Anda di halaman 1dari 17

TUGAS ILMU LINGKUNGAN

Tentang
Respon Fisiologis Ayam Broiler Periode Starter Akibat Cekaman Temperatur dan
Awal Pemberian Pakan yang Berbeda
Oleh:
Kelas E
Kelompok 5
Abdul hafid

200110150271

Faisal Muhamad Rizal

200110150138

Eka Siti R.N.I

200110150125

Indah Permata Bena

200110150190

Sri Suprianti

200110150024

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pembangunan tak merata. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada
Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Quran
dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas pada matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan di
program studi Ilmu Peternakan Fakultas Peternakan pada Universitas Padjadjaran.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak
Moch. Ali Mauludin, S.Pt., M.Si., selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama penulisan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa masih sangat banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penulisan makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sumedang , 27 April 2016

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Lingkungan sebagai ilmu yang interdisipliner bermaksud mengukur dan
menilai perubahan atau dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem. Tujuannya adalah
agar dapat mengelola keberlangsungan kehidupan yang ada, terutama dalam dunia
peternakan. Bagaimana manusia sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ekosistem
atau lingkungannya dapat mengupayakan keberlangsungan hidup makhluk dalam
lingkungannya. Sebagai peternak, maka objeknya adalah hewan ternak.
Ayam adalah hewan homeotermis,

maka temperatur organ dalam

misalnya otak, jantung, usus dan lain-lain cenderung konstan. Salah satu faktor
llngkungan yang mempengaruhi keseimbangan panas adalah tcmperarur. Ayam
akan selalu berusaha mempertahankan temperatur tubuhnya agar relatif tetap
dalarn kondisi lingkungan yang bagaimanapun juga. Bilamana temperatur
lingkungan terlalu tinggi atau terlalu rendah dibanding temperatur tubuh ayam,
maka ayam akan mengeluarkan energi untuk usaha menstabilkan temperatur
tubuh.

Semakin

banyak energi yang dipakai ayam untuk hal itu, maka ini

akan mengganggu pertumbuhan dan produksi ayam.


Sehingga makalah ini akan membahas tentang Respon Fisiologis Ayam
Broiler Periode Starter Akibat Cekaman Temperatur dan Awal Pemberian Pakan
yang Berbeda.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk fisiologi ayam Broiler?
2. Apa yang dimaksud dengan periode starter pada ayam broiler?
3. Bagaimana respon fisiologi ayam Broiler periode starter terhadap cekaman
temperatur dan awal pemberian pakan yang berbeda?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk fisiologi ayam broiler
2. Untuk mengetahui tentang periode starter pada ayam broiler
3. Untuk mengetahui respon fisiologi ayam broiler periode terhadap cekaman
panas dan awal pemberian pakan yang berbeda?
4. Untuk mengetahui waktu pemberian pakan yang tepa

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Ayam adalah hewan homeotermis, yang akan selalu berusaha mempertahankan
temperatur tubuh agar relatif tetap dalam kondisi lingkungan yang berbeda.
Bilamana temperatur lingkungan terlalu tinggi atau terlalu rendah dibanding
temperatur tubuh ayam, maka ayam akan berusaha menstabilkan .temperatur tubuh.
Ayam broiler merupakan ternak ayam yang pertumbuhan badannya sangat cepat
dengan perolehan timbangan berat badan yang tinggi dalam waktu yang relatif
pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg
(Kartasudjana, 2006). Lebih lanjut dinyatakan ayam broiler mempunyai sifat
pertumbuhan bulu dan tubuh dengan cepat, umumnya berdada lebar, mempunyai
timbunan daging yang baik, dagingnya lunak serta umumnya mempunyai warna kulit
terang (Murtidjo, 2008).
Broiler secara umum memiliki ciri-ciri pertumbuhan cepat sebagai penghasil
daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada usia relatif muda, serta menghasilkan
kualitas daging berserat lunak (Murtidjo, 2008). Siregar et al. (1980) menyatakan bahwa
ayam broiler memiliki ciri khas yaitu pertumbuhan badannya cepat dan efisiensi tinggi
untuk membentuk daging.
Di antara berbagai golongan ayam ras, ayam broiler adalah yang paling cepat
diproduksi dan dagingnya dapat menduduki kelas yang paling tinggi mutunya,
dengan penampilan yang seragam baik mutu maupun ukurannya. Karena umurnya masih
sangat muda maka tidak ada pembedaan mutu antara daging ayam broiler jantan dengan
betina (Rasyaf, 2004).
Ayam broiler merupakan tipe ayam pedaging dan umumnya digunakan untuk
konsumsi sehari-hari sebagai pemenuhi kebutuhan protein hewani. Berdasarkan
aspek pemuliaannya terdapat tiga jenis ayam penghasil daging,

