Anda di halaman 1dari 5

Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjeldahl disebut sebagai kadar protein kasar

(crude protein) karena terikut senyawaan N bukan protein, misalnya urea, asam nukleat,
ammonia, nitrat, nitrit, asam amino, amida, purin, dan pirimidin (Sudarmadji 1996).
Protein akan mengalami kekeruhan terbesar pada saat mencapai ph isoelektris yaitu pH dimana
protein memiliki muatan positif dan negatif yang sama, pada saat inilah protein mengalami
denaturasi yang ditandai kekeruhan meningkat dan timbulnya gumpalan. (Anna,1994).
Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic dalam sampel
didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi dinetralkan dengan
menggunakan larutan alkali dan melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat.
Selanjutnya ion- ion borat yang terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan HCl (jeanist,
2012).
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa
organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer
asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.(annonimous,2013).
4.2 Pembahasan
Protein merupakan salah satu unsur makro yang terdapat pada bahan pangan selain lemak
dan karbohidrat. Protein merupakan sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O, dan
N. protein dapat mengalami perubahan-perubahan yang di sebabkan beberapa hal seperti
denaturasi karena pemanasan, terkoagulasi karena pengasaman, dan menimbulkan warna coklat
kerana beraksi dengan gula reduksi.
Dari uraian tabel kita mendapatkan absorbansi dari tabel standart BSA, dengan tabung
reaksi pertama sebagai control menghasilkan absorban 0,001. Tabung kedua dengan komposisi
larutan BSA 5 L + larutan buffer 45 L+ reagent Bradford 950 L menghasilkan absorban
0,427.Tabung ke tiga dengan komposisi larutan BSA 10 L + larutan buffer 40 L+ reagent
Bradford 950 L menghasilkan absorban 0,516. Untuk tabung ke empat dengan komposisi
larutan BSA 20 L + larutan buffer 35 L+ reagent Bradford 950 L menghasilkan absorban
0,655. Dan tabung ke lima dengan komposisi larutan BSA 25 L + larutan buffer 30 L+
reagent Bradford 950 L menghasilkan absorban 0,665.
Untuk pengamatan tabel pada pengujian kadar protein dengan menggunakan alat
Spektrofotometer pada bagian-bagian tanaman menghasilkan data bahwa biji kopi ulangan
pertama menghasilkan absorban sebesar 0,601. Untuk ulangan kedua menghasilkan absorban
sebsar 0,610.Untuk ulangan ketiga menghasilkan absorban sebesar

0,587.Sedangkan pada

pengujian konsentrasi protein pada daun kopi ulangan pertama menghasilkan absorban sebesar
0,583. Untuk ulangan kedua menghasilkan absorban sebesar

0,572. Untuk ulangan ketiga

menghasilkan absorban sebesar 0,595. Sedangkan pada pengujian biji kakao Untuk ulangan
pertama menghasilkan absorban sebesar 0,401. Untuk ulangan kedua menghasilkan absorban
sebesar

0,434. Untuk ulangan ketiga menghasilkan absorban sebesar

0,431.Dan untuk

pengujian konsentrasi protein pada daun kakao untuk ulangan pertama menghasilkan absorban
sebesar 0,409. Untuk ulangan kedua menghasilkan absorban sebesar 0,438. Untuk ulangan
ketiga menghasilkan absorban sebesar 0,418.
Dari grafik tersebut terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi BSA yang diujikan maka
jumlah konsentrasi protein juga semakin meningkat. Itu terbukti dari garis yang ditarik
menghasilkan bentuk linear. Pada grafik terlihat bahwa pada konsentrasi BSA 5 L
menghasilkan absorban sebesar 0,427. Sedangkan bila konsentrasi BSA dinaikkan 10 L, maka

konsentrasi protein juga meningkat yaitu menjadi sebesar 0,516. Dan dengan menaikkan
konsentrasi menjadi 20 L, maka konsentrasi protein menjadi 0,655. Sedangkan bila konsentrasi
ditambah lagi menjadi 25 L, maka konsentrasi protein juga mengalami peningkatan yaitu
sebesar 0,665.
Dari nilai absorbansi standar BSA, maka diperoleh kurva standar BSA dengan persamaan
regresi y = 33,36x - 3,102. Apabila absorbansi sampel 1 adalah 3.389, 3.450 dan 3.296 dari
ekstrak biji kopi, lalu dimasukkan ke dalam persamaan regresi, maka ratarata kadar proteinnya
adalah 3.378 L. Sedangkan untuk sampel 2 yaitu ekstrak daun kopi dengan absorban 3.269 ,
3.189 , dan 3.349 apabila dimasukkan dalam persamaan regresi menghasilkan rata-rata kadar
protein adalah 3.269 L. Untuk sampel 3 dengan absorbansi 2.055 , 2.275 , dan 2.255 apabila
dimasukkan dalam persamaan regresi 2.195 L. Dan pada sampel 4 dengan absorbansi 2.108 , 2302 , dan 2.168 apabila dimasukkan ke dalam persmaan regresi menghasilkan rata rata kadar
proteinnya sebesar 2.193 L.
Oleh karena itu, dari hasil percobaan tersebut dapat diketahui bahwa protein pada bagian biji
mengandung lebih banyak kadar proteinnya.

