Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asal istilah caesar tidak jelas, dan tiga penjelasan prinsip telah dikemukakan.
Penjelasan pertama menurut legenda Julius Caesar dilahirkan dengan cara ini, sehingga
prosedur tersebut dikenal sebagai bedah Caesar. Beberapa keadaan melemahkan
penjelasan ini. Pertama ibu Julius Caesar hidup selama bertahun-tahun setelah kelahiran
julius Caesar pada tahun 100 SM, dan hingga akhir abad ke-17,operasi itu hampir selalu
berakibat fatal. Kedua operasi yang dilakukan pada orang hidup atau mati ini tidak
disebut olwh penulis medis sebelum abad pertengahan. Perincian bersejarah mengenai
asal nama keluarga Caesar ditemukan dalam monograf yang ditulis oleh Pickrell (1939).
Penjelasan kedua adalah bahwa nama operasi ini berasal dari hukum Romawi, yang
kemungkinan dibuat pada abad ke-8 SM oleh Numan Pompilius, memerintahakan untuk
melakukan prosedur ini pada wanita yang sekarat pada beberapa minggu terakhir
kehamilan dengan harapan dapat menyelamatkan anak. Lex regi hukum atau peraturan
raja ini selanjutnya menjadi lex caesar dibawah pemerintahan raja, dan operasi tersebut
menjadi dikenal sebagai operasi caesar. Istilah Jerman Kaiserschnitt potongan kaisar
mencerminkan asal istilah ini.
Penjelasan ketiga adalah bahwa kata caisar berasal dari bahasa latin caedere pada
abad pertengahan, yang artinya memotong. Penjelasan ini tampak yang paling masuk
akal, tetapi kapan istilah ini dipakai pertama kali pada opersasi masih belum pasti. Karena
seksio berasal dari bahasa latin seco, yang juga berarti memoton, istilah seksio caesar
tampak tautologi-sehingga digunakan istilah pelahiran sesar. Diamerika serikat, ae pada
silabel pertama caesar diganti dengan huruf e diinggris, australia, dan sebaguian besar
negara persemakmuran, ae dipertahankan.
Suatu tinjauan yang lebih luas mengenai sejarah pelahiran caesar dapat ditemukan
pada williams obstecrics (cunningham dkk, 2005) edisi 22, juga pada karya dari Boley
(1991) dan sewell (1993).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi yang dimaksud dengan

1.2.2

pelahiran sungsang pada ibu Caesar


Untuk mendapatkan gambaran umum secara teoritis konsep dasar asuhan

keperawatan pada klien dengan kelahiran sungsang


Tujuan khusu

Melakukan pengkajian pada klien dengan pelahiran sungsang


Menganalisa data untuk merumusakan diagnosa keperawatan pada klien

dengan pelahiran sungsang


Membuat rencana keperawatan dengan pelahiran sungsang
Melaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan pelahiran sungsang
Membuat pendokumentasian pada klien dengan pelkahiran sungsang
1.3 Manfaat penulisan
Penulisan dan penyusuan makalah ini sangat bermanfaat bagi perkembangan dunia
keperawtan dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan terhadap klien dengan askep
pelahiran sungsang

BAB II
KOMSEP TEORI
2.1 Sectio Sesarea
2.1.1. Definisi
Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (Hamru Sopian, 2012)
Operasi caesar atau sering disebut dengan sectio caesar adalah pelahiran janin melelui
sayatan dinding perut (abdomen_ dan dinding rahim (uterus).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan untuh
serta berat janin diatas 500 gram. (wiknjosastro, 2005)

Sectio caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan diatas
500 gram, melalui sayatan pada dinding uteru yang masih utuh. (siaksoft.net)
2.1.2. Jenis-Jenis sectio caesare
1. Sectio caesarea klasik (korporal)
Dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepangjang 10 cm.
2. Sectio caesaria ismika (propunda)
Dengan sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira 10 cm.
2.1.3. Indikasi
1. Indikasi Ibu :
a.Panggul sempit
b.Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
c.Stenosis serviks uteri atau vagina
d.Plassenta praevia
e.Disproporsi janin panggul
f.Rupture uteri membakat
g.Partus tak maju
2.