yaitu ayam

Kampung, ayam petelur afkir dan ayam broiler. Ayam broiler umumnya dipanen
pada umur sekitar 4-5 minggu dengan bobot badan antara 1,2-1,9 kg/ekor yang
bertujuan sebagai sumber pedaging (Kartasudjana, 2005) dan ayam tersebut masih muda
dan dagingnya lunak (North dan Bell, 1990). Ayam broiler mempunyai beberapa
keunggulan seperti daging relatif lebih besar, harga terjangkau, dapat dikonsumsi segala
lapisan masyarakat, dan cukup tersedia di pasaran (Sasongko, 2006).
Ayam broiler memiliki pertumbuhan yang cepat, dada lebar dengan timbunan daging
yang baik dan tulang dada yang lunak (Card dan Nesheim, 1972). Ciri-ciri ayam broiler
yang baik antara lain mempunyai bentuk kaki yang pendek dan tegap, dada lebar,
gerak lamban dengan tempera.men tenang, badan besar dengan daging

yang penuh lernak, biasanya lambat dewasa kelamin dan bertelurnya rendah
tetapi pertambahan bobot badannya cepat (Winter dan funk, 1960)
Daghir (1998) membagi tiga tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter
umur 0 sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu
hingga dipasarkan.
Kebutuhan temperatur pada saat anakan sekitar 31 C dan berangsur-angsur menurun
sampai 21 C, pada umur 17 sampai 20 hari (Prayitno dan Yuwono, 1997).
Ayam pedaging mempunyai kisaran

suhu optimal

sempit. Kebutuhan temperatur pada saat anakan


dan

berangsur-angsur menurun

yang

sekitar 31 C

sampai 21 C, pada umur 17

sampai 20 hari (Prayitno dan Yuwono, 1997). Austic dan Nesheim


(1990), menyatakan

anak

ayam terlihat nyaman pada temperatur

26 C sampai 43 C.
petemakan komersial seringkali DOC tidak langsung diberi
makan,

tetapi dipuasakan

mengoptimalkan penyerapan
sisa kuning telur

tiga

hari,

dengan

tujuan

sisa kuning telur dan peradangan

(omphalistis) menjadi berkurang. Faktanya

adalah ayam yang dipuasakan akan mengalami penyerapan sisa


kunig telur menjadi lebih lama, sehingga peluang untuk terinfeksi
oleh kuman lingkungan menjadi jauh lebih besar (Noy dan Sklan,
1996 dalam Unandar 1997).Selajutnya Unandar (1997) menyatakan
ada beberapa efek negatif akan muncul
jika terjadi keterlambatan pemberian

pakan/minum

pada tahap

awal kehidupan dari ayam (lebih dari 2 hari). Efek

negatif

tersebut antara lain bobot badan tidak akan mencapai bobot


standar (Hager

&

Beane,

1983;

Casteel et al., 1994

dalam

Unandar)
Manfaat yang dapat dilihat dari pemberian pakan awal adalah : metabolisme yang
sempuma akan mendukung proses

penyerapan antibodi maternal (dari induk).

Antibodi maternal menjadi kunci pertahanan tubuh di minggu awal, pada saat organ
limfoid belwn merespon secara maksimal dan menghasilkan antibodi aktif. Jika
penyerapan zat kebal induk tidak maksimal, berarti ayam tidak akan mendapat
perlindungan yang lebih baik terhadap serangan bibit penyakit dari lingkungan,
sehingga kematian akan lebih tinggi dan penampilan ayam tidak bisa maksimal (Casteel
et al, 1994 dalam Unandar 1997).

III
PEMBAHASAN
Ayam adalah hewan homeotermis, berarti suhu tubuh konstan meskipun suhu
lingkungan berubah-ubah. Homeostatis adalah mekanisme pengaturan suhu tubuh
agar senantiasa tetap.. Organ penting sebagai pusat pengaturan suhu tubuh adalah
hipotalamus. Sifat homeotermis pada ayam menyebabkan jumlah panas yang dihasilkan
oleh aktivitas otot dan metabolisme jaringan ("Heat Production") sebanding
dengan kehilangan panas karena

lingkungan ("Heat Loss"). menyatakan bahwa

dalam temperatur yang berkisar antara -5 C sampai 30 C ada suatu pengurangan


kira-kira 1,6 % dalam jumlah makanan dimakan untuk setiap 10 C kenaikan
temperatur sekitar. Bila temperatur lingkungandi atas 30 C, maka produksi telur dan
besar telur akan berkurang.
Kondisi cekaman pada ayam akan meningkatkan produksi adenokortikotropik hormon
(ACTH) oleh kelenjar pituitari pada otak. Salah satu efek dari tingginya kadar
hormon ini adalah menurunnya metabolisme tubuh secara umum, termasuk penyerapan
sisa kuning telur pada DOC . Gangguan penyerapan kuning telur akan berdampak
pada gangguan nutrisi yang terlihat pada pertumbuhan yang lebih lambat. Kuning telur
yang tersisa akan terkontaminasi oleh mikroorganisme, menyebabkan terjadinya
radang pusar DOC (Omphalistis). Penyerapan zat kebal induk yang terdapat pada sisa
kuning telur juga akan terhambat sehingga pada akhimya menurunkan

