Anda di halaman 1dari 6

Proses dalam Tubuh - Pencernaan pada unggas dimulai dari paruh dan diakhiri pada kloaka.

Sementara pencernaan pada non unggas dimulai dari mulu sampai anus. Setelah makanan
melewati paruh akan disimpan sementara dalam tembolok, kemudian makanan akan menuju
bagian proventrikulus yang akan mengalami proses pencernaan hidrolitis/enzimatis. Semnetara
pada non unggas, makanan yang masuk langsung menuju lambung. Pencernaan tersebut dimulai
dengan kontraksi otot (proventrikulus pada unggas atau lambung pada non unggas) yang akan
mengaduk-aduk makanan dan mencampurkannya dengan getah lambung yang terdiri dari HCl
dan pepsinogen (enzim yang tidak aktif). Pepsinogen apabila bereaksi dengan HCl akan berubah
menjadi pepsin (enzim aktif). HCl dan pepsin akan memecah protein menjadi senyawa yang
lebih sederhana seperti polipeptida, protease, pepton dan peptida. Aktivitas optimum pepsin
dijumpai pada pH sekitar 2,0. Apabila makanan sudah berubah menjadi kimus (bubur usus
dengan warna kekuningan dan bersifat asam) maka akan didorong masuk ke ventrikulus pada
unggas atau langsung masuk usus halus pada non ungggas. Keasaman (pH) ventrikulus berkisar
antara 2,0 sampai dengan 3,5. Dalam ventrikulus, kimus akan mengalami proses pencernaan
mekanis dengan cara penggilasan dan pencampuran oleh kontraksi otot-otot ventrikulus.
Setelah itu, kimus kemudian didorong ke ke dalam usus halus. Usus halus terdiri dari duodenum,
jejenum dan ileum. Kimus kemudian akan bercampur dengan empedu yang dihasilkan oleh sel
hati. Fungsi empedu adalah untuk menetralkan kimus yang bersifat asam dan menciptakan pH
yang baik (sekitar 6 sampai dengan 8) untuk kerja enzim pankreas dan enzim usus.
Pankreas menghasilkan endopeptidase berupa enzim tripsinogen dan kimotripsinogen. Enzim
tripsinogen apabila bereaksi dengan enterokinase akan berubah menjadi tripsin. Setelah
terbentuk, tripsin akan membantu meneruskan aktivasi tripsinogen, dan tripsin sendiri
mengaktifkan kimotripsinogen menjadi kimotripsin. Berbagai enodpeptidase yaitu, pepsin,
tripsin dan kimotripsin akan memecah ikatan-ikatan di dekat asam amino tertentu. Kerja sama
enzim ini diperlukan dalam proses fragmentasi molekul protein.
Pepsin hanya memecah ikatan yang dekat dengan fenilalanin, triptofan, metionin, leusin atau
tirosin. Tripsin hanya memecah ikatan yang dekat dengan arginin atau lisin dan kimotripsin akan
memecah ikatan yang dekat dengan asam amino aromatik, atau metionin. Eksopeptidase yang
terdiri dari karboksipeptidase dan aminopeptidase yang disekresikan oleh pankreas dan usus
halus akan bekerja pada ikatan peptida terminal, dan memisahkan asam amino satu demi satu.
Karboksipeptidase memecah asam amino terminal dengan gugus karboksil bebas sedangkan
aminopeptidase memisahkan asam amino terminal dengan gugus amino (NH2) bebas. Produk
akhir dari pencernaan protein adalah asam amino dan peptida. Lebih dari 60 persen protein
dicerna dalam duodenum sisanya dicerna dalam jejenum dan ileum. Makanan yang tidak dicerna
akan didorong memasuki usus besar.
Penyerapan dimulai dengan membesarnya usus karena adanya kimus, otot yang teregang
bereaksi karena kontraksi. Beberapa kontraksi menyebabkan kontraksi lokal, disebut segmentasi,
yang membantu dalam mencampurkan kimus. Kontraksi lain yang disebut peristalsis lebih
menyerupai gelombang. Satu lapisan otot dinding usus berkontraksi sepanjang beberapa
sentimeter dan diikuti dengan lapisan lainnya. Kontraksi demikian ini menggerakkan makanan
melalui jarak pendek. Mukosa usus terdiri dari lapisan otot licin, jaringan ikat dan akhirnya epitel
kolumnar sederhana dekat lumen.
Pada epitel pelapis tersebut terdapat banyak sel goblet yang menghasilkan lendir dan sekresinya
membantu melicinkan makanan dan melindungi lapisan usus terhadap kelecetan dan luka-luka
karena zat-zat kimia. Pada mukosa terdapat banyak vilus (jonjot) kecil berbentuk jejari tempat
terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfa kecil. Lipatan sirkular dalam mukosa usus, vilus
dan mikrovilus membentuk suatu permukaan yang sangat luas untuk absorpsi (penyerapan). Pasa
dasar vilus terdapat bagian yang berbentuk tabung yang disebut kripta Lieberkuhn. Pembelahan
mikotik sel-sel epitel pada dasar kripta akan terus menerus menghasilkan sel baru yang pindah
keluar melalui vilus dan terlepas. Dalam perjalanan keluar, sel-sel itu berubah menjadi sel-sel
goblet yang menghasilkan lendir dan sel-sel absorpsi. Lapisan epitel ini akan menyerap air dan

