Anda di halaman 1dari 67

Green Hospital

Dr. Ir. Suzanna Ratih Sari, MM.,MA.


Architecture Department, Diponegoro University
Munculnya konsep green merupakan respon dari memburuknya kondisi
lingkungan akibat pemanasan global dan pemborosan energi. Ada banyak
pendapat mengenai makna dari green itu sendiri. Ada yang
berpendapat green memiliki makna harfiah yaitu hijau atau penghijauan, akan
tetapi ada juga yang berpendapat bahwa green memiliki makna tersirat seperti
hemat energy, sehat, ramah lingkungan, dan masih banyak opini-opini
tentang green lainnya. Namun dapat kita simpulkan bahwa green merupakan
sebuah pemikiran baru dalam enviromental response demi menciptakan
lingkungan yang berkelanjutan (sustainable). Dalam konteks rumah sakit dan
respon terhadap lingkungan, kata green disini dapat kita maknai sebagai usaha
untuk memaksimalkan kesehatan, baik itu kesehatan pengguna internal atau
pengguna external.
ARSITEKTUR dan PELAYANAN KESEHATAN
Arsitektur juga memiliki peranan penting dalam usaha penyembuhan pasien,
pada rumah sakit pertimbangan design dan ruang yang nyaman mampu
memberikan motivasi dalam proses penyembuhan pasien. Ukuran ruangan
harus dibangun seefisien mungkin, tidak terkecuali untuk bangsal kelas tiga.
Ruang yang terlalu sempit justru akan membuat pasien merasa terintimidasi.
Ukuran ruang yang baik harus memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk
bergerak. Penzoningan atau tata letak dalam ruang perawatan harus diatur dari
awal seperti posisi pasien dan orientasinya, lokasi pengunjung, lokasi lemari,
lokasi peralatan medis, tempat istirahat keluarga, sehingga ketika proses
perawatan oleh pelayan medis tidak terganggu.
Green Hospital
is one which enhances patient well being, aids in curative process while utilizing
natural resources in an efficient environment friendly manner.

The Green Hospital is defined as a hospital that has taken the initiative to do the
one or more of the following.
1. Choose an environmentally friendly site
2. Utilizes sustainable and efficient designs
3. Uses green building materials and products
4. Thinks green during construction and keeps the greening process going
Rumah sakit ramah lingkungan atau dikenal
dengan istilah green hospital adalah rumah
sakit yang didesain, dibangun/direnovasi
dan dioperasikan serta dipelihara dengan
mempertimbangkan prinsip kesehatan dan
lingkungan berkelanjutan.
KONSEP GREEN HOSPITAL
green hospital concepts bertujuan untuk mengurangi
dampak buruk terhadap lingkungan dan memiliki usaha
untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan, selain itu
dengan menerapkan green hospital concepts proses
penyembuhan pasien menjadi sangat ideal, kesehatan
pengguna internal dan external tetap terjaga. Dengan green
hospital concepts juga ruang-ruang yang sehat, alami, dan
ramah terbentuk mendukung seluruh kegiatan yang ada
pada rumah sakit tersebut
Green Building vs Conventional Building
External Appearance:
Both look alike
Functionality:
Same
Differences :
Conserve natural
resources and
Concern for human
comfort, indoor
environment &
productivity.
Green Hospital
Promotes the following:
1. Sustainable building materials
2. Products free of mercury, latex, PVC
3. Energy and water conservation
4. Tools and resources for environmentally preferable purchasing
5. Greener cleaners
6. Integrated pest management
7. Waste Reduction and Recycling
8. Green Electronics
9. Managing pharmaceuticals
10. Environmentally Preferable Medical Waste Treatment and Disposal
Focus Area for Green Hospital Design
 Lighting
 Indoor Air quality : Poor indoor air quality can be harmful to vulnerable groups
such as children, young adults, the elderly, or those suffering chronic respiratory
and/or cardiovascular diseases.
 Green house keeping
 Clean and Green interior building materials
 Gardens and landscape
 Waste management
 disposal of pharmaceuticals
 Sound reduction : Acoustic panels are sound absorbing panels placed on walls or ceilings to control
and reduce noise, eliminate slap echo and control comb filtering in a room. The objective is to enhance the
properties of sound by improving sound quality with sound absorbing panels
Elements of A Green Hospitals

