Anda di halaman 1dari 35

Teori Keperawatan Florence Nightingale

Filed under: Konsep Keperawatan Meninggalkan komentar


Mei 15, 2013
Sejarah keperawatan Florence Nightingale
Florence Nightingale (12 Mei 1820-13 Agustus 1910) adalah pelopor perawat modern,
penulis dan ahli statistik. Ia dikenal dengan nama Bidadari Berlampu (bahasa inggris The
Lady With The Lamp) atas jasanya yang tanpa kenal takut mengumpulkan korban perang
pada perang krimea, di semenanjung krimea, Rusia.
Florence Nightingale menghidupkan kembali konsep penjagaan kebersihan rumah sakit dan
kiat-kiat juru rawat. Ia memberikan penekanan kepada pemerhatian teliti terhadap keperluan
pasien dan penyusunan laporan mendetil menggunakan statistik sebagai argumentasi
perubahan ke arah yang lebih baik pada bidang keperawatan di hadapan pemerintahan
Inggris.
1. Model konsep Florence Nightingale
Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara
keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis daan lingkungan sosial.
a.

Lingkungan fisik (physical enviroment)

Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor
tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan
mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap,
bau-bauan.
Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari baubauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang
lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan
memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan
penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posiis pasien ditempat tidur
harus diatur sedemikian rupa supaya mendapat ventilasi.
b.

Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)

F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress
fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada
pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik
dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu pasien dalam
mempertahankan emosinya.
Komunikasi dengan p[asien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh,
komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang
pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan

kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak
boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi
penyakitnya.
Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana dia berada atau cerita hal-hal
yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
c.

Lingkungan sosial (social environment)

Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data
yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan
penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam
hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang ditunjukkan
pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan
dalam hubungna individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya
meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas
yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
1. Hubungan teori Florence Nightingale dengan beberapa konsep
1. 1.

Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan


1. Individu/Manusia

Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit.


1. Keperawatan
Berrtujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan
kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.
1. Sehat / sakit
Fokus pada perbaikan untuk sehat.
1. Masyarakaat / lingkungan
Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu,
fokus pada ventilasi, suhuu, bau, suara dan cahaya.
1. 2.

Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan


1. Pengkajian / pengumpulan data

Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan (lingkungan
fisik, psikhis dan sosial).
1. Analisa data

Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan dengan
kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
1. Masalah
Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :

Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan

Ventilasi

Pembuangan sampah

Pencemaran lingkungan

Komunikasi sosial, dll

1. Diagnosa keperawatan
Berrbagai maslah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.

Penyesuaian terhadap lingkungan.

Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.

1. Inplementasi
Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi
lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan
individu.
1. Evaluasi
Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.
1. 3.

Hubungan teori Florence Nighingale dengan teori-teori lain


1. Teori adaptasi

Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya. Kekuatan


dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berrhasil
tidaknya respon adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang dijelaskan
Florence N. Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari
lingkungannya berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
1. Teori kebutuhan

Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori Florence N, sebagai conoth
kebuuthan oksigen dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan
yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih.
Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan
kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya.
1. Teori stress
Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang harus ditangani.
Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong
individu untuk mengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan.
Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak
dapat mengatasi. Florence N, menekankan penempatan pasien dalamlingkungan yang
optimum sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat yang gaduh,
membangunkan pasien dengan tiba-tiba, ,semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor yang
negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan
koping individu.
1. Gambaran model konseptual keperawatan Florence Nightingale
1. Defenisi Keperawatan
Definisi keperawatan adalah Profesi untuk wanita dengan tujuan menemukan dan
menggunakan hukum alam dalam pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan.
Ningtingale menegaskan bahwa keperawatan adalah Ilmu dan kiat yang memerlukan
pendidikan formal untuk merawat orang yang sakit.
1. Tujuan tindakan keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan adalah Memelihara, mencegah infeksi, dan cedera, memulihkan
dari sakit, melakukan pendidikan kesehatan serta mengendalikan lingkungan
1. Alasan tindakan keperawatan
Alasan tindakan keperawatan yakni Menempatkan manusia pada kondisi yang terbaik secara
alami untuk menyembuhkan atau meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan luka.
1. Konsep individu
Konsep individu adalah Merupakan kesatuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual yang lengkap dan berpotensi.
1. Konsep sehat
Konsep sehat adalah Keadaan bebas dari penyakit dan dapat menggunakan kekuatannya
secara penuh.
1. Konsep lingkungan

Konsep lingkungan adalah Bagian eksternal yang mempengaruhi kesehatan dan sakitnya
seseorang.
Deskripsi konsep sentral Florence Nightingale

Manusia

Manusia terdiri dari komponen fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual. Walaupun
memang lebih terfokus pada aspek fisik tetapi tetap saja ide yang dikemukakan Nightingale
tentang seseorang yang sedang sakit mempunyai semangat hidup yang lebih besar daripada
mereka yang sehat, sebenarnya terkait dengan dimensi psikologik dari manusia
Lingkungan
Lingkungan menurut Nightingale merujuk pada lingkungan fisik eksternal yang
mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi lima komponen lingkungan
terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu yang meliputi :

