Anda di halaman 1dari 16

YULIANTI SAMARA

H41114514
BAKTERIOLOGI

BAKTERI
Bakteri (dari kata Latin bacterium; jamak: bacteria) adalah kelompok organisme yang
tidak memiliki membran inti sel.Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariota dan
berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam kehidupan di bumi.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri.
Struktur sel bakteri relatif sederhana: tanpanukleus/inti sel, kerangka sel, dan organelorganel lain seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan
antara sel prokariot dengan sel eukariot yang lebih kompleks.
Bakteri
dapat
ditemukan
di
hampir
semua
tempat:

di tanah, air, udara,

dalam simbiosis dengan organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan
dalam tubuh manusia
Struktur Sel Bakteri dan Fungsinya
Ada beberapa macam bagian-bagian dari struktur sel Bakteri yang memiliki peranan
dan fungsi masing-masing. Perlu teman-teman ketahui bahwa istilah bakteri itu berasal dari
katabakterion. Arti dari bakterion sendiri adalah batang kecil. Secara umum, Pengertian
bakteri adalah organisme uniseluler (bersel satu) dengan tidak memiliki membran inti sel
(prokariotik) dan pada umumnya memiliki dinding sel namun tidak berklorofil.

Bakteri sendiri ditemukan oleh Antony van Leeuwenhoek dan sekaligus penemu dari
mikroskop lensa tunggal, bakteri ditemukannya pada tahun 1674, dia adalah seorang ilmuwan
belanda, istilah bakteri sendiri dikenalkan oleh ilmuwan yang bernama Ehrenberg tahun
1828. Sel bakteri terdiri atas beberapa bagian. Bagian-bagian bakteri adalah kapsul, dinding
sel, membran plasma, mesosom, sitoplasma, ribosom, DNA, granula cadangan makanan,
klorosom, vakuola gas, flagela, dan pilus (fimbria).
Struktur Sel Bakteri dan Fungsinya
1. Kapsul atau Lapisan Lendir
Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan yang terluar dari bakteri yang menyelimuti
dinding sel. Lapisan ini memiliki ketebalan yang bervariasi disetiap jenis-jenis bakteri.
Lapisan tebal tersebutlah yang disebut dengan kapsul, dan ada juga lapisan tipis yang disebut
lapisan lendir. Umumnya bakteri hidupnya parasit dan bersifat patogen (penyebab penyakit)
memiliki kapsul sedangkan pada bakteri saproba (mendapatkan makanan dari sisa organisme)
biasanya hanya memiliki lapisan lendir. sehingga mengapa makanan yang terkena bakteri
biasanya terlihat berlendir. Kapsul atau lapisan lendir ini berupa senyawa yang kental dan
lengket yang disekresikan oleh bakteri. Kapsul sendiri tersusun dari glikoprotein (senyawa
campuran antara glikogen dan protein). Sedangkan pada lapisan lendir tersusun dari air dan
juga polisakarikarida. Ada beberapa fungsi Kapsul atau Lapisan Lendir :
a. Sebagai pelindung,
b. Menjaga sel agar tidak kekeringan,
c. Membantu pelekatan dengan sel bakteri lain atau pada substrak,
Pada bakteri patogen, kapsul melindungi bakteri dari pengaruhi sistem kekebalan
(antibodi) yang dihasilkan oleh sel tubuh inang.
2. Dinding Sel
Dinding sel bakteri tersusun dari senyawa pepetidoglikan. Peptidoglikan adalah suatu
polimer yang terdiri dari polipeptida pendek.Peptidoglikan memiliki ketebalan lapisan yang
bervariasi dari ketebalan lapisan ini berpengaruh terhadap respons pewarnaan, yang
digunakan dalam penggolongan bakteri, yaitu bakteri Gram posisitf dan bakteri Gram negatif.