A. Energy Conservation
Hospitals operate 24 hours a day, seven days a week and 365 days a year. This coupled with the
fact that the demand for high quality care is increasing it is no wonder that hospitals need more
energy. Standard operating procedure for most large western-style hospitals requires significant
energy use for heating water, temperature and humidity controls for indoor air, lighting,
ventilation and numerous clinical processes with associated significant financial cost and
greenhouse gas emissions. Yet gains in energy efficiency can be made without sacrificing the
quality of care [1]. Several energy use assessment studies in hospitals indicate high potential for
energy savings, nearly 20-30% of existing cost
B. Alternative Means of Energy Generation

Most of the energy utilized in the hospital is procured from outside, either in the form of
different fuels or electricity, and thus constitute a significant proportion of a hospital’s
operational cost. Air conditioning and ventilation units, water pumps, lighting, and innumerable
other appliances, gadgets and devices used directly or indirectly for the provision of patient-care
consume electricity. Processes such as catering, laundry and instrument sterilization requires
steam.
Menggunakan
bohlam lampu yang
hemat energi, seperti
lampu LED, halogen,
dan CFL.

Menggunakan lampu
dengan sensor gerak
daripada membiarkan
lampu terus menyala
sepanjang hari.
C. Designing Green Buildings
Rapid construction of healthcare infrastructure puts a great burden on the local and indigenous
building material supplies and methodologies beyond their sustainable capacities [1].
Healthcare facilities can become environmentally sustainable by siting hospitals near public
transportation routes, using local and regional building materials, planting trees on the site, and
by incorporating design components like day lighting, natural ventilation, alternative energy,
water harvesting and green roofs [
Aplikasi desain arsitektur pd bangunan
Rumah Sakit
BUKAAN
Manusia pada dasarnya ingin selalu dekat dengan alam, begitu juga pasien yang
sedang dalam proses perawatan, sehingga segala sistem yang ada pada ruang
perawatan harusnya tersedia secara alami (kecuali perawatan pada pasien
khusus yang membutuhkan ruang isolasi atau ruang dengan standar khusus).
Sistem pengudaraan pada ruangan tidak harus dipaksakan menggunakan air
conditioner, dengan sistem cross ventilation sebenarnya sudah cukup. Dengan
membuat bukaan berukuran 1/3 (atau disesuaikan dengan iklim daerah) dari
luas lantai pada dua sisi dinding berlawan dan membuat bukaan pada bagian
bawah dan atas dinding ruangan mampu memaksimalkan pergerakan udara
(masuk dan keluar) pada ruangan.
Jika ruangan berada ditengah kota yang cenderung padat, panas dan berpolusi,
penghawaan bisa dimaksimalkan dengan penghijauan misalnya dengan menata
tanaman peneduh di sekitar ruangan perawatan serta penanaman tanaman
penawar polutan dari gas buangan kendaraan (misalnya tanaman kacang-
kacangan), selain itu pembuatan kolam-kolam air disekitar gedung mampu
mengurangi termal udara karena proses evaporasi.
PENCAHAYAAN
Pencahayaan untuk ruang perawatan juga bisa kita hadirkan dari pencahayaan
alami menggunakan sinar matahari. Dengan memberikan bukaan jendela
transparan berukuran minimal 2/3 dari luas lantai cukup untuk pencahayaan
alami ruang. Selain itu untuk sumber energi bersih tanpa buangan karbon,
rumah sakit dapat menggunakan tools sistem konversi tenaga alami menjadi
listrik seperti solar cell, kincir angin, dan lain-lain.
PEMILIHAN MATERIAL
High performance design tentunya akan sangat berpengaruh dalam
menerapkan green hospital. Pemilihan material dan pewarnaan menjadi sangat
penting untuk menciptakan ruang yang convivial. Untuk mencapai bangunan
yang memiliki performan tinggi, sebuah green hospital sebaiknya menggunakan
material bangunan yang tahan lama dan mudah dibersihkan. Ada baiknya
material yang digunakan adalah material yang diproduksi lokal, sehingga jika kita
hitung emisi gas buangan yang dihasilkan dari proses produksi hingga
transportasi pendistribusian material sangat rendah dibandingkan penggunaan