BAB I
PENDAHULUAN
Protein adalah salah satu bio-makromolekul yang penting perananya dalam makhluk hidup.
Fungsi dari protein itu sendiri secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar,
yaitu sebagai bahan struktural dan sebagai mesin yang bekerja pada tingkat molekular. Apabila
tulang dan kitin adalah beton, maka protein struktural adalah dinding batu-batanya. Beberapa
protein struktural, fibrous protein, berfungsi sebagai pelindung, sebagai contoH Alfa dan Beta
keratin yang terdapat pada kulit, rambut, dan kuku. Sedangkan protein struktural lain ada juga
yang berfungsi sebagai perekat, seperti kolagen.
Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan struktural karena seperti halnya polimer lain,
protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapat mengalami cross-linking dan lain-lain.
Selain itu protein juga dapat berperan sebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia dalam sistem
makhluk hidup. Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme yang kompleks
untuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisma. Suatu sistem metabolisme akan terganggu
apabila biokatalis yang berperan di dalamnya mengalami kerusakan (Hertadi, 2008.
rhertadi@biotitech.ac.jp)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Protein
1.1. Definisi dan Ciri-ciri
Istilah protein diperkenalkan pada tahun 1830-an oleh pakar kimia Belanda bernama Mulder,
yang merupakan salah satu dari orang-orang pertama yang mempelajari kimia dalam protein
secara sistematik. Ia secara tepat menyimpulkan peranan inti dari protein dalam sistem hidup
dengan menurunkan nama dari bahasa Yunani proteios, yang berarti bertingkat pertama.

Protein merupakan makromolekul yang menyusun lebih dari separuh bagian dari sel.Protein
menentukan ukuran dan struktur sel, komponen utama dari sistem komunikasi antar sel serta
sebagai katalis berbagai reaksi biokimia di dalam sel. Karena itulah sebagian besar aktivitas
penelitian biokimia tertuju pada protein khususnya hormon, antibodi dan enzim.
Semua jenis protein terdiri dari rangkaian dan kombinasi dari 20 asam amino. Setiap jenis
protein mempunyai jumlah dan urutan asam amino yang khas. Di dalam sel, protein terdapat baik
pada membrane plasma maupun membran internal yang menyusun organel sel seperti
mitokondria, retikulum endoplasma, nukleus dan badan golgi dengan fungsi yang berbeda-beda
tergantung pada tempatnya. Protein-protein yang terlibat dalam reaksi biokimia sebagian besar
berupa enzim banyak terdapat di dalam sitoplasma dan sebagian terdapat pada kompartemen dari
organel sel. Protein merupakan kelompok biomakromolekul yang sangat heterogen. Ketika
berada di luar makhluk hidup atau sel, protein sangat tidak stabil.
Protein merupakan komponen utama bagi semua benda hidup termasuk mikroorganisme, hewan
dan tumbuhan. Protein merupakan rantaian gabungan 22 jenis asam amino. Protein ini
memainkan berbagai peranan dalam benda hidup dan bertanggungjawab untuk fungsi dan ciriciri benda hidup (Anonim. 2008. Protein. (http://www.wikipedia.com) diakses tanggal 12
Oktober 2008).
Keistimewaan lain dari protein ini adalah strukturnya yang mengandung N (15,30-18%), C
(52,40%), H (6,90-7,30%), O (21- 23,50%), S (0,8-2%), disamping C, H, O (seperti juga
karbohidrat dan lemak), dan S kadang-kadang P, Fe dan Cu (sebagai senyawa kompleks dengan
protein). Dengan demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk
menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan kandungan N yang ada
dalam bahan makanan atau bahan lain (Sudarmaji, S, dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Penerbit Liberty: Yogyakarta).