Indikasi Janin
a)

Kelainan Letak :

Letak lintang

Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)

Latak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang

Presentasi ganda

Kelainan letak pada gemelli anak pertama

b)

Gawat Janin

3. Indikasi Kontra(relative)
a.Infeksi intrauterine
b.Janin Mati
c.Syok/anemia berat yang belum diatasi
d.Kelainan kongenital berat
2.1.4. Teknik Pelaksanaan
1. Bedah Caesar klasik /corporal.

a. Buatlah insisi membujur secara tajam dengan pisau pada garis tengah korpus uteri diatas
segmen bawah rahim. Perlebar insisi dengan gunting sampai sepanjang kurang lebih 12
cm saat menggunting lindungi janin dengan dua jari operator.
b. Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah. Janin dilahirkan dengan meluncurkan
kepala janin keluar melalui irisan tersebut.
c. Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan dipotong diantara
kedua klem tersebut.
d. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan uterotonika kedalam
miometrium dan intravena.
e. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :

Lapisan I : Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara silang dengan


menggunakan benang chromic catgut no.1 dan 2

Lapisan II : lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal ( lambert)


dengan benang yang sama.

Lapisan III : Dilakukan reperitonealisasi dengan cara peritoneum dijahit secara jelujur
menggunakan benang plain catgut no.1 dan 2
f. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah dan air ketuban
g. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
2. Bedah Caesar transperitoneal profunda
a.

Plika vesikouterina diatas segmen bawah rahim dilepaskan secara melintang, kemudian
secar tumpul disisihkan kearah bawah dan samping.

b.

Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah rahim kurang lebih 1 cm
dibawah irisan plika vesikouterina. Irisan kemudian diperlebar dengan gunting sampai
kurang lebih sepanjang 12 cm saat menggunting lindungi janin dengan dua jari operator.

c. Stetlah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah dan janin dilahirkan dengan cara
meluncurkan kepala janin melalui irisan tersebut.
d. Badan janin dilahirkan dengan mengaitkan kedua ketiaknya.
e. Setelah janin dilahirkan seluruhnya tali pusat diklem ( dua tempat) dan dipotong diantara
kedua klem tersebut.
f. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera disuntikkan uterotonika kedalam
miometrium dan intravena.
g. Luka insisi dinding uterus dijahit kembali dengan cara :

Lapisan I : Miometrium tepat diatas endometrium dijahit secara silang dengan


menggunakan benang chromic catgut no.1 dan 2
Lapisan II : lapisan miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal (lambert) dengan
benang yang sama.
Lapisan III : Peritoneum plika vesikouterina dijahit secara jelujur menggunakan benang
plain catgut no.1 dan 2
h. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari sisa-sisa darah dan air ketuban
i. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
3. Bedah Caesar ekstraperitoneal
a.

Dinding perut diiris hanya sampai pada peritoneum. Peritoneum kemudia digeser
kekranial agar terbebas dari dinding cranial vesika urinaria.

b. Segmen bawah rahim diris melintang seperti pada bedah Caesar transperitoneal profunda
demikian juga cara menutupnya.
4. Histerektomi Caersarian ( Caesarian hysterectomy)
a. Irisan uterus dilakukan seperti pada bedah Caesar klasik/corporal demikian juga cara
melahirkan janinnya.
b. Perdarahan yang terdapat pada irisan uterus dihentikan dengan menggunakan klem
secukupnya.
c. Kedua adneksa dan ligamentum rotunda dilepaskan dari uterus.
d. Kedua cabang arteria uterina yang menuju ke korpus uteri di klem (2) pada tepi segmen
bawah rahim. Satu klem juga ditempatkan diatas kedua klem tersebut.
e.

Uterus kemudian diangkat diatas kedua klem yang pertama. Perdarahan pada tunggul
serviks uteri diatasi.

f.

Jahit cabang arteria uterine yang diklem dengan menggunakan benang sutera no. 2.

g.

Tunggul serviks uteri ditutup dengan jahitan ( menggunakan chromic catgut ( no.1 atau
2 ) dengan sebelumnya diberi cairan antiseptic.

h.