Udara bersih

Air yang bersih

Pemeliharaan yang efisien

Kebersihan

Penerangan/pencahayaan

Nightingale lebih menekankan pada lingkungan fisik daripada lingkungan sosial dan
psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya. Penekanannya terhadap
lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa jika ingin meramalkan masalah
kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara
hidup seseorang daripada mengkaji fisik/tubuhnya.\
Kesehatan
Nightingale mendefinisikan kesehatan sebagai merasa sehat dan menggunakan semaksimal
mungkin setiap kekuatan yang dimiliki yang merupakan proses aditif, yaitu hasil kombinasi
dari faktor lingkungan, fisik, dan psikologis. Terutama faktor lingkungan meliputi :

Kebersihan

Minuman

Nutrisi

Kelembaban

Jalan udara

Saluran air

Yang mempengaruhi kesehatan menurut Nightingale keadaan sehat dapat dicapai melalui
pendidikan dan perbaikan kondisi lingkungan. Penyakit merupakan proses perbaikan, tubuh
berusaha untuk memperbaiki masalah. Juga merupakan suatu kesempatan untuk
meningkatkan pandangan spiritual. Oleh karena itu Nightingale sangat menekankan bahwa
kesehatan tidak hanya berorientasi dalam lingkungan rumah sakit tetapi juga komunitas.
Keperawatan
Nightingale memandang keperawatan sebagai ilmu kesehatan dan menguraikan keperawatan
sebagai mengarahkan terhadap peningkatan dan pengelolaan lingkungan fisik sehingga alam
akan menyembuhkan pasien. Oleh karena itu, kegiatan keperawatan termasuk memberikan
pendidikan tentang kebersihan di rumah tangga dan lingkungan untuk membantu wanita
menciptakan atau membuat lingkungan sehat bagi keluarganya dan komunitas yag pada
dasarnya bertujuan untuk mencegah penyakit.
https://pizzakeju.wordpress.com/2013/05/15/teori-keperawatan-florencenightingale/

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi
atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang
terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pasa suatu
kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan
dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak
dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan
perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep dalam memberikan
asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan
dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam
bidang keperawatan, salah satunya adalh model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya
menjelaskan empat macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia,
lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa
bagaimana individu mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan
perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki
sistem adaptif yang selalu beradaptsi.
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
Menjelaskan pengertian dan konsep dasar model keperawatan Callista Roy.
Mengetahui kelebihan dan kelemahan konsep dan teori model praktek Sister
Callista Roy.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Riwayat Calista Roy
Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy
dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor
of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in
Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia
lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E.
Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep
adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen
(1964) seorang ahli fisiologis psikologis. Untuk memulai membangun pengertian
konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus
sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk
oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan
terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga
mengadaptasi nilai Humanisme dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H.
Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam
keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan
derajat

kesehatan.

Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli
lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye
(1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi
keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di
Mount Saint Marys College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswamahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan
model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan
model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model

adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara
filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman
klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh
manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model
adaptasi keperawatan.
2.2 Sumber Teori
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat
adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
o Focal stimuli : Individu segera menghadap
o

Konsektual

stimuli

semua

kehadiran

stimuli

yang

menyumbangkan

efek

Dari focal stimuli.


o Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan
stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan teori
Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif terhadap perubahan lingkungan.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan
memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik,
D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis
besar dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli
sangat mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan
J.Van Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu
kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih
dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi,
menyaring dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting
Perkembangan

untuk
model

keperawatan

penyaringan
dipengaruhi

oleh

latar

model.
belakang

Roy

dan

profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan.


Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan
spiritnya.

3.5 Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy


Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika
mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan
hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang
lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki
delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah
humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin
tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama
dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah
laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk
mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang
bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a) tujuan eksistensi manusia
b) gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c) aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d) nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi
dari konsep mayor Callista Roy,
a.

sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan
sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output dan
umpan balik.

b.

derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan
residual.

c.

problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.

d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.


e.

stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan tingkah
laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.

f.

stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha
tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.

g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal dan proses endokrin.
h.

kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.

i.

model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi dan
konsep diri.

j.

respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuan
manusia untuk mempertahankan kehidupan.

k.

fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan.

l.
m.

konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan


penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam
hubungannya di lingkungan sosial.

n. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.

3.5.1

Model Konseptual Callista Roy


Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema
yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu, kelompok,
situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus
adaptasinya pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan
dan

lingkungan.

Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :
Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek.
Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan menghubungkan
proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan
pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan
adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan
menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan.
Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat. Tujuan
keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan
adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam wilayah

dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang
tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain, kondisi seperti
ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.
Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif
manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input, control,
output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif
dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara
adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai
sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat
sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa
unit untuk beberapa tujuan.
Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan
terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan
konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini
manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua
interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama
dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua
adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar
manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang adaptif.
3.5.2

TEORI PENEGASAN
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu

Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.

Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan
Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat
efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Berikut penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan.

a.

Mode Fungsi Fisiologi


Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat

dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri
dari 4 bagian yaitu :
1.

Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran
gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).

2.

Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).

3.

Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky,
1984 dalam Roy 1991).

4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan
untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua
komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari
infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6.

The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).

7.

Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy
1991).

8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari


regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9.

Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991)

b. Mode Konsep Diri


Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada
aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan

integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1.

The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.

2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual
diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat
dalam area ini.
c.

Mode fungsi peran


Mode fungsi peran mengenal pola pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier.
Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya .

d. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian
dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi
dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu
memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Responrespon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon
yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik
respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu
sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan
perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social.
Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem
saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang
kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses
informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.

3.6 Teori Calista Roy


Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969).
Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di
bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1.

Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus berinteraksi

dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan
3.

biopsikososial.
Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk
beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan baik

positif maupun negatif.


4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika seseorang
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan untuk
menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan
manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan
keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai
Holistic adaptif systemdalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan
untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.
System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan
penjelasan sebagai berikut :
1. Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi,
bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi
dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual.
a) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera,
misalnya infeksi .
b) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun
eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif
dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon
negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada
tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai

pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman
nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
2. Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan
subsistem.
a) Subsistem regulator
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.
Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia,
neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord
yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang
dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
b)

Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output
dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem.
Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi,
penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal
dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi,
reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau
analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan
penilaian dan kasih sayang.

3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan
umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif
atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas
seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu
melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi
dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan
ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol
seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan

secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri yang
menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik
untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu
mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut merupakan
bagian sub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep
keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta
nilai yang dimilikinya diantaranya:
a.

Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu berinteraksi dengan
lingkungannya.

b.

Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi sesuai
dengan perubahan yang terjadi.

c.

Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy, diantaranya:

o Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan akan
mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
o Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik stimulus
internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi,
diukur secara subjektif.
o Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau
sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan yang sukar dilakukan
observasi.
d. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
o Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis diantaranya
oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit, indera, cairan dan
elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
o Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola interaksi
social dalam berhubungan dengan orang lain.
o Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
o Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang,
cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada tingkat individu maupun
kelompok.
e.

Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu
melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon adaptasi.

Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi. Sesuai
dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi
terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan
interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan asuhan
keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan
internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut :
o
o
o
o

Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar


Pengembangan konsep diri positif
Penampilan peran sosial
Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien
dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut. Kemudian asuhan
keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi. Menurut Roy
terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :

1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)


Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu, keluarga,
kelompok, komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai system
adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan
yang konstan terhadap informasi, kejadian, energi antara system dan lingkungan. Interaksi
yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan internal dan eksternal.
Dengan perubahan tersebut individu harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap
individu secara kontunyu beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem
adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai
input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan sebagai
sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan
adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu
sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan
perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah
karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang saling berhubungan
antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa
tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan

dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus
termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.
Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili
dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa
dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping.
Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem
kognator.
2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan
dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan
fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi
berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan
stimulus input tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau
keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi seseorang
akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu respon
yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada
umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang. Stimulus
kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal yang
mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan oleh
individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan timbul
releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
3. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai tingkatan
tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam
upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan social.
Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk memenuhi
tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat
individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)
tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan
sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.

4. Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan
eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku seseorang
dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang
diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan internal
adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa pengalaman, kemampuan
emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari
dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku individu sebagai
suatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang lingkungan akan membantu perawat
dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan
sekitar.
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses
keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap
pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama
dengan proses keperawatan secara umum.
a) Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengkajian
tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang
perilaku klien sebagai suatu system adaptif

berhubungan dengan masing-masing mode

adaptasi: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian
pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien terhadap masingmasing mode adaptasi secara sistematik dan holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan perilaku klien
tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif yang memerlukan dukungan perawat.
Jika ditemukan ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawat melaksanakan pengkajian
tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontekstual
dan residual yang berdampak terhadap klien. Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi
respon adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol,
merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social; mekanisme koping
dan gaya, strea fisik dan emosi; budaya;dan lingkungan fisik
b) Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan :

Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4
mode adaptif . dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah
hypoxia.

Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan


berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka
diagnosanya adalah nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung
berhubungan dengan cuaca lingkungan yang panas.

Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus
yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana ia
bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah
kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di cuaca
yang panas

c) Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
ataumemanipulasi stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya juga ditujukan
kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan
dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan
menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan
penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan tersebut
(mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi
harapan perilaku klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.
d) Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi
fokal, kontextual dan residual stimuli dan juga memperluas kemampuan koping seseorang
pada zona adaptasi sehinga total stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat.
e) Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan berdasarkan tujuan keperawatan yang
ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada individu.
3.7 Kelebihan dan Kelemahan Teori Callista Roy

Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga dapat


mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini masih menjadi pegangan bagi para
perawat. Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau memiliki kelebihan dalam
penerapan konsepnya dibanding dengan konsep lainnya. Kelebihan dari teori dan model
konseptualnya adalah terletak pada teori praktek dan model adaptasi yang dikemukakan oleh
Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi
fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi. selain itu perawat juga
bisa mengkaji stressor yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual,
sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang hal-hal yang
menyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan effektor sebagai upaya
individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah
terletak pada sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien
dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan
tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada pasien.
Sehingga seorang perawat yang tidak mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor
bagi para pasiennya.
http://dwinoviapritama.blogspot.co.id/2012/06/model-konsep-dan-teorikeperawatan.html

Martha E. Rogers (Teori Roger)


6 Dec
Martha Elizabeth Roger lahir pada tanggal 12 Mei 1914 di Dallas, Texas. Beliau
memulai karir sarjananya ketika beliau masuk di Universitas Tennesse diKnoxville
pada tahun 1931.Beliau masuk sekolah keperawatan di RSU Knoxvillepada
September 1933.Beliau menerima gelar Diploma Keperawatan pada tahun 1936
dan menerima gelar B.S dari George Peabody College di Masville pada tahun
1937.Pada tahun 1945 beliau mendapat gelar MA dalam bidang pengawasan
kesehatan masyarakat dari Fakultas Keguruan Universitas Columbia, New York.
Beliau menjadi Eksekutif Direktur dari pelayanan keperawatan di Phoenix, AZ.
Beliau meninggalkan Arizona pada tahun 1951 dan kembali melanjutkan sekolah
diUniversitas Johns Hopkins, Baltimre MD dengan memperoleh gelar MPH tahun
1952 dan Sc.D tahun 1954. Beliau di tetapkan menjadi Kepala Bagian
Keperawatan di NewYork University pada tahun 1954. Secara resmi beliau
mengundurkan diri sebagai Professor dan Kepala Bagian Keperawatan pada
tahun 1975 setelah 21 tahun dalam pelayanan. Pada tahun 1979 beliau pensiun
dengan hormat dengan memakai gelar Professornya dan terus aktif
mengembangkan dunia keperawatan sampai beliau meninggal pada 13 maret
1994.

1.

Martha E. Rogers (Teori Roger)

Teori Manusia sebagai Satu kesatuan (Unitary Human Beings)


Model Rogers pertama kali dipublikasikan pada 1970, yaitu An Introduction to the
Theoritical Basis of Nursing. Rogers kemudian memperjelas dan mendefenisikan konsepkonsepnya, salah satunya The Science of Unitary human Beings: A Paradigm for Nursing.
Rogers mengambil pengetahuan dari antropologi, psikologi, sosiologi, astronomi, agama,
filsafat, matematika, sastra, dan sumber-sumber lain yang membangun modelnya berdasarkan
manusia sebagai suatu kesatuan (unitary human beings) dan lingkungan sebagai bidang
energi yang menyatu dengan proses kehidupan.
Dalam model keperawatannya, Rogers meletakkan dasar-dasar yang menggambarkan proses
kehidupan manusia. Proses kehidupan manusia dicirikan oleh keseluruhan (wholeness),
keterbukaan (openness), kesatuan arah (unidirectionality), pola (pattern) dan organisasi, ilmu
pengetahuan, serta pemikiran.4
Teori Rogers dan Konsep Utama Keperawatan
1. Keperawatan. Rogers menjelaskan keperawatan sebagai profesi yang
menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan sebagai
ilmu merupakan ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk

menghibur agar mempertahankan dan memulihkan kesehatan, mencegah


penyakit, merawat, serta merehabilitasi individu yang sakit dan cacat.
Pada dasarnya, ilmu keperawatan mempelajari sifat dan arah
pengembangan manusia sebagai satu kesatuan yang utuh dengan
lingkungan. Kaitannya dengan proses kehidupan manusia, ilmu
keperawatan merupakan ilmu pengetahuan empiris yang
menggambarkan, menerangkan, dan memprediksi proses kehidupan
manusia. Oleh sebab itu, keperawatan bersifat unik karena merupakan
satu-satunya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan seluruh aspek
kehidupan manusia. Lebih lanjut, praktik keperawatan profesional
merupakan praktik yang bersifat kreatif, imajinatif, dan eksis untuk
melayani individu. Praktik keperawatan profesional tidak memiliki fungsi
dependen, melainkan bersifat kolaboratif.
2. Individu. Individu menurut Rogers merupakan suatu kesatuan yang tidak
bisa disederhanakan dan merupakan manifestasi karateristik yang
melebihi dan bahkan berbeda dari bagian-bagiannya. Manusia sebagai
satu kesatuan merupakan aspek integral manusia dengan lingkungan.
Manusia berada dalam proses kehidupan yang kontinu dengan lingkungan
secara keseluruhan, yang tidak dipahami jika disederhanakan menjadi
bagian-bagian tertentu. Proses kehidupan, menurut Rogers, adalah
homeodinamis yang bersifat probalistik. Rogers mengartikan individu
sebagai sistem terbuka di dalam proses kontinu bersama sistem terbuka
lingkungan. Keperawatan memandang individu sebagai bagian dari satu
kesatuan yang tidak dapat disederhanakan.
3. Lingkungan. Rogers mendefenisikan lingkungan sebagai suatu medan
energi empat dimensi yang tidak dapat disederhanakan, yang dicirikan
oleh pola dan manifestasi karakter yang berbeda dengan bagianbagiannya. Lingkungan mencakup segala sesuatu yang berada di luar
manusia. Manusia merupakan medan energi yang dinamis yang terus
melakukan pertukaran dengan medan lingkungan, keduanya bersifat tidak
terbatas. Interaksi antara manusia dan lingkungan bersifat kontinu,
mutual, dan simultan.
4. Kesehatan. Rogers banyak menggunakan kata kesehatan (health) dalam
tulisan pertamanya, namun ia tidak pernah mendefinisikan kata tersebut.
Ia menggunakan kata kesehatan positif (positive health) untuk
menunjukkan kondisi bugar (wellness) dan tidak adanya penyakit dan
penyakit parah. Istilah health digunakan oleh Rogers dalam konteks nilai
yang ditentukan oleh budaya atau individu.4