zat-zat makanan. Eksopeptidase usus terdapat juga pada permukaan membran sel absorpsi dari
vilus dan sel-sel yang sama ini juga merupakan tempat absorpsi asam amino.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa asam-asam amino L-isomer lebih siap diabsorpsi
dibandingkan dengan asam-asam amino D-isomer. Perbedaan ini ditandai dengan tingkat
absorpsi diantara asam-asam amino itu sendiri. Tingkat absorpsi pada 18 L-asam amino
tergantung pada berat molekul, tetapi asam amino dengan ujung rantai non polar seperti
metionin, valin, dan leusin lebih siap diabsorpsi dibandingkan dengan asam amino dengan rantai
polar. Dijumpai juga bahwa Lmetionin dan L-histidin diabsorpsi lebih cepat dibandingkan
dengan D-isomer.
Transport asama amino dari lumen usus halus ke sel mukosa melalui proses aktif dengan
menggunakan gradien konsentrasi. Mekanisme transport membutuhkan energi khusus untuk
bentuk L dari asam amino. Bentuk D dari asam amino lebih lambat diserap dibandingkan dengan
bentuk L. Tiga mekanisme transport dideteksi dalam mukosa intestinal. Sistem pertama khusus
untuk monoaminomonokarboksilat atau asam amino netral, sistem kedua untuk arginin, lisin dan
asam amino basic seperti sistin, dan sistem ketiga untuk dikarboksilat atau asam amino.
Secara umum asam-asam amino setelah diserap oleh usus akan masuk ke dalam pembuluh darah,
yang merupakan percabangan dari vena portal. Vena portal membawa asam-asam amino tersebut
menuju sinusoid hati, dimana akan terjadi kontak dengan sel-sel epitel hati. Darah yang berasal
dari sinusoid hati kemudian melintas menuju ke sirkulasi umum melalui vena-vena sentral dari
hati menuju ke vena hepatik, yang kemudian masuk ke vena kava kaudal.
Anda sekarang sudah mengetahui Penyerapan Protein. Terima kasih anda sudah berkunjung
ke Perpustakaan Cyber.
Home / Kesehatan Protein / Penyerapan protein dalam tubuh

Penyerapan protein dalam tubuh


By admin January 31, 2015 Kesehatan, Protein No Comments

Selain itu Penyerapan protein dalam tubuh banyak dari struktur tubuh kita, seperti otot, tulang
rawan, ligamen kulit, dan rambut, dibangun dari molekul protein. Komposisi protein dalam
tubuh adalah seperti otot yang berisi sekitar 1 / 3 protein, tulang tentang bagian 1 / 5 dan kulit
terdiri dari 1 / 10 bagian.
Proses penyerapan protein dalam tubuh Manusia

