapat di aplikasikan dalam kehidupan kita sehari - hari .
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
punya sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Metode Pendugaan Populasi
2.2 Pengertian Metode Pendugaan Populasi
2. 3Jenis Jenis Metode Pendugaan Populasi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu jenis organisme di alam dalam tingkatan populasi dan komunitas
bergerak untuk menyesuaikan diri terutama sejalan dengan perubahan factor
factor biotik dan factor fisik suatu lingkungan. Prilaku organisme dalam tingkatan
ini dapat dipelajari dan diketahui ketika mereka dalam jumlah individunya
bertambah atau berkurang.
Dalam peristiwa ini, seleksi alam akan menyebabkan adanya perubahan
besarnya mortalitas dan natalitas atau reproduksi individu individu yang
kemudian tercermin ke dalam struktur populasi yang dibentuk olehnya. Salah satu
contoh hewan yang mengalami kepunahan di Indonesia yaitu harimau. Harimau
ini dinyatakan punah pada tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan
lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis. Walaupun
begitu, ada juga kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini di habitatnya.
Terakhir kali ada sinyalemen keberadaan Harimau Jawa ialah di tahun 1972. Di
tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di pulau Jawa.
Walaupun begitu, ada kemungkinan kecil binatang ini belum punah. Di tahun
1990-an ada beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, walaupun hal ini
tidak bisa diverifikasi.
Berdasarkan data diatas, dirasa perlu untuk melakukan pendugaan populasi
agar spesies yang terancam hilang dan punah dapat diantisipasi. Maka dari itu,
dibuatlah makalah ini untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan metode
pendugaan populasi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini , yaitu :
1. Bagaimana metode-metode pendugaan populasi?
2. Bagaimana cara menghitung populasi dengan menggunakan metode
pendugaan populasi
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui metode-metode pendugaan populasi


2. Mampu menghitung populasi yang ada dengan dengan menggunakan metodemetode pendugaan populasi

BAB II
PEMBAHASAN

Populasi diartikan sebagai jumlah organisme dengan spesies yang sama


menempati suatu tempat tertentu dalam jangka waktu tertentu. Populasi bukan
sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek/subjek itu. Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila
populasi besar peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari
sampel itu. kesimpulannya akan dapat diberlakukan populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili)
Metode analisis populasi terbagi dua yakni :
a. Metode Perhitungan Kelimpahan &Kepadatan Populasi Total Sensus
Metode ini dipakai untuk menghitung organisme yang cukup besar dan
tempatnya terbatas dan mudah didapatkan, metode ini kalau dilaksanakan dengan
baik maka hasilnya akan mempunyai tingkat ketelitian yang sangat tinggi (valid).
b. Metode Pendugaan Kelimpahan & Kepadatan Capture-Recapture
Capture Mark Release Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan
dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan
metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi.
Metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan metode capturerecapture, merupakan metode yang sudah popular untuk menduga ukuran populasi
dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung dan mamalia
kecil. Metode ini ada beberapa cara yaitu:

1. Metoda Lincoln-Peterson
Metode ini pada dasarnya menangkap sejumlah individu dari suatu
populasi yang akan diamati. Individu yang ditangkap kemudian diberi tanda yang
mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek.
Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang bertanda yang
tertangkap.
Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau besarnya
populasi (N) dengan rumus:
N/M=n/R atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
M=jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n = jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R= Individu yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali
pada penangkapan kedua.
Contoh :
1.Suatukolamberisiikanmujairyangtidakdiketahuibesarpopulasitotalnya,
dilakukanpenangkapandantertangkap100ekorikanmujairlaludiberitanda
dengantangging(M),dandilepaskankembalikedalamkolam.Setelahitu
dilakukanpenangkapankeduadantertangkapsebanyak150ekor(n)yangterdiri
dari50ekor(R)bertandadan100ekortidakbertanda,makabesarnyapopulasi
ikanmujairdalamkolamadalah:
N=(M)(n)/R=(100)(150)/50=300ekor
2. Dalam hutan seluas 700 ha terdapat populasi rusa, yang akan diduga jumlah
individunya dengan metode capture-recapture dengan menggunakan pendugaan

kelimpahan populasi Indeks Lincoln & Peerson. Pada penangkapan pertama


tertangkap 100 ekor rusa dan ditandai, dan dilepaskan kembali ke habitatnya.
Seminggu kemudian dilakukan penangkapan kedua dan tertangkap 150 ekor, 50
diantaranya telah mempunyai tanda. Berapakah kepadatan dan kelimpahan
rusa pada habitat tersebut ?
Jawab :
a. Kepadatan populasi
Diketahui : M = 100 ekor, R = 150 ekor, n = 50 ekor
N=(M)(n)/R=(100)(150)/50=300ekoratauN=300/700=0,43ekor / ha
Untuk mengurangi kesalahan pendugaan maka perlu dihitung standar deviasinya
dengan rumus :
S(N)=

n3

(100)