https://yorigustianaa.wordpress.com/2012/12/06/martha-e-rogers-teori-roger/
http://keperawatansafruddin.blogspot.co.id/2014/01/bab1.html

KONSEP TEORI KEPERAWATAN


BETTY NEUMAN
Betty Neuman lahir pada tahun 1924 disebuah pemukiman pertanian tidak jauh dari Lowell,
Ohio. Ayahnya seorang petani dan ibunya seorang rumah tangga. Dengan rasa cintanya pada
tanah kelahirannya ia bermaksud untuk membangun desa nya Ohio dan menjadikan latar
belakang pada rasa pada kebutuhan penduduk desanya.
Betty Neuman pertama kali memperoleh pendidikan pada People Hospital School of Nursing
sekarang General Hospital Akron di Akron, Ohio tahun 1947. kemudian ia pindah ke Los
Angles untuk tinggal dengan keluarganya di California. Di California ia memegang jabatan
penting di Staff Keperawatan Rumah Sakit. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di
Universitas of california di Los Angles dengan jurusan Psikologi. Dia menyelesaikan gelar
sarjana mudanya pada tahun 1957. Pada tahun 1966 dia mendapat gelar Master dibidang
Kesehatan Mental, konsultan kesehatan masyarakat pada University of California ia
melanjutkan Program Administrasi Pendidikan Tinggi di Ohio University. Dr. Neuman terus
menjalankan tugasnya dengan menjadi wakil tingkat international untuk sekolah keperawatan
dan sebagai perwakilan latihan pengangkatan model keperawatan.
A.
Sumber-Sumber Teori Betty Neuman
Model mempunyai beberapa kesamaan dalam teori Gestalt. Teori Gestalt mempertahankan
bahwa cara hemoestatic adalah suatu cara yang mana tubuh mempertahankan keseimbangan
dan sebagai akibat dari kesehatan mengubah kondisi sehat atau sakit.
Teori model Betty Neuman juga menerapkan ide dari teori sistem umum tentang sifat dasar
kehidupan sistem terbuka yang merupakan gabungan semua elemen yang berinteraksi dalam
struktur organisasi tubuh kita yang kompleks. Neuman juga memilah konsep G. Kaplan
tentang tingkatan tindakan pemecahan.
B.
Penggunaan Bukti Empiris dari Teori Model Neuman
Betty Neuman mengemukakan teori berdasarkan penelitian yang ia lakukan untuk
mengetahui kondisi mental atau psikologi. Evaluasi yang ia lakukan juga turut membantu
dalam membangun suatu konsep tentang kombinasi antara tindakan dan respon mental.
Tetapi tidak selamanya hal diatas dapat dijadikan evaluasi dan bukti statistik yang
mendukung. Jadi empiris tidak terlalu diutamakan dalam konsep ini.
C.
Konsep Utama Dan Definsi Teori Model Neuman.
Konsep yang dikemukakan oleh Betty Newman adalah konsep Healt care system yaitu
model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan
penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal
maupun resistan dnegan sasaran pelayana adalah komunitas. Serta Betty Newman
mendefinisikan manusia secara utuh merupakan gabungan dari konsep holistic dan
pendekatan system terbuka.
Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan pendekatan yang termasuk dalam
konsep mayor menurutnya adalah :
1. Tekanan
Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan Neuman tentang tekanan
yaitu :
Intar Personal
: Secara individu atau perorangan.
Inter Personal
: Antara individu yang satu dengan yang lain