Dinding sel dari pada Eubacteria mengandung peptidoglikan, sedangkan pada dinding sel
Archaebacteria adalah tidak mengandung peptidoglikan. Ada beberapa fungsi dinding Sel :
a. Mempertahankan bentuk dari sel
b. Memberikan sebuah perlindungan fisik,
c. Menjaga sel agar tidak pecah dalam lingkungan yang memiliki tekanan osmotik yang
lebih rendah (hipotonis)
Sel bakteri dapat mengalami plasmolisis jika berada pada lingkungan yang tekanan
osmotik lebih tinggi (hipertonis). Bakteri akan mati jika berada pada larutan yang pekat
misalnya mengandung banyak garam atau banyak gula.
3.Membran Plasma
Membran plasma tersusun dari senyawa fosfolipid dan protein yang bersifat selektif
permeabel (dapat dilewati oleh zat-zat tertentu). Ada beberapa fungsi dari Membran Plasma:
a. Membungkus sitoplasma
b. Mengatur pertukaran zat yang berada di dalam sel dengan zat yang ada diluar sel.
4. Mesosom
Mesosom adalah organel sel yang memiliki penonjolan pada membran plasma ke arah
dalam sitoplasma. Ada beberapa fungsi dari Mesosom :
a. Menghasilkan energi
b. Membentuk dinding sel baru saat terjadi pembelahan sel
c. Menerima DNA pada saat konjugasi
5. Sitoplasma
Sitoplasma bakteri adalah cairan koloid yang mengandung molekul organik seperti
lemak, protein, karbohidrat, dan garam-garam mineral, enzim, DNA, Klorosom (pada bakteri
fotosintetik), dan ribosom. Fungsi dari sitoplasma adalah Sebagai tempat terjadinya reaksireaksi metabolisme sel
6. Ribosom
Ribosom adalah organel-organel kecil yang tersebar dalam sitoplasma dan berfungsi
dalam sintesis protein. Ribosom tersusun dari senyawa protein dan RNA (ribonukleic acid).
Jumlah ribosom di dalam suatu sel bakteri mencapai ribuan, contohnya saja Escherichia
coli yang mempunyai 15.000 ribosom. Fungsi Ribosom adalah Sebagai sintesis protein
7. DNA

Bakteri mempunyai dua macam DNA (deoxyribonucleic acid), yaitu DNA kromosom
dan DNA nonkromosom (plasmid). DNA kromosom adalah materi genetik yang menentukan
sebagian besar dari sifat-sifat metabolisme bakteri, sedangkan pada DNA nonkromosom
(plasmid) yang hanya menentukan sifat-sifat tertentu, seperti sifat patogen, sifat fertilitas
(kemampuan dalam bereproduksi secara seksual), dan sifat kekebalan terhadap antibiotik
tertentu. DNA kromosom pada organisme eukariotik akan berbentuk rantai ganda linier,
sedangkan pada DNA kromosom prokariotik (bakteri) yang berupa rantai ganda melingkar
yang terkumpul dalam suatu serat kusut yang disebut dengan region nukleoid. Jumlah DNA
bakteri jauh lebih sedikit dibandingkan dengan DNA sel eukariotik sekitar 1:1.000 dari DNA
sel eukariotik.
DNA kromosom dapat di bereplikasi pada saat menjelang pembelahan sel.
DNA nonkromosom (plasmid) memliki bentuk melingkar (sirkuler) dengan ukuran yang
memiliki jauh lebih kecil dibandingkan DNA kromosom. Umunnya, bakteri tetap dapat hidup
walaupun plasmidnya dikeluarkan dari sel. Hal ini dimanfaatkan dalam teknologi rekaya
genetika. Plasmid digunakan sebagai vektor atau pembawa suatu gen tertentu yang ingin
didisipkan. Plasmid dapat bereplikasi tanpa kontrol dari DNA kromosom, serta memiliki
kemudahan dalam ditransfer ke sel bakteri lainnya pada saat terjadi konjugasi.
Fungsi DNA :
a. Materi genetik yang sebagian besar menentukan sifat-sifat metabolisme bakteri (DNA
Kromosom)
b. Menentukan sifat patogen, sifat fertilitas (kemampuan bereproduksi secara seksual),
dan sifat ketebalan terhadap suatu antibiotik (DNA nonkromosom)
8. Granula dan Vakuola Gas
Umumnya bakteri memiliki

granula-granula

yang berfungsi sebagai

tempat

penyimpanan cadangan makanan atau senyawa-senyawa lain yang dihasilkannya,


misalnya Thiospirillum yang menghasilkan butir-butir belerang. Pada vakuola gas yang anya
terdapat pada bakteri-bakteri fotosintetik yang hidup dengan menampung air. Vakuola gas

tersbut memungkinkan bakteri mengapung di permukaan air, sehingga dapat sinar matahari
yang digunakan untuk fotosintesis.
9. Klorosom
Klorosom adalah suatu struktur lipatan yang ada dibawah membran plasma yang berisi
klorofil dan pigmen fotosintetik lainnya. Fungi Klorosom adalah untuk menfotosintesis yang
hanya

terdapat

pada

bakteri

fotosintetik.

