Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi Aktivitas KelompoK (TAK) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi
sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu gangguan hubungan sosial pada
pasien gangguan jiwa adalah gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu
masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Halusinasi adalah
salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori persepsi;
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan.
Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita
klien diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan
fikirannya sendiri. Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas
Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol halusinasi yang
dialaminya. Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di RSJ Provinsi Bali sebagian besar
pasien menderita halusinasi. Oleh karena itu, perlu diadakan Terapi Aktivitas Kelompok
tentang halusinasi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi Terapi Aktivitas Kelompok pada pasien halusinasi ?
2. Apa tujuan melaksanakan terapi aktivitas kelompok pada pasien halusinasi ?
3. Apa saja kegiatan terapi aktivitas kelompok ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu terapi aktivitas.
2. Mengetahui tujuan terapi aktivitas kelompok pada pasien halusinasi.
3. Mengetahi apa saja kegiatan pada terapi aktivitas kelompok pada pasien
halusinasi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok pada Pasien Halusinasi
Halusinasi adalah satu persepsi yang salah oleh panca indera tanpa adanya
rangsang (stimulus) eksternal.
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau
diarahkan oleh seorang therapist (Yosep, 2009). Pengertian TAK stimulasi persepsi
menurut

Purwaningsih dan Karlina (2009) adalah terapi yang bertujuan untuk

membantu klien yang mengalami kemunduruan orientasi, menstimulasi persepsi


dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku
maladaftif. Pengertian yang lain menurut Keliat dan Akemat (2005), TAK stimulasi
persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait
dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
B. Tujuan terapi aktivitas kelompok pada pasien halusinasi
1. Tujuan umum

Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi


dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
c. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
d. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas

terjadwal.
e. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat
C. Kegiatan Pada Terapi Aktivitas Kelompok Pada Pasien Halusinasi.

Aktivitas TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi dilakukan lima sesi yang melatih
kemampuan klien dalam mengontrol halusinasinya. Kelima sesi tersebut akan peneliti

paparkan dalam pedoman pelaksanaan TAK Stimulasi Persepsi Halusinasi sebagai


berikut :
1. Sesi 1 mengenal halusinasi
a. Tujuan
1) Klien dapat mengenal halusinasi.
2) Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi
3) Klien mengenal situasi terjadinya halusinasi
4) Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.
b. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1) Spidol
2) Papan tulis/whiteboard/flipchart

d. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran/simulasi
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi : halusinasi
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik.
3

( 1 ) Salam dari terapis kepada klien


( 2 ) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
( 3 ) Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama).
b) Evaluasi/validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini
c) Kontrak
( 1 ) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengenal suara-suara yang didengar.
( 2 ) Terapis menjelaskan aturan main berikut :
( a ) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta
ijin kepada terapis.
( b ) Lama kegiatan 45 menit.
( c ) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3) Tahap kerja
a ) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-suara
yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan perasaan
klien pada saat terjadi.
b ) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan klien pada saat terjadi halusinasi. Mulai dari klien yang
sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran. Hasilnya ditulis di
whiteboard.
c ) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
d ) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara yang
biasa didengar.
4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
4

( 1 ) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK


( 2 ) Terapis memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
b) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya jika
terjadi halusinasi.
c) Kontrak yang akan datang
( 1 ) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol
halusinasi.
( 2 ) Menyepakati waktu dan tempat
f. Evaluasi dan dokumentasi
1) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK Stimulasi Persepsi : Halusinasi sesi 1, kemampuan yang
diharapkan adalah mengenal isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, situasi
terjadinya halusinasi, dan perasaan saat terjadi halusinasi. Formulir evaluasi
tersedia pada lampiran berikutnya.
2) Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK pada
catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 1. Klien mampu menyebutkan isi halusinasi
(menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi (jika sedang sendiri),
perasaan (kesal dan geram). Anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang
timbul dan menyampaikan kepada perawat.
2. Sesi 2 mengontrol halusinasi dengan menghardik.

a. Tujuan
1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi.
2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
b. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1) Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart
2) Jadwal kegiatan klien
d. Metoda
1) Diskusi dan tanya jawab.
2) Bermain peran/simulasi.
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
( a ) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK
stimulasi persepsi: halusinasi sesi 1.
( b ) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
( a ) Salam terpaeutik
( 1 ) Salam dari terapis kepada klien.
( 2 ) Klien dan terapis memakai papan nama.
3) Evaluasi/validasi.
( a ) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
6

