Anda di halaman 1dari 6

Nama

: Ulfah Nur Amaliah


NIM
: H41114301
Kelompok : 3
Kelas
: Bakteriologi A
Bakteri Nitrobacter sp sebagai Upaya Biodegradasi Air pada Bidang Perikanan
Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita ada yang menghuni tanah, air, dan udara.
Studi tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba. Ekologi
merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organisme atau
kelompok organisme dengan lingkungannya. Ekologi mikroba sangat berperan membantu
memperbaiki kualitas lingkungan. Bagian dari mikrobiologi yang mempelajari tentang
peranan mikroorganisme di dalam lingkungan adalah mikrobiologi lingkungan. Lingkungan
yang dimaksud terutama terdiri dari air, udara, dan tanah. Mikrobiologi air adalah
mikrobiologi yang mempelajari kehidupan dan peranan mikroorganisme di dalam lingkungan
air. Peranan mikroba dalam air dapat dipakai dalam bidang perikanan, bidang pertanian,
bidang peternakan, dan bidang industri. Peranan mikroba dalam lingkungan hidup pada saat
sekarang adalah sebagai jasad yang secara langsung atau secara tidak langsung
mempengaruhi lingkungan; dan juga baik jasad yang secara langsung maupun secara tidak
langsung dipengaruhi oleh lingkungan.
Unsur nitrogen di alam terdapat dalam bentuk gas, sedangkan di tanah jumlahnya
sangat sedikit, namun sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dalam jumlah banyak. Nitrogen
bersenyawa membentuk urea, protein, asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti
amoniak, nitrit dan nitrat. Meskipun kebutuhan N 2 sangat penting, namun hanya sedikit
organisme yang dapat mengikat N2 dari udara, yaitu jenis bakteri dan gangang bersel satu
yang bersimbiosis dengan tumbuhan tingkat tinggi melalui Fiksasi Nitrogen. Bakteri yang
mengoksidasi ammonia menjadi nitrit kemudian menjadi nitrat disebut bakteri nitrifikasi.
Sedangkan bakteri denitrifikasi adalah bakteri mampu mengubah nitrit menjadi gas nitrogen
yang nantinya gas tersebut akan kembali lagi ke atmosfer dan siap untuk memulai daur lagi.
Dalam kegiatan akuakultur, bakteri dapat memberikan manfaat untuk mendukung
peningkatan produksi ataupun sebaliknya menimbulkan berbagai penyakit dan menurunkan
produksi. Diantara bakteri yang bermanfaat pada kegiatan budidaya adalah bakteri-bakteri
nitrifikasi dan denitrifikasi. Di dalam media budidaya, bakteri nitrifikasi sangat bermanfaat
untuk mengurai senyawa-senyawa kimia berbahaya menjadi senyawa yang bermanfaat untuk
kehidupan organisme budidaya. Proses konversi nitrogen amonia menjadi nitrat melibatkan