daya tahan

tubuh dan kepekaan terhadap penyakit jadi meningkat. Secara keseluruhan semua
kondisi yang ada menyebabkan penampilan akhir ayam menjadi buruk.

3.1. Hubungan Temperatur, Hormon dan Kadar Glukosa Darah dengan fisiologi ayam
broiler
Kadar

glukosa

darah normal pada ayam adalah 200 - 250 mg/100 ml darah. Darah

ayam merupakan 8 % dari berat badan anak ayam berusia satu sampai dua minggu
dan sekitar 7 % untuk: ayam dewasa (Austic dan Malden, 1990). Peningkatan kadar
gula darah adalah salah satu bentuk respon fisiologis terhadap cekaman. Selama
penetasan glukosa plasma berkembang sekitar 180-200 mg/l00 ml darah. Kadar glukosa
plasma untuk DOC

sebesar 235 mg/l00 ml , ayam berumur 1 bulan 226 mg/l00 ml

dan pada umur 4-5 bulan sebanyak 242 mg/1 00 ml darah.

Hormon tiroid dapat meningkatkan laju absorbsi glukosa dan galaktosa melalui usus.
Pemasukan glukosa dan penggunaannya di dalam sel-sel tubuh ditingkatkan oleh
hormon tiroid. Bila kebutuhan glukosa di dalam sel meningkat maka proses

glikogenolisis akan meningkat dan hal ini akan diikuti oleh menurunnya cadangan
glikogen yang terdapat di dalam hati, jantung dan otot. Pada subyek yang sehat,
pemberian tiroksin dapat mengakibatkan glikosuria. Tiroksin dapat mempercepat
degradasi insulin dan pada keadaan hipertiroidisme kepekaan individu terhadap
insulin dapat berkurang. Bilamana metabolisme tubuh meningkat dengan sangat,
misal karena temperatur dingin yang berkepanjangan, menyebabkan meningkatnya
degradasi protein dan lemak akan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan
glukoneogenesis. Hypotiroidisme umumnya disertai dengan terjadinya hypoglicemia dan
juga terlihat adanya penurunan kadar glikogen dalam hati.

3.2. Hubungan Temperatur, Hormon dan Profil Sel Darah dengan fisiologi ayam broiler
Jumlah eritrosit pada ayam betina sekitar 2,72 juta sampai 3 juta per mm kubik,
sedang pada ayam jantan sekitar 3,24 juta sampai 3,8 juta per mm kubik. Jumlah
Leukosit yang didominasi oleh limfosit diperkirakan bervariasi sekitar 40.000 sampai
80.000 per mm kubik.
Respon tubuh hewan terhadap adanya stressor merupakan suatu kesatuan respon
dari sistem syaraf, sisten hormon dan sistem pertahanan tubuh. Respon honnon
ditandai dengan peningkatan kadar ACTH (adrenocorticotropin honnon) dalam darah.
Tingginya kadar hormon ini dalam darah akan berdampak diantaranya :
1. Merangsang sekresi medula adrenal, dengan demikian akan memacu pembongkaran
glikogen menjadi glukosa darah, akibatnya terjadi peningkatan kadar gula darah
dibanding kondisi normal.
2. Bagian korteks adrenal akan memacu terjadinya perubahan-perubahan pada
sel - sel darah. Aktivitas sel-sel darah putih akan meniadi lebih lambat ("lazy
leucocyte syndrome"). Ini akan membuka peluang infeksi yang lebih besar. Ada
peningkatan rasio antara heterofil dan limfosit yang meningkat dalam
sirkulasi darah ayam yang tercekam
3. Kebutuhan ayam terhadap oksigen berkaitan erat dengan kecepatan pertumbuhan
yang dialami oleh broiler. Kecepatan pertumbuhan yang sangat cepat ini menyebabkan
meningkatnya kebutuhan oksigen.. Diantara hal hal yang dapat menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen antara lain adalah cuaca yang terlalu dingin akan
meningkatkan rata-rata metabolisme sehingga kebutuhan terhadap oksigen akan
meningkat. Suhu panas akan meningkatkan rata-rata metabolisme. Sel darah yang
berperanan mengikat oksigen adalah sel darah merah (eritrosit). Maka jumlah eritrosit
darah ayam yang tercekam akan relatif lebih banyak, dalam rangka kompensasi
terhadap kebutuhan oksigen yang lebih banyak.Tenunan yang berperan dalam proses
hematopoiesis meningkat aktivitasnya karena rangsangan terhadap peningkatan

kebutuhan oksigen sebagai dampak meningkatnya metabolisme. Leukosit basofil di


dalam preparat ulas akan terlihat meningkatjumlahnya bila kadar tiroksinnya
meningkat