material import. Banyak material lokal yang bisa kita terapkan pada bangunan
rumah sakit seperti genteng dari tanah liat yang cenderung dapat menahan
panas matahari, penggunaan bambu yang dipadankan dengan semen sehingga
dapat menjadi struktur ringan pengganti aluminium truss, penggunaan material
alam lainnya sebagai bagian dari dekorasi ruangan sehingga ruangan menjadi
sangat asri dengan kesan natural.
Semua sistem struktur bangunan dalam proses pembuatannya tidak
memproduksi zat-zat
berbahaya bagi lingkungan, didapatkan dengan mudah dan dekat
(tidak memerlukan ongkos
atau proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi
BBM untuk memindahkan
material tersebut ke lokasi pembangunan). Serta yang limbahnya
dapat terurai dengan mudah secara alami.
Green Open Space
Dengan menghadirkan ruang terbuka pendukung seperti lapangan
dengan garden elements and furnitures (misalnya, kolam ikan, kebun, bangku
taman yang unik, street statues, dan lain-lain) dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan komunitas seperti senam aerobik, yoga, membaca buku, atau sekedar
ruang untuk memenuhi kebutuhan sosial. Rumah sakit juga dapat menghadirkan
taman dengan berbagai macam tema seperti, taman untuk lansia, taman untuk
anak-anak, taman untuk penyandang disabilitas, atau taman bunga dengan
wewangian aroma terapi sebagai healing garden, dan lain-lain. Semakin banyak
ruang hijau pada area rumah sakit maka kualitas udaranya akan semakin
membaik, selain memberikan kontribusi udara yang bersih bagi rumah sakit,
penghijauan tersebut juga menjadi ruang terbuka baru yang dapat dimanfaatkan
untuk aktivitas pengguna internal dan external.
Green open space at the roof top of Santosa
Hospital Bandung
Open space di RS Elizabeth Semarang
D. Waste Management
Most of the hospitals, nursing homes and clinics, in both public and private sector, in India have
no systems for effective and safe disposal of their waste, which finds its way to the open bins on
the roadside or the low lying areas or is discharged into the water bodies [32]. A 10% to 15% of
the total waste generated in a healthcare facility is hazardous waste [33], which has the
potential to harm both, its handlers and the environment [34]. Improper disposal of such waste,
especially as open dumps, attracts a host of disease vector [35], release unpleasant odours and
may also lead to transmission of diseases like typhoid, cholera, HIV, Tuberculosis, Hepatitis B and
C through injuries from sharps contaminated with human blood [
PENGELOLAAN SAMPAH
Pengelolaan sampah juga perlu diperhatikan. Sebuah rumah sakit dengan
konsep green hospital harus memulai melakukan pemilahan sampah lebih
sensitif menjadi empat atau lebih kategori seperti sampah basah organik,
sampah kering (kertas), sampah botol/kaca/plastik, sampah kaleng, dan lain-lain.
Setelah pemilahan dilakukan, ada baiknya sampah yang sudah dihasilkan diolah
oleh rumah sakit secara mandiri, misalnya sampah organik diolah menjadi pupuk
organik, botol plastik dan wadah dapat digunakan untuk media tanam untuk
kegiatan urban farming. Hasil dari kegiatan urban farming ini sendiri dapat
memberikan benefit tersendiri bagi rumah sakit, baik itu dari segi ekonomi,
ekologi, bahkan edukasi.
buangan limbah kimia berbahaya yang berupa cairan atau padat
perlu disterilkan sehingga ketika dilepaskan keluar bangunan tidak
membahayakan warga dan lingkungan. Sistem pembuangan air juga
dapat dibenahi, air kotoran padat dan cair dapat dipisahkan
kemudian disterilkan, setelah itu dapat digunakan kembali untuk
keperluan seperti menyiram tanaman, membuat pupuk kompos, dan
lain-lain. Rumah sakit juga harus mempunyai program pengurangan
zat-zat toksik dan zat-zat berbahaya lainnya, green cleaning dengan
menggunakan produk-produk pembersih/disinfektan yang tidak
berbahaya.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor:P. 56/Menlhk-Setjen/2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (PerMenlhk P.56/2015)

Mengatur Pengelolaan Limbah B3 Fasyankes dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3


b. Penyimpanan Limbah B3:
b. Pengangkutan Limbah B3:
c. Pengolahan Limbah B3:
d. Penguburan Limbah B3;
e. Penimbunan Limbah B3
Penerapan Kebijakan PerMenLHK P.56 Tahun 2015