misalnya Chlorobium

10. Flagela
Flagela adalah bulu cambuk yang tersusun dari senyawa protein yang terdapat pada
dinding sel, dan berfungsi sebagai alat gerak. Flagela bakteri tidak terbungkus oleh perluasan
membran plasma yang berbentuk batang (basil), koma (vibrio), dan juga spiral. Ada sekitar
separuh dari seluruh bakteri yang dapat bergerak secara terarah yang menuju atau menjauhi
ransang.

Gerak

tersebut

disebut

gerak

taksis.

Contohnya

bakteri

dari

familia

Chlorobacteriaceae yang akan melakukan gerak fototaksis positif atau menuju ke arah cahaya
matahari untuk berfotosintesis. Bakteri memiliki jumlah flagela yang memiliki letak berbedabeda.
Berikut pengelompokan bakteri berdasarkan dari jumlah dan letak flagelanya.
a.
b.
c.
d.
e.

Atrik, adalah bakteri yang tidak mempunyai flagela


Monotrik, adalah bakteri yang hanya mempunyai satu flagela
Lofotrik, adalah bakteri yang mempunyai banyak flagela pada salah satu sisi sel
Amfitrik, adalah bakteri yang mempunyai flagela pada kedua ujung sel
Peritrik, adalah bakteri dengan flagela yang tersebar di seluruh permukaan dinding
sel.

11. Pilus atau Fimbria


Pilus (Latin, pili = rambut) atau fimbria (fimbria = daerah pinggir) adalah struktur
seperti flagela tetapi berupa rambut-rambut yang memiliki diamater lebih kecil, pendek, dan
kaku, dengan terdapat di sekitar dinding sel. Fungsi pilus atau Fimbria adalah sebagai berikut
a. Membantu bakteri yang menempel pada suatu medium tempat hidupnya
b. Melekatkan diri dengan sel bakteri lainnya, sehingga dapat terjadi transfer DNA pada
saat terjadinya konjugasi. Pilus untuk konjugasi disebut dengan pilus seks. Contoh

bakteri yang mempunya pilus adalah Neisseria gonorrhoeae (penyebab penyakit


kencing

nanah)

dan Escherichia

coli (bakteri

saproba

di

usus

besar).

REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN BAKTERI


Bakteri, seperti makhluk hidup lainnya, melakukan reproduksi untuk mempertahankan
spesiesnya. Sel bakteri dapat bereproduksi dengan baik, jika didukung oleh keberadaan
nutrisi dan faktor-faktor lain yang dibutuhkan. Perbanyakan sel bakteri, melalui proses
reproduksinya, menentukan pertumbuhan sel bakteri. Bakteri adalah makhluk uniseluler.
Oleh karena itu, pertambahan jumlah sel bakteri, berarti juga terjadi pertambahan jumlah
individu pada spesies bakteri tersebut.
Cara-cara reproduksi pada mikroorganisme umumnya secara aseksual, yaitu dengan
pembelahan sel. Hasil dari proses pembelahan sel adalah terbentuknya dua sel anak. Oleh
karena itu, jika semua faktor pertumbuhan terpenuhi untuk terjadinya proses pembelahan sel,
maka dalam waktu tertentu, akan dihasilkan sejumlah besar sel anak baru.

Reproduksi Sel Bakteri


Bila sel bakteri diinokulasikan ke dalam satu medium pertumbuhan yang optimum,

maka dalam waktu singkat, akan terjadi kenaikan jumlah sel yang cukup tinggi. Dalam