3.3. Hubungan Temperatur dan Pertambahan Bobot Badan Ayam broiler


Organisme yang sedang tumbuh mengalami perubahan-perubahan baik konformasi,
berat atau ukuran tubuhnya dengan cara yang sangat teratur. Perubahan tersebut
dinyatakan sebagai pertumbuhan fisik. Pertambahan berat badan dijadikan
indikator utama dalam pengukuran pertumbuhan sebagai landasan bagi ukuran kecepatan
relatif dalam pertambahan berat persatuan waktu, atau ukuran mutlak setelah
mencapai jangka waktu tertentu.Pertumbuhan adalah hasil interaksi antara faktor genetik
sebesar 30 % dan faktor lingkungan 70 %. Hormon yang erat kaitannya dengan proses
pertumbuhan adalah hormon tiroksin. Sedangkan aktivitas tiroid sangat erat
hubungannya dengan temperatur udara sekitar. Penghambatan aktivitas tiroid
menyebabkan perbaikan berat tubuh. Metabolisme basal mempunyai pengaruh yang
penting terhadap pertumbuhan, makin tinggi metabolisme basal, makin rendah
pertumbuhannya. Aktivitas metabolisme umumnya diukur melalui konsumsi 02 dan
sekresi tiroksin. Pengukuran pertumbuhan dapat dinyatakan dengan pertambahan bobot
badan sesuai landasan bagi ukuran kecepatan relatif untuik pertambahan berat badan per
satuan waktu atau ukuran mutlak setelah mencapai jangka waktu tertentu,
ayam pedaging yang dipelihara pada temperatur sekitar di dalam kisaran 17 C - 18,3
C agak lebih berat daripada ayam

sama yang dipelihara dalam temperatur lingkungan

yang berkisar 18,3 C - 35 C tetapi efisiensi pengubahan makanan lebih kecil.


Pada kondisi cekaman dingin maupun panas ternyata memberikan basil pertambahan
bobot badan yang sangat menurun
3.4 Hubungan Temperatur dengan Konsumsi Pakan
Pertumbuhan tidak terlepas kaitannya dengan konsumsi ransum yang pada
gi1irannya mencerrninkan konsumsi gizi. efek temperatur sangat nyata terhadap
konsumsi pakan. Konsumsi pakan oleh broiler yang dipelihara di dalam temperatur
rendah nyata lebih tinggi daripada yang dipelihara di temperatur tinggi. Hasil ini
mendukung hasil di lapangan yang mencerminkan adanya perbedaan konsumsi
pakan yang berbeda sangat nyata di dataran tinggi dan di dataran rendah sebagai
akibat efek perbedaan temperatur.
Lapar, nafsu makan dan rasa kenyang berhubungan erat dengan feed intake dan
rnerupakan fungsi sistem saraf pusat. Sistem faal untuk pengaturan feed intake sangat
kompleks, terdapat di hypotalamus dan bagian lain dalam sistem saraf pusat dan ada

hubungan mekanisme "inhibitory" (pembatasan di pusat kenyang) terhadap respon


makan. Daerah hipotalamus bagian lateral menjadi pusat kenyang dan di bagian
ventromedial sebagai pusat lapar.
Kemampuan ternak mengkonsumsi pakan dipengaruhi oleh temperatur lingkungan.
Respon

fisiologis

terhadap

temperatur

dingin

adalah

dengan meningkatkan

konsumsi pakan, sehingga agar diperoleh pertumbuhan, produksi telur atau produksi
susu yang tinggi temak harus ditempatkan di daerah yang cukup dingin.
Temak yang berada di daerah yang cukup panas akan memperoleh beban dari
tingginya HI, oleh karena itu mereka akan menurunkan feed intake, akibatnya temak di
daerah tersebut produktivitasnya rendah. Temak perah menurunkan konsumsi
sampai 17 % saat kena stress panas dan menurunkan aliran darah ke kelenjar ambing
12 - 16 %.
3.5. Hubungan Temperatur Lingkungan dengan Temperatur Rektal Ayam Broiler
Ternak dalam pengaruh panas lingkungan yang tinggi akan melakukan adaptasi
metabolik untuk menurunkan cekaman panas. Perubahan yang terjadi adalah fungsi
honnon yang pada akhimya mempengaruhi metabolisme. Panas dapat mengalir dari
tubuh temak ke lingkungan atau sebaliknya. Yang paling besar andilnya dalam
memberikan panas adalah panas lingkungan, kelembaban dan sinar surya. Temak
bertahan melawan panas dengan respon tingkah laku, mengurangi insulasi tubuh,
meningkatkan

evaporasi, menurunkan produksi panas dan meningkatkan

bulu

retlektor terhadap radiasi surya.