2 150(15050)

2 R (R n )

=S(N)=

503

1200 = 34,64 dibulatkan 35


b. Jadi selang kelimpahan populasi rusa yang ada di hutan tersebut berkisar :
P = 300 35
P = 265 < P < 335
Metode statistic Mark/Recapture dibagi menjadi 2 kategori: Metode
Mark/Recapture untuk populasi tertutup dan populasi terbuka. (Kursus ini kita
akan lebih konsentrasi dalam metode untuk populasi terbuka).
Jika kita berencana menggunakan sampling jangka pendek (beberapa hari
hingga beberapa minggu, misal mirip dengan waktu yang digunakan untuk sensus
Komodo) untuk mendapat perkiraan populasi, akan menjadi seperti menggunakan
metode Mark/Recapture untuk populasi tertutup. Populasi tertutup adalah sebuah
populasi satwa yang tertutup dari faktor tambahan (kelahiran dan imigrasi) dan
faktor pengurangan (kematian dan emigrasi). Jadi populasi dianggap konstan
selama waktu penelitian. Unsur pembatas populasi tertutup :
1. Pembatas Geografis : Populasi tertutup oleh pembatas fisik sehingga satwa
tidak berpindah keluar area dimana populasi tersebut terperangkap

2. Pembatas Demografis : Tertutup dari faktor kelahiran, imigrasi, kematian dan


emigrasi.
Dalammenerapkanmetodediatas,adabeberapaasumsiyangharusdigunakan
agarhasildugaannyavalid,yaitu:
1. Semua individu dalam populasi harus mempunyai kesempatan yang sama untuk
tertangkap,jadidistribusinyaharusacak.

2. Tidakadaperubahanratioantaraindividuyangbertandadenganyangtidakbertanda.
Dalamselangwaktuantarapenangkapanpertamadankeduatidakadapenambahan
individu(tidakbertanda)melaluikelahiranmaupunimigrasi.
3. Individuyangbertandamempunyaidistribusiyangmenyebarmeratadalampopulasi
sehinggaantaraindividubertandadenganyangtidakbertandamempunyaikesempatan
yang sama untuk tertangkap pada penangkapan kedua. Pemberian tanda tidak
menyebabkanterjadinyaperubahantingkahlakudandayatahantubuhindividuyang
diberitandasehinggasakitdanmudahtermangsaspecieslain.

Asumsiasumsidiatasmembutuhkanpengetahuanyangbaiktentangdaur
hiduphewanyangakanditeliti.Olehkarenaitu,jikaakanmenerapkanmetodedi
atasmakaperludiketahuihalhalberikut:
a. Aspekreproduksinya,apakahkegiatanpenangkapantidakmengganggutingkahlaku
danaktivitasreproduksinya.
b. Polamortalitas
c. Apakahdenganpenandaanpergerakandantingkahlakunyaterganggu.
d. Polapergerakanmusiman.Janganmenerapkanmetodeinipadasaathewan
melakukanmigrasiketempatlainataupadasaathibernasi(tidurpadamusimes).

e. Teknikpenangkapan,apakahadaperbedaancarapenangkapanantarahewanmuda
dengantua,antarabetinadanjantan,dll

2. Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode Lincon-Peterson (Karena sample
relatif kecil), dapat digunakan schanabel.
Metode ini selain membutuhkan asumsi yang sama dengan metode linconpeterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa ukuran populasi harus konstan

dari satu periode sampling dengan periode yang berikutnya. Pada metode ini
penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali. Untuk periode setiap
sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan dilepaskan
kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus:
N=(ni Mi)/ Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang tertangkap period eke I ditambah periode
sebelumnya,
ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
Karena pengambilan sample diatas akan mengurangi kesalahan sampling,
maka Standar Error pada metode ini dapat dihitung dengan rumus:
SE = 1/1(N-Mi)=(k-1)/N -(1/N-ni))
Dengan catatan:
k = jumlah periode sampling
Mi=Jumlah total hewan yang bertanda.
Contoh : Data hasil penangkapan individu populasi ayam hutan dalam suatu hutan seluas 200 ha sbb :
Hari

Ni

Ri

Hewan yang

diberi tanda
1.
40
40
2.
44
9
35
3.
38
14
24
4.
46
24
22
5.
35
19
16
k=5
Ri=66
a. Kepadatan populasi :

Mi
40
75
99
121

Mi=121

(ni.Mi)
1760
2850
4554
4235

(niMi)=13.399

N=(ni Mi)/ Ri = 13.399/66 = 203 --- N= 203/200 = 1,01 ha/ hektar


Metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik sample,
selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode capturerecapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku (Standart
Errror = SE nya)
SE= (M)(n)(M-R)(n-R) : R3

