Studi Kelayakan Perencanaan Dan Perizinan Rumah Sakit
Studi Kelayakan Perencanaan Dan Perizinan Rumah Sakit
dan
PERENCANAAN RUMAH SAKIT UMUM
MALANG
No. Formulir :
19034
FOR MU L IR
P ER MO HO NA N
Malang,2 0 J u n i 2012
Kepada
Di
Perizinan Terpadu
Malang
Lengkap
: Pekerjaan
Alamat
Indrawan
Fak-fak, Papua
31
12 1 9 9 2
Wirausahawan
JL. Sumber Sari GG 4 272
Malang
Telepon / Hp
Dengan ini mengajukan permohonan untuk memperoleh Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk bangunan baru /
bangunan tambahan / mengubah atau membongkar sebagian atau seluruh bangunan *) yang terletak pada :
: JL.Veteran
Alamat Bangunan
10, Malang
: Desa Zamba
Dusun/Lingkungan *)
: Kecamatan Lowokwaru
/Kelurahan *)
: Guna Bangunan
Lowokwaru
:
Bangunan
Sosial
Bangunan Perumahan
Bangunan Industri
Bangunan Khusus
Bangunan Campuran
Bangunan Pendidikan
Status Tanah
Dengan batas-batas
Bangunan Kelembagaan/kantor
Sewa
Sebelah Utara :
Sebelah Timur :
Sebelah Selatan :
Sebelah Barat :
Perumahan
Lahan kosong
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) ;
2. Surat Persetujuan Tetangga.
Kampus
Konvensional
3. Surat Pernyataan Pemohon dengan bermaterai secukupnya.
4.
Surat Keterangan tanah dari Kepala Desa/Lurah yang menyatakan tidak terdapat suatu masalah atau tidak dalam status
sengketa tanah/bangunan diketahui oleh Camat.
5. Fotocopy Surat Bukti Kepemilikan Tanah yang disahkan oleh pejabat yang berwenang
6. Fotocopy Bukti Pelunasan SPPT PBB Tahun berkenaan
7. Bagi pemohon yang mewakilkan untuk membuat surat kuasa dengan materai secukupnya.
8. Dokumen analisis mengenai dampak dan gangguan terhadap lingkungan, atau upaya pemantauan lingkungan (UPL)/ upaya
pengelolaan lingkungan (UKL) bagi yang terkena kewajiban.
9.
Pembangunan yang dilakukan oleh developer/pengembang/industri melampirkan izin prinsip, izin peruntukan lahan dan
dokumen lingkungan.
10. Keterangan situasi bangunan (KSB) mengenai batas-batas dan garis sempadan bangunan ;
11. Gambar rencana/arsitektur bangunan dalam rangkap dua yang telah disahkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Pinrang;
12. Pas Foto Warna 3 x 4 cm 3 (tiga) Lembar.
Demikian surat permohonan ini saya buat dan atas persetujuannya diucapkan terima kasih.
PEMOHON
Materai
Secukupnya
(Sepa Indrawan)
*) Coret yang tidak perlu
Catatan :
Sebelah Timur
( Ulung Satria
(_Christopher )
Sebelah Selatan
(_ Dyah Ayu
Sebelah Barat
( Ikbal muhammad )
Diketahui :
Kepala Dusun/Lingkungan
Reg :
Tgl :24 juni 2012
Kepala Desa / Lurah
Darsono
Sutikno
Mengetahui :
Arda Aryo
NIP :
*) Coret yang tidak perlu
PEMOHON
(Nama Terang)
Diketahui :
Reg : Tgl :
Kepala Dusun/Lingkungan
Darsono
Mengetahui :
Sutikno
NIP :
SURAT KETERANGAN
Nomor :
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Kepala Desa/Lurah
: Sutikno
Kecamatan
: Lowokwaru
Menerangkan bahwa :
Nama Lengkap
: Sepa Indrawan
Tempat/Tgl Lahir
: Fak-Fak, Papua 31 Desember 1992
Pekerjaan
: Wirausaha
Alamat
: JL. Sumber Sari GG 4 272
Yang bersangkutan mengajukan permohonan izin untuk Mendirikan bangunan baru / bangunan tambahan/
mengubah sebagian atau seluruh bangunan / membongkar sebagian atau seluruh bangunan *) di atas sebidang tanah
pekarangan/perumahan yang terletak di Dusun/Lingkungan Z a m b a Desa/Kelurahan Lowokwaru
Kecamatan
lowokwaru dengan
No.Persil.
No.Blok. .. No.Kohir. .... No.SPPT :
. No. Hak Milik.
.
Gambar
Situasi
(GS) No. .
Tanggal .. Luas
() M tertulis atas nama ..
Adapun Tanah Pekarangan/Perumahan tersebut berbatasan sebagai berikut :
Sebelah Utara
: Perumahan
Sebelah Timur
: Lahan kosong
Sebelah Selatan
: Kampus
Sebelah Barat
: Konvensional
Bahwa tanah tersebut diatas sepanjang pengetahuan kami adalah tanah milik pemohon dan tidak ada
gugatan/tuntutan dari pihak lain dan tidak ada sengketa batas tanah/bangunan sampai surat keterangan ini dibuat.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagai syarat pengurusan Izin Mendirikan
Bangunan (IMB).
Mengetahui :
Malang 24 juni 2012.
Camat
Kepala Desa / Lurah
Arda Aryo
NIP .
Sutikno
SURAT KUASA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama
: Sepa Indrawan
Umur
: 19 Tahun
Tahun
: 1992
Pekerjaan
: Wirausahan
Alamat
: JL. Sumber Sari GG 4 272
Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA (Pemberi Kuasa)
2. Nama
Umur
Pekerjaan
Alamat
Selanjutnya disebut sebagai
: Firman Akbar
: 19 Tahun 1992
: Wiraswasta
: Sumber Sari GG 3 200, Malang
PIHAK KEDUA (Penerima Kuasa)
PIHAK
Firman Akbar
Sepa Indrawan
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTARi
DAFTAR ISI..ii
BAB I
PENDAHULUAN..1
LATAR BELAKANG..1
TUJUAN....1
1.2.1. Tujuandidirikannya Perusahaan....1
1.2.2. TujuanPenyusunanDokumen....1
1.3.
MANFAAT..2
1.1.
1.2.
BAB II
DASAR HUKUM DAN POKOK PERENCANAAN RUMAH SAKIT.3
BAB III
METODE PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN RUMAH SAKIT.....25
3.1. Program RuangDalamPerencanaanRumahSakit......25
3.2. PerencanaanKebutuhanMakanan....27
3.3. ProsedurPenghitunganKebutuhanSdmKesehatanKebutuhanRumahSakit.......28
3.4. AnalisaOrganisasi...31
BAB IV
TINDAK LANJUT.32
BAB V
PENUTUP.33
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
2
TUJUAN
1.2.1. TUJUAN DIDIRIKANNYA PERUSAHAAN
1. Untuk memenuhi kebutuhan kesahatan masyarakat dengan pembangunan
rumah sakit mengingat kesehatan masyarakat makin menurun.
2. Memajukan industri dan meningkatkan persaingan usaha dalam bidang
kesehatan.
3. Meningkatkan pendapatan Daerah dan Negara, serta membuka lapangan
pekerjaan di bidang kesehatan.
3.1.1. TUJUAN PENYUSUSNAN DOKUMEN
1. Melaksanakan
pembangunan
Rumah
Sakit
secara
bijaksana
dalam
1.3.
MANFAAT
1.3.1. Manfaat Berdirinya Perusahaan
a. Bagi Perusahaan
b. Bagi Pemerintah
c. Bagi Masyarakat
BAB II
DASAR HUKUM DAN POKOK-POKOK PERENCANAAN RUMAH SAKIT
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIKINDONESIA
NOMOR147/MENKES/PER/I/2010
4
TENTANG PERIZINANRUMAHSAKIT
DENGANRAHMATTUHANYANGMAHA ESA
MENTERIKESEHATANREPUBLIKINDONESIA,
Menimbang
Mengingat
: bahwauntukmelaksanakanketentuanpasal28Undang-UndangNomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit perlu menetapkan Peraturan
Menteri Kesehatan tentangPerizinanRumahSakit;
:
1.
2.
3.
Undang-UndangNomor33Tahun2004
tentang
Perimbangan
KeuanganAntaraPemerintah
PusatdanPemerintahanDaerah
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004
Nomor126,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4438);
4.
Undang-UndangNomor25Tahun2007
tentangPenanamanModal
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2007
Nomor67,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4724);
5.
Undang-UndangNomor
36Tahun2009
tentangKesehatan
(LembaranNegara Republik Indonesia Tahun2009Nomor 144,
TambahanLembaranNegara RepublikIndonesia Nomor5063);
6.
Undang-UndangNomor
44Tahun2009
tentangRumahSakit
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2009
Nomor153,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 5072);
7.
8.
9.
Peraturan
PemerintahNomor79
Tahun2005tentangPedoman
Pembinaan dan PengawasanPenyelenggaraan Pemerintahan
Daerah(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2005Nomor
165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4593);
10.Peraturan PemerintahNomor38Tahun2007tentangPembagian
Pemerintahan
antara
Pemerintah,Pemerintah
Provinsi,Pemerintah DaerahKabupaten/Kota (Lembaran
RepublikIndonesiaTahun2007Nomor 82,TambahanLembaran
RepublikIndonesia Nomor4737);
Urusan
Daerah
Negara
Negara
PeraturanMenteriKesehatanNomor
tentang
OrganisasiRumahSakitDi
Kesehatan;
1045/Menkes/Per/XI/2006
LingkunganDepartemen
MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURANMENTERIKESEHATANTENTANGPERIZINANRUMAH SA
BABI
KETENTUANUMUM
Pasal1
Dalamperaturanini yangdimaksuddengan:
1.
RumahSakitadalahinstitusipelayanankesehatanyangmenyelenggarakanpelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan,dangawatdarurat.
2.
RumahSakitUmumadalahRumahSakityangmemberikanpelayanankesehatanpada
semuabidangdanjenispenyakit.
3.
RumahSakitKhususadalahRumahSakityangmemberikanpelayananutamapada
satu
bidangatau satu jenispenyakit tertentu berdasarkandisiplinilmu,golonganumur, organ,
jenispenyakitataukekhususanlainnya.
5.
4.
RumahSakitPublikadalahRumahSakityangdikelolaolehPemerintah,Pemerintah
DaerahdanBadanHukumyangbersifatnirlaba.
RumahSakitPrivatadalahRumahSakityangdikelola
oleh
badanhukumdengan
tujuanprofit yangberbentukperseroan terbatasataupersero.
6.
IzinmendirikanRumahSakitadalahizinyangdiberikanuntukmendirikanRumahSakit setelah
memenuhi persyaratanuntukmendirikan.
7.
Izin operasional Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan
pelayanankesehatansetelah memenuhipersyaratandanstandar.
8.
Registrasi Rumah Sakit adalah pencatatan resmi tentang status Rumah Sakit di
Indonesia.
9.
AkreditasiRumahSakitadalahpengakuanyangdiberikanolehpemerintahkepada
manajemenRumahSakityang telahmemenuhistandaryang telahditetapkan.
10.
UpayaPengelolaanLingkunganyangselanjutnyadisingkatUKLadalahupayayang
dilakukanolehpenanggungjawabusaha
dan/kegiatan
dalampenanganankomponen
lngkunganhidupyangterkenadampakbesardanpentingakibatdari
rencanausaha
dan/ataukegiatan.
11.
UpayaPemantauanLingkunganyangselanjutnyadisingkatUPLadalahupayayang
dilakukanolehpenanggungjawabusaha dan/kegiatan dalampemantauan komponen
lngkunganhidupyangterkenadampakbesardanpentingakibatdari
rencanausaha
dan/ataukegiatan.
12.
14.
Izinsebagaimanadimaksudpadaayat(1)terdiriatas
danizinoperasionalRumahSakit.
izin
mendirikanRumahSakit
Izinoperasionalsebagaimanadimaksudpadaayat(2)
terdiri atasizinoperasionalsementaradanizinoperasionaltetap.
Pasal3
(1)
PermohonanizinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitdiajukanmenurutjenis
danklasifikasiRumahSakit.
(2)
Izin mendirikan dan izin operasional Rumah Sakit kelas A dan Rumah Sakit
penanamanmodalasingataupenanamanmodaldalamnegeri
diberikanolehMenteri
setelahmendapatkanrekomendasidari
pejabatyangberwenangdibidangkesehatan
padaPemerintahDaerahProvinsi.
(3)
IzinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitkelasBdiberikanolehPemerintah
DaerahProvinsisetelahmendapatkanrekomendasidari
pejabatyangberwenangdi
bidangkesehatanpadaPemerintahDaerahKabupaten/Kota.
(4)
IzinmendirikandanizinoperasionalRumahSakitkelasCdankelasDdiberikanoleh
PemerintahDaerahKabupaten/Kotasetelah mendapatrekomendasidari pejabatyang
berwenangdi bidangkesehatanpadaPemerintahDaerahKabupaten/Kota.
(5)
(1)
Untukmemperolehizinmendirikan,RumahSakitharusmemenuhipersyaratanyang
meliputi :
a. studikelayakan;
b. masterplan;
c. statuskepemilikan;
d. rekomendasiizinmendirikan;
e. izinundang-undanggangguan(HO);
f. persyaratanpengolahanlimbah;
g. luas tanahdansertifikatnya;
h. penamaan;
i. Izin MendirikanBangunan(IMB);
j. IzinPenggunaanBangunan(IPB);dan
k. Surat IzinTempatUsaha (SITU).
(2)
Izinmendirikandiberikanuntukjangkawaktu2(dua)tahundandapatdiperpanjang
untuk1(satu) tahun.
(3)
PemohonyangtelahmemperolehizinmendirikanRumahSakit,apabiladalamjangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2)
belum atau
tidak
melakukan
pembangunanRumah Sakit, maka pemohon harus mengajukanizinbaru sesuai
ketentuanizinmendirikansebagaimanadimaksuddalamPasal3danPasal4.
BagianKetiga
Izin Operasional
Pasal6
(1)
(2)
Izin operasional sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk
jangkawaktu 1 (satu)tahun.
(1)
Pasal 8
RumahSakityangtelahmemilikiizinoperasionalsementaraharusmengajukansurat
permohonanpenetapankelasRumahSakitkepada Menteri.
Dalam rangka penetapan kelas Rumah Sakit, Menteri membentuk Tim penilai
klasifikasiRumahSakit.
(4)
Berdasarkan hasil penilaian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri
menetapkanklasifikasiRumahSakit.
Pasal9
(1)
Rumah sakit yang telah memiliki izin operasional sementara dan mendapatkan
penetapankelasRumahSakitsebagaimanadimaksuddalamPasal
7danPasal8,
diberikanizinoperasionaltetap.
(2)
Izin operasional tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu
5 (lima)tahundandapat diperpanjangkembaliselamamemenuhipersyaratan.
Pasal10
(1)
SetiapRumahSakityangtelahmendapakanizinoperasionalharusdiregistrasidan
diakreditasi.
(2)
dilaksanakan sesuai
BagianKeempat
IzinRumahSakitDalamRangkaPenanamanModal
Pasal11
(1) IzinRumahSakitPenanamanModalDalamNegeri(PMDN)atauPenanamanModal
Asing(PMA)diberikanoleh Menteri.
(2) Untukmendapatkanizinsebagaimanadimaksudpadaayat(1)rumahsakitPenanaman
ModalAsing(PMA)harusmemenuhipersyaratansebagaiberikut:
a. harusberbentukbadanhukumPerseroanTerbatas(PT);
b. mengadakankerjasamadenganbadanhukumIndonesiayangbergerakdi
bidangperumahsakitan;
c. hanyauntuk menyelenggarakanRumahSakit;
d. pelayananyangdiberikanadalahpelayananspesialistikdan/atausubspesialistik;
10
e.
jumlahtempat tidurminimal200buahuntuk PMAyangberasaldarinegaranegaraASEANdan minimal300buahuntukPMA yangberasal dari negara-negara
NonASEAN.
f. lokasidiseluruhwilayahIndonesia
g. besaran modal asingmaksimal67%
h. direktur RumahSakitharusWargaNegara Indonesia
(3) Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f ditetapkan oleh Menteri
berdasarkanhasilevaluasilokasi yangdilaksanakanolehKementerianKesehatan.
Pasal12
Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing
(PMA)selainmemenuhipersyaratan
Pasal3,Pasal5,danPasal11jugaharusmemenuhi
ketentuanPerundang-undangantentangPenanamanModal.
Pasal13
Rumah Sakit Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing
(PMA) wajibmengikuti program-program Pemerintahsesuai kebijakanyangdikeluarkanoleh
KementerianKesehatan.
Pasal14
(1) PermohonandiajukankepadaDepartemenKesehatanc.q.DirektoratJenderalBina
PelayananMedikdenganmelampirkandata-data:
a.
Studi kelayakan(feasibilitystudy);dan
b.
Formulirisian mendirikanRumahSakityang telahdilengkapi
(2)
DirektoratJenderalBinaPelayananMedikmengeluarkansuratrekomendasiapabila
permohonanmemenuhi persyaratan.
(3)
Berdasarkanrekomendasisebagaimanadimaksud
padaayat(2)diatas,pemohon
mengajukanpersetujuanpenanamanmodalke
Badan
KoordinasiPenanamanModal
(BKPM)/BadanKoordinasiPenanamanModalDaerah (BKPMD).
(4)
Setelahditerbitkannyapersetujuan,makapemohonwajibmengajukanizinmendirikan
danoperasionalRumahSakitsesuai ketentuan.
BABIII
PENINGKATANKELASRUMAHSAKIT
BagianKesatu
Umum
Pasal15
11
(2)
(3)
(4)
(1)
Pemerintahdaerahkabupaten/kotamelakukanpembinaandanpengawasanterhadap
pelaksanaanPeraturanini terhadap RumahSakitdiwilayahnya.
PemerintahmelakukanpembinaandanpengawasanterhadappelaksanaanPeraturanini
padapemerintahdaerahprovinsi.
(4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
bimbingan,supervisi,konsultasi, pendidikandanlatihandankegiatanpemberdayaan lain.
Pasal17
(1)
Tindakanadministratif
sebagaimanadimaksudpadaayat
ketentuanperaturanperundang-undangan.
(2)dilaksanakansesuai
BABV
KETENTUANPERALIHAN
Pasal18
(1)
PadasaatPeraturanMenteriinimulaiberlaku,IzinRumahSakityangtelah
berlakusampaihabis masaberlakunya.
adatetap
12
(2)Padasaatperaturaninimulaiberlaku,izinRumahSakityangsedangdalamproses,
dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentangRumahSakit.
BABVI
KETENTUANPENU
TUP Pasal 19
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit beserta perubahannya, dicabut dan
dinyatakan tidakberlaku.
Pasal 20
Peraturan inimulai berlakupada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan ini dengan
penempatannyadalamBeritaNegaraRepublikIndonesia.
Ditetapkandi
Jakarta
pada tanggal27Januari2010
Menteri,
dr. EndangRahayuSedyaningsih,
MPH,DR.PH
13
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 340/MENKES/PER/III/2010
TENTANG KLASIFIKASI RUMAH SAKIT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
Mengingat
BAB II
PENETAPAN KELAS
15
Pasal 2
(1) Setiap rumah sakit wajib mendapatkan penetapan kelas dan Menteri.
(2) Rumah sakit dapat ditingkatkan kelasnya setelah lulus tahapan pelayanan akreditasi
kelas dibawahnya.
Pasal 3
Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-kurangnya pelayanan
medik umum, gawat darurat, pelayanan keperawatan, rawat jalan, rawat map,
operasilbedah, pelayanan medik spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi,
rekam medik, pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pemulasaran jenazah, laundty, dan ambulance, pemeliharaan sarana rumah
sakit, serta pengolahan Iimbah.
BAB III
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUM
Pasal 4
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Umum dikiasifikasikan
menjadi:
a. Rumah Sakit Umum Kelas A;
b. Rumah Sakit Umum Kelas B;
c. Rumah Sakit Umum Kelas C;
d. Rumah Sakit Umum Kelas 0.
Pasal 5
Kiasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Admmnistrasi dan Manajemen.