Sebelum ternak memberikan respon terhadap panas bersifat respon jangka panjang
(reaksi lambat), maka terlebih dahulu memberi respon cepat. Bentuk-bentuk
reaksi cepat berupa : Ternak rnencari peneduh, meningkatkan aliran darah ke
permukaan kulit (vasodilatasi), meningkatkan keringat, meningkatkan frekuensi
pernafasan,

meningkatkan

konsumsi air dan menurunkan konsumsi makanan,

meningkatkan temperatur tubuh.


"Rostral hypophyse" (pusat penurunan panas) dan "caudal hypophyse" (pusat
peningkatan panas) mengetahui tentang meningkatnya temperatur tubuh melalui
darah yang mengalir dan secara langsung dari impuls saraf yang datang dari kulit.
Kecuali itu juga ada jalur kimiawi dari hipofise melalui pituitari posterior yang
membantu mengatur keseimbangan cairan tubuh. Pituitari juga menjadi model
sekunder dalam pengaturan panas melalui peran tiroid dalam mengatur laju
metaboolisme. Menurunnya laju metabolisme menyebabkan rendahnya produksi
panas tubuh dan rendahnya
menyebabkan

menurunnya

feed intake. Pemanasan

lokal di hipotalamus

aktivasi "sympaticoadrenomedullary" dalam sekresi

tiroksin. Panas yang dihasilkan oleh ternak kecil akan lebih besar per unit bobot badan
dari pada yang dihasilkan oleh temak yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh karena

temak yang lebih kecil mempunyai proporsi luas permukaan terhadap bobot badan
yang lebih besar daripada temak yang lebih besar. Berkaitan dengan luas pennukaan
relatif lebih besar, maka pembuangan panas lebih cepat, dan untuk kepentingan
homeostatis harus memproduksi panas yang lebih besar, seperti terlihat pada tabel 4 di
bawah. Sebagaimana telah dikemukannya kelenjar tiroid memegang peranan di dalam
metabolisme. Metabolisme yang rneningkat mengakibatkan kebutuhan sel- sel tubuh
terhadap oksigen meningkat pula. Akibat peningkatan metabolisme maka
pembentukan dan penguraian energi yang diperlukan dalam proses metabolisme
meningkat pula. Akibat logis selanjutnya suhu di setiap sel akan meningkat. Panas
yang timbul di dalam sel harus dikeluarkan dari dalam tubuh, agar kelangsungan
hidup sel selalu terjaga dalam kedaan fisiologis. Salah satu cara mengeluarkan panas
dari dalam tubuh ialah dengan cara radiasi melalui permukaan tubuh. Cara ini dapat
terjadi dengan efisien kalau pembuluh darah perifer (yang ada di bawah kulit)
melakukan dilatasi dan aliran darah ke daerah ini ditingkatkan .Jelaslah kiranya
pengukuran suhu rectal pada ayam merupakan salah satu indikator terjadinya stress I
cekaman. Semakin tercekam ayam tentunya semakin tinggi suhu rectalnya.
Respon Tingkah Laku sebagai

disiplin pengetahuan, studi

dasar tingkah laku

biologis pada hewan, Ethologi, merupakan hal yang baru. Ahli ethologi secara
tradisional telah melakukan studi observasi yang dirancang untuk memastikan
signifikansi evolusi tingkah laku pada hewan. Ethologi kemudian berkembang pada
cabang yang menekankan pemakaian prinsip ethologi pada bidang seperti manajemen dan
kesejahteraan spesies yang penting secara ekonomi, seperti misalnya unggas.
Aplikasi tingkah laku unggas pada manajemen dibahas dengan contoh-contoh
interaksi

manajemen tingkah laku yang berhubungan dengan praktek petemakan

unggas komersial. Tingkah laku yang penting untuk adaptasi unggas pada petemakan .
meliputi :

tingkah laku sosial, agresif, tingkah laku seksual dan tingkah laku

kenyamanan . Tingkah laku hewan adalah reaksi seluruh organisme pada


rangsangan tertentu atau cara bereaksi terhadap lingkungannya. Tingkah laku
merupakan hal yang penting dalam proses domestikasi hewan oleh rnanusia. Domestikasi
hewan dimaksudkan untuk tujuan ekonomis dan sebagai sarana konversi biologis untuk
merubah pakan menjadi telur dan daging. Masalah tingkah laku meningkat karena
perkembangan pada temak yang diadaptasi tidak sesuai dengan lingkungan yang
dibuat oleh manusia. Petemak harus memberi perhatian pada tingkah laku ternak dan
pengontrolan ruangan , termasuk syarat ruang,cahaya, temperatur udara , kelembaban
relatif, kecepatan aliran udara, alas kandang yang basah, kandungan amonia, munculnya
bau serta pembuangan limbah.
Contoh tingkah laku yang cocok untuk potensi hewan domestikasi adalah : Struktur
kelompok besar yang diatur oleh aturan /tingkatan sosial,

hubungan seksual yang

tidak teratur dengan dominasi jantan, ayam yang terlalu cepat dewasa, kebiasaan makan
dan mimun, kecerdasan yang terbatas, dan adaptsi pada beragam lingkungan. Ayam
mempunyai tingkah laku yang baik untuk domestikasi.
Pola perilaku ayam dan masalah-masalahnya tidak dapat diabaikan begitu sja dalam
manajemen pemeliharaan. Apabila kita mampu memahami bagaimana ayam akan
bereaksi pada situasi tertentu, maka akan menjadi mudah bagi manajemen untuk
menyesuaikannya dalam rangka mendapatkan hasil yang terbaik.
3.6. Pengaruh Suhu Terhadap Tingkah Laku Ayam broiler
Gerakan dan tingkah laku untuk mempertahankan diri merupakan usaha dari ayam
untuk mempertahankan kenyamanan dan memelihara fisik maupun batinnya. Stres
didefinisikan sebagai keadaan mahkluk hidup sebagai basil interaksi

orgamsme

yang dapat menyebabkan kerusakan. Stres juga mengandung pengertian pemberian


respon terhadap suatu gangguan dari luar yang cenderung mengganggu keseimbangan
hidup. Pengakuan adanya cekaman dapat dilihat melalui pembuktian patologis atau
penampilan tingkah laku yang tidak wajar. Penyebab utama cekaman pada unggas
domestik dapat dibagi menurut cara atau media lingkungan fisik, misal : kurang pakan,
suhu yang tidak normal interaksi antara faktor genetik dengan lingkungan, misal
unggas yang memang memiliki sifat keturunan mudah terkejut. Keadaan sosial hewan.
Tingginya

suhu

dapat

menyebabkan ayam menderita cekaman panas dengan

berbagai manifestasi sikap. Proses homeostatis ditandai dengan cenderung


menurunkan konsumsi pakan, namun dikompensasi dengan peningkatan konsumsi air
mmum.Stres panas pada ayam dipengaruhi antara lain oleh kelembaban relatif dan
suhu lingkungan.

Jika kedua faktor itu naik , maka kemampuan ayam

untuk

membuang panas menurun. Sementara ayam harus membuang energi panas setiap
hari karena efisiensi energi untuk mengubah energi pakan menjadi beberapa produk
unggas kurang dari 20 %. Jika suhu tubuh unggas naik

maka konsumsi pakan, laju

pertumbuhan, efisiensi pakan, kualitas cangkang telur dan daya tahan tubuh ayam
menurun.
3.7. Pengaruh Tingkah Laku Berjalan (Walk) pada Ayam Broiler
Mengurung ayam menyebabkan ayam menghabiskan waktunya untuk berjalan pada
perilaku sebelum bertelur, di mana kejadiannya sering terlihat pada kandang litter
tebal dan kandang bebas. Aktivitas berjalan bervariasi antar strain, yang berkisar mulai
dari 100 - 2600 langkah sebelum bertelur. Ayam tercatat menghabiskan waktunya
untuk membuat sarang (55 %), makan (21 %), bertelur (17 %) dan minum (7 %).
3.8. Pengaruh Tingkah Laku Makan (Feed) pada Ayam broiler
Pola tingkah

laku

ingestive meliputi kegiatan mencari, menemukan, memilih

dan mengkonsumsi pakan. Intake

pakan

pada ayam dipengaruhi oleh konsentrasi

energi pakan. Unggas akan makan untuk memenuhi

kebutuhan akan energi. Pakan

yang dikonsumsi akan lebih banyak pada saat cuaca dingin daripada saat cuaca panas
karena kebutuhan energi yang tin, kenaikan suhu tubuh seiring dengan kenaikan
suhu lingkungan akan menyebabkan ayam melakukan penyesuaian untuk menjaga
suhu tubuh tetap normal, yaitu dengan cara mengurangi konsumsi pakan, sehingga
dapat menurunkan pertumbuhan. Kenaikan suhu di atas kewajaran, menyebabkan
ayam tidak nyaman. Mekanisme pengontrolan konsumsi pakan dilakukan oleh
hipotalamus, melalui pusat kenyang pada bagian ventromedial dan pusat lapar di
lateral. Kegiatan makan yang berhubungan dengan suhu menyatakan, bahwa dalam
keadaan

suhu

lingkungan

yang panas

hewan

akan

mengurangi

kecepatan

metabolisme dengan menurunkan konsentrasi pakan. Penambahan panas dari basil


metabolisme menyebabkan hipotalamus merangsang pusat kenyang. Temperatur
lingkungan yang dingin menyebabkan kegiatan makan terus berlangsung sampai
saluran pencemaan penuh sesuai dengan kapasitasnya.
3.9. Pengaruh Tingkah Laku Minum (Drink) pada Ayam Broiler
Tingkah

laku mmum didorong oleh rasa haus. Rasa haus pada ayam diatur

oleh kekuatan osmosis darah . Konsumsi minum dipengaruhi oleh lama tingkah laku
minum, mencari air, memasukkan air ke mulut dan menelannya.Tingginya konsumsi
air minum erat kaitannya dengan mekanisme pendinginan. Broiler

berpindah

lebih

dari yang diperlukan untuk mendapatkan air dan makanan dan faktor sosial tidak
menghalangi pergerakannya. Ini berarti semakin sering ayam itu minum berarti semakin
banyak pula energi yang dipakai hanya untuk bergerak pindah tempat.
Temperatur lingkungan yang tinggi mengakibatkan ayam akan terengah-engah dan
selalu ingin minum. Pengaruh ]anjutannya adalah, lantai litter yang selalu basah
dan suasana lembab di dalam kandang mengakibatkan ventilasi yang dibutuhkan
semakin meningkat.
3.10. Pengaruh Tingkah Laku Istirahat (Rest) pada Ayam Broiler
Posisi istirahat pada ayam dalam kondisi diam atau berbaring, mengantuk (leher)
dijulurkan, mata tertutup atau kadang-kadang menutup dan mernbuka, sayap terkulai
dijatuhkan), dan tidur (mata menutup, kepala ditarik ke dalam bulu di atas atau di
belakang sayap).
3.11. Pengaruh Tingkah Laku Panting pada Ayam Broiler
ayam akan berusaha mengimbangi menurunnya kemampuan membuang panas saat
menghadapi stres panas melalui peningkatan proses fisiologi yang bertanggungjawab
terhadap proses pembuangan panas yang juga secara langsung menurunkan produksi
panas. Reaksi ayam yang dipelihara pada I di atas upper critical point, yaitu mula-mula
berusaha untuk meningkatkan HP lewat peningkatan aktivitas muskuler, untuk
megimbangi meningkatnya HP, maka ayam berusaha meningkatkan HL secara

berlebihan, khususnya lewat saluran pemafasan. Peristiwa ini disebut dengan istilah
"thermal polypnea" atau panting, yang pada dasamya merupakan usaha untuk
mengurangi

panas

tubuh

dengan jalan menggunakannya untuk mengubah molekul-

molekul air menjadi uap air lewat tractus respiratorius. Ayam dapat secara drastis
meningkatkan laju pemafasan, dari 25 kali per menit menjadi 250 kali per menit ketika
terkena stres panas.Apabila dengan jalan panting tetap tidak dapat mengimbangi
meningkatnya HP, maka akan terjadi keadaan di mana HP lebih besar daripada HL,
sehingga temperatur tubuh

(rektal)

menjadi

naik. Peristiwa

inilah yang

disebut "hyperthermia". Kenaikan kecepatan pemafasan diiringi oleh meningkatnya


kehilangan cairan tubuh: Panas melalui proses evaporasi dan non evaporasi. Saat
ayam dikandangkan pada suhu rendah ayam menggunakan pendinginan
"nonevaporated" sebagai jalan penghilangan panas. Ketika dikandangkan pada suhu
tinggi, maka unggas harus meningkatkan evaporasi untuk menangani panas yang
melampaui batas dengan panting. Ayam tidak mempunyai kelenjar keringat yang
aktif, sehingga peningkatan kecepatan pemafasan (panting) merupakan cara utama
untuk menurunkan suhu tubuh.
3.12. Manfaat pemberian pakan Awal pada periode starter (DOC)
a. Hiperplasia : pertambahan jumlah sel-sel tubuh. b. Hipertrofi

: perbesaran ukuran

sel tubuh.
Proses hiperplasia lebih besar daripada hipertropia pada minggu pertama dan
kedua, minggu ketiga seimbang, dan berikutnya hipertropia lebih dominan. Tentu
saja apabila persediaan sel-sel tidak ada dalam jumlah yang cukup pada minggu
pertama, akan sangat sulit untuk mencapai pertumbuhan maksimal pada minggu
minggu selanjutnya.
Manfaat yang dapat dilihat dari pemberian pakan awal adalah :
a.

Sistem penceman makanan

Pemberian pakan akan merangsang perkembangan usus. Viii dapat berkembang


sempuma. Motilitas I peristaltik juga dipacu seawal mungkin, sehingga sistem transport
dalam usus berlangsung baik. Enzim pankreas dan garam empedu digertak seawal
mungkin, seiring dengan makanan yang masuk.
b. Sistem imunitas
Antibodi maternal Metabolisme yang sempuma akan mendukung proses

penyerapan

antibodi maternal (dari induk). Antibodi maternal menjadi kunci pertahanan tubuh di
minggu awal, pada saat organ limfoid belwn merespon secara maksimal dan
menghasilkan antibodi aktif. Jika penyerapan zat kebal induk tidak maksimal, berarti
ayam tidak akan mendapat perlindungan yang lebih baik terhadap serangan bibit
penyakit dari lingkungan, sehingga kematian akan lebih tinggi dan penampilan ayam
tidak bisa maksimal . Menstimulasi perkembangan jaringan limfoid sepanjang usus.

Jaringan yang paling mudah untuk menggertak sistem kekebalan lokal adalah dengan
pemberian pakan sedini mungkin. GALT (Gut Associated Lymphoid Tisue) seperti
ceca,tonsil, peyer patches di sepanjang usus akan segera beraktivitas maksimal
beberapa saat setelah adanya gertakan pakan. Puasa justru akan menstimulasi
sekresi korticosteroid

yang

menghambat

proliferasi

sel-sel

tubuh

yang

bertanggung jawab pada sistem imun dan Jarigan limfoid lain.


Antigen di dalam usus ternyata dapat menggertak sel-sel epitel bursa. Hasil
penelitian menyatakan, bobot Bursa anak ayam yang dipuasakan dan yang segera
diberi makan ternyata berbeda sangat nyata. Anak ayam yang diberi pakan sedini
mungkin mempunyai bobot bursa lebih besar.
c. Penampilan Ayam
Berat badan dan konversi pakan berbeda nyata sejalan dengan penyerapan pakan yang
maksimal dan sistem pertahanan tubuh yang dapat diandalkan. Pada beberapa
penelitian, ternyata jika proses penyerapan sisa kuning telur berjalan secara normal,
maka kondisi seperti ini akan mengaktivasi organ yang berkaitan
dengan proses pencernaan pada ayam .

BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Fisolologi pada Ayam Broiler terdiri dari caput (kepala), badan dan ekor. Fisiologi
ayam broiler yang baik antara lain mempunyai bentuk kaki yang pendek dan
tegap, dada lebar, gerak lamban dengan tempera.men tenang, badan besar
dengan daging yang penuh lernak, biasanya lambat dewasa kelamin dan

bertelurnya rendah tetapi pertambahan bobot badannya cepat


tiga tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3
minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga
dipasarkan.Kebutuhan temperatur pada saat anakan sekitar 31 C dan

berangsur-angsur menurun sampai 21 C, pada umur 17 sampai 20 hari


Ayam yang dipuasakan akan mengalami penyerapan sisa
kunig telur menjadi lebih lama,

sehingga peluang untuk

terinfeksi oleh kuman lingkungan menjadi jauh lebih besar


jika

terjadi keterlambatan pemberian

pakan/minum

pada

tahap awal kehidupan dari ayam (lebih dari 2 hari). Efek


negatif tersebut
mencapai

bobot

antara

lain bobot

badan tidak

akan

standar. Manfaat yang dapat dilihat dari

pemberian pakan awal adalah : metabolisme yang


akan mendukung proses

sempuma

penyerapan antibodi maternal (dari

induk).
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Christison, G.I. dan Heidenreich, C.J. 1968. Heat Death in A Pig.


International Journal of Biometeorology, Volume 12, hal. 365-367.
Fraser, A.F. 1970.

Studies

on Heat Stress

in

Pigs

in

Tropical

Environment. Tropical Animal Health and Production, Volume 2


halaman 76-86.
McGlone, J., Morrowtesch, L., Johnson, L. Salak. 1994. Heat and Social
Stress

Effects

on

Pig

Immune

Measures.

American

Society

of

Animal Science Journal, Volume 72 halaman 259-269.


Morrison, S.R., Heitman Jr, H., dan Bond, T.EE. Effect of Humidity on
Swine St Temperatures Above Optimum. International Journal of
Biometeorology, Volume 13, hal. 135-139.
Mullan,

B.P.,

Lactation in

Black,

J.L.,

The

Lorrschy,
Sow

M.L.,

During

dan
Heat

Production Science Journal, halaman 153-170.

Giles,
Stress.

L.R.

2003.

Livestock

Anda mungkin juga menyukai