Setelah diketahui SE nya dapat ditentukan selang kepercayaannya:


N=(1)(SE)
Dengan catatan, t=(df) Dalam table distribusi t (tingkat signifikasi)=0,05
Untuk menghitung kepadatan (d) populasi pada hewan disuatu habitat
tertentu (A) maka dihitung dengan rumus :
D=N/A
Metode Capture-recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga
ukuran populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode
capture-recapture pada kenyataannya sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan salah satunya
adalah dengan cara pendugaan yang dilakukan tanpa melepaskan kembali hewan
yang telah disampling. Metode ini dikenal dengan nama removal sampling,
diantaranya adalah :
1. Metode Zippin
Prosedur pendugaan ukuran populasi metode ini membutuhkan lebih
sedikit periode sampling daripada metode Hayne. Metode penggunaan Zippin
dapat dilakukan dengan cara, pada penangkapan pertama sejumlah hewan tidak
dilepaskan kembali (n1), kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan
kembali penangkapan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan kembali (n2).
Sehingga dengan menggunakan persamaan Zippin dapat diduga populasi hewan
dalam suatu areal
Perhitungan pendugaan populasi dengan metode Zippin sebagai berikut
(Umar, 2013) :

N = (n1)2 / (n1 n2)


Dengan :
N : Jumlah individu
n1 : Jumlah hewan yang tertangkap dan tidak dilepaskan lagi pada penangkapan
pertama.
n2 : Jumlah hewan yang tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada
penangkapan kedua
Standard Error / Kesalahan Baku (SE) :
SE = (n1)(n2)

n 1+n 2
(n 1+n 2)2

Selang Kepercayaannya :
N (t) (SE)
Contoh : Data hasil penangkapan tikus pada areal persawahan 5 ha dalam 4 kali
sampling :
Periode
Jumlah Tikus Tertangkap Akumulasi Jumlah Tikus
Sampling
Tertangkap
1.
2.
3.
4.

200
100
50
25

200
300
350

Jawab :
Diketahui n1 = 200

n2 = 100

Kepadatan populasi
2

N=

n1
200
=
(n 1n 2) (200100)

2. Metode Hayne (Metode regresi)

= 400 ---- N=

400
5

= 80 ekor / ha

Metode Hayne dilakukan dengan cara mengumpulkan satu seri sampling


(penangkapan) hewan yang dilakukan pada waktu yang berbeda dan hewan yang
ditangkap tidak dilepas kembali. Cara pendugaan populasi dilakukan dengan
grafik semacam garis regresi, dengan rumus (Umar, 2013) sebagai berikut :
Yi = a-bXi
Keterangan :
Yi = jumlah hewan tertangkap periode I
Xi = jumlah akumulasi hewan period eke I
a = intersep garis pada sumbu y
b = slope garis regresi dengan nilai negatif
Adanya masalah kepadatan populasi yang berlebih (over crowding) dan
kepadatan populasi yang kurang (under crowding) cenderung bekerja sebagai
faktor pembatas dalam mengatur besarnya kepadatan populasi. Akibatnya adalah
adanya pengaturan ruang-ruang antar individu atau kelompo individu sehingga
mengakibatkan adanya individu yang tersingkirkan/terkucilkan dalam populasinya
(Umar, 2013).
Metode cuplikan (Sampling) Biasanya para peneliti harus puas dengan hanya
menghitung proporsi kecil populasi dan hanya mempergunakan cuplikan
(=sampel) ini untuk memperkirakan seluruh populasi.
Ada beberapa metode sampling yang biasa dipelajari, yaitu :
a) Metode Plot (Berpetak) Suatu metode yang berbentuk segi empat atau persegi
(kuadrat) ataupun lingkaran. Biasanya digunakan untuk sampling tumbuhan darat,
hewan sessile (menetap) atau bergerak lambat seperti hewan tanah dan hewan
yang meliang. Untuk sampling tumbuhan terdapat dua cara penerapan metode
plot,yaitu :

Metode Petak Tunggal, yaitu metode yang hanya satu petak sampling yang

mewakili suatu areal hutan. Biasanya luas minimum ini ditetapkan dengan dar

penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih 5 %


atau 10 %.

Metode Petak Ganda, yaitu pengambilan contoh dilakukan dengan

menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata (sebaiknya


secara sistematik). Ukuran berbeda-beda berdasarkan kelompok tumbuhan yang
akan dianalisis. Perbandingan panjang dan lebar petak 2 : 1 merupakan alternatif
terbaik daripada bentuk lain.
b) Metode Transek (Jalur). Untuk vegetasi padang rumput penggunaan metode
plot kurang praktis. Oleh karena itu digunakan metode transek, yang terdiri dari :

Line Intercept (Line Transect), yaitu suatu metode dengan cara menentukan

dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m, 25 m, 50 m
atau 100 m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Garis transek kemudian dibuat
segmen-segmen yang panjangnya 1 m, 5 m atau 10 m. Selanjutnya dilakukan
pencatatan, penghitungan dan pengukuran panjang penutupan semua spesies
tumbuhan pada segmen-segmen tersebut.