Kedua adneksa dan ligamentum rotundum dijahitkan pada tunggul serviks uteri.

i.

Dilakukan reperitonealisasi sertya eksplorasi daerah panggul dan visera abdominis.

j.

Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis

2.1.5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Pada Sc

1. SC elektif : pembedahan direncanakan terlebih dahulu , karena segala persiapan dapat


dilakukan dengan baik.
2. Anestesia : anestesia umum akan mempengaruhi defensif pada pusat pernafasan janin,
anestesi spinal aman buat janin tetapi ada kemungkinan tekanan darah ibu menurun
yang bisa berakibat bagi ibu dan janin sehingga cara yang paling aman adalah anestesi
local, tetapi sering tidak dilakukan karena mengingat sikap mental penderita.
3. Transfusi darah : pada umumnya SC perdarahannya lebih banyak disbanding persalinan
pervaginam, sehingga perlu dipersiapkan.
4. Pemberioan antibiotik : pemberian antibiotik sangat dianjurkan mengingat adanya
resiko infeksi pada ibu.
2.1.6. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas 500 gr dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC
ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang
tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan
luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan
gangguan rasa nyaman.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik
juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk
juga menurun. Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi
yaitu konstipasi.
(Saifuddin, Mansjoer & Prawirohardjo, 2002)

PATHWAY
Letak Bayi Sungsang/Bayi

Tindakan

Perdaraha
n

Pembatasa
n cairan
peroral

Luka SC

Nyeri
Regeneras
i sel darah
merah

Resiko

Resiko
Kekuranga
n cairan

Penurunan
HB

Kurang
pengetahu
an

Penurunan
suplai O2
dan

Ansietas

Resiko
Aspirasi

Produksi
oxitosin
tidak
adekuat
Produksi
ASI
menurun
menyusui

2.1.7. Komplikasi
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas (ringan), atau
sedang, yang berat bisa berupa peritonitis, sepsis.
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-cabang
arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencinmg, embolisme paru
yang sangat jarang terjadi.

4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptur uteri.
2..1.7. Penatalaksanaan
1. Perawatan awal
a. Letakan pasien dalam posisi pemulihan
b. Periksa kondisi pasien, cek tanda vital tiap 15 menit selama 1 jam pertama, kemudian tiap 30
menit jam berikutnya. Periksa tingkat kesadaran tiap 15 menit sampai sadar
c. Yakinkan jalan nafas bersih dan cukup ventilasi
d. Transfusi jika diperlukan
e. Jika tanda vital dan hematokrit turun walau diberikan transfusi, segera kembalikan ke kamar bedah
kemungkinan terjadi perdarahan pasca bedah
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit
sudah boleh dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
a. Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar
c. Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas
dalam lalu menghembuskannya.
d. Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk (semifowler).
e. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari,
belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.

4.Fungsi gastrointestinal
a. Jika tindakan tidak berat beri pasien diit cair
b. Jika ada tanda infeksi , tunggu bising usus timbul
c. Jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat

d. Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik

5. Perawatan fungsi kandung kemih


a. Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah pembedahan atau sesudah semalam
b. Jika urin tidak jernih biarkan kateter terpasang sampai urin jernih
c. Jika terjadi perlukaan pada kandung kemih biarkan kateter terpasang sampai minimum 7 hari atau
urin jernih.
d. Jika sudah tidak memakai antibiotika berikan nirofurantoin 100 mg per oral per hari sampai
kateter dilepas
e. Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita, menghalangi
involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama
lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.

6.Pembalutan dan perawatan luka


a. Jika pada pembalut luka terjadi perdarahan atau keluar cairan tidak terlalu banyak jangan
mengganti pembalut
b. Jika pembalut agak kendor , jangan ganti pembalut, tapi beri plester untuk mengencangkan
c. Ganti pembalut dengan cara steril
d. Luka harus dijaga agar tetap kering dan bersih
e. Jahitan fasia adalah utama dalam bedah abdomen, angkat jahitan kulit dilakukan pada hari kelima
pasca SC