Pencernaan protein berlangsung dalam tahapan yang berbeda. Tahap awal pencernaan protein
dan penyerapan terjadi dalam perut dan yang kedua terjadi di usus kecil. Protein menyediakan
asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, namun sayangnya, tubuh tidak mampu memproduksi
asam amino dengan sendiri. Nah, proses pencernaan protein pada dasarnya terdiri dari
pemecahan protein menjadi asam amino.
Ada satu jenis enzim yang bersifat khas, dengan fungsi membantu dalam pencernaan dan
penyerapan protein, yakni Enzim Pepsin. Enzim pepsin tersebut bekerja pada organ perut dan
bekerja secara optimal/ terbaik ketika kondisi organ perut sudah asam. Enzim ini bekerja dengan
memecah molekul protein besar menjadi lebih kecil. Di sinilah di mana protein bisa dicerna
sebagian dalam tubuh.
Pada usus kecil, ada enzim lain yang mengambil alih jawab pencernaan protein dalam tubuh.
Enzim ini membantu dalam penyerapan protein, dengan memecah molekul protein kecil menjadi
asam amino. Tingkat penyerapan protein yang lebih cepat terjadi untuk jenis makanan yang
berasal dari hewan, bukan dari jenis makanan nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, hal ini
disebabkan karena protein nabati biasanya mengandung lapisan selulosa.
proses biosintesis protein yang panjang dan rumit; atau pun proses penguraian bahan makanan
dalam sistem pencernaan mulai dari mulut, lambung, usus dan penyerapan hasil penguraian
tersebut melalui dinding usus, serta penyebarannya ke seluruh tubuh yang memerlukannya.

Proses Pencernaan Protein


Sama seperti proses pencernaan lemak dan karbohidrat , protein juga hanya dapat diserap tubuh
manusia jika sudah diurai dalam bentuk yang sederhana. Penguraian protein dalam sistem
pencernaan manusia melibatkan seluruh organ pencernaan dan kerja dari enzim-enzim protease
melalui serangkaian proses. Rangkaian dari proses pencernaan protein dalam tubuh manusia
tersebut dimulai dari rongga mulut.
1. Rongga Mulut dan Kerongkongan
Di rongga mulut, proses pencernaan protein melibatkan kerja gigi dan ludah. Gigi dalam hal ini
berfungsi untuk memperkecil ukuran makanan sedangkan ludah berguna dalam mempermudah
lewatnya makanan yang dikunyah untuk melewati kerongkongan. Baik di rongga mulut, maupun
dalam kerongkongan, protein secara khusus belum mengalami proses pencernaan yang
sebenarnya.
2. Lambung

Di lambung, protein yang tertampung akan bereaksi dengan enzim pepsin yang berasal dari getah
lambung. Enzim pepsin sendiri hanya akan terbentuk jika asam lambung (HCl) menemukan
protein dan melakukan penguraian rangkaiannya. Penguraian rangkaian protein dalam lambung
secara biokimia akan menstimulasi pepsin pasif menjadi pepsin aktif.

Enzim pepsin memecah ikatan protein menjadi gugus yang lebih sederhana, yaitu pepton dan
proteosa. Kedua gugus ini merupakan polipeptida pendek yang masih belum dapat diabsorpsi
oleh jonjot usus.
3. Usus Halus
Polipeptida pendek yang dihasilkan dari reaksi enzim pepsin dan protein kemudian akan
bercampur dengan enzim protease (erepsin) di dalam usus halus. Protease berasal dari pankreas
yang disalurkan ke usus halus melalui dinding membran. Protease mengandung beberapa
prekursor yang antara lain prokarboksipeptidase, kimotripsinogen, tripsinogen, proelastase, dan
collagenase. Masing-masing prekursor protease ini akan menghidrolisis polipeptida menjadi
jenis asam amino yang berbeda-beda.

Prokarboksipeptidase menguraikan asam amino dari ujung karboksil polipeptida.

Kimotripsinogen menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino methionine,


tryptophan, tyrosine, asparagine, phenylalanine, dan histidine.

Tripsinogen menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino arginine dan lysine.

Proelastase dan collagenase menguraikan polipeptida menjadi tripeptida dan polipeptida


yang lebih kecil.