Belt Transect, yaitu suatu metode dengan cara mempelajari perubahan

keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Transek dibuat
memotong garis topografi dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungai atau
menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek 10 20 m dengan jarak
antar transek 200 1000 m (tergantung intensitas yang dikehendaki). Untuk
kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang digunakan 2 % dan hutan
yang luasnya 1.000 Ha atau kurang intensitasnya 10%.

Strip Sensus, yaitu pada dasarnya sama dengan line transect hanya saja

penerapannya ekologi vertebrata terestrial (daratan). Metode ini meliputi berjalan


sepanjang garis transek dan mencatat spesies-spesies yang diamati di sepanjang
garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi (indeks
kepadatan).
c) Metode Kuadran pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon
saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan
untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Ada
dua macam metode yang umum digunakan :

Point-quarter, yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu

ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat


ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai
pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada
masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas
penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur
pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.

Wandering-quarter, yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis

transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan


menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90) yang berpusat pada
titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar.
Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan dan jarak satu
pohon terdekat dengan titik pusat kuadran (Soegianto, 1994). Penarikan contoh
sampling dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitianpenelitian yang bersifat kuantitatif.

c. Metode Pendugaan Tanpa Penangkapan (Visual)


Metode ini didasarkan atas banyaknya organisme yang sukar ditangkap
karena perilaku dan langkanya organisme tersebut sehingga tidak memungkinkan
untuk dilakukan penangkapan. Metode ini hanya mengandalkan pada pandangan
mata secara visual terhadap organisme yang akan diduga besaran populasinya. Hal
ini juga dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti :
1. Metode Hanson
Metode ini berdasarkan atas pengamatan tanpa penangkapan dan penandaan
terhadap individu populasi. Jika dalam suatu pengamatan terlihat sejumlah

individu yang merupakan bagian populasi, maka besarnya jumlah individu


populasi dapat diduga :
Rumus : N =

X
P

X = jumlah total individu terhitung pada suatu pengamatan.


P = peluang terlihatnya satu individu dlm pengamatan tsb
Nilai P dapat dihitung dengan rumus :
P=
dimana

XS
X
X

= rata-rata dari seluruh pengamatan


S2= varian dari populasi hasil pengamatan.

Dan S diperoleh dengan S =

S2

Contoh : Pada suatu pengamatan burung elang diatas daerah seluas 400 hektar,
pada lima kali selang pengamatan dengan data sebagai berikut : 47, 93, 72, 39,
dan108 ekor burung elang. Berapa jumlah populasi burung elang di daerah
tersebut ?
Jawab :
47+93+72+39+108
X =
5

= 71,8 ekor

Dan menggunakan rumus diatas didapatkan variannya S = 29,37 .Peluang terlihat


satu burung elang dalam populasi adalah :
P=

XS
X

==

71,829,37
71,8

= 0,59

Maka besar dugaan populasi burung elang adalah :

1.

2.

^
N

^
N

X 71,8
=
=121,7 ekor (122 ekor)
P 0,59
2

X
S
X

71,829,37

ekor (121 ekor)


71,82

Dengan demikian kepadatan populasi burung elang sebanyak 121 ekor / 400
hektar atau 0,31 ekor perhektar.

BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari metode pendugaan populasi adalah sebagai berikut:
1. Metode-metode yang digunakan dalam menganalisis sebuah populasi adalah
metode perhitungan kelimpahan &kepadatan populasi total sensus dan metode
pendugaan kelimpahan & kepadatan capture-recapture

2. Untu menghitung atau menganalisis suatu populasi digunakan metode LincolnPeterso, Metode Schnabel, Metode Zippin, Metode Hayne (Metode regresi),
dan Metode Pendugaan Tanpa Penangkapan (Visual)
III.2 Saran
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat menambah
pengetahuan pembaca serta saran dan kritik senantiasa terbuka agar menjadi
evaluasi bagi penulis

DAFTAR PUSTAKA

Padlan, 2014. Ukuran Dinamika Populasi


(http://padlan14.blogspot.com/2012/09/ukuran-dinamika-populasi-dankepadatan.html). Diakses pada tanggal 1 April 2015 pukul 20.00 WITA, Makassar
Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya.
Jakarta.

Umar, M. Ruslan. 2013. Ekologi Umum Dalam Praktikum. Universitas


Hasanuddin. Makassar.
Umar, M. Ruslan. 2014. Modul 8 Ekologi Populasi. Universitas Hasanuddin.
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai