Anda di halaman 1dari 35

Bab I

Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Menurut Hendrik L Blum, derajat kesehatan seseorang ataupun masyarakat
dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu lingkungan 45%, perilaku 30%, pelayanan kesehatan
20% dan keturunan 5%.1 Status kesehatan akan tercapai secara optimal bila keempat
faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal. Lingkungan
mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap derajat kesehatan masyarakat. Hal ini
mendorong pemerintah untuk mencanangkan program kesehatan wajib seperti program
upaya kesehatan lingkungan yang salah satunya melalui cakupan pengawasan sarana
jamban yang merupakan sanitasi dasar.1,2
Tantangan pembangunan sanitasi di Indonesia adalah masalah sosial budaya dan
perilaku penduduk yang terbiasa buang air besar (BAB) di sembarang tempat, khususnya
ke badan air yang juga digunakan untuk mencuci, mandi dan kebutuhan higienis lainnya.
Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3
tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap
tahunnya.3
Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP)
2006 menunjukan 47% masyarakat masih berperilaku dari buang air di sembarang tempat
(BABS) ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Kondisi tersebut
berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Data angka kejadian
diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16
provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR)
sebesar 2,52.3
Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia
menggunakan fasilitas BAB milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%), dan fasilitas
umum (4,2%).Meskipun sebagian besar rumah tangga di Indonesia memiliki fasilitas
BAB, masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sehingga
melakukan BAB sembarangan, yaitu sebesar 12,9%. Proporsi rumah tangga yang
menggunakan fasilitas BAB milik sendiri di perkotaan lebih tinggi (84,9%) dibandingkan
1

di perdesaan (67,3%); sedangkan proporsi rumah tangga BAB di fasilitas milik bersama
dan umum maupun BAB sembarangan di perdesaan (masing-masing 6,9%, 5,0%, dan
20,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan di perkotaan (6,6%, 3,5%, dan 5,1%).4
Riskesdas 2013 juga menunjukkan bahwa pembuangan akhir tinja rumah tangga
di Indonesia sebagian besar menggunakan tangki septik (66,0%). Masih terdapat rumah
tangga dengan pembuangan akhir tinja tidak ke tangki septik (SPAL, kolam/sawah,
langsung ke sungai/danau/laut, langsung ke lubang tanah, atau ke pantai/kebun). Proporsi
rumah tangga dengan pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik di perkotaan
lebih tinggi (79,4%) dibanding di perdesaan (52,4%).4
Berdasarkan data BPS/Susenas, untuk proporsi sanitasi rumah tangga di perkotaan
adalah 76,75% dan di pedesaan adalah 45,45%. Dimana provinsi Jakarta menempati
tempat paling tinggi yaitu 86,57% dan Papua menempati tempat paling rendah yaitu
27,89%. Dimana dengan nilai target SDGs pada perkotaan adalah 76,82% dan di pedesaan
55,55%.5
Berdasarkan data yang di dapatkan dari hasil pencatatan program pengawasan
jamban di puskesmas kecamatan Pedes, kabupaten Karawang, dalam bentuk angka yang
sudah diolah dan disajikan dalam PKP dan laporan tahunan program, didapatkan jumlah
jamban yang memenuhi syarat berjumlah 1472 dan pencapaian dari program pengawasan
jamban keluarga adalah 39,17% sedangkan targetnya adalah 75% dan didapatkan besar
kesenjangannya adalah 35,83%. Di puskesmas kecamatan Pedes, kunjungan sepuluh
penyakit terbanyak adalah ISPA, demam yang tidak diketahui sebabnya, tukak lambung,
sakit kepala, rematisme, hipertensi primer, gangguan kulit dan jaringan, diabetes meelitus,
diare dan gastroenteritis, dan typus abdominalis. Dimana terdapat diare di dalamnya yang
sangat berhubungan erat dengan program pengawasan jamban.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan evaluasi program untuk mengetahui
tingkat keberhasilan program pengawasan jamban, dan jumlah masyarakat yang
menggunakan jamban yang memenuhi syarat di Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten
Karawang periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2015.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, masalah yang didapat berupa:
1. Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi lingkungan 45%, perilaku 30%,
pelayanan kesehatan 20% dan keturunan 5%.
2. Buruknya kondisi sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3
tahun yaitu sebesar 19% atau sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap
tahunnya.
3. Hasil

studi

Indonesia

Sanitation Sector

Development

Program

(ISSDP)

2006 menunjukan 47% masyarakat masih berperilaku dari buang air di sembarang
tempat (BABS).
4. Masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sehingga melakukan
BAB sembarangan, yaitu sebesar 12,9%.
5. Proporsi rumah tangga yang menggunakan fasilitas BAB milik sendiri di perkotaan lebih
tinggi (84,9%) dibandingkan di perdesaan (67,3%).
6. Berdasarkan data BPS/Susenas, untuk proporsi sanitasi rumah tangga di perkotaan
adalah 76,75% dan di pedesaan adalah 45,45%, dengan nilai target MDGs pada
perkotaan adalah 76,82% dan di pedesaan 55,55%.5
7. Berdasarkan hasil pencatatan program pengawasan jamban di puskesmas kecamatan
Pedes, kabupaten Karawang, periode Januari sampai dengan Desember 2015 didapatkan
pencapaiannya adalah 39,17% sedangkan targetnya adalah 75% dan didapatkan besar
kesenjangannya adalah 35,83%.
8. Di puskesmas kecamatan Pedes didapatkan data kunjungan sepuluh penyakit terbanyak
dan diantaranya adalah diare yang sangat erat kaitannya dengan pengawasan jamban.
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui permasalahan program pengawasan jamban dan penyelesaian
masalah di UPTD Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Diketahuinya jumlah sarana jamban yang ada, jumlah penduduk yang menggunakan
jamban, jenis jamban yang ada dan jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Pedes periode Januari sampai Desember 2015.
2. Diketahuinya penyuluhan tentang sarana jamban/program pengawasan jamban di
wilayah kerja Puskesmas Pedes periode Januari sampai Desember 2015.
3. Diketahuinya cakupan hasil inspeksi program pengawasan jamban di wilayah kerja
Puskesmas Pedes periode Januari sampai Desember 2015.
4. Diketahuinya persentase akses fasilitas jamban yang memenuhi syarat kesehatan di
wilayah kerja Puskesmas Pedes periode Januari sampai Desember 2015.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1

Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat di bangku kuliah.

Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya


program upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban.

Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus dilakukan
untuk

mencapai

tujuan

yang

telah

ditetapkan,antara

lain

perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.


4

Menumbuhkan minat dan pengetahuan mengevaluasi.

Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi


1

Mengamalkan Tridarma Perguruan Tinggi.

Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang


kesehatan.

Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) sebagai universitas yang


menghasilkan dokter yang berkualitas.

1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi


1

Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program upaya kesehatan


lingkungan terutama program pengawasan jamban di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa barat.

Mengetahui masalah dan hambatan yang ditemui pada saat pelaksanaan program
upaya kesehatan lingkungan terutama program pengawasan jamban di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa barat.

Dapat meningkatkan motivasi pemegang program dan pelaksana program agar


dapat berjalan dengan baik.

Memperoleh masukan dari saran-saran yang diberikan sebagai umpan balik agar
keberhasilan program di masa mendatang dapat tercapai secara optimal dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pengawasan jamban sehingga mutu
dari pada pelayanan puskesmas ini menjadi lebih baik dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

1.4.4 Bagi Masyarakat


1

Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas


Kecamatan Pedes.

Dengan tercapainya keberhasilan program, diharapkan dapat menjadi contoh bagi


daerah-daerah lain di Indonesia.

Masyarakat dapat memperoleh akses fasilitas jamban yang memenuhi syarat untuk
kebutuhan sehari-hari

1.5. Sasaran
Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat pada periode Januari sampai dengan Desember 2015.

Bab II
Materi dan Metode
2.1. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program pengawasan jamban periode Januari sampai dengan
Desember 2015 di UPTD ( Unit Pelaksana Teknis Dinas ) Puskesmas Pedes , Kecamatan
Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, antara lain:
1

Pendataan jumlah sarana jamban yang ada.

Jumlah penduduk yang menggunakan jamban.

Jenis jamban yang ada atau yang digunakan.

Jumlah jamban yang memenuhi syarat kesehatan.

Penyuluhan tentang sarana jamban

Pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.

Program pengawasan/inspeksi jamban.

Pencatatan dan Pelaporan Penyuluhan tentang sarana jamban.

2.2. Metode
Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, pengolahan data, dan
analisis data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan program
pengawasan jamban di Puskesmas Pedes periode Januari sampai dengan Desember 2015
dengan cara membandingkan cakupan hasil program terhadap tolak ukur yang telah
ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.

Bab III
Kerangka Teoritis
1

Kerangka Teoritis

Bagan 1.Teori Pendekatan Sistem


Gambar di atas menerangkan sistem adalah gabungan dari elemen-elemen yang saling
dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan
organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Bagian atau elemen
tersebut dapat dikelompokkan dalam lima unsur, yaitu :
1

Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
dibutuhkan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material), metode (method), mesin atau alat yang digunakan (machine),
jangka alokasi waktu (minute), lokasi masyarakat (market), dan informasi (information).

Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang ada di dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Terdiri dari
unsur perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),
dan pemantauan (controlling).

Keluaran (output) adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari
berlangsungnya proses dalam sistem.

Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem, terdiri dari lingkungan fisik dan non
fisik.

Umpan balik (feed back) adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran
dari sistem dan sekaligus sebagai masukan dari sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring, dan rapat bulanan.

6
2

Dampak (impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran dari suatu sistem.

Tolok Ukur
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan digunakan
sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem, yang meliputi masukan,
proses,

keluaran,

lingkungan,

dan

umpan

balik

pada

program

pengawasan

jamban.Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam program
pengawasan jamban.
Berdasarkan jumlah keseluruhan jamban yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pedes
dan jumlah sarana jamban yang memenuhi syarat kesehatan atau merupakan fasilitas sanitasi
yang layak. Fasilitas pembuangan tinja(jamban) yang digunakan sendiri atau bersama,yang
efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit sesuai Kepmenkes RI No.
852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) salah satu
pilar dan indikator adalah setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana
sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS (Buang Air
Besar Sembarangan) atau Open Defecation Free(ODF).

Bab IV
Penyajian Data
4.1 Sumber Data
Sumber data dalam evaluasi ini diambil, berasal dari data tersier, yaitu:
1. Laporan Pembangunan Kesehatan UPTD Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes Tahun
2015.
2. Profil Kesehatan UPTD Puskesmas Pedes.
3. Laporan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Pedes, Kecamatan
Pedes Periode Januari sampai Desember 2015.
4. Laporan Bulanan Data Dasar Penyehatan Lingkungan, UPTD Puskesmas Pedes,
Periode Januari sampai Desember 2015
5. Data demografi Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes Tahun 2015.

4.2 Data Umum


4.2.1 Data Geografis
Puskesmas Pedes termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Pedes
Kabupaten Karawang yang berada di sebelah utara kota Kabupaten. Kondisi geografis
Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes sebagian besar terdiri dari dataran rendah dengan luas
wilayah 5115 Ha yang terbagi menjadi 8 desa, 68 RW dan 126 RT, dengan jumlah
penduduk 60.240 jiwa.
Dengan batas wilayah meliputi :
Sebelah utara berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Sungaibuntu
Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Kutamukti
Sebelah barat berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Cibuaya.
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kerja UPTD Puskesmas Kertamukti
Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes mempunyai 8 desa
binaan yaitu Desa Payungsari, Desa Karangjaya, Desa Kerta Rahaja, Desa Rangdumulya,
Desa Labanjaya, Desa Jatimulya, Desa Kertamulya dan Malangsari.
9

Jarak dari Puskesmas Pedes ke kota kabupaten + 35 Km dengan waktu tempuh +


90 menit menggunakan roda empat. Jarak terjauh dari desa ke Puskesmas yaitu desa
Malangsari dengan jarak 7 km dan merupakan desa dengan waktu tempuh terlama 25
menit dengan roda dua dan 40 menit dengan roda 4, sedangkan desa yang terdekat yaitu
Desa Payungsari. Desa dengan transportasi yang agak sulit yaitu desa Kertamulya dan
Malangsari.
4.2.2 Data Demografi
Berdasarkan data

dari

masing-masing desa penduduk wilayah kerja UPTD

Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes pada tahun 2015 berjumlah 60.240 jiwa yang terdiri
dari laki-laki sebanyak 31.051 jiwa dan perempuan sebanyak 29.189 jiwa.
Penyebaran penduduk di Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes bervariasi yaitu
jumlah penduduk terkecil dimiliki oleh desa Malangsari dan penduduk terbesar dimiliki
oleh desa Kertaraharja.
Proporsi penduduk menurut kelompok umur terbanyak di Puskesmas Pedes
Kecamatan Pedes tahun 2015 terdapat pada golongan umur 26 44 tahun yaitu (50 %)
untuk jenis kelamin laki-laki dan 10.837 (49 %) untuk jenis kelamin perempuan
sedangkan proporsi penduduk terkecil terdapat pada kelompok umur 0 11 bulan yaitu
294 (1%) untuk laki-laki dan 310 (1 %) untuk perempuan.
Kepadatan penduduk tiap desa tidak merata, pada tahun 2015 kepadatan
penduduk di Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes. Desa dengan kepadatan tertinggi
terdapat di Desa Jatimulya dan desa terendah terdapat di Desa Malangsari.
4.2.3 Data Lingkungan Sosial, Ekonomi, Pendidikan dan Agama
Letak Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes berada di sebelah utara Kota
Kabupaten serta berbatasan langsung dengan Laut jawa.
Penduduk Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes sebagian besar

bermata

pencaharian di sektor Pertanian (55%) selebihnya bergerak di sektor perdagangan (10%),


industri, pegawai pemerintah (4%), buruh (15%) dan sektor lain.
Data persentase tingkat pendidikan di kecamatan Pedes menunjukkan bahwa
pendidikan SD merupakan pendidikan dengan persentase tertinggi (68%) dibandingkan
10

dengan tamatan pendidikan lain. Sedangkan pendidikan dengan persentase terkecil adalah
penduduk dengan tamatan Akademi/Perguruan Tinggi (6%).
Agama yang dianut sebagaian besar penduduk Kecamatan Pedes adalah Islam
(99,9%) dan sebagian kecil lainnya adalah agama Kristen Protestan (0,1%).
4.2.4 Data Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang ada di UPTD Puskesmas Pedes Kecamatan Pedes dapat
di kategorikan menjadi fasilitas negara dan fasilitas swasta.
Fasilitas negara yang ada antara lain :

1 Puskesmas Induk yaitu

Puskesmas Pedes

sekaligus sebagai UPTD

Puskesmas Kecamatan Pedes yang terletak di Desa Payung Sari

1 Puskesmas Pembantu yaitu Pustu Karang Jaya

49 Posyandu yang tersebar dalam 8 Desa

10 Bidan Desa

Kendaraan dinas terdiri dari 2 kendaraan roda 4 dan 3 kendaraan roda 2 yang
ada di puskesmas.

Fasilitas swasta yang ada antara lain :

2 Klinik 24 jam

4 Bidan Praktek Swasta (BPS)

4 Apotek

1 Toko obat

12 Kestrad (Kesehatan Tradisional)

23 Paraji

4.2.5 Data Tenaga Kerja di UPTD Puskesmas Pedes

Kepala UPTD : 1 orang

Kepala Subag TU : 1 orang

Dokter umum : 2 orang

Dokter gigi : 1 orang


11

Bidan coordinator : 1 orang

Bidan Puskesmas : 11 orang

Perawat : 22 orang

Petugas gizi : 1 orang

Petugas apoteker : 1 orang

Petugas lab : 1 orang

Staf TU : 1 orang

Pendaftaran : 1 orang

Kebersihan : 2 orang

4.3 Data Khusus


4.3.1 Masukan
A. Tenaga (Man)
-

Penanggung jawab program pengawasan jamban keluarga: 1 orang sebagai


koordinator program dan pelaksana program

B. Dana (Money)
Dana untuk pelaksanaan program diperoleh dari :
-

BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)

: Tersedia

C. Sarana (Material)
1. Sarana medis:
-

Sanitarian kit

: Tidak ada

2. Sarana non medis:


-

Infocus

: Ada

Layar

: Ada

Leaflet

: Tidak ada

Lembar balik

: Tidak ada

Poster

: Tidak ada

Formulir wawancara/

formulir pengawasan sarana jamban

: Ada

Buku pedoman Kesling

: Ada
12

Alat tulis

: Ada

Sarana transportasi dinas

: Ada

D. Metode (Method)
1.

Pendataan dilakukan setiap awal tahun berupa jumlah jamban yang ada,
jumlah penduduk yang memakai sarana jamban, jenis jamban yang
digunakan dan jumlah akses fasilitas yang memadai. Pendataan biasanya
dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengawasan/inspeksi. Data tentang
jumlah jamban yang ada juga didapatkan melalui data kecamatan yaitu buku
potensi desa yang disesuaikan dengan Puskesmas Pedes.

2.

Penyuluhan/pemicuan mengenai sarana jamban yang memenuhi syarat


kesehatan yang berdasarkan program STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat). Penyuluhan dilakukan di dalam dan di luar gedung.

3.

Pemetaan jamban yang sudah memenuhi syarat.


Pemetaan jamban dilakukan setahun sekali di balai desa, terutama di desa
binaan. Pemetaan dilakukan setelah pertengahan tahun atau di akhir tahun
yang bertujuan untuk mengevaluasi kegiatan program yang sudah dijalankan
melalui lingkup area/daerah. Dimana pemetaan berisikan tentang kondisi
sarana jamban yang ada, rumah yang memakai jamban, akses fasilitas
sanitasi yang layak (jamban sehat) dan rumah dengan kasus diare/penyakit
berbasis lingkungan yang diakibatkan oleh sarana jamban yang tidak
memenuhi syarat kesehatan.

4.

Pengawasan/inspeksi sarana jamban.


Inspeksi dilakukan secara berkala 8 kali dalam 1 bulan (1 minggu 2 kali)
oleh petugas kesehatan lingkungan terlatih bersama dengan kader/perangkat
desa/bidan dengan mengunjungi satu persatu rumah di wilayah kerja
Puskesmas Pedes. Pengawasan/inspeksi jamban diperiksa secara fisik
dimana fasilitas pembuangan tinja dan menggunakan septik tank dengan
sarana air bersih dengan kloset leher angsa atau tidak leher angsa yang
tertutup dan pembuangan akhir tidak mencemari sumber air/tanah.
Jamban terdiri dari 3 bagian, yakni : rumah jamban, lubang jamban dan
tempat penampungan tinja yang disebut septic tank.
13

Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat (STBM) salah satu pilar dan indikator adalah setiap individu
dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga
dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari BABS.
Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS), suatu kondisi ketika setiap
individu dalam komunitas tidak buang air besar sembarangan. Perilaku
SBABS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang berupa jamban
sehat. Kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar dan persyaratan
kesehatan yaitu :6

Tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan


yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia.

Dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada


pemakai dan lingkungan sekitar.

Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan


kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan
leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban sehat harus
dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan (di
dalam atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah serta
efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. 6
Syarat jamban sehat adalah : 6
1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum
dengan lubang penampungan minimal 10 -15 meter)
2. Tidak berbau.
3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
4. Tidak mencemari tanah disekitarnya.
5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
7. Penerangan dan ventilasi cukup .
14

8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.


9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Standar dan pesyaratan kesehatan bangunan jamban, terdiri dari: 6

Bangunan atas jamban


Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari
gangguan cuaca dan lainnya.
Atap memberikan perlindungan kepada penggunanya dari sinar
matahari, angin dan hujan. Dapat dibuat dari daun, genting, seng, dan
lain-lain.
Rangka digunakan untuk menopang atap dan dinding. Dibuat dari
bambu, kayu, dan lain-lain.
Dinding adalah bagian dari rumah jamban. Dinding memberikan
privasi dan perlindungan kepada penggunanya. Dapat dibuat dari
daun, gedek/ anyaman bambu, batu bata, seng, kayu, dan lain-lain.

Bangunan tengah jamban


Terdapat dua bagian bangunan tengah jamban yaitu:
1. Lubang tempat pembuangan kotoran tinja dan urin yang saniter
dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana
(semi saniter), lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa,
tetapi harus diberi tutup.
2. Lantai jamban harus terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan
mempunyai saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem
Pembuangan Air Limbah (SPAL).

Bangunan bawah jamban


Merupakan bangunan tempat penampung, pengolah, dan pengurai
kotoran/tinja yang berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau
kontaminasi dari tinja melalui vektor pembawa penyakit, baik secara
langung maupun tidak langsung. Terdapat dua macam bentuk
bangunan bawah jamban, antara lain:

15

1. Tangki septik adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
penampung limbah kotoran manusia (tinja/urin). Bagian padat
akan tertinggal dalam tangki septik dan bagian cairnya akan
keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur
resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan tersebut.
2. Cubluk adalah lubang galian yang akan menampung limbah padat
dan cair dari jamban yang masuk setia harinya dan akan
meresapkan cairan limbah tersebut kedalam tanah dengan tidak
mencemari air tanah, sedangkan bagian padat dari limbah tersebut
akan diuraikan secara biologis.
5.

Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan
Petugas lapangan mencatat kegiatan-kegiatan yang dikerjakan, dalam
format pencatatan pengawasan sarana jamban (register dan formulir
lain yang diperlukan) seterusnya membuat penyajian/visualisasi data
dalam bentuk grafik atau tabel yang diperbaharui secara periodik
(bulanan dan tahunan).

Pelaporan
Puskesmas yang melaksanakan kegiatan ini melaporkannya kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai format yang telah ada dan
diberikan secara periodik (bulanan dan tahunan).

4.3.2 Proses
A. Perencanaan

Melakukan pendataan 1 kali setahun setiap awal tahun tentang sarana jamban
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pedes. Pendataan sarana jamban
keluarga meliputi jumlah rumah, jumlah jamban keluarga yang ada, jumlah
jamban keluarga yang memenuhi syarat, jumlah jamban keluarga yang tidak
memenuhi syarat, jenis jamban keluarga yang digunakan, dan jumlah yang
tidak memiliki jamban.

16

Merencankan pelaksanaan kegiatan pengawasan/inspeksi sarana jamban


sebanyak 8 kali dalam sebulan (1 minggu 2 kali) oleh petugas kesehatan
lingkungan terlatih pada hari kerja dari jam 08.00 11.00 WIB.

Membuat pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat 1 tahun sekali pada
pertengahan tahun sekitar bulan Juni-Juli.

Merencanakan kegiatan penyuluhan 12 kali (1 bulan 1 kali) yang


dilaksanakan oleh petugas kesehatan lingkungan melalui kerjasama dengan
lintas program (Program Promosi Kesehatan) dan lintas sektor (RT dan RW
setempat). Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya kesehatan lingkungan dan sosialisi program STBM.

Pencatatan dan pelaporan :


-

Pencatatan

: setiap kegiatan dilaksanakan (pada hari kerja pada pukul

12.00-14.00 WIB).
-

Pelaporan

: setiap awal bulan.

B. Pengorganisasian
Terdapat struktur organisasi tertulis yang terinci dan jelas dalam menjalankan
program pengawasan jamban sehat, berupa pembagian tugas secara umum di
Puskesmas Pedes berhubungan dengan kesehatan lingkungan yaitu:
Kepala Puskesmas/Penanggung
Jawab Program
H.Warno Sumarno,SKM.MM.Kes

Koordinator Kesehatan
Lingkungan/Pelaksana
Ja'I, Amk
Bagan 2. Struktur Organisasi Bagian Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Pedes
Pengorganisasian dalam program pengawasan jamban dibagi berdasarkan jabatan:

a. Kepala Puskesmas (H.Warno Sumarno,SKM.MM.Kes)


17

Sebagai penanggung jawab program.

Monitoring pelaksanaan kesehatan lingkungan

Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan Kesehatan


Lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Pedes.

b. Koordinator Kesehatan Lingkungan/Pelaksana (Ja'I, Amk)


1

Koordinator program.

Menerima pelaporan hasil kegiatan kesehatan lingkungan dari wilayah


setempat.

Melakukan pencatatan hasil keberhasilan program dan melaporkan hasil


pencatatan kepada Kepala Puskesmas Pedes setiap awal bulan.

C. Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara
berkala:

Dilakukan pendataan 1 kali selama 1 tahun di tiap-tiap desa di wilayah kerja


Puskesmas Pedes, yang dilakukan pada awal tahun yakni pada bulan Januari
tahun 2015. Data yang didapatkan merupakan data jumlah rumah, jumlah
jamban keluarga yang ada, data didapatkan melalui data kecamatan.
Sedangkan pendataan jumlah jamban yang diperiksa dan jumlah jamban yang
memenuhi syarat kesehatan dilakukan setiap bulan.

Dilakukan kegiatan pengawasan/inspeksi sarana jamban hanya 2 kali dalam 1


bulan.

Tidak dibuat pemetaan sarana jamban yang memenuhi syarat.

Penyuluhan jamban sehat dari petugas Kesehatan Lingkungan ataupun lintas


program dan lintas sektor dilakukan hanya 2 kali dalam 1 tahun.

Pencatatan dilakukan setiap akhir minggu dan dilakukan pelaporan setiap


awal bulan.

D. Pengawasan

Adanya pencatatan setiap akhir minggu dan pelaporan secara berkala tentang
kegiatan pengawasan jamban ke tingkat Kabupaten minimal 1 bulan sekali.

18

Adanya rapat bulanan di Puskesmas Pedes tentang hasil pencapaian program


pengawasan jamban antara programmer dengan kepala puskesmas dalam
rapat mini lokakarya bulanan.

4.3.3 Keluaran
A. Cakupan Hasil Pengawasan/Inspeksi Jamban Keluarga

Cakupan
Target
Kesimpulan

: (2511*/6411*) x 100% = 39.17%


: 75% per tahun, untuk periode Januari sampai dengan Desember
2015 (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang).
: Cakupan belum mencapai target, jadi besarnya masalah adalah
75% - 39.17% = (35.83/75) x 100% = 47.77%

B. Cakupan Jamban Keluarga Yang Memenuhi Syarat

Cakupan

: (1472*/6411*) x 100% = 22.96%

Target

: 75% per tahun, untuk periode Januari sampai dengan Desember


2015 (Berdasarkan Target Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang).

Kesimpulan

: Cakupan belum mencapai target, jadi besarnya masalah adalah


75% - 22.96% = (52.04/75) x 100% = 69.38%

Keterangan :
(*) diambil dari hasil laporan bulanan pemeriksaan dan data dasar penyehatan
lingkungan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes periode Januari-Desember
2015.

C. Catatan dan Pelaporan

19

Laporan

yang

disajikan

merupakan

laporan

cakupan

hasil

pengawasan/inspeksi jamban yang terdiri dari jumlah jamban yang diperiksa


serta jumlah jamban yang memenuhi syarat.

Tidak ada laporan tentang jenis jamban yang digunakan oleh penduduk di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Pedes.

4.3.4 Lingkungan
A. Lingkungan Fisik

Lokasi :
Semua lokasi sarana jamban dapat dijangkau dengan sarana transportasi yang
ada (sepeda motor) karena terdapat akses jalan yang bisa dilalui sepeda motor,
namun ada beberapa tempat yang jaraknya dari puskesmas cukup jauh sekitar
7 km dengan waktu tempuh 25 menit. Sebagian jalan masih berlubang dan
rusak bahkan ada beberapa jalan yang belum diaspal sehingga mempengaruhi
pelaksanaan program terutama saat musim hujan sehingga beberapa tempat
menjadi tergenang air sehingga sulit dilewati karena tidak terlihat mana
jalanan yang berlubang dan membahayakan petugas.

Iklim :
Iklim tidak mempengaruhi pelaksanaan program secara signifikan. Tetapi bila
musim hujan akses ke beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas Pedes sulit
dilewati karena banjir dan lubang-lubang di jalan yang tergenang air sehingga
sulit dilewati karena tidak terlihat mana jalanan yang berlubang.

Kondisi Geografis :
Kondisi geografi tidak mempengaruhi program pengawasan jamban.

B. Lingkungan Non Fisik

Keadaan sosial ekonomi masyarakat dapat mempengaruhi keberhasilan


program. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani.

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan masih rendah


yaitu kebanyakan adalah SD.

20

Perilaku masyarakat yang masih sering BAB sembarangan seperti di saluran


irigasi, sungai, pinggir pantai, dan sawah mempengaruhi keberhasilan
program.

4.3.5 Umpan Balik


Adanya rapat kerja bulanan bersama Kepala Puskesmas setiap bulan yang
membahas laporan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan.

4.3.6Dampak
Langsung

Masyarakat tidak mudah terkena penyakit yang penularannya melalui fekal


oral.

Tidak langsung

Meningkatkan derajat kesehatan keluarga yang kaitannya dengan kesehatan


lingkungan

21

Bab V
Pembahasan Masalah
5.1 Masalah Menurut Variabel Keluaran
No Variabel

Tolak Ukur (%)

Pencapaian (%)

Masalah (%)

75

39.17

(+) 47.77

75

22.96

(+) 69.38

Cakupan hasil
pengawasan/inspeksi sarana
jamban keluarga

Cakupan jamban keluarga


yang memenuhi syarat

5.2 Masalah Menurut Variabel Masukan


No Variabel

Tolak Ukur

Pencapaian

Masalah

Tersedianya petugas sebagai

Ada 1 orang tenaga yang

(+)

koordinator dan pelaksana

merangkap sebagai

program pengawasan

koordinator dan pelaksana

jamban yang terampil di

program pengawasan

bidangnya

jamban, tetapi kerjanya

Tenaga (Man)

kurang optimal karena


beliau berlatar belakang
sebagai perawat
22

Dana (Money)

Sarana
(Material)

Metode

Tersedianya dana yang

Ada, tetapi tidak jelas besar

Tidak dapat

berasal dari BOK

dan perincian dananya

diukur

Sanitarian kit

Tidak ada

(+)

Infocus

Ada

Layar

Ada

Leaflet

Tidak ada

Lembar balik

Tidak ada

Poster

Tidak ada

Formulir wawancara

Ada

Buku pedoman

Ada

Alat tulis

Ada

Sarana transportasi dinas

Ada

1. Pendataan

1. Pendataan dilakukan tetapi 1. (+)

(Method)

hanya terbatas pada jumlah


jamban yang ada dan
jumlah jamban yang
memenuhi syarat. Tidak ada
pendataan mengenai jenis
jamban
2. (+)

2. Penyuluhan mengenai

2. Penyuluhan hanya

sarana jamban yang

dilakukan 2 kali dalam 1

memenuhi syarat kesehatan

tahun

yang dilakukan di dalam

3. (+)
23

dan di luar gedung


3. Pemetaan jamban yang

3. Tidak dibuat pemetaan

sudah memenuhi syarat

sarana jamban yang


memenuhi syarat

4. (+)

4. Pengawasan/inspeksi sarana
jamban

4. Pengawasan/inspeksi sarana
jamban hanya dilakukan 2
kali dalam sebulan

5. (-)

5. Pencatatan dan pelaporan 5. Ada pencatatan setiap akhir


minggu dan pelaporan
setiap awal bulan
5.3 Masalah Menurut Variabel Proses
No

Variabel

Tolak Ukur

Pencapaian

Masalah

Pengorganisasian

Dibentuk struktur

Struktur

(+)

organisasi, kepala

organisasi sudah

puskesmas sebagai

jelas namun

penanggung jawab

koordinasi di

program,

lintas program

melimpahkan

dan lintas sektoral

kekuasaan kepada

antar petugas

koordinator

pelaksana

program

program

(programmer),

pengawasan

kemudian

jamban belum

melakukan

optimal

koordinasi dengan
pelaksana program
2

Pelaksanaan

Sesuai dengan
rencana dan
24

metode yang telah


ditetapkan
dilaksanakan
secara berkala:
1. Pendataan 1 kali
setahun

1. Pendatan telah 1. (-)


dilakukan 1 tahun

sekali
2. Pengawasan/inspek
2. Pengawasan/inspe
si dilakukan 8 kali
ksi dilakukan 2. (+)
dalam 1 bulan
hanya 2 kali
dalam 1 bulan

3. Pemetaan sarana

3. Belum dilakukan
pemetaan jamban3. (+)
memenuhi syarat 1
jamban yang
tahun sekali

4. Melakukan

4. Penyuluhan yang

penyuluhan 12 kali
dalam 1 tahun
5. Pencatatan dan
pelaporan
3

Pengawasan

1. Pencatatan dan

dilakukan hanya 2
4. (+)
kali dalam 1
tahun

5. Pencatatan dan
pelaporan sudah
dilakukan
1. Pencatatan

5. (-)
1. (-)

pelaporan setiap

dilakukan tiap

bulan/tahunan

akhir minggu dan

secara berkala

pelaporan setiap

tentang kegiatan

awal bulan

pengawasan
jamban ke tingkat
Kabupaten

25

2. Rapat bulanan hasil


pencapaian
program

2. Adanya rapat

2. (-)

bulanan

pengawasan
jamban
5.4 Masalah Menurut Variabel Lingkungan
No Variabel
1

Fisik

Tolak Ukur
1. Lokasi

Pencapaian
1.

Semua

Masalah
1. (-)

lokasi dapat
dijangkau dengan
sarana trasportasi
yang ada
2. Iklim

2.

Bila

musim hujan

2. (-)

jalanan becek dan


banjir namun
3. Kondisi geografis

masih bisa dilalui


3. (-)
3.
Kondisi
geografis tidak
mempengaruhi

Non Fisik

1. Keadaan sosial
ekonomi

kegiatan program
1.
Sebagian 1. (+)
besar penduduk
Kecamatan Pedes
bermata
pecaharian
sebagai petani
dan termasuk
penduduk miskin.