7. Jika masih terdapat perdarahan


a. Lakukan masase uterus
b Beri oksitosin 10 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau RL) 60 tetes/menit,
ergometrin 0,2 mg I.M. dan prostaglandin
8. Jika terdapat tanda infeksi, berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam selama
48 jam :
a. Ampisilin 2 g I.V. setiap 6 jam
b. Ditambah gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V. setiap 8 jam
c. Ditambah metronidazol 500 mg I.V. setiap 8 jam

2.2 Sungsang
2.2.1. Definisi
Hubungan antara ekstermitas bawah dan bokong yang bervariasi pada presentasi
bokong membaginya menjadi presentasi bokong jenis frang, komplek dan inkomplet.
Pada presentasi bokong frang , ektermitas bawah janin fleksi pad panggul dan lutu
ekstensi, sehingga kaki berada diatas dekat dengan kepala. Pada presentasi bokong
komplet terjadi fleksi pad salah satu atu kedua lutu. Pada presentasi bokong inkomplet
salah satu atuu kedua panggul tidak fleksi, dan salah satu atu kedua kaki atau lutut
terletak dibawah bokong sehingga kaki atu lutut merupakan bagia terendah didalam jaln
lahir. Footling breech (presentasi kaki) pada presentasi bokong inkomplet dengan salah
satu atau kedua kaki janin berada didalam bokong.
Mungkin pada 5% persentasi yang cukup bulan, kepala janin berada dalam posisi
hiperektensi. Presentasi ini disebut dengan stargazer pfetus, dan diinggris disebut sebagai
flying foetus. Jika kepala janin hiperrektensi kelahiran pervagian dapat menyebabkan
cedera medula spinali servikal. Sehingga hal ini merupakan indikasi untuk kelahiran
caesar jika terjadi setelah proses persalinan dimulai (sveeningsn dkk., 1985)
Kejadian letak sungsang berkisar anatara 2%-3% bervariasi diberbagai tempat.
Sekalipun kejadiaan nya kecil tetapi mempunyai p[enyulit yang besar dengan angka
kematian sekitar 20%-30%.
Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagaian terbesar lahir terlebih dahulu
sedangkan persalinan letak sungsang justru kepala merupakan bagaian terbesar bayi akan
lahir terakhir.
Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme maulage
karena susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya mempunyai
waktu 8 menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu persalianan kepala dan tidak
mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi yang besar.
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung sebagai berikut
persalianan bokong
persalianan bahu
persaliana kepala
2.2.2

Fisiologi sungsang
Bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau miring mengikuti jalan
lahir dan melakukan putar faksi dalam sehingga trochanter depan berada dibawah
simpisis. Dengan trochanter depan sebagai hipomoklion, akan lahir trochanter
belakang, dan selanjutnya seluruh bokong lahir. Sementara itu bahu memasuki jalan

lahir dan mengikuti jalan lahir untuk melakaukan putar faksi sehingga bahu depan
beada dibawah simpisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu
belakang bersama dengan tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan tangan
depan.
Bersamaan dengan kelahiran bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat
melintang atau miring, serta melakukan putar faksi dalam sehingga suboksiput
berada dibawah simpisis. Suboksiput menjadi hipomoklion, berturut-turut akan lahir,
dagu, mulut, hidung, muka dan seluruhnya.
Persalinan kepala mempunyai waktu terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong
lahir. Melampaui batas 8 menit dapat menimbulkan kesakitan atau bayi.
2.2.3 Etiologi
Penyebab letak sungsang berasal dari :
1. sudut ibu
a. keadaan rahim
rahim arkuatus
septum pada rahim
uterus dupleks
mioma bersama kehamilan
b. keadaan plasenta
plasenta letak rendah
plasenta previa
c. keadaan jalan lahir
kesempitan panggul
depomitas tulang panggul
terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran posisi kepala.
2. sudut janin
pada janin terdapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang :
tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
hidrosefalus atau anensefalus
kehamilan kembar
hidramnion atau oligohidramion
trematulitas
dalam keadaan normal, bokong mencari tempat yang lebih luas sehingga
terdapat kedudukan letak kepala. Disaming itu kepala janin merupakan bagian
terbesar dan keras serta paling berat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin
akan menuju arah pintu atasa panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan
ligamentrum protundum dan kontraksi braxion hicks, kepala janin berangsurangsur masuk kepintu atas panggul