Setelah protein berhasil diurai menjadi asam amino, selanjutnya jonjot usus yang terdapat pada
dinding usus penyerapan (ileum) akan menyerap asam amino yang dihasilkan dari proses
pencernaan protein untuk dikirimkan melalui aliran darah ke seluruh sel-sel di tubuh kita.
4. Usus Besar dan Anus
Jika asam amino yang dihasilkan dari proses pencernaan protein memiliki jumlah yang berlebih,
asam amino tersebut kemudian akan dirombak menjadi senyawa-senyawa seperti amoniak
(NH3) dan amonium (NH4OH). Pada tahap selanjutnya, semua senyawa ini kemudian dibuang
melalui saluran kencing atau bersama dengan feses.
Nah, demikianlah pemaparan mengenai proses pencernaan protein di dalam tubuh manusia.
Ternyata proses pencernaan protein membutuhkan tahapan yang sangat banyak, tahapan yang
bahkan sama sekali tidak kita sadari sebelumnya. Oleh karena itu, proses ini juga merupakan
salah satu bukti bahwa Sang Pencipta telah mengatur semuanya di tubuh kita. Karena tentu tidak
mungkin bukan, jika proses yang rumit tersebut terjadi tanpa ada yang mengaturnya.

Proses

pencernaan

protein

Pemecahan protein menjadi bentuk yang sederhana (asam amino) tidak lain
agar dapat diserap melalui dinding usus, masuk ke peredaran darah dan
disampaikan ke jaringan tubuh. Sama halnya dengan karbohidrat dan lemak,
zat ini baru akan bisa diserap ketika sudah dipecah menjadi zat-zat yang
lebih sederhana.

Enzim pengubah protein, menurut penelitian para pakar, ternyata tidak


terkandung dalam saliva, dengan demikian peronbakan terhadap protein
(ikatan peptida) tidak terjadi didalam mulut melainkan untuk pertama
kalinya dirombak dalam lambung. Dalam lambung, media atau cairan
lambung yang asam sangat membantu dan mempermudah pepsin (protease
lambung) bekerja melakukan perombakan rantaian khusus ikatan peptide
dari asam amino yang rantainya pendek yang disebut pepton. Selanjutnya
sebagian protein yang sudah dicerna masuk kedalam usus, disini ditemukan
bahwa media yang asam dari cairan lambung telah dinetralisasi menjadi
sedikit alkalis dan disini pula diketahui bahwa cairan pancreas mengandung
dua macam enzim pengubah protein, yaitu protease pankreatik (tripsin dan
chimotripsin) sekitar 30 % protein dirombak menjadi asam amino sederhana
yang langsung dapat diserap oleh usus.

Setiap 70% lagi dari protein dipecah menjadi dipeptida, tripeptida yyang
terdiri atas lebih asam amino. Enzim proteolitik lain yang berkemampuan
memecah protein yaitu carboxy peptidase, amino peptidase. Enzim
pengubah protein bersifat hidrolotikmemerlukan air pada perombakan atau
pelepasan asam amino. Proses pencernaan karbohidrat lemak atau protein
menjadi susunan yang lebih sederhana dimaksudkan agar zat tersebut siap
diserap melalui dinding usus dan masuk dalam darah (peredaran darah).
Penyerapan atau absorption zat-zat makanan tadi sebbagian besar
dilangsungkan didalam usus halus kecuali air yang diserap didalam usus
besar. Absorpsi tidak selamnya berlangsung mulus hal ini ddikarenakan
adanya faktor yang mempengaruhi yang dapat menghambatnya, yang
tentunya akan berakibat pada gangguan kesehatan tubuh.

Diantara faktor tadi yang penting adalah: (a) rangsangan (iritasi), dalam hal
ini yaitu rangsangan yang menyebabkan gerakan-gerakan kuat dari usus,
akibatnya dapat menghambat penyerapan (b) kurang aktifnya produksi

empedu yang diperlukan kurang cukup tersedia, akiibatnya dapat


menghambat penyerapan lemak (c) Tersedianya forro yang lebih siap diserap
dari ferri. (d) Tersedianya vitamin C dan vitamin E yang dapat mempertinggi
menyerapan Fe (zat besi). (e) Kurang tersedianya vitamin D ternyata kurang
baik bagi kelancaran penyerapan kalsium. (f) Adanya parasit, dapat
menimbulkan hambatan dalam penyerapan, terutama mineral Fe.

Mekanisme penyerapan tersebut melalui dua cara yaitu (1) Proses


penyerapan melalui system pori-pori, (proses pasif difusi) yang berlangsung
menurut hukum keseimbangan osmosa dan difusi yang dalam proses ini
diketahui bahwa zat-zat makanan akan didistribusikan dari konsentrasi yang
lebih tinggi ketempat yang konsentrasinya lebih rendah. (2) Proses
penyerapan aktif difusi (proses transportasi) yang tergantung pada adnya
energy atau energy transport yang dependen, yang lazim pula diknal
sebagai mekanisme pompa (pumps mecanisme) dengan prinsip agar zat-zat
makanan yang telah dicerna dapat melewati dinding usus.

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Nama Bahan Kimia
    Daftar Nama Bahan Kimia
    Dokumen3 halaman
    Daftar Nama Bahan Kimia
    zaini
    75% (4)
  • Indeks Telur Puyuh
    Indeks Telur Puyuh
    Dokumen7 halaman
    Indeks Telur Puyuh
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Tgs Pak
    Tgs Pak
    Dokumen11 halaman
    Tgs Pak
    zaini
    100% (2)
  • Babi
    Babi
    Dokumen11 halaman
    Babi
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Gel
    Gel
    Dokumen21 halaman
    Gel
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Kadar Abu 1
    Kadar Abu 1
    Dokumen5 halaman
    Kadar Abu 1
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Babi
    Babi
    Dokumen11 halaman
    Babi
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Apel
    Apel
    Dokumen5 halaman
    Apel
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Babi
    Babi
    Dokumen11 halaman
    Babi
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Abatohir
    Abatohir
    Dokumen2 halaman
    Abatohir
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Pengantar Ilmu Ekonomi
    Pengantar Ilmu Ekonomi
    Dokumen3 halaman
    Pengantar Ilmu Ekonomi
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Ffa 5
    Ffa 5
    Dokumen18 halaman
    Ffa 5
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Korupsi
    Korupsi
    Dokumen8 halaman
    Korupsi
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Inflasi 1990-2010
    Inflasi 1990-2010
    Dokumen21 halaman
    Inflasi 1990-2010
    zaini
    100% (1)
  • Kulin Ari
    Kulin Ari
    Dokumen21 halaman
    Kulin Ari
    Iklimatul Khoeriah
    Belum ada peringkat
  • Dastek Susu
    Dastek Susu
    Dokumen1 halaman
    Dastek Susu
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii - 2
    Bab Ii - 2
    Dokumen5 halaman
    Bab Ii - 2
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Biokim Tgs 2
    Biokim Tgs 2
    Dokumen6 halaman
    Biokim Tgs 2
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Materi Dastek Susu
    Materi Dastek Susu
    Dokumen10 halaman
    Materi Dastek Susu
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Makalah Radikalisme Di Tinjau Dari Ideologi Pancasil1
    Makalah Radikalisme Di Tinjau Dari Ideologi Pancasil1
    Dokumen13 halaman
    Makalah Radikalisme Di Tinjau Dari Ideologi Pancasil1
    zaini
    0% (1)
  • Jurnal Bandung Klit
    Jurnal Bandung Klit
    Dokumen8 halaman
    Jurnal Bandung Klit
    Wahyunis
    Belum ada peringkat
  • Uji Hedonik
    Uji Hedonik
    Dokumen10 halaman
    Uji Hedonik
    zaini
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen16 halaman
    1
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Telur
    Anatomi Telur
    Dokumen3 halaman
    Anatomi Telur
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Telur
    Anatomi Telur
    Dokumen3 halaman
    Anatomi Telur
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Telur
    Anatomi Telur
    Dokumen3 halaman
    Anatomi Telur
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Biokim JMR 2
    Biokim JMR 2
    Dokumen5 halaman
    Biokim JMR 2
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Daging
    Daging
    Dokumen9 halaman
    Daging
    zaini
    Belum ada peringkat
  • Bak Teri
    Bak Teri
    Dokumen1 halaman
    Bak Teri
    zaini
    Belum ada peringkat