2. Tingkat

2.

Tingkat
26

pengetahuan

pengetahuan

2. (+)

masyarakat
tentang kesehatan
lingkungan masih
rendah
3. Perilaku
masyarakat

3.

Perilaku

masyarakat yang

3. (+)

masih BAB
sembarangan
5.5 Masalah Menurut Variabel Umpan Balik
No Variabel

Tolak Ukur

Pencapaian

Masalah

Rapat kerja

Adanya rapat

(-)

bulanan untuk

bulanan dengan

membahas laporan

Kepala

kegiatan evaluasi

Puskesmas Pedes

program yang

mengenai laporan

dilaksanakan

kegiatan evaluasi

Umpan Balik

program

Bab VI
Perumusan Masalah

27

6.1 Masalah Sebenarnya (Menurut Keluaran)


A. Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 39.17% dari target 75% dengan
besar masalah 47.77%
B. Cakupan presentasi jamban yang memenuhi syarat yaitu 22.96% dari target 75% dengan
besar masalah 69.38%
6.2 Masalah dari Unsur Lain (Penyebab)
6.2.1 Masukan
A. Tenaga (Man)
Ada 1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana program
pengawasan jamban, tetapi kerjanya kurang optimal karena wilayah kerja yang
luas/jumlah KK yang banyak dan petugas bukan merupakan orang yang terampil
di bidangnya karena petugas memiliki latar belakang sebagai perawat.
B. Dana (Money)
Dana dari BOK tersedia, namun tidak jelas besar dan perincian dananya.
C. Sarana (Material)
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu Program Sarana
Jamban Keluarga terutama dalam hal penyuluhan, seperti leaflet, lembar balik,
poster yang mengenai sarana jamban atau perilaku stop BABS.
D. Metode (Method)
Pendataan terhadap jenis jamban tidak dilakukan, tidak dibuatnya pemetaan
sarana jamban.
6.2.2 Proses
A. Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas namun koordinasi di lintas program dan lintas
sektoral antar petugas pelaksana program pengawasan jamban belum optimal.
B. Pelaksanaan

Pengawasan/inspeksi hanya dilakukan 2 kali dalam 1 bulan

28

Pendataan yang dilakukan hanya terbatas jumlah rumah, jumlah jamban


yang ada dan jumlah jamban yang memenuhi syarat sedangkan jenis jamban
tidak masuk dalam pendataan

Belum dilakukan pemetaan jamban

Penyuluhan yang dilakukan hanya 2 kali dalam 1 tahun

6.2.3 Lingkungan
Non Fisik

Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan termasuk


penduduk miskin. Hal tersebut akan mempengaruhi penduduk untuk
memiliki sarana jamban yang memadai.

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan masih


rendah

Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan

Bab VII
29

Penyelesaian Masalah
7.1 Masalah
I.

Kurangnya cakupan pengawasan jamban : Cakupan hasil pengawasan/inspeksi


sarana jamban 39.17% dari target 75% dengan besar masalah 47.77%

II.

Kurangnya cakupan penduduk dengan akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban


sehat : Cakupan presentasi jamban yang memenuhi syarat yaitu 22.96% dari target
75% dengan besar masalah 69.38%

Penyebab masalah 1 dan II antara lain :


Masukan
A. Tenaga (Man)
Ada 1 orang tenaga yang merangkap sebagai koordinator dan pelaksana program
pengawasan jamban, tetapi kerjanya kurang optimal karena wilayah kerja yang
luas/jumlah KK yang banyak dan petugas bukan merupakan orang yang terampil di
bidangnya karena petugas memiliki latar belakang sebagai perawat.
B. Dana (Money)
Dana dari BOK tersedia, namun tidak jelas besar dan perincian dananya.
C. Sarana (Material)
Tidak lengkapnya sarana yang digunakan untuk membantu Program Sarana Jamban
Keluarga terutama dalam hal penyuluhan, seperti leaflet, lembar balik, poster yang
mengenai sarana jamban atau perilaku stop BABS.
D. Metode (Method)
Pendataan terhadap jenis jamban tidak dilakukan, tidak dibuatnya pemetaan sarana
jamban.
Proses
A. Pengorganisasian
Struktur organisasi sudah jelas namun koordinasi di lintas program dan lintas sektoral
antar petugas pelaksana program pengawasan jamban belum optimal.
B. Pelaksanaan
30

Pengawasan/inspeksi hanya dilakukan 2 kali dalam 1 bulan

Pendataan yang dilakukan hanya terbatas jumlah rumah, jumlah jamban yang ada
dan jumlah jamban yang memenuhi syarat sedangkan jenis jamban tidak masuk
dalam pendataan

Belum dilakukan pemetaan jamban

Penyuluhan yang dilakukan hanya 2 kali dalam 1 tahun

Lingkungan
Non Fisik

Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan termasuk


penduduk miskin. Hal tersebut akan mempengaruhi penduduk untuk memiliki
sarana jamban yang memadai.

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan lingkungan masih rendah

Perilaku masyarakat yang masih BAB sembarangan

Penyelesaian masalah I dan II antara lain :


- Tenaga : Menambah jumlah kader/petugas yang dapat membantu pelaksanaan
program pengawasan jamban di daerah UPTD Puskesmas Pedes. Selain itu juga
dapat dilakukan pelatihan terhadap petugas yang menjalankan program kesehatan
lingkungan agar lebih trampil lagi. Juga dilakukan pelatihan kader-kader di
masyarakat agar dapat meringankan pekerjaan pelaksana program kesehatan
lingkungan.
-

Dana : Dilakukan pembukuan terhadap dana yang telah diterima dan yang telah
digunakan kepada Puskesmas, selain itu juga mencari sumber-sumber dana yang
baru di Puskesmas untuk menambah pemasukan dana jika memang dibutuhkan.