2.2.4

Manifestasi
1. pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu
sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga
2. pada palpasi teraba bagian keras, bundar, dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada saat satu sisi perut dan bagian-bagaian kecil
pada pihak yang berlawanan. Diatas simpisis teraba bagian yang kurang bundar

dan lunak
4. Bunyi jantung janin terdengan pada punggung anak setinggi pusat
2.2.5 Bentuk-Bentuk letak sungsang
Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan beberapa bentuk letak
sungsang sebagai berikut :
1. Letak bokong murni
Teraba bokong
Kaki menjungkit keatas samapai kepala bayi
Kedua kaki bertindak sebagai spalk
2. Letak bokong kaki sempurna
Teraba bokong
Kedua kaki berada disamping bokong
3. Letak bokong tak sempurna
Teraba bokong
Disamping bokong teraba satu kaki
4. Letak kaki
Bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki atau lutut
Dapat dibedakan : letak kaki, bila kaki terendah : letak lutut bila lutut
2.2.6
2.2.7

terendah
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan foto abdomen
2. Pemeriksaan USG
Penatalaksanaan
Pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat
menimbulkan komplikasi kesakitan cacat permanen sampai dengan kematian bayi.
Menghadapi kehailan letak sungsang dapat diambil tindakan :
I.
Saat kehamilan melakukan fersi luar
II.
Persalinan diselesaikan dengan :
A.
Pertolongan persalinan pervaginam
1. Pertolongan fisiologi secara barch
2. Ekstrasi parsial
a. Secara klasik
b. Secara muller
c. Secara loeveset
3. Persalinjan kepala
a. Secara mauricheau veit smellie
b. Mempergunakan ekstrasi forsep
4. Ekstraksi bokng totalis :
a. Ekstrasi bokong

B.

b. Ekstrasi kaki
Pertolongan persalinan dengan sectio sesare

I. Saat kehamilan
Diusahakan melakukan persi luar kearah letak kepala. Persi luar (eksternal persi)
dilakukan pula pada kasus letak lintang yang dapat menuju letak kepala atau
bokong.
II.Pertolongan persalinan sungsang pervagina
Pertolongan persalinan letak sungsang pervagina yang tidak sempat atau tidak
berhasi dilakukan versi luar adalah
1. Persalianan menurut metode brach
Persalinan brech berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan mengejan,
sedsngkan penolongan membantu melakukan hiperrlodose tehnik melakukan
hiperlodose adalah sebagai berikut:
Saat bokong tamoak disuntukan oksitosin 5 unit
Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara brech (kedua ibu jari
pada kedua paa bayi, dan keempat jari kedua tangan lainnya

memegang bokong bayi)


Dilakukan hiperlodose dengan melengkungkan learah perut ibu
Seorang membantu melakukan tekanan kristerrel pada fundus uteri,

saat his dan mengejan


Lahir berturut-turut dagu, mulut, hidung, muka dan keoal bayi
Bayi diletakan diperut ibu untuk pemotongan tali pusat dan selanjutnya
dirawat sebagai mana mestinya.

Bila bersalin dnegan satu kali his dan mengejan tidak berakhir maka
pertolongan brach dianggap gagal dan dilanjutkan dengan ekstraksi
(manuil aid)
2. Ekstaksi bokong parsial
Persalinan dengan ekstraksi bokong parsial dimaksudkan bahwa
Persalianan bokong sampai umbilikus berlangsung denga kekuatan

sendiri
Terjadi kemacetan persalinan badan dan kepala
Dilakukan persalinana bantuan dengan jalan : secara klasik, secara

mulerr dan lauset


3. Pertolongan persalian kepala

a. Pertolongan persalinan kepala menurut mauriceau-veit smelli bila terjadi


kegagalan persalinan kepala dapat dilakukan pertolongan secara mauriceau
(viet smellie)
Badan anak ditunggangkan pada tangan kiri
Tali pusat dilonggarkan
Jari tengah dimasukan kedalam mulut bayi, dua lain diletakan pada
tul;ang pipi serta menekan kearah badan bayi sehingga fleksi