Berdasarkan substansi Permenlhk P.56/2015, banyak memberi kemudahan bagi Fasilitas


Pelayanan Kesehatan dalam Pengolahan Limbah B3 medis, yaitu:
a. Penyimpanan Limbah B3 medis:
1) memperbolehkan TPS berada dalam bangunan utama rumah sakit, dan harus memenuhi
persyaratan;
2) Penyimpanan Limbah B3 sebagai depo pemindahan

b. Pengangkutan Limbah B3 medis:


1) menggunakan alat angkut roda 3 bagi penghasil Limbah B3
2) persetujuan Pengangkutan Limbah B3 dengan alat angkut roda 3 diterbitkan instansi
Lingkungan Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota

c. Pengolahan Limbah B3 medis:


1) pengaturan Pengolahan Limbah B3 dengan berbagai peralatan: autoklaf, gelombang mikro,
iradiasi ferkuensi raido, insinerator
2) efisiensi pembakaran sekurang – kurangnya 99,95%
lanjutan …

d. Penguburan Limbah B3 medis:


1) Limbah B3 patologis dan benda tajam dapat dilakukan Penguburan
Limbah B3
2) Persetujuan Penguburan Limbah B3 diterbitkan oleh instansi lingkungan
hidup Kabupaten/Kota

e. Penimbunan Limbah B3 medis:


1) Penimbunan Limbah B3 berupa Abu terbang insinerator dan Abu dasar
insinerator pada fasilitas Penimbunan Saniter, Penimbunan Terkendali,
Penimbusan Akhir
2) Persetujuan Penimbunan Limbah B3 diterbitkan Instansi Lingkungan
Hidup Provinsi dan Kabupaten/Kota
INSINERATOR
[PERSYARATAN TEKNIS]
 Efisiensi pembakaran > 99,95%;
 Temperatur pada ruang bakar utama (primary chamber) minimum 800oC (temperatur
operasional);
 Temperatur pada ruang bakar kedua (secondary chamber) minimum 1000oC (temperatur
operasional), dengan waktu tinggal minimum 2 (dua) detik;
 Memiliki alat pengendali pencemaran udara (misal: wet scrubber);
 Ketinggian cerobong minimum 14 meter dari permukaan tanah; dan
 Memenuhi baku mutu emisi.
 Pengolahan limbah sitotoksik (genotoksik) pada temperatur > 1200oC.

46
Contoh Insinerator Rumah Sakit
E. Water Conservation
Healthcare facilities utilize vast quantities of water. Climate change, with its accompanying
impacts of drought, glacier melt and aquifer depletion, will exacerbate water scarcity. Health
facilities can conserve water by harvesting rainwater and recycling water for non-drinking
purposes. At Bhopal’s Sambhavna Trust Clinic, for example, rainwater is harvested during the
monsoon season and stored for use during the dry months of the year, recycled, or grey water is
used for irrigation on hospital grounds
F. Transportation
use alternative fuels for hospital vehicle fleets; encourage walking
and cycling to the facility; promote staff, patient and community use
of public transport; site health-care buildings to minimize the need
for staff and patient transportation.
G. Providing Healthy Food
Diets based on saturated fats, refined carbohydrates and processed foods are increasing the
burden of non-communicable diseases, which require long-term therapies. This increases the
healthcare cost and also the healthcare sector’s environmental footprint.
Health care industry can promote health by providing fresher, good tasting, nutritious food
choices for patients and staff and also by supporting food production that is local, humane, and
protective of the environment and health. Dominican Hospital, in Santa Cruz, California, USA,
buys produce from a nonprofit, community-based organic farm program as part of their
commitment to investing in their local community as well as healing the sick
Healthy food for patient
Peralatan Makan
Menggunakan Alat Makan Sekali Pakai yang Ramah Lingkungan
Menghindari dan mengurangi penggunaan alat makan plastik
Menggunakan peralatan makan yg terbuat dari bahan2 renewable
Studi Case

Source : https://www.healthcare-administration-degree.net/30-most-environmentally-friendly-
hospitals-in-the-world/
Thankyou very much
Dr. Ir. Suzanna Ratih Sari, MM.,MA.
Architecture Department, Diponegoro University

Anda mungkin juga menyukai