Sarana : Petugas kesehatan lingkungan lebih aktif untuk membuat poster, leaflet atau
selebaran yang dapat membantu masyarakat untuk menjalankannya, untuk masalah
pendanaan, petugas dapat memasukkannya ke dalam pendataan dana pengeluaran.

Metode : Melakukan pendataan terhadap jenis jamban dan pemetaan yang


memenuhi syarat dan melatih kader-kader dari tiap-tiap desa yang ada untuk dapat
melakukan pengawasan/inspeksi dan pemetaan sarana jamban secara berkala di
daerah tempat tinggalnya.
31

Pengorganisasian : Meningkatkan koordinasi antara penanggung jawab dengan


koordinator program, koordinator dengan pelaksana serta mengoptimalkan
koordinasi lintas program dan lintas sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa
dan kecamatan bekerja sama dengan promosi kesehatan, bidan desa, kader dan
sebagainya.

Pelaksanaan : Pengawasan/inspeksi dilakukan lebih sering minimal 1 minggu 1 kali

Lingkungan non fisik : Dilakukan penyuluhan secara intensif dengan meningkatkan


frekuensi penyuluhan tidak hanya 1x dalam 1 bulan, bervariasi dengan memberikan
contoh sarana jamban yang memadai dan yang tidak memenuhi syarat di lapangan.
Penyuluhan tentang pentingnya sarana jamban sehat dengan kesehatan. Penyuluhan
diharapkan menambah pengetahuan masyarakat sehingga mengubah sikap dan
perilaku dalam hal BABS. Mulai mensosialisasikan dan menerapkan sistem program
STBM yang salah satu pilarnya adalah ODF atau stop BABS.

Bab VIII
Penutup
32

8.1 Kesimpulan
Menurut hasil evaluasi program yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan program
pengawasan sarana jamban keluarga di Puskesmas Pedes, kecamatan Pedes, kabupaten
Karawang, Jawa Barat periode Januari hingga Desember 2015 dikatakan berhasil tetapi hasil
yang dicapai belum sesuai dengan tolok ukur yang telah ditentukan. Dari hasil kegiatan
program, didapatkan :

Jumlah sarana jamban yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pedes periode Januari
sampai dengan Desember 2015 adalah 6411, jumlah sarana jamban yang memenuhi
syarat adalah 1472, namun jenis jamban tidak diketahui.

Penyuluhan tentang sarana jamban yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pedes
periode Januari sampai dengan Desember 2015 terdata sebanyak 2 kali.

Cakupan hasil pengawasan/inspeksi sarana jamban 39.17% dari target 75% periode
Januari sampai dengan Desember 2015.

Cakupan presentasi jamban yang memenuhi syarat yaitu 22.96% dari target 75%
periode Januari sampai dengan Desember 2015

8.2 Saran
8.2.1 Saran bagi kepala Puskesmas sebagai penanggung jawab program:

Memantau (supervise) kegiatan pengawasan jamban keluarga

dengan cara

membandingkan dengan hasil tahun sebelumnya, juga bertanya kepada pemegang dan

pelaksana program mengenai kendala apa saja yang ditemui.


Memotivasi petugas kesehatan lingkungan untuk memberdayakan masyarakat dalam

inspeksi jamban keluarga.


Menggalakkan promosi kesehatan untuk memberikan penyuluhan yang intensif
kepada masyarakat tentang pentingnya sanitasi yang layak/jamban sehat.

8.2.2 Saran bagi pemegang program pengawasan jamban sehat

33

Meningkatkan koordinasi dan kerjasama lintas program dengan program PHBS


(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), bidan desa dan sebagainya. Mengoptimalkan
kerjasama lintas sektoral seperti mengikuti rapat mingguan desa dan kecamatan,
melakukan pelatihan dan memotivasi untuk memberdayakan kader masyarakat dalam

pengawasan jamban sehat dan kegiatan BABS pada daerah tersebut (lintas sektoral).
Melakukan perincian dana terhadap dana yang diterima dan dana yang dikeluarkan

untuk pengawasan jamban sehat.


Melakukan penyuluhan/pemicuan kepada masyarakat yang ada di lingkungan tempat

tinggalnya sehingga penyuluhan yang intensif dapat tercapai di setiap desa.


Mengumpulkan dan melatih kader-kader dari tiap-tiap desa yang ada untuk dapat
melakukan pengawasan/inspeksi dan pemetaan sarana jamban secara berkala di daerah

tempat tinggalnya.
Melakukan pendataan meliputi jenis jamban untuk melihat wilayah kerja yang belum
memiliki akses fasilitas sanitasi yang layak/jamban sehat.
Besar harapannya semoga melalui saran di atas dapat membantu berjalannya program

pengawasan jambanpada periode yang akan datang sehingga dapat mencapai tingkat
keberhasilan sesuai target yang diharapkan.

Daftar Pustaka

34

1. Notoadmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi revisi 2011. Jakarta: Rineka
Cipta. 2011
2. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Buku Kumpulan Peraturan dan Pedoman Teknis
Kesehatan Lingkungan. Propinsi Jawa Barat. 2014
3. Sanitasi total berbasis masyarakat, 2015. Diunduh dari : www.sanitasi.net/sanitasi-totalberbasis-masyarakat.html 20 April 2015, 17.35 WIB
4. RISKESDAS 2013. Riset kesehatan dasar. 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI .h.89-91
5. Chaniago AA, Sardjunani N, Surbakti S, Prawiradinata RS, Suharti, dkk. Laporan
pencapaian tujuan pembangunan Milenium di Indonesia 2014. 2015. Jakarta :
Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (BAPPENAS) .h. 71-2
6. Aditama YT. Pedoman Pelaksaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 2012. Jakarta :
Direktorat Jeneral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

35

Anda mungkin juga menyukai