5.PEMBAHASAN
Metode Bradford adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur kandungan protein.
Metode tersebut dilakukan pertama kali oleh Bradford(Bradford et al., 1976). Pada saat ini,
metode Bradford telah banyak dilakukanuntuk mengukur kandungan protein karena metode
tersebut dinilai mudah, cepat,dan hasilnya cukup akurat. Selain itu, pengukuran kandungan
protei denganmetode Bradford lebih tahan terhadap interferensi senyawaan nonprotein
yangsering kali mengganggu jalannya pengujian kuantitatif protein.Pengujian kandungan protein
dengan metode Bradford didasarkan pada pengikatan zat warna Coomassie
Briliant Blue G-250
terhadap protein.Coomassie
Briliant Blue G-250
memiliki formasi ion berbeda dengan nilai pKa1.15, 1.82 dan 12.4. Bentuk kationik zat warna
tersebut berwarna merah dan hijaudengan panjang gelombang serapan maksimum pada 470 dan
650 nm. Sedangkan bentuk anioniknya berwarna biru dengan absorbansi (panjang gelombang
serapan)maksimum 590 nm. Namun, untuk pengukuran protein dilakukan denganmenentukan
jumlah zat warna dalam bentuk anionik (biru) serta dilakukan denganmengukur absorbansi
larutan pada 595 nm. Zat warna Coomassie Blue G-250 bereaksi cepat dengan residu arginil dan
lysil dari protein, sehingga menyebabkanadanya variasi hasil pengukuran untuk jenis protein
yang berbeda. Protein denganresidu arginil dan lysil lebih banyak, akan menghasilkan warna biru
yang lebihintens. Sedangkan, protein yang memiliki residu arginil dan lysil lebih sedikit,warna
biru tidak lebih intens, walaupun jumlah proteinnya sama.Metode Bradford merupakan metode

yang paling sesuai dan umumdigunakan. Metode Bradford memiliki dua jenis assay protein,
yaitu S
tandarAssay
dan Microassay. S
tandar Assay
digunakan untuk pengukuran kadar protein antara 10 sampai 100 g, sedangkan Microassay
digunakan untuk pengukuran kadar protein antara 1 sampai 10 g. Namun, pengukuran
denganMicroassay umumnya lebih rentan terhadap interferensi senyawaan nonprotein.Prinsip
kerja analisis protein dengan metode Bradford adalahspektrofometri. Spektrofotometri adalah
sebuah alat yang dapat memberikan nilaiabsorban pada sampel. Spektrofotometri akan
mengirimkan cahaya berupa cahaya
tampak yang akan diserap oleh sampel. Semakin besar cahaya yang diserap, makasemakin besar
nilai absorbannya. Namun, kandungan protein tidak dapat langsungdiketahui. Kandungan protein
setiap sampel harus dihitung lagi menggunakannilai absorban setiap sampel.Secara umum,
protein terdapat pada hampir setiap susunan sel mahluk hidup. Pada tanaman yang menghasilkan
biji, kandungan protein lebih dominanterdapat pada bagian biji. Sebagai contoh pada tanaman
kopi dan kakao. Hasil percobaan yang kami lakukan dengan membandingkan kandungan protein
pada biji dan daun menunjukkan bahwa kandungan protein pada biji lebih banyak dibandingkan
pada bagian daun. Hasil rata-rata perhitungan kandungan protein pada biji kopi 3,378 sedangkan
pada daun kopi 3,269, sehingga kita dapatmengetahui bahwa kandungan protein pada biji jauh
lebih tinggi 0,109dibandingkan pada bagian daun kopi. Sedangkan, hasil perhitungan rataratakandungan protein dalam biji kakao sebesar 2,881 dan pada daun kakao 2,193.Selisih yang
didapatkan dari perbedaan kandungan protein biji kakao dan daunkakao adalah 0,688.Dari hasil
analisa protein yang dilakukan, dapat diketahui pula bahwakandungan protein pada biji dan daun
kopi lebih besar terhadap biji dan daunkakao. Hal tersebut dikarenakan pada tanaman kopi,
sebagian hasil fotosintatdiubah menjadi protein, sedangkan pada tanaman kakao, hasil fotosintat
secaraumum diubah menjadi bentuk lemak. Namun demikian, kandungan dari hasilfotosintat
yang tersimpan masih tergantung pada usia tanaman. Seperti hasil penelitian Wealth of India
(1990), kandungan protein dari 100 gram biji kopiadalah sebesar 11,23 gram. Menurut Belitz
et al
., kandungan protein biji kakaoadalah 11,5. Perbedaan kandungan protein dengan metode
Bradford pada penelitian kami tidak sesuai dengan pernyatan tersebut, karena terdapat faktorfaktor kesalahan terjadi ketika penelitian. Sehingga, hal itu memengaruhi hasildari kandungan
protein.Didalam praktikum terdapat faktor-faktor kesalahan yang mempengaruhihasil
pengukuran kandungan protein, hal tersebut diantaranya meliputi penggerusan biji dan daun pada
kopi dan kakao. Penggerusan akan mempengaruhihalus tidaknya bahan yang digerus. Semakin
halus, maka analisis protein yangdilakukan akan semakin mudah. Hal tersebut dikarenakan,
semakin halus substratyang ditumbuk, maka akan memudahkan dalam hal reaksi terhadap
Bradfordreagen. Selain itu, faktor keseterilan alat sangat berpengaruh. Semakin steril
alat praktikum yang digunakan, maka semakin baik hasil yang diperoleh. Faktor manusia, juga
mmempengaruhi dalam analisa protein. Hal tersebut dikarenakansering terjadinya human eror
dalam pencatatan hasil dan pengelolahan data.Kandungan protein semua bahan, protein2 itu
berada dimana?Perbandingan protein pada biji dan daun kopi dan kakao, kenapa kok
bedaPerbandingan protein pada kopi dan kakao, kenapa kok beda
Bradford, MM. 1976. A rapid and sensitive for the quantitation of microgramquantitites of
protein utilizing the principle of protein-dye binding.
Analytical Biochemistry 72: 248-254.
Martoharsono, S. 1998.Biokimia Jilid I . Yogyakarta: Gadjah Mada UniversityPress.

Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi


. Bandung: PenerbitITB.
Siswoyo, T.A. dan Handoyo, T. 2012.Petunjuk Praktikum Biokimia Tanaman
(Tidak Diterbitkan). Jember: Universitas Negeri Jember

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Nama Bahan Kimia
    Daftar Nama Bahan Kimia
    Dokumen3 halaman
    Daftar Nama Bahan Kimia
    zaini
    75% (4)
  • Indeks Telur Puyuh
    Indeks Telur Puyuh
    Dokumen7 halaman
    Indeks Telur Puyuh
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Tgs Pak
    Tgs Pak
    Dokumen11 halaman
    Tgs Pak
    zaini
    100% (2)
  • Babi
    Babi
    Dokumen11 halaman
    Babi
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Gel
    Gel
    Dokumen21 halaman
    Gel
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Kadar Abu 1
    Kadar Abu 1
    Dokumen5 halaman
    Kadar Abu 1
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Babi
    Babi
    Dokumen11 halaman
    Babi
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Ffa 5
    Ffa 5
    Dokumen18 halaman
    Ffa 5
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Abatohir
    Abatohir
    Dokumen2 halaman
    Abatohir
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Babi
    Babi
    Dokumen11 halaman
    Babi
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Pengantar Ilmu Ekonomi
    Pengantar Ilmu Ekonomi
    Dokumen3 halaman
    Pengantar Ilmu Ekonomi
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Apel
    Apel
    Dokumen5 halaman
    Apel
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Korupsi
    Korupsi
    Dokumen8 halaman
    Korupsi
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Inflasi 1990-2010
    Inflasi 1990-2010
    Dokumen21 halaman
    Inflasi 1990-2010
    zaini
    100% (1)
  • Kulin Ari
    Kulin Ari
    Dokumen21 halaman
    Kulin Ari
    Iklimatul Khoeriah
    Belum ada peringkat
  • Dastek Susu
    Dastek Susu
    Dokumen1 halaman
    Dastek Susu
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii - 2
    Bab Ii - 2
    Dokumen5 halaman
    Bab Ii - 2
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Biokim Tgs 2
    Biokim Tgs 2
    Dokumen6 halaman
    Biokim Tgs 2
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Materi Dastek Susu
    Materi Dastek Susu
    Dokumen10 halaman
    Materi Dastek Susu
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Makalah Radikalisme Di Tinjau Dari Ideologi Pancasil1
    Makalah Radikalisme Di Tinjau Dari Ideologi Pancasil1
    Dokumen13 halaman
    Makalah Radikalisme Di Tinjau Dari Ideologi Pancasil1
    zaini
    0% (1)
  • Jurnal Bandung Klit
    Jurnal Bandung Klit
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Bandung Klit
    Wahyunis
    Belum ada peringkat
  • Uji Hedonik
    Uji Hedonik
    Dokumen10 halaman
    Uji Hedonik
    zaini
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen16 halaman
    1
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Telur
    Anatomi Telur
    Dokumen3 halaman
    Anatomi Telur
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Telur
    Anatomi Telur
    Dokumen3 halaman
    Anatomi Telur
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Telur
    Anatomi Telur
    Dokumen3 halaman
    Anatomi Telur
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Biokim Tgs 2
    Biokim Tgs 2
    Dokumen6 halaman
    Biokim Tgs 2
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Biokim JMR 2
    Biokim JMR 2
    Dokumen5 halaman
    Biokim JMR 2
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Daging
    Daging
    Dokumen9 halaman
    Daging
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Bak Teri
    Bak Teri
    Dokumen1 halaman
    Bak Teri
    zaini
    Belum ada peringkat