rentang waktu yang sama, tidak semua bakteri mengalami kenaikan jumlah sel yang sama
dalam kondisi medium yang sama
Cara-cara reproduksi sel bakteri yaitu.
a. Pembelahan biner melintang
Proses ini paling umum dijumpai pada kebanyakan bakteri. Pembelahan biner
melintang adalah suatu proses reproduksi aseksual, setelah pembentukan dinding sel
melintang, maka sebuah sel tunggal membelah menjadi dua sel. Masing-masing sel baru
tersebut disebut sel anak. Gambar 7.1 menunjukan pembelahan biner melintang pada sel
bakteri. Pada proses pembelahan selnya, mengakibatkan terbentuknya dua organisme baru.
Pada tumbuhan dan hewan tingkat tinggi (multiseluler), pembagian sel hanya akan
mengakibatkan pertumbuhan individunya.
b. Proses lain
Ada beberapa spesies bakteri yang dapat bereproduksi dengan cara lain yaitu: produksi
spora vegetatif, fragmentasi pertumbuhan berfilamen dengan masing-masing fragmen
menghasilkan pertumbuhan dan penguncupan. Proses pembelahan sel telah menampakkan
perubahan struktur sebagai berikut.
1. Terdapat kenaikan jumlah bahan inti, yang terpisah menjadi dua unit. Masing-masing
sel anak mendapat satu unit.
2. Dinding sel dan membran sel tumbuh meluas ke dalam sitoplasma pada suatu titik di
tengah-tengah sumbuh panjang sel. Pada perbatasan tersebut, dua lapisan bahan
diding sel.
3. Pembentukan mesosom menjadi lebih jelas. Mesosom mempunyai kaitan dengan
pembentukan septum dan juga memungkinkan perpautan dengan daerah inti.
Meskipun kuman-kuman tidak mempunyai kumparan mitotik, selaput melintang yang
terbentuk dapat memisahkan dua kromosom seasal yang terbentuk, karena replikasi
kromosomal. Hal ini terjadi karena melekatnya kromosom pada selaput sel.

Pertumbuhan Sel Bakteri


Pertumbuhan sel dapat didefinisikan sebagai pertambahan secara teratur semua

komponen di dalam sel hidup. Pada organisme multiseluler, yang dimaksud dengan
pertumbuhan adalah peningkatan jumlah sel per organisme, di mana ukuran sel juga menjadi
lebih besar. Pada organisme multiseluler, pertambahan jumlah sel, tidak diikuti dengan
pertambahan jumlah organismenya. Sedangkan pada organisme uniseluler seperti bakteri,
pertumbuhan adalah pertambahan jumlah sel yang berarti juga terjadi pertambahan jumlah
organisme/individu.
a.

Kurva Pertumbuhan
Jika suatu sel bakteri mempunyai waktu generasi 20 menit, berarti sel bakteri tersebut

akan memperbanyak diri menjadi dua sel anak dalam waktu 20 menit. Jika sel tersebut
diinokulasi pada suatu media pada kondisi yang optimum untuk pertumbuhannya, maka
dalam waktu 48 jam, sel tersebut akan mengalami pembelahan sebanyak 48(60)/20 kali, atau
sebanyak 144 generasi. Jumlah sel diperoleh dengan rumus: 2n (2n adalah jumlah akhir sel, n
adalah banyaknya generasi atau berapa kali pembelahan terjadi).

Proses pertambahan jumlah sel bakteri dalam suatu medium pertumbuhan dalam
berbagai interval waktu dapat digambarkan dalam suatu kurva pertumbuhan untuk suatu sel
bakteri. Terdapat beberapa fase pertumbuhan, yaitu.
a. Fase adaptasi (A)
Pada fase ini sel bakteri mulai mengadakan adaptasi. Sel belum mengadakan
pembelahan. Hal ini disebabkan beberapa enzim mungkin belum disintesis. Jumlah sel tetap,
atau berkurang.
Lamanya fase ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
1. Medium dan lingkungan pertumbuhan
Jika medium dan lingkungan pertumbuhan sel tersebut seperti sebelumnya, maka tidak
perlu adaptasi. Tetapi jika kondisi nutrien dan lingkungan baru sangat berbeda dengan
sebelumnya, maka diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesis enzim-enzim yang
dibutuhkan untuk metabolisme.
2. Jumlah inokulum
Jumlah awal sel yang semakin tinggi, akan mempercepat fase adapatasi. Fase adaptasi
mungkin berjalan lambat, karena: (1) kultur dipindahkan dari medium yang kaya nutrien ke
medium yang kandungan nutriennya terbatas, (2) mutan yang baru terbentuk, (3) kultur yang
dipindahkan dari fase statis ke medium baru dengan komposisi sama seperti sebelumnya.
b. Fase pertumbuhan awal (B)
Setelah melalui fase adaptasi, sel mulai mengadakan pembelahan dengan kecepatan
yang masih rendah. Hal ini disebabkan sel baru selesai melakukan penyesuaian atau
adaptasi.
c. Fase eksponensial (C)
Fase ini disebut juga fase log (logaritmik). Pada fase ini, terjadi pembelahan sel dengan
cepat dan konstan (stabil). Pertambahan jumlahnya mengikuti kurva logaritmik. Sel
membutuhkan energi lebih banyak jika dibandingkan dengan fase-fase lain. Kecepatan
pertumbuhan sel sangat dipengaruhi oleh: pH, nutrien, kelembaban udara.
d. Fase pertumbuhan diperlambat (D)
Pada fase ini, terjadi pertambahan populasi sel bakteri diperlambat. Hal ini terjadi
karena.
1. Nutrien sudah berkurang (termasuk ketersediaan oksigen)
2. Adanya hasil metabolisme yang mungkin bersifat racun bagi pertumbuhan sel