bakteri autrotof. Bakteri autrotof adalah bakteri yang menggunakan sumber energi dari
cahaya matahari (photoautotrof) maupun hasil oksidasi bahan anorganik (chemoautotrof).
Sumber karbon berasal dari fiksasi dioksida genus Nitrosomonas dan Nitrobacter adalah jenis
yang paling memegang peranan penting dalam proses nitrifikasi.
Menurut Kusumastuti dkk. (2013) bahwa nitrifikasi merupakan proses oksidasi biologi
yang mengubah amonium menjadi nitrat, yang terjadi melalui dua tahapan reaksi. Pada tahap
pertama proses tersebut, terjadi oksidasi amonium NH4+ dari bentuk yang tereduksi sehingga
menghasilkan senyawa antara yang lebih teroksidasi yaitu nitrit NO2- dan selanjutnya
mengubah nitrit menjadi nitrat NO3-. Nitrobacter adalah terminologi bakteri Lithotrophic.
Mereka membutuhkan oksigen dan makanan untuk hidup. Kedua jenis bakteri tersebut
termasuk lama dalam replikasi dibanding bakteri lain yang ada. Pada kolam air tawar, bakteri
membutuhkan waktu setiap 8 jam untuk bereplika, sedangkan untuk air laut lebih lama lagi,
sekitar 24 jam. Proses pengolahan air limbah secara biologis aerobic adalah dengan
memanfaatkan aktifitas mikroba aerob, untuk menguraikan zat organik yang terdapat dalam
air limbah, menjadi zat norganik yang stabil dan tidak memberikan dampak pencemaran
terhadap lingkungan.
Dari kemampuan bakteri Nitrobacter tersebut, maka pemanfaatannya dalam produksi
akuakultur sangat penting untuk dikembangkan. Diantara manfaatya adalah dalam proses
pengelolaan kualitas air, penanganan limbah dan pencegahan peningkatan ammonium dalam
media pemeliharaan.
Nitrobacter sp.
Klasifikasi bakteri adalah sebagai berikut:
Kingdom: Bacteria
Phyllum: Probacteria
Class: Alpha Probacteria
Order: Rhizobiales
Family: Bradyrhizobiaceae
Genus: Nitrobacter
Species: Nitrobacter sp.
Sumber : Starkenburg et al. (2006)
Nitrobacter adalah genus dari sebagian besar bakteri yang berbentuk batang, gram
negatif, dan chemoautotrophic. Nitrobacter berperan penting dalam siklus nitrogen dengan
mengoksidasi nitrit menjadi nitrat dalam tanah maupun perairan.

Karakteristik Bakteri
Jenis Nitrobacter sp. selnya berbentuk batang pendek, Gram negatif, dan biasanya non
motil (Holt et al., 1994). Ada juga yang mengatakan bahwa Nitrobacter sp. dapat berbentuk
batang, berbentuk buah pir atau pleomorfik, tidak membentuk endospora, berflagella polar,
dan bersifat aerob obligat 9 mikroba berkisar antara 0,6-4,0 mikron panjang (Imas dkk.,
1989). Sel biasanya berkembang biak dengan tunas (Holt et al., 1993). Bakteri ini adalah
aerob obligat dan tidak dapat berkembang biak atau mengkonversi amonia atau nitrit dalam
ketiadaan oksigen. Bakteri nitrifikasi memiliki waktu generasi panjang karena hasil energi
rendah dari reaksi oksidasi. Karena sedikit energi yang dihasilkan dari reaksi ini mereka telah
berevolusi menjadi sangat efisien dalam mengkonversi amonia dan nitrit. Studi ilmiah telah
menunjukkan bahwa bakteri Nitrosomonas sangat efisien dalam mengkonversi ammonia.
Sebagian besar produksi energi mereka (80%) ditujukan untuk memanfaatkan CO2 melalui
siklus Calvin dan sedikit energi tetap untuk pertumbuhan dan reproduksi. Akibatnya, mereka
memiliki tingkat reproduksi yang sangat lambat.
Waktu pembentukan barvariasi mulai dari jam 8 hingga beberapa hari. Pertumbuhan
dipengaruhi oleh kondisi substrat, suhu, pH, cahaya dan konsentrasi oksigen. Nitrobacter
memiliki peranan penting dalam siklus nitrogen dengan cara mengoksidasi nitrit menjadi
nitrat. Bakteri ini memiliki pH optimal antara 7,3-7,5 serta akan mati pada suhu 120F (49C)
atau di bawah 32F (0C). Bakteri penitrifikasi termasuk ke dalam dua kelompok fisiologi
yang berbeda, yang terpenting dari masing-masing kelompok adalah Nitrosomonas yang
mengoksidasi amonium menjadi nitrit dan Nitrobacter yang mengoksidasi nitrit menjadi
nitrat. Nitrosomonas dan Nitrobacter lebih menjadi perhatian karena adanya pendapat yang
menginginkan agar proses nitrifikasi ini perlu dikendalikan sehubungan dengan efisiensi
pemupukan N dan pengendalian pencemaran lingkungan (Iswandi, 1989). Habitat kelompok
bakteri ini tersebar pada air tawar, air laut, serta tanah. Nitrobacter termasuk
famili Nitrobacteraceae.