( b ) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi : isi, waktu,


situasi, dan perasaan.
4) Kontrak.
( a ) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol
halusinasi.
( b ) Menjelaskan aturan main berikut :
( 1 ) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin
kepada terapis.
( 2 ) Lama kegiatan 45 menit.
( 3 ) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
5) Tahap kerja :
( a ) Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat
mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua klien
mendapat giliran.
( b ) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
( c ) Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi
saat halusinasi muncul.
( d ) Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu : Pergi, jangan
ganggu saya, Saya mau bercakap-cakap dengan.
( e ) Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik
halusinasi dimulai dari klien di sebelah kiri terapis berurutan searah jarum jam sampai semua
peserta mendapatkan giliran.
( f ) Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat
setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
6) Tahap terminasi
7

(a) Evaluasi.
(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
(a) Rencana tindak lanjut.
(1)

Terapis menganjurkan setiap anggota kelompok untuk menerapkan cara yang

telah dipelajari jika halusinasi muncul.


(2) Memasukkan kegiatan menghardik pada jadwal kegiatan harian klien.
(a) Kontrak yang akan datang.
(1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
(2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.
7) Evaluasi dan dokumentasi
( a ) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 2, dievaluasi kemampuan
klien mengatasi halusinasi dengan menghardik menggunakan formulir evaluasi.
( b ) Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melaksanakan
TAK pada catatan proses keperawatan setiap klien. Misalnya, klien mengikuti
TAK stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 2. Klien mampu memperagakan cara
menghardik halusinasi. Anjurkan klien menggunakannya jika halusinasi muncul,
khusus pada malam hari (buat jadwal).
3. Sesi 3 mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
a. Tujuan
1) Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi.
8

2) Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi.


b. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.
2) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1) Buku catatan dan pulpen.
2) Jadwal kegiatan harian klien.
3) Spidol dan papan tulis/whiteboard/flipchart
d. Metode
1) Diskusi dan tanya jawab.
2) Bermain peran/simulasi dan latihan.
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(a) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK
stimulasi persepsi : halusinasi sesi 2.
(b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
(a) Salam terapeutik
(1) Salam dari terapis kepada klien.
(2) Peserta dan terapis memakai papan nama.
(b) Evaluasi/validasi.
(1) Terapis menanyakan perasaan klien saat ini.
(2) Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
(3) Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi.
(c) Kontrak:
9

(1)

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi

dengan melakukan kegiatan.


(2) Menjelaskan aturan main berikut :

Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada
terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3) Tahap kerja
(a) Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan sehari-hari. Jelaskan
bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya halusinasi.
(b)

Terapis meminta setiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan

sehari-hari, dan ditulis di whiteboard.


(c) Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis formulir
yang sama di whiteboard.
(d) Terapis membimbing satu per satu klien untuk membuat jadwal kegiatan harian,
dari bangun pagi sampai tidur malam. Klien menggunakan formulir, terapis menggunakan
whiteboard.
(e) Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang telah disusun.
(f) Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah selesai
membuat jadwal dan memperagakan kegiatan.
4) Tahap terminasi
(a) Evaluasi.
(1)

Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal kegiatan

dan memperagakannya.
(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
10

(b) Rencana tindak lanjut.


Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik dan melakukan kegiatan.
(c) Kontrak yang akan datang.
(1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar
cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
(2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat.
5) Evaluasi dan dokumentasi
a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi halusinasi sesi 3
dievaluasi kemampuan klien mencegah timbulnya halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian, dengan menggunakan formulir evaluasi.
b) Dokumentasikan kemampuan yang klien miliki ketika TAK pada

catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK


stimulasi persepsi : halusinasi sesi 3. Klien mampu memperagakan
kegiatan harian dan menyusun jadwal. Anjurkan klien melakukan
kegiatan untuk mencegah halusinasi.
4. Sesi 4 mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
a. Tujuan
1) Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi.
2) Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah munculnya
halusinasi.
b. Setting
11

1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.


2) Ruangan nyaman dan tenang.
c. Alat
1) Jadwal kegiatan harian klien dan pulpen.
2) Fliphchart/Whiteboard dan spidol.
d. Metoda
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Bermain peran/simulasi
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(a) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK
stimulasi persepsi : halusinasi sesi 3.
(b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2) Orientasi
(a) Salam terpaeutik:
(1) Salam dari terapis kepada klien.
(2) Peserta dan terapis memakai papan nama.
(b) Evaluasi/validasi
(1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
(2) Menanyakan pengalaman klien setelah menerapkan dua cara yang telah dipelajari
(menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan terarah) untuk mencegah halusinasi.
(a) Kontrak
(1) Terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
(2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :

12

Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada
terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal samapai selesai.