Pada fase ini, terjadi pertumbuhan sel yang tidak stabil, serta sel yang tumbuh
jumlahnya lebih besar dari sel yang mati (grafik masih naik).
e. Fase pertumbuhan stasioner maksimum (E)
Pada fase ini jumlah sel tetap (jumlah sel yang tumbuh sama dengan jumlah sel yang
mati). Ukuran sel lebih kecil, karena sel tetap membelah meskipun nutrisi berkurang. Zat
makanan mulai berkurang dan akan habis. Sel menjadi lebih tahan terhadap keadaan ekstrim
(misalnya panas, dingin, radiasi, dan bahan kimia). Pada fase ini juga terjadi penumpukan
metabolit beracun. Keadaan ini mengakibatkan pertumbuhan sel terhenti sama sekali.
f. Fase menuju kematian (F)
Pada fase ini sel bakteri mulai mengalami kematian. Hal ini disebabkan.
1. Nutrien sudah habis
2. Energi cadangan di dalam sel habis
3. Zat-zat toksik semakin banyak
g. Fase kematian (G)
Pada fase ini, sel-sel akan mengalami kematian dipercepat. Hal ini disebabkan: nutrien
sudah habis, energi cadangan di dalam sel sudah habis, peningkatan zat-zat toksik yang akan
meracuni sel-sel bakteri. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan sel
bakteri, yaitu.
1. Nutrisi
Semua organisme, termasuk sel bakteri, membutuhkan nutrisi. Beberapa hal yang
mendasari bakteri untuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi, yaitu.
a. Semua organisme membutuhkan energi
b. Semua organisme memutuhkan karbon
c. Semua organisme membutuhkan nitrogen
d. Semua organisme membutuhkan belerang (sulfur)
e. Semua organisme membutuhkan beberapa unsur logam (Na, Ca, Mg, Zn, Pb, dan Co).
f. Semua organisme membutuhkan vitamin
g. Semua organisme membutuhkan air
Nutrien-nutrien ini dapat masuk ke dalam sel bakteri melalui beberapa cara, yaitu.
a. Difusi pasif
Nutrisi dapat masuk dari konsentrasi yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih
rendah. Pada proses ini, tidak ada interaksi antara molekul dengan bahan apapun pada
membran sel. Pergerakan molekul yang terjadi adalah secara acak. Gambar 7.3 menunjukkan
mekanisme-mekanisme angkutan nutrisi ke dalam sel.
b. Difusi dipercepat
Nutrien dapat masuk dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah, yang mana
kecepatan pergerakan molekul lebih tinggi dibandingkan dengan proses difusi pasif.

Kecepatan pergerakan molekul ini disebabkan proses pergerakannya dibantu oleh protein
pada membran sel yang disebut permease. Sifat enzim permease yaitu: bekerja secara
spesifik, bersifat terinduksi, dan kecepatannya maksimum pada konsentrasi substrat tertentu.
Molekul solut bergabung secara reversibel dengan molekul penghantar (porter).
c. Transport aktif
Nutrien bergerak dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. Dalam proses ini,
dibutuhkan enzim permease dan energi untuk membantu kerja enzim tersebut. Sebagai
contoh adalah masuknya laktosa ke dalam sel, sehingga afinitas permease terhadap laktosa di
luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel. Pada proses ini, terdapat tiga langkah yaitu.
Pengikatan solut di situs penerima pada protein pengantar (enzim permease) yang
terikat pada membran.
Translokasi kompleks solut-penghantar melintasi membran.
Penggandengan translokasi pada suatu reaksi penghasil energi untuk mengurangi
afinitas penghantar protein terhadap solut pada permukaan dalam membran. Dengan
demikian, protein penghantar akan melepaskan solut tersebut ke dalam sel. Proses ini
membutuhkan energi.
d. Translokasi
Proses translokasi membutuhkan energi. Langkah-langkah dalam proses ini adalah.
Mula-mula suatu protein tahan panas (Heat protein/Hpr) di dalam sel diaktivasi
dengan jalan memindahkan sebuah gugus fosfat dari senyawa berenergi tinggi
fosfoenolpiruvat (PEP) pada Hpr. Proses pemindahan gugus ini diaktivasi oleh enzim
Pada saat yang bersamaan, gula bergabung dengan enzim-2 pada permukaan luar
membran, dan diangkut ke permukaan dalam membran.
Gula kemudian bergabung dengan gugus fosfat yang dibawa oleh Hpr teraktivasi.
Selanjutnya, kompleks gula-fosfat dilepaskan oleh enzim-2, dan kompleks gula-fosfat
memasuki sel.
Archaebacteria dan eubacteria

Archaebacteria merupakan organisme tertua yang hidup di bumi. Bentuk dari


archaebacteria bervariasi, yaitu bulat, batang, spiral, dan tidak beraturan serta jenis lainnya
berbentuk filamen atau koloni. Organisme archaebacteria lebih mirip dengan organisme
eukariotik daripada bekteri, hal ini disebabkan transkripsi dan translasi genetiknya mirip
dengan eukariotik. Cara bereproduksinya adalah dengan membelah diri, membentuk tunas,
atau fragmentasi (aseksual). Archaebacteria sering disebut oragnisme ekstermofil karena
mampu hidup di lingkungan dengan kondisi yang ekstrem, misalnya mata air panas dan di
dasar samudra.
Berdasarkan lingkungan tempat hidupnya, Archaebacteria dikelompokkan menjadi 3,
yaitu metanogen, ekstrem halofil, dan termoasidofiEubacteria atau biasa disebut bakteri
merupakan organisme yang umunya tidak berklorofil. Bakteri mampu hidup di berbagai
media sehingga disebut bersifat kosmopolitan. Bakteri memiliki dinding sel yang berfungsi
memberikan bentuk kaku pada tubuh eubacteria. Berdasarkan struktur dinding selnya, bakteri

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Eubacteria
atau bakteri berkembang biak dengan cara aseksual dan seksual.
Ciri-Ciri Archabacteria
1. Bersifat anaerob
2. Mampu hidup di tempat yang kotor, dan halofil ekstrem, saluran pencernaan manusia
atau hewan, lingkungan beragam, termoplastik pada suhu tinggi atau lingkungan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

asam, tempat sampah


Menghasilkan gas metan dari sumber yang sederhana
Dinding sel yang bukan berupa peptidoglikan
Mikroskopik
Bersifat uniseluler/prokariotik
Hidup dengan soliter atau koloni
Bentuk yang bervariasi seperti spiral, bulat, batang dan tidak beraturan
Bereproduksi dengan membentuk tunas, membelah diri, dan secara aseksual
(fragmentasi)
Jenis-jenis Archaebacteri adalah sebagai berikut..

1. Bakteri termo-asidofil
2. Halobacterium
3. Bakteri Metagen
Eubacteri (bakteri) adalah organisme uniseluler (bersel satu) dengan tidak memiliki
membran inti sel(prokariotik) yang umumnya tidak berklorofil pada dinding selnya.
Istilah Eubacteria berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata eu, yang berarti sejati. Eubacteria
meliputi sebagian besar organisme prokariotik yang hidup dimanapun (kosmolipit).
Eubacteria

disebut

juga

dengan

Bacteria

atau

bakteri.

Istilah bakteriberasal

dari bacterion yang artinya batang kecil. Pertama kali bakteri ditemukan pada tahun 1674,
oleh seorang ilmuwan belanda yaitu Antony van Leuuwenhoek yang juga seorang penemu
mikroskop lensa tunggal. Istilah bakteri diperkenalkan oleh Ehrenberg pada tahun 1828. Ilmu
yang mempelajari bakteri disebut dengan bakteriologi

1.
2.
3.
4.
5.