Spesiesnya

meliputi

Nitrobacter

winogradskyi, Nitrobacter

hamburgensis, Nitrobacter vulgaris, Nitrobacter alkalicus.


Sebagai contoh Nitrosomonas menguraikan ammonia menjadi Nitrit, yang merupakan
senyawa beracun bagi koi. Nitrit menjadi makanan bakteri Nitrobacter dan menghasilkan
senyawa Nitrat. Melihat keterkaitannya, lumrah bila kita menemukan kedua bakteri itu
bersama dalam kolam. Walaupun berbahaya, koi masih mampu bertahan dengan kadar Nitrit
dua kali kadar ammonia. Inilah yang dimaksud siklus nitrogen atau lazim disebut proses
nitrifikasi. Koi melakukan respirasi dan bersekresi membuang kotoran yang mengandung
ammonia. Begitu juga sisa pakan, kotoran di dasar kolam, atau koi mati yang lama tidak

diangkat. Semuanya memberikan kontribusi terhadap peningkatan kadar ammonia dalam


kolam. Ammonia diuraikan Nitrosomonas menjadi nitrit. Siklus berikutnya adalah
Nitrobacter yang mengkonversi nitrit menjadi nitrat. Pada bagian akhir, nitrat diserap
tumbuhan air atau menguap setelah melalui proses oksidasi dipermukaan air.
Sebagaimana diketahui bahwa bakteri Nitrobacter berperan penting dalam proses
nitrifikasi di alam. Dalam peranannya tersebut, maka beberapa penelitian terkait pemanfaatan
bakteri ini terus dikembangkan, salah satu diantaranya pemanfaatan bakteri Nitrobacter pada
lingkungan akuakultur, berikut ini beberapa peranan bakteri tersebut:
1. Pengelolaan Senyawa Amoniak, salah satu aspek yang paling penting, dan paling
sedikit dipahami dalam mengelola wadah budidaya adalah penggunaan bakteri dalam
filtrasi biologis atau pengelolaan limbah. Permasalahan dari limbah budidaya yang sering
ditemukan adalah timbulnya kematian atau yang dikenal sebagai New Tank Syndrome
akibat keracunan senyawa-senyawa amoniak (NH3) yang berasal secara umum dari
pakan yang berlebihan, dekomposisi jaringan hewan atau tumbuhan, aktifitas ekresi ikan
dan mineralisasi limbah ikan oleh bakteri. Efek keracunan pada ikan diantaranya adalah
kerusakan jaringan terutama pada insang dan ginjal, ketidakseimbangan fisiologis,
terganggunya pertumbuhan, penurunan resistensi terhadap penyakit dan kematian. Selain
keracunan amoniak, keracunan nitrit juga dapat menghambat penyerapan oksigen oleh
sel darah merah. Dikenal sebagai penyakit darah coklat, atau methemoglobinemia,
hemoglobin dalam sel darah merah diubah menjadi methemoglobin. Masalah ini jauh
lebih parah pada ikan air tawar daripada ikan air laut. Amonia merupakan produk akhir
utama penguraian protein pada ikan. Ikan akan mencerna protein dalam pakan dan
mengekskresikan amonia melalui insang dan feses. Amonia pada lingkungan budidaya
juga berasal dari proses dekomposisi bahan organik seperti sisa pakan, alga mati dan
tumbuhan akuatik (Duborow et al., 1997). Konsentrasi amonia yang tinggi di dalam air
akan mempengaruhi permeabilitas ikan oleh air dan mengurangi konsentrasi ion di dalam
tubuh. Amonia juga meningkatkan konsumsi oksigen di jaringan, merusak insang, dan
mengurangi kemampuan darah untuk mengangkut oksigen (Boyd, 1982).
2. Biodegradasi Limbah Tambak, peningkatan volume produksi tambak dari tahun
ketahun dan diikuti dengan peningkatan luas tambak udang, bandeng maupun ikan
lainnya di Indonesia baik itu tambak udang intensif, semi intensif maupun tambak
tradisional telah meningkatkan jumlah limbah akuakultur. Peningkatan intensitas limbah
ini menimbulkan masalah terhadap penurunan kualitas air pesisir akibat beban limbah
tambak yang cukup tinggi. Perairan pesisir dimana terdapat kegiatan budidaya tambak