kepala dapat dipertahankan


Tangan kanan memegang leher bayi, menarik curam kebawah
subok siput sebagai hipokmolion, kepala bayi diputar keatas
sehingga berturut-turut lahir dagu, hidung, mulut, mata dahi kepala

bayi seluruhnya
b. Persalinan kepala dengan ekstrasi forsep
Kegagalan persalinan kepala dengan tekhnik mauriceau viet mellie dapat
diteruskan dengan ekstrasi forsep
Seluruh badan bayi dibungkus dengan duk steril diangkat keatas

sehingga kepala bayi mudah dilihat untuk aplikasi forsep


Daun forsep kiri dipasang terlebih dahulu diikuti daun forsep kanan
Badan bayi ditunggsngkan pada gagang forsep
Dilakukan tarik curam kebawah singga suboksiput berada dibawah
soimpisis , dilakukan tarikan keatas sehingga berturut-turut lahir

dagu mulut dan hidung


Mata dan dahi diikuti seluruh kepala bayi
Bayi diletakan diats perut ibu untuk memotong tali pusat
Lendir dibersihkan dari jalan nafas
Selanjutnya dilakukan perawatan sebgai mana semestinya
4. Ekstrasi bokong total
Ekstrasi bokong total bila proses persalinan letak sungsang seluruhnya
dilakukan dengan kekuatan penolong sendiri. Bentuk pertolongan ekstraksi
bokong totyal menjadi ekstrasi bokong dan kaki (satu kaki, dua kaki)
a. Ekstrasi bokong
Ekstrasi bokong dilakukan sebagai berikut
Dari telunjuk tangan kanan dimasukan agar dapat mencapai lipatan

paha depan
Dengan mengait pada spina ishiadica arterior superior dilakukan

tarikan curam kebawah sehingga trochanter depan dapat dilahirkan.


Setelah tochater depan lahir dilakukan tarikan keatas sehingga
tochater belakang mencapai perineum.

Setelah tochater belakang mencapai perineum telunjuk tangan kiri


dimasukan kepelipatan paha, dan mencapai spina ishiadica arterior

superior belakang.
Dengan kedua telunjuk dilakukan persalinan seperti metode secara

klasik, kombinasi dengan tindakan loevest.


b. Ekstraksi kaki
Ekstraksi kaki lebih mudah dibandingkan dengan ekstraksi bokong. Oleh
karena itu, bila diperkirakan akan melakukan ekstraksi bokong diubah
menjadi letak kaki. Menurunkan kaki berdasarkan profilaksis pinard, yaitu
pembukaan sedikitnya 7 cm, ketuban telah pecah atau dipecahkan, dan
diturunkan kaki kedepan. Bila terdapat indikasi dilakukan ekstraksi, kaki
dengan seluruh kekuatan berasal dari penolong persalinan.
II.2.8 Komplikasi
Prolapsus tali pusat
Plasenta previa
Anomalia kongenital
Anomali dan tumor uterus
Pelahiran sulit
Morbiditas maternal dan perinatal yang meningkat
Komplikasi letak sungsang dapat dibagi sebagai berikut :
1. Komplikasi pada ibu
Trias komplikasi ibu : perdarahan, robekan jalan lahir, dan infeksi.
2. Komplikasi pada bayi
Trias komplikasi bayi : asfiksi, trauma persalinan, infeksi.
a. Asfiksia bayi
Dapat disebabkan oleh :
Kemacetan persalinan kepala : aspirasi air ketuban, lendir
Perdarahan atau edema jaringan otak
Kerusakan medula oblongata
Kerusakan persendian tulang leher
Kematian bayi karena asfiksia berat
b. Trauma persalinan
Dislokasi fraktura persendian, tulang ekstremitas
Kerusakan alat vital : lien, hati paru-paru atau jantung
Dislokasi fraktura persendian tulang leher : fraktura tulang dasar
kepala; fraktura tulang kepala; kerusakan pada mata, hidung tau
telinga; kerusakan pada jaringan otak.
c. Infeksi dapat terjadi karena
Persalinan berlangsung lama
Ketuban pecah pada pembukaan kecil
Manipulasi dengan pemeriksaan dalam

Anda mungkin juga menyukai