Ciri-Ciri Eubacteria (Bakteri)


Umumnya tidak berklorofil
Bentuk yang bervariasi
Tidak memiliki membran inti atau prokariotik
Berukuran antara 1 s/d 5 mikron
Hidupnya secara parasit atau bebas (kosmolipit) / patogen

6. Bersifat uniseluler (bersel satu)


Jenis-Jenis

Eubacteria

(Bakteri)

- Eubacteria

memiliki

beragam

jenis

yang

dikelompokkan dalam karekteristik dinding sel, berdasarkan jumlah letak dan flagela,
berdasarkan

cara

hidup

antara

lain

sebagai

berikut..

a. Jenis-Jenis Eubacteria (Bakteri) Berdasarkan Karakteristik Dinding Sel


Bakteri Gram Negatif
Bakteri Gram Positif
Bakteri Tidak Berdinding Sel
b. Jenis-Jenis Eubacteria (Bakteri) Berdasarkan Jumlah dan Letak Flagela

Bakteri monotrik
Bakteri amfitrik
Bakteri lofotrik
Bakteri peritrik

c. Jenis-Jenis Eubacteria (Bakteri) Berdasarkan Cara Hidup


Bakteri heterotrof
Bakteri Autotorf
Ada beberapa pesamaan dari eubacteria dengan archaebacteria
1. Merupakan organisme prokariotik
2. Memiliki dinding sel
3. Bersel satu/uniseluler
4. Memiliki filamen yang sama
Ada beberapa Perbedaan Archaebacteri dan Eubacteri (Bakteri)
Faktor Pembeda

Archaebacteri

Bakteri

Nukelus

Prokariota

Prokariota

Dinding Sel

Tidak

Lipid membran

peptidoglikan
Beberapa hidrokarbon

Hidrokarbon tak bercabang

RNA polimerase

Beberapa jenis

Satu jenis

Intron

(bagian

gen

mengandungMengandung peptidoglikan

yang Ada beberapa gen

bukan untuk pengkodean)

Tidak ada

Respons terhadap antibiotik Pertumbuhan


streptomisin

tidakPertumbuhan menghambat

dan menghambat

kloramfenikol
Jenis Gramnya
Gram negatif dan gram positif adalah klasifikasi bakteri yang dibedakan dari ciri- ciri
fisik bakteri tersebut. Perbedaan yang mendasar terdapat pada peptidoglikan yang terkandung
dalam dinding sel kedua bakteri tersebut. Pada bakteri gram positif lapisan peptidoglikannya
lebih tebal, sedangkan pada gram negatif lapisan peptidoglikan lebih tipis. Sehingga saat di
identifikasi dengan pewarnaan bakteri gram positif akan berwarna sedangkan bakteri gram
negatif warna akan hilang saat disiram etanol.
Berikut perbedaan karakteristik antara bakteri gram positif dan gram negatif:
Pembeda
Pengamatan
mikroskop
Dinding sel

Bentuk sel

Gram Positif
berwarna biru atau ungu

Gram Negatif
berwarna merah atau merah

homogen dan tebal (20-80 nm)

muda
terdiri lapisan membran luar dan

sebagian besar tersusun dari

membran dalam, diantaranya

peptidoglikan sebagian lagi

terdapat lapisan peptidoglikan

terdiri dari polisakarida lain dan

setebal 2-7 nm, tebal membran

asam teikoat

luar 7-8 nm tersusun dari

bulat, batang atau filamen

polisakarida, lipid, dan protein


bulat, oval, batang lurus atau
melingkar seperti koma, heliks
atau flamen, dan beberapa

Reproduksi

pembelahan biner

Metabolisme kemoorganoheterotrof

memiliki kapsul pelindung


pembelahan biner, kadang
pertunasan
fototrof, kemolitoaotutrof,
kemoorganoheterotrof

Alat gerak

kebanyakan nonmitil, bila

motil dan non motil, bentuk

memiliki motil maka tipe

flagela bervariasi, polar,

Resisten

falgelanya adalah petritrikus


lebih resisten terhadap gangguan

iopotrikus dan petritrikus


tidak lebih resisten terhadap

terhadap

fisik

gangguan fisik

fisik
Resisten

Larut

lebih pekat

1%)
Kepekaan
Lapisan

tidak peka terhadap streptomisin


memiliki lapisan lilin dan asam

peka terhadap streptomisin


tidak memiliki lapisan lilin dan

lipid

lemak mikolat
lipid mencapai 60 % dari berat

asam mikolat
(-)

Daya tahan

dinding sel
tahan terhadap asam

tidak tahan terhadap asam

terhadap
alkali (KOH

Anda mungkin juga menyukai