Ekstra Personal

: Di luar individu

2.
Struktur Pokok Sumber Energi
Merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas.
3. Tingkat Ketahanan
Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan.
4.
Garis Normal Pertahanan
Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi tekanan di batas normal.
5.
Gangguan Pertahanan
Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat dari tekanan.
6. Tingkat Reaksi
Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.
7.
Intervensi
Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.
8. Tingkat-Tingkat Pencegahan
Dibagi menjadi :
a.
Pencegahan primer
Sebelum terjadi tindakan
b.
Pencegahan sekunder
Ketika terjadi tindakan
c.
Pencegahan tersier
Adaptasi atau pengaruh kerusakan
9.
Penyesuain Kembali
Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik interpersonal. Intra personal dan ekstra
personal.
Faktor yang perlu di perhatikan adalah :
a. Fisiologi individu.
b. Psikologi individu
c. Sosial cultural
d. Perkembangan individu
D. Asumsi Teori Model Betty Neuman
Asumsi yang dikemukakan oleh Betty Neuman dalam memberikan respon terhadap tekanan
yaitu :
1. Manusia
Merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dari harmoni dan
merupakan satu kesatuan dari fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan dan
spiritual.
2. Lingkungan
Yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-pengaruh dari sekitar klien
atau sistem klien.
3. Sehat
Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan sehat merupakan
keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan menghindari atau mengatasi
stressor.
E.
Pernyataan Teori Sistem Model Neuman
Teori model Neuman menggambarkan partisipasi aktif perawat terhadap klien dengan
tingkatan yang menyangkut bermacam-macam pengaruh terhadap respon klien akibat
tekanan atau stress.

Klien dalam hubungannya timbal balik dengan lingkungan sekitarnya selalu membuat
keputusan yang menyangkut hal atau sesuatu yang akan berakibat kepadanya.
Ada 4 faktor yang merupakan konsep mental klien :
1. Individu atau pasien itu sendiri
2. Lingkungan sekitarnya
3. Kesehatan
4. Pelayanan
F.
Bentuk Logika Teori Model Neuman
Bentuk Neuman menggunakan logika deduktif dan induktif dalam mengembangkan teori
modelnya yang telah dipertimbangkan terlebih dahulu.
Betty Neuman menemukan teori modelnya dari berbagai teori dan disiplin ilmu. Teori ini
juga merupakan hasil dari pengamatan dan pengalaman selama ia bekerja dipusat kesehatan
mental keperawatan.
G. Model Betty Neuman Dalam Lingkungan Komunitas
Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada penurunan stress dengan cara
memperkuat garis pertahanan diri keperawatan ditujukan untuk mempertahankan
keseimbangan tersebut dengan terfokus pada empat intervensi yaitu :
1.
Intervensi yang bersifat promosi
Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan yang bersifat fleksibel yang
berupa :
a.
Pendidikan kesehatan.
b.
Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat dilakukan klien
dirumah atau komonitas yang bertujuan meningkatkan kesehatan.
2.
Intervensi yang bersifat prevensi
Dilakukan apabila garis pertahanan normal terganggu :
a.
Deteksi dini gangguan kesehatan Misalnya deteksi tumbuh kembang balita, keluarga dll
b.
Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu misalnya : konseling pra
nikah
3.
Intervensi yang bersifat kuratif Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.
4.
Intervensi yang bersifat rehabilitatif
Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu apabila garis pertahanan resisten yang terganggu.
Komunitas dilihat sebagai klien yang dipengaruhi oleh dua aktor utama : komonitas yang
merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan yang terdiri dari 5
tahapan :
a.
Pengkajian
b.
Diagnosis keperawatan komonitas
c.
Perencanaan
d.
Pelaksanaan
e.
Evaluasi
https://ayuarwana.wordpress.com/

jean watson
Margareth Jean Harman Watson lahir di West Virginia, US

Pendidikan
: BSN, University
of
Colorado, 1964, MS, University

of

Colorado, 1966,PhD, University of Colorado, 1973


Profesor Keperawatan dan Ketua Ilmu Keperawatan di University of Colorado Health

Sciences Center.
Anggota dari American Academy of Nursing.
Sebelumnya, Dekan Keperawatan di University Health Sciences Center dan Presiden the

National League for Nursing


Sarjana dan pascasarjana dalam keperawatan dan keperawatan ental psikiatriskesehatan dan
PhD dalam

psikologi pendidikan dan

konseling. Dia

memiliki

enam (6) Gelar Doktor Kehormatan.


Penelitiannya di bidang kepedulian manusia.
Pada tahun 1988, teori nya diterbitkan dalam " nursing: human science and human care "

Keperawatan menurut Jean Watson adalah


.Human science of person and human health-illness experiences that are mediated by
professional, personal, scientific, esthetic, and ethical human are transaction..
Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkam pada asumsi bahwa human
science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan.
Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan
estetika, humanities, dan kiat/art (Watson, 1985). Sebagai pengetahuan tentang human care
fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti yang
dinyatakan oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing. Pandangan tentang
keperawatan sebagai science tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk
pengembangan pengetahuan sebagai basis dalam area:
1. Pengkajian terhadap kondisi manusia
2. Implikasi dari pengalaman manusia dan responnya terhadap kondisi sehat sakit.
3. Telaah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang menyertainya
4. Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship
5. Studi tentang sistem bagaimana human care harus diwujudkan.

Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai person as a whole, as
a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan sehat sebagai kondisi yang
utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian
antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Dari beberapa konsep sehat sakit di
atas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip, antara lain:
1. Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya multidimensional,
yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi.
2. Kondisi sehat dapat dicapai, karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi
terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal.
3. Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang terhenti pada titik tertentu, tetapi
berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan yang dinamis.