3) Tahap kerja
(a)

Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk

mengontrol dan mencegah halusinasi.


(b) Terapis meminta setiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak
bercakap-cakap.
(c) Terapis meminta setiap klien menyebutkan pokok pembicaraan yang biasa dan
bisa dilakukan.
(d) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap jika halusinasi muncul, Suster, ada
suara di telinga, saya mau ngobrol saja dengan suster atau Suster, saya mau ngobrol tentang
kapan saya boleh pulang.
(e)

Terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang di

sebelahnya.
(f) Berikan pujian atas keberhasilan klien.
(g) Ulangi kegiatan no. 5 dan 6 sampai semua klien mendapat giliran.
4) Tahap terminasi
(a) Evaluasi
(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
(2) Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih.
(3) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.
(b) Rencana tindak lanjut

13

Menganjurkan klien menggunakan tiga cara mengontrol halusinasi, yaitu menghardik,


melakukan kegiatan harian, dan bercakap-cakap.
(c) Kontrak yang akan datang
(1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya, yaitu belajar
cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
(2) Terapis menyepakati waktu dan tempat
5) Evaluasi dan dokumentasi
a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK Stimulasi persepsi halusinasi sesi 4, dievaluasi kemampuan
mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap, yaitu dengan menggunakan
formulir evaluasi.
b) Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK pada
catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4. Klien belum mampu secara lancar
bercakap-cakap dengan orang lain. Anjurkan klien bercakap-cakap dengan
perawat dan klien lain di ruang rawat.
5. Sesi 5 mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.
a. Tujuan
1) Klien memahami pentingnya patuh minum obat.
2) Klien memahami akibat tidak patuh minum obat.
3) Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
b. Setting
1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2) Ruangan nyaman dan tenang
14

c. Alat
1) Jadwal kegiatan harian klien
2) Flipchart/whiteboard dan spidol.
3) Beberapa contoh obat.
d. Metoda
1) Diskusi dan tanya jawab
2) Melengkapi jadwal harian.
e. Langkah kegiatan
1) Persiapan
(a) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok yang telah mengikuti TAK
stimulasi persepsi : halusinasi sesi 4.
(b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
(a) Salam terpaeutik
(1) Salam dari terapis kepada klien.
(2) Peserta dan terapis memakai papan nama
(b) Evaluasi/validasi
(1) Menanyakan perasaan klien saat ini
(2)

Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah

menggunakan tiga cara yang telah dipelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan
dan bercakap-cakap).
(c) Kontrak
(1)

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan dengan anggota kelompok, yaitu

mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat.

15

(2) Menjelaskan aturan main berikut :

Jika klien akan meninggalkan kelompok harus meminta ijin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3) Tahap kerja
(a) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh,
karena obat member perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
(b) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab kambuh.
(c) Terapis meminta setiap klien menyampaikan obat yang dimakan dan waktu
memakannya. Buat daftar di whiteboard.
(d) Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat,
benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
(e) Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat, secara bergiliran.
(f) Berikan pujian pada klien yang benar.
(g) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di whiteboard).
(h) Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat di whiteboard).
(i) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh.
(j) Menjelaskan

akibat/kerugian

tidak

patuh

minum

obat,

yaitu

kejadian

halusinasi/kambuh.
(k) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.
(l) Memberi pujian setiap kali klien benar.
4) Tahap terminasi
(a) Evaluasi
16

(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.


(2) Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari.
(3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
(b) Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan empat cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik, melakukan kegiatan, bercakap-cakap, dan patuh minum obat.
(c) Kontrak yang akan datang
(1) Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol halusinasi.
(2) Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien.
5) Evaluasi dan dokumentasi
a) Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi : halusinasi sesi 5, kemampuan klien
yang diharapkan adalah menyebutkan lima benar cara minum obat,
keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir
evaluasi terdapat pada lampiran berikutnya.
b) Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika melakukan TAK pada
catatan proses keperawatan setiap klien. Contoh : klien mengikuti TAK
stimulasi persepsi : halusinasi Sesi 5. Klien mampu menyebutkan lima benar
cara minum obat, manfaat minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat
(kambuh). Anjurkan klien minum obat dengan cara yang benar

17

Daftar Pustaka
Anonim. 2008. Halusinasi . Dimuat dalam. http://harnawatiaj.wordpress.com/ [Diakses : 15
Oktober 2011]
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC

18

Anda mungkin juga menyukai