16
BABIV
RUMAH SAKIT UMUM
Bagian Kesatu
Rumah Sakit Umum Kelas A
Pasal 6
(1) Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima) Pelayanan
Spesialis penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13
(tiga belas) pelayanan Medik Sub Spesialis.
(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana dimaksud
pada ayat (I) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik
Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis,
Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan
Penunjang Non Klinik.
(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan lbu Anak IKeluanga Berencana.
(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan Patologi Anatomi.
(7) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya terdini dan Pelayanan Mata,
Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin,
Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan
Kedokteran Forensik.
(8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dan Pelayanan Bedah Mulut,
Konsenvasi/Endodonsi, Periodonti, Orthodonti, Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit
Mulut.
(9) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
(10) Pelayanan Medik Subspesialis terdiri dan Subspesialis Bedah, Penyakit Dalam,
Kesehatan Anak, Obstetni dan Ginekologi, Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syanaf,
17
Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Panti, Onthopedi dan Gigi
Mulut.
(11) Pelayanan Penunjang Klinik terdini dan Penawatan lntensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Stenilisasi lnstrumen dan Rekam Medik.
(12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdini dan pelayanan LaundiylLinen, Jasa Bogal
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas
Medikdan Penampungan Air Bersih.
Pasal 7
(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 18 (delapan belas) orang dokter
umum dan 4 (empat) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 6 (enam)
orang dokter spesialis dengan masing-masing 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap.
(4) Pada Pelayanan Spesialis Penunjang Medik hams ada masing-masing minimal 3 (tiga)
orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap.
(5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal 3 (tiga) orang
dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter spesialis sebagai tenaga
tetap.
(6) Untuk Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut hams ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.
(7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 2 (dua) orang
dokter subspesialis dengan masing-masing 1 (satu) orang dokter subspesialis sebagai
tenaga tetap.
(8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
(9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
Pasal 8
(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
18
(3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan pemndang-undangan.
(4) Jumlah tempat tidur minimal 400 (empat ratus) buah.
Pasal 9
(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata laksana.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanari medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Bagian Kedua
Rumah Sakit Umum Kelas B
Pasal 10
(1) Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 4 (empat) Pelayanan
Spesialis Penunjang Medik, 8 (delapan) Pelayanan Medik Spesialis Lainnya dan 2
(dua) Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.
(2) Kritenia, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas B sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Medik Spesialis Lain, Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik
Subspesialis, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik
dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
(4) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdini dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetni dan Ginekologi.
(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
19
(7) Pelayanian Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan) dan 13 (tiga belas)
pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung Tenggonokan, Syanaf, Jantung dan
Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paw, Orthopedi, Urologi, Bedah
Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.
(8) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdini dan Pelayanan Bedah Mulut,
Konservasi/Endodonsi, dan Peniodonti.
(9) Pelayanan Kepenawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan kepenawatan
dan asuhan kebidanan.
(10) Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dan 4 (empat) subspesialis dasar yang
meliputi:Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi.
(11) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dan Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik.
(12) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri ciari pelayanan LaundiylLinen, Jasa Boga I
Dapur, Teknik dan Pemehharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik
danPenampungan Air Bersih.
Pasal 11
(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 12 (dua belas) orang dokter umum
dan 3 (tiga) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar masing-masing minimal 3 (tiga) orang dokter
spesialis dengari masing-masing 1 (satu) orang sebagai tenaga tetap.
(4) Pada Pelayanan Spesialis Penunijang Medik harus ada masing-masing minimal 2
(dua) orang dokter spesialis dengan masing-masing 1 (satu ) orang dokter spesialis
sebagal tenaga tetap.
(5) Pada Pelayanan Medik Spesialis Lain harus ada masing-masing minimal I (satu) orang
dokter spesialis setiap pelayanan dengan 4 orang dokter spesialis sebagal tenaga
tetap pada pelayanan yang berbeda.
(6) Pada Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut harus ada masing-masing minimal I (satu)
orang dokter gigi spesialis sebagai tenaga tetap.
(7) Pada Pelayanan Medik Subspesialis harus ada masing-masing minimal 1 (satu) orang
dokter subspesialis dengan 1 (satu) orang doktei subspesialis sebagai tenaga tetap.
(8) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 1:1 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
(9) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
20
Pasal 12
(1) Sarana prasarana Rumah Sakit hams memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteni.
(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
(3) Peralatan radiologi dan kedokteran nuklir harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Jumlah tempat tidur minimal 200 (dua ratus) buah.
Pasal 13
(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata Iaksana.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang meclis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
(3) Tata ?aksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS), hospital bylaws dan Medical Staff by laws.
Bagian Ketiga
Rumah Sakit Umum Kelas C
Pasal 14
(1) Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar dan 4 (empat)
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik.
(2) Kritenia, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas C sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan
Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan
Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
(3) Pelayanan Medik Umum terdini dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
(4) Pelayanan Gawat Dawnat haws dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (dua
puluh) jam dan 7 (tujuh) han seminggu dengan kemampuan melakukan pemeniksaan
awal kasus(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dan Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan
Anak, Bedah, Obstetni dan Ginekologi.
(6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal 1 (satu) pelayanan.
21
(7) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dan Pelayanan Anestesiologi, Radiologi,
Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
(8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dan pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
(9) Pelayanan Penunijang KIlnik terdiri dan Perawatan intensif, Pelayanan Darah, Gizi,
Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam Medik
(10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dan pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga /
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.
Pasal l5
(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesuaikan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 9 (sembilan) orang dokter umum dan
2 (dua) orang dokter gigi sebagai tenaga tetap.
(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 2 (dua)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
(4) Pada setiap Pefayanan Spesialis Penunjarig Medik masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis setiap pelayanan dengan 2 (dua) orang dokter spesialis sebagai
tenaga tetap pada pelayanan yang berbeda.
(5) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
(6) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
Pasal 16
(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
(3) Peralatan radiologi harus memenuhi stanciar sesuai dengari ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Jumlah tempat tidur minimal 100 (seratus) buah.
Pasal 17
(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata laksana.
22
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manaemen
Rumah Sakit (SIMS) dan hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Bagian Keempat
Rumah Sakit Umum Kelas D
Pasal 18
(1) Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyal fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 2 (dua) Pelayanan Medik Spesialis Dasar.
(2) Kriteria, fasilitas dan kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas D sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang
KIlnik dan Pelayanan Penunjang Non Kliriik.
(3) Pelayanan Medik Umum terdiri dan Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan Medik Gigi
Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu Anak /Keluarga Berencana.
(4) Pelayanan Gawat Dawrat harus dapat membenikan pelayanan gawat darurat 24 (duan
puluh empat) jam dan 7 (tujuh) hail seminggu dengan kemampuan melakukan
pemeriksaan awal kasus-kasus gawat dawrat, melakukan resusitasi dan stabilisasi
sesuai dengan standar.
(5) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya 2 (dua) dan 4 (empat) jenis
pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
(6) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan Radiologi.
(7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdini dan pelayanan asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan.
(8) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dan Perawatan High Care Unit, Pelayanan Darah,
Gizi, Farmasi, Stenilisasi Instrumen dan Rekam Medik
(9) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdini dan pelayanan Laundry/Linen, Jasa Boga I
Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance,
Komunikasi, Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.
23
PasaI 19
(1) Ketersediaan tenaga kesehatan disesualkan dengan jenis dan tingkat pelayanan.
(2) Pada Pelayanan Medik Dasar minimal harus ada 4 (empat) orang dokter umum dan I
(satu) orang dokter gigi sebagal tenaga tetap.
(3) Pada Pelayanan Medik Spesialis Dasar harus ada masing-masing minimal 1 (satu)
orang dokter spesialis dan 2 (dua) jenis pelayanan spesialis dasar dengan I (satu)
orang dokten spesialis sebagai tenaga tetap.
(4) Perbandingan tenaga keperawatan dan tempat tidur adalah 2:3 dengan kualifikasi
tenaga keperawatan sesuai dengan pelayanan di Rumah Sakit.
(5) Tenaga penunjang berdasarkan kebutuhan Rumah Sakit.
Pasal 20
(1) Sarana prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Peralatan yang dimiliki Rumah Sakit harus memenuhi standar yang ditetapkan oleh
Menteri.
(3) Peralatan radiologi harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Jumlah tempat tidur minimal 50 (lima puluh) buah.
Pasal 21
(1) Administrasi dan manajemen terdiri dan struktur organisasi dan tata Iaksana.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur
keperawatan unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal,
serta administrasi umum dan keuangan.
(3) Tatakelola sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tatalaksana organisasi,
standar pelayanan, standar operasional prosedur (SPO), Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMS), hospital by laws dan Medical Staff by laws.
Pasal 22
Kriteria klasifikasi Rumah Sakit Umum sebagaimana tercantum dalam lampiran I
Peraturan mi.
BAB V
RUMAH SAKIT KHUSUS
Pasal 23
Jenis Rumah Sakit khusus antara lain Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Jantung,
Kanker,
24
Orthopedi, Paw, Jiwa, Kusta, Mata, Ketergantungan Obat, Stroke, Penyakit lnfeksi,
Bersalin,
Gigi dan Mulut, Rehabilitasi Medik, Telinga Hidung Tenggorokan, Bedah, Ginjal, Kulit dan
Kelamin.
Pasal 24
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit Khusus dikiasifikasikan
menjadi:
a. Rumah Sakit Khusus Kelas A;
b. Rumah Sakit Khusus Kelas B;
c. Rumah Sakit Khusus Kelas C.
Pasal 25
(1) Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan:
a. Pelayanan;
b. Sumber Daya Manusia;
c. Peralatan;
d. Sarana dan Prasarana; dan
e. Administrasi dan Manajemen.
(2) Kriteria kiasifikasi Rumah Sakit Khusus sebagaimaria dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan mi.
Pasal 26
Klasifikasi dan unsur pelayanari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 meliputi
Pelayanari Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat sesuai kekhususannya, Pelayanan
Medik Spesialis Dasar sesuai kekhususan, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik,
Pelayanan Medik Spesialis Lain, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Penunjang Klinik,
Pelayanan Penunjang Non Klinik.
Pasal 27
Kriteria klasifikasi dan unsur sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24
meliputi ketersediaan sumber daya manusia pada Pelayanan Medik Dasar, Pelayanan
Medik
Spesialis sesuai kekhususannya, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan Spesialis
Penunjang Medik, Pelayanan Keperawatan dan Penunjang Klinik.
Pasal 28
(1) Kriteria kiasifikasi dan unsur administrasi dan manajemen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 meliputi struktur organisasi dan tata laksana.
(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas
25
Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsure
keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta
administrasi umum dan keuangan.
(3) Tata laksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tugas dan fungsi, susunan
dan uraian jabatan, tata hubungari kerja, standar operasional prosedur, hospital bylaws &
medical staff bylaws.
Pasal 29
Rumah Sakit Khusus harus memenuhi jumlah tempat tidur sesuai dengan klasifikasinya
berdasarkan kebutuhan sebagaimana tercantum dalam lampiran Peraturan mi.
Pasal 30
Penamaan Rumah Sakit Khusus harus mencantumkan kekhususannya.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 31
(1) Menteri melakukan pembmnaan dan pengawasan dalam peraturan menteri mi kepada
pemerintah daerah provinsi.
(2) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan dalam klasifikasi Rumah Sakit
kepada pemerintah daerah Kabupaten I Kota.
(3) Apabila Gubernur belum mampu melakukan pembinaan dan pengawasan dalam
kebijakan klasifikasi setelah dilakukan pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1)
maka untuk sementara pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Menteri.
(4) Pembinaan dan pengawasan yang dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian
bimbingan, supervisi, konsultasi, pendidikan dan latihan dan kegiatan pemberdayaan
lain.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 32
(1) Rumah sakit yang tidak memenuhi kriteria klasifikasi sebagaimana diatur dalam
ketentuan mi akan disesuaikan kelasnya dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
(2) Pelaksanaan ketentuan mengenai Kriteria Klasifikasi Rumah Sakit Umum mi
dikecualikan bagi Daerah Perbatasan dan Daerah terpencil yang ditetapkan dengan
Peraturan Menteri Kesehatan.
26
BAB III
METODE PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN RUMAH SAKIT
3.1.
27
Hasil riset tersebut hanya menegaskan saja penyataan Dr. Beverly Malone, Sekjen
NRC (Royal College of Nursing),
Para perawat pasti merasakan dampak desain lingkungan kerja mereka terhadap kinerja
maupun terhadap kesembuhan pasien. Berjalan menyusuri koridor panjang dan dan
merawat pasien setiap hari, dalam penghawaan bangunan yang buruk dan ruang rawat
yang tidak didesain dengan baik, sangat berakibat negatif terhadap upaya pelayanan
kesehatan yang profesional dan tidak kondusif bagi kesembuhan pasien.
Pemrograman, sebagaimana kita ketahui, merupakan tahapan kedua dari keseluruhan
proses perencanaan sebuah rumah sakittahapan pertama adalah studi
kelayakan/feasibility study(Rosenfeld, 1981). Dan program ruang, merupakan salah satu
proses yang cukup signifikan dari keseluruhan proses atau tahapan pemrograman.
Sebagai seorang perencana rumah sakit baik seorang arsitek, maupun manajer rumah
sakit (hospital administrator) penguasaan operasional program ruang merupakan nilai
mutlak yang tidak
dapat ditawar lagi.
Hal ini untuk
menghindarkan
ketidaksesuaian
fungsi maupun
besaran ruang yang
kurang memenuhi
kebutuhan standar
sebuah rumah sakit.
28
SDM
Metode perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan beban kerja (WISN) adalah suatu
metode perhitungan kebutuhan SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan
nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori Rumah Sakit pada tiap unit kerja di fasilitas
pelayanan kesehatan. Kelebihan metode ini mudah dioperasikan, mudah digunakan,
secara teknis mudah diterapkan, komprehensif dan realistis.
Adapun langkah perhitungan kebutuhan SDM berdasarkan WISN ini meliputi 5 langkah,
yaitu :
1. Menetapkan waktu kerja tersedia;
2. Menetapkan unit kerja dan kategori SDM;
3. Menyusun standar beban kerja;
4. Menyusun standar kelonggaran;
5. Perhitungan kebutuhan tenaga per unit kerja.
Pada dasarnya metode WISN ini dapat di gunakan di rumah sakit, puskesmas dan sarana
kesehatan lainnya, atau bahan dapat digunakan untuk kebutuhan tenaga di Kantor Dinas
Kesehatan. Sebagai contoh dibawah ini disajikan penggunaan metode WISN di sarana
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
LANGKAH PERTAMA MENETAPKAN WAKTU KERJA TERSEDIA
Menetapkan waktu kerja tersedia tujuannya adalah diperolehnya waktu kerja tersedia
masing-masing kategori SDM yang bekerja di Rumah Sakit selama kurun waktu satu
tahun.
30
Data yang dibutuhkan untuk menetapkan waktu kerja tersedia adalah sebagai
berikut :
1.
Hari kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah setempat,
pada umumnya dalam 1 minggu 5 hari kerja. Dalam 1 tahun 250 hari kerja (5 hari x
50 minggu). (A)
2.
Cuti tahunan, sesuai ketentuan setiap SDM memiliki hak cuti 12 hari kerja setiap
tahun. (B)
3.
Pendidikan dan pelatihan, sesuai ketentuan yang berlaku di RS untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi/profesionalisme setiap kategori SDM
memiliki hak untuk mengikuti pelatihan/kursus/seminar/ lokakarya dalam 6 hari kerja. (C)
4. Hari Libur Nasional, berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Terkait tentang Hari Libur
Nasional dan Cuti Bersama, tahun 2002-2003 ditetapkan 15 Hari Kerja dan 4 hari kerja
untuk cuti bersama. (D)
5.
Ketidak hadiran kerja, sesuai data rata-rata ketidak hadiran kerja (selama kurun
waktu 1 tahun) karena alasan sakit, tidak masuk dengan atau tanpa
pemberitahuan/ijin. (E)
6.
Waktu kerja, sesuai ketentuan yang berlaku di RS atau Peraturan Daerah, pada
umumnya waktu kerja dalam 1 hari adalah 8 jam (5 hari kerja/minggu). (F)
Berdasarkan data tersebut selanjutnya dilakukan perhitungan untuk menetapkan waktu
tersedia dengan rumus sebagai berikut :
B = Cuti Tahunan
31
TABEL VI.8
WAKTU KERJA TERSEDIA
Kode
FAKTOR
KETERANGAN
Perawat
Dokter
260
260
Hari/tahun
Hari Kerja
B
C
Cuti Tahunan
12
Pendidikan dan Pelatihan 5
12
10
Hari/tahun
Hari/tahun
19
19
Hari/tahun
E
F
10
8
12
8
Hari/tahun
Jam/hari
1,712
214
1,656
207
Jam/tahun
Harikerja/thn
Menetapkan unit kerja dan kategori SDM tujuannya adalah diperolehnya unit kerja dan
kategori SDM yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan kegiatan pelayanan
kesehatan perorangan pada pasien, keluarga dan masayarakat di dalam dan di luar RS.
Data dan informasi yang dibutuhkan untuk penetapan unit kerja dan kategori
SDM adalah sebagai berikut :
1. Bagan Struktur Organisasi RS dan uraian tugas pokok dan fungsi masing-masing
unit dan sub-unit kerja.
2. Keputusan Direktur RS tentang pembentukan unit kerja struktural dan fungsional,
misalnya: Komite Medik, Komite Pangendalian Mutu RS. Bidang/Bagian Informasi.
3. Data Pegawai Berdasarkan Pendidikan yang bekerja pada tiap unit kerja di RS.
4. PP 32 tahun 1996 tentang Rumah Sakit.
5. Peraturan perundang undangan berkaitan dengan jabatan fungsional SDM
kesehatan.
6. Standar profesi, standar pelayanan dan standar operasional prosedur (SOP) pada
tiap unit kerja RS.
32
Apabila ditemukan unit atau sub-unit kerja fungsional yang belum diatur atau ditetapkan
oleh Direktur, Depkes, Pemda (Pemilik RS) perlu ditelaah terlebih dahulu sebelum
disepakati ditetapkan keberadaanya. Selanjutnya apakah fungsi, kegiatan- kegiatannya
dapat digabung atau menjadi bagian unit kerja yang telah ada.
Setelah unit kerja dan sub unit kerja di RS telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
menetapkan kategori SDM sesuai kompetensi atau pendidikan untuk menjamin mutu,
efisensi dan akuntabilitas pelaksanaan kegiatan/pelayanan di tiap unit kerja RS.
Data kepegawaian, standar profesi, standar pelayanan, fakta dan pengalaman yang
dimiliki oleh penanggung jawab unit kerja adalah sangat membantu proses penetapan
kategori SDM di tiap unit kerja di RS.
33
BAB IV
TINDAK LANJUT
TindakLanjutSetelahPenyusunanRencana
Setelah dokumen perencanaan tersusun tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah:
34
BAB V
PENUTUP
Sesuai dengan amanat Undang-UndangNomor29Tahun2004 tentang PraktikKedokteran
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004
Nomor116,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4431);
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan
Daerah(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimanatelahdiubahterakhirdenganUndangUndang
Nomor
12Tahun2008
tentangperubahankeduaatasUndangUndangNomor32Tahun2004
tentang
PemerintahanDaerah
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2008
Nomor59,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4844);
Undang-UndangNomor33Tahun2004 tentang Perimbangan KeuanganAntaraPemerintah
PusatdanPemerintahanDaerah (LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2004 Nomor126,
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4438);
Undang-UndangNomor25Tahun2007
(LembaranNegaraRepublikIndonesiaTahun2007
TambahanLembaranNegaraRepublikIndonesiaNomor 4724);
Undang-UndangNomor 36Tahun2009
Indonesia
Tahun2009Nomor
144,
Nomor5063);
tentangPenanamanModal
Nomor67,
Sejalan
dengan
prinsip
penyelenggaraan
pembangunan
Rumah
Sakityangsaatinisedangdirancang,makaperencanaan
pembangunandisesuaikandengankebutuhanmasyarakat,baikkebutuhan
lokal,Nasionalmaupunglobal.AtasdasarinimakaPembangunan JangkaPanjang Rumah Sakit
adalahacuanutamadalammenyusunkebutuhansebuah pelayanan kesehatan dalam sebuah
daerah.
35