Fokus keperawatan ditujukan pada promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit dan
dibangun dari sepuluh factor carativ, yang meliputi :
a. Pembentukan sistem humanistic dan altruistic.
Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistic dalam diri seseorang dapat dinilai pada
usia dini. Dimana nilai-nilai ini didapatkan dari orang tua. Sistem nilai humanistic altruiistic
ditingkatkan melalui pengalaman hidup seseorang, proses pembelajar dan paparan terhadap
nilai-nilai kemanusiaan.
b. Penanaman (melalui pendidikan) faith-Hope
Merupakan hal yang sangat penting dalam caratif dan curatif. Perawat perlu selalu memiliki
positif thingking sehingga dapat menularkan kepada klien yang akan membantu
meningkatkan kesembuhan dan kesejahteraan klien.
c. Pengembangan sensisitifitas atau kepekaan diri kepada orang lain,
karena pikiran dan emosi seseorang adalah jendela jiwa.
d. Pengembangan hubungan yang bersifat membantu dan saling percaya (a helping trust
relationship)
Sebuah hubungan saling percaya digambarkan sebagai hubungan yang memfasilitasi untuk
penerimaan perasaan positif dan negatif yang termasuk dalam hal ini, kejujuran, empati,
kehangatan dan komunikasi efektif.

e. Meningkatkan dan saling menerima pengungkapan ekspresi perasaan, baik ekpresi


perasaan positif maupun negatif.
f. Menggunakan metode ilmiah dan menyelesaikan masalah dan pengambilan
keputusan,
g. Meningkatkan dan memfasilitasi proses belajar mengajar yang bersifat
interpersonal.
h. Menciptakan lingkungan yang mendukung, melindungi dan meningkatkan atau
memperbaiki keadaan mental, sosial, kultural dan lingkungan spiritual.
i. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan antusias (kebutuhankebutuhan survival, fungsional, integratif dan grup)
j. Mengembangkan kekuatan faktor excistensial phenomenologic
Dalam praktek keperawatan caring ditujukan untuk perawatan kesehatan yang holistik
dalam meningkatkan kontrol, pengetahuan dan promosi kesehatan.
2. Asumsi dasar
Asumsi dasar teori watson terletak pada 7 asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja dalam
pengembangan teori; yaitu:
a. Caring dapat dilakukan dipraktekkan secara interpersonal
b. Caring meliputi faktor-faktor caratif yang dihasilkan dari kepuasan terhadap pemenuhan
kebutuhan dasar manusia.
c. Caring yang efektif akan menigkatkan status kesehatan dan perkembangan individu dan
keluarga.
d. Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang berdasarkan saat
ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi dimasa depannya.
e. Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan memberikan keluasan
memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam waktu yang telah ditentukan.
f. Caring bersifat healthogenic daripada sekedar curing. Praktek caring mengitegrasikan
pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan. Dan untuk
membantu pasien yang sakit, dimana caring melengkapi curing.
g. Caring merupakan inti dari keperawatan.

B. Komponen Model
Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi:
1. Konsep tentang manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri yang terintegrasi (ingin dirawat,
dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan dibantu)
Manusia pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa dimiliki dan
merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan merasa dicintai dan merasa
mencintai.
2. Konsep tentang kesehatan
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan fungsi sosial.
Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan merupakan keadaan terbebas dari keadaan
penyakit, dan Jean Watson menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai
hal tersebut.
3. Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam setiap
keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya,
akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk
melakukan mekanisme koping terhadap lingkungan tertentu.

4. Konsep tentang keperawatan


Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring ditujukan
untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
https://andaners.wordpress.com/2011/03/18/teori-filosofi-keperawatan-jean-watson/
http://artners.blogspot.co.id/2011/10/jean-watson.html

1. Teori Reva Rubin


penekanan Rubin dalam teori ini adalah pencapaian peran ibu. Untuk mencapai peran
tersebut seorang wanita membutuhakn proses belajar melalui serangkaian aktivitas dan
latihan-latihan. dalam proses ini wanita diharapkan mampu mengidentifikasi bagaimana
seorang mampu mengambil peran seorang ibu. Walaupun proses ini mungkin dapat
melibatkan efek yang negative misalnya dalam intervensi atau tindakan, namun teori ini
sangat berarti bagi seorang wanita terutama calon ibu untuk mempelajari peran yang
dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan yang akan dihadapinya
khususnya perubahan psikososial dalam kehamilan dan setelah melahirkan.
1. Perubahan Umum pada Ibu Hamil :
1. cenderung lebih tergantung dan membutuhkan perhatian yang lebih untuk
dapat berperan sebagai calon ibu dan mampu memperhatikan perkembangan
janinnya.
2. Membutuhkan sosialisasi.
3. Periode Adaptasi Psikososial pada waktu Post Partum :
1. Periode Taking In
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Pada umumnya masih pasif dan tergantung,
perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya dan ia akan mengulang-ulang
pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
1. Periode Taking Hold
Peride ini berlangsung 2-4 hari Post Partum. Pada tahap ini ibu menjadi perhatian pada
kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap
bayi diantaranya dengan berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan perawatan
bayi, serta mulai berkonsenterasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAK, BAB, kekuatan
dan ketahanan tubuhnya.
1. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang kerumah, dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian
yang diberika n oleh keluarga. Ibu bertanggung jawab terhadap perawatan dengan dan
beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung dan menyebabkan kekurangan
hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial. Periode ini umumnya defresi Post Partum terjadi
disebabkan oleh pengalaman waktu hamil yang bermasalah, proses persalinan dan keraguan
akan kemampuan untuk mengatasi dan membesarkan anak.
2.2 Teori Reva Rubin
Menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, untuk mencapai peran ini seorang wanita
memerlukan proses belajar melalui serangkaian atau latiahn. Dengan demikian, seorang
wanita terutama calon ibu dapat mempelajari peran yang akan dialaminya kelak sehingga ia

mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi khususnya perubahan


psikologis dalam kehamilan dan setela persalianan.
1. Menurut Reva Rubin, seorang wanita sejak hamil sudah memiliki harapan-harapan
antara lain :
1. Kesejahteraan ibu dan bayi
2. Penerimaan dari masyarakat
3. Penentuan identitas diri
4. Mengetahui tentang arti memberi dan menerima
5. Tahap-tahap psikologis yang biasa dilalui oleh calon ibu dalam mencapai
perannya :
1. Anticipatory Stage
Seorang ibu mulai melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
1. Honeymoon Stage
dijalaninya.Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan dari anggota keluarga yang lain.
1. Plateu Syage
Ibu akan mencoba apakah ia mampu berperan sebagai seorang ibu kemudian melanjutkan
sendiri.
1. Disengagement
Merupakan tahap penyelesaian latihan peran sudah berakhir.
Aspek-aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu adalah gambaran tentang idaman,gambaran
diri dalam tubuh.Gambaran diri seorang wanita adalah pandangan wanita tentang dirinya
sendiri sebagai bagian dari pengalaman dirinya,sedangkan gambaran tubuh adalah
berhubungan dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan.
1. Arti Dan Efek Kehamilan Pada Pasangan
1. Pasangan merasakan perubahan tubuh pasanganya pada kehamilan 8[delapan]
bulan sampai dengan tiga bulan setelah melahirkan.
2. Lelaki juga mengalami perubahan fisik dan psikososial selama wanita hamil.
3. Anak-anak akan dilahirkan merupakan gabungan dari tiga macam perbedaan.
1. Hubungan ibu dengan pasangan

2. Hubungan ibu dengan janin yang berkembang


3. Hubungan ibu dengan individu yang unik
4. Ibu tidak pernah lagi menjadi sendiri
5. Tugas yang harus dilakukan ibu atau pasangan dalam kehamilan:
1. Percaya bahwa ia hamil dan berhubungan janin dalam satu tubuh
2. Persiapan terhadap pemisahan secara fisik pada kelahiran janin
3. Penyelesaian dan identifikasi kebingungan dengan peran transisi
4. Reaksi yang umum pada kehamilan:
1. Trimester satu:ambivalen,kakut,tantasi,khawatir
2. trimester dua: perasaan enak merupakan kebutuhan untuk mempelajari
perkembangan dan pertumbuhan janin menjadi
narsistik,pasif,introvent,egosentrik dan self centered
3. Trimester tiga: berperasaan aneh,sembrono,jelek,menjadi
introvent,merefleksikan terhadap pengalaman masa kecil.
4. Aspek yang diidentifikasi dalam peran ibu:
1. Gambaran tentang idaman bayi sehat.
2. Gambaran tentang diri memandang tentang pengalaman yang dia
lakukan.
3. Gambaran tubuh,gambaran ketika hamil dan setelah nifas.
Adaptasi Psikososial Pada Masa Post partum:
1. Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua pada masa post partum dipengaruhi
oleh:
1. Respon dan dukungan dari keluarga
2. Hubungan antara melahirkan dengan harapan-harapan
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu
4. Budaya
1. Reva rubin mengklasifikasikan tahapan ini menjadi 3 tahap yaitu:
1. Periode taking in (hari pertama hingga ke dua setelah melahirkan)

1. Ibu masih pasif dan tergantung pada orang lain


2. Perhatian ibu tertuju pada ke khawatiran pada perubahan tubuhnya.
3. Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman ketika melahirkan
4. Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan
tubuh kekondisi normal
5. Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan
peningkatan nutrisi..Kurangnya nafsu makan menandakan proses
pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.
6. Periode taking hold (hari kedua hingga ke empat setelah melahirkan)
1.Ibu memperhatikan kemampuan menjadi oramg tua dan meningkatkan tanggung jawab
akan bayinya
2.Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,BAK,BAB dan daya tahan
tubuh
3.Ibu cenderung terbuka menerima nasihat bidan dan kritikan pribadi
4.Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi
menggendong,menyusui,memandikan dan mengganti popok.

seperti

5.kemungkinan ibu mengalami depresi post partum karena merasa tidak mampu
membesarkan bayinya
c.Periode letting go
1.Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga
2. Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami kebutuhan bayi
sehingga akan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dalam hubungan sosial.
https://enyfitriarahayu.wordpress.com/akbid-pemkab-bojonegoro-2/konsepkebidanan/

Anda mungkin juga menyukai