secara visual telah memperlihatkan kekeruhan yang tinggi dan dikhawatirkan akan
berdampak negatif terhadap kelangsungan perikanan pesisir dan kegiatan budidaya itu
sendiri. Kekeruhan ini umumnya disebabkan tingginya kadar padatan total tersuspensi
(TSS) dalam air. Kadar TSS yang tinggi di perairan pesisir akan menimbulkan kekeruhan
air yang dapat menimbulkan dampak negatif berupa penurunan produktivitas perairan
akibat gangguan fotosintesis dalam air, mengganggu pernafasan ikan akibat penutupan
insang, dan gangguan visual ikan yang menyebabkan ikan beruaya (Koesoebiono, 1996).
Kondisi demikian akan memperburuk produksi akuakultur dan dapat berdampak pada
penurunan kualitas dan kuantitas hasil produksi. Menurut Sitorus, dkk. (2005) bahwa
menanggapi masalah limbah budidaya, maka proses oksidasi bahan organik membentuk
senyawa nitrat sangat tergantung kepada kemampuan mikroba nitrifikasi yang ada di
perairan pesisir. Oleh sebab itu, keberadaan bakteri paling efektif digunakan untuk
membentuk nitrat dalam biodegradasi limbah tambak.
3. Penambahan pada Pakan Ikan, dalam prosesnya untuk mengontrol nitrogen
anorganik, proses penambahan bahan berkarbon juga menghasilkan protein mikrobial
yang dapat digunakan sebagai sumber protein bagi udang.
Kualitas air yang baik merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya. Kualitas air
yang buruk akan menyebabkan stres, pertumbuhan lambat, serta meningkatkan serangan
penyakit dan kematian pada organisme budidaya. Masalah utama dalam manajemen kualitas
air adalah adanya akumulasi amonia dan nitrit yang merupakan hasil ekskresi dan
dekomposisi limbah kaya nitrogen (Avnimelech et al., 1994). Pemberian bakteri nitrifikasi
dan denitrifikasi akan mempengaruhi keberadaan amonia, nitrit, dan nitrat dalam media
pemeliharaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumastuti, B. D., Sudarno, Istirokhatun, T. 2013. Pengaruh Fluktuasi Salinitas Terhadap
Nitrifikasi Oleh Bekteri Yang Diambil Pada Muara Sungai Banjir Kanal Timur. Jurnal
Perikanan. Jurusan T. Lingkungan FT. UNDIP.
Starkenburg, S. R.; Chain, P. S.; Sayavedra-Soto, L. A.; Hauser, L; Land, M. L.; Larimer, F.
W.; Malfatti, S. A.; Klotz, M. G.; Bottomley, P. J.; Arp, D. J.; Hickey, W. J. 2006.
"Genome sequence of the chemolithoautotrophic nitrite-oxidizing bacterium
Nitrobacter

winogradskyi

microbiology 72 (3): 205063.

Nb-255".

Applied

and

environmental

Holt, J.G., Noel, R.K., Peter, H.A.S., and Stanley, J.T. 1994. Bergeys Manual of Determinate
Bacteriology. 9th Edition. Williams and Wilkins. USA.
Holt, John G.; Hendricks Bergey, David. 1993. R.S. Breed, ed. Bergey's Manual
of Determinative Bacteriology (9th ed.). Imas, T., R.S. Hadioetomo, A.W. Gunawan,
dan Y. Setiadi. 1989. Mikobiologi Tanah II. Pusat Antar Universitas Bioteknologi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Iswandi, A. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek Bagian I. Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Boyd CE. 1982. Water quality management for pond fish culture. Amsterdam : Elsevier
Scientific Publ. Co Montoya dan Velasco, 2000
Kurniaji, Ardana. 2015. Mikrobiologi Akuakultur Peranan Bakteri Nitrobacter Dalam
Akuakultur. Mayor Ilmu Akuakultur, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai