Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum Ilmu Ukur Tanah bagi mahasiswa Teknik Sipil adalah merupakan
pemahaman yang lebih mendalam sekaligus penerapan dan teori-teori Ilmu Tanah
yang telah diperoleh mahasiswa. Selain itu, praktikum ini dapat memberikan
gambaran yang lebih jelas bagi mahasiswa untuk pengukuran di lapangan.
1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum
Adapun maksud dan tujuan praktikum adalah:
2.1 Untuk memperkenalkan alat-alat ukur tanah kepada mahasiswa.
2.2 Melatih mahasiswa dalam pengoperasian alat-alat ukur tanah.
2.3 Dapat mengolah data-data hasil pengukuran menjadi data yang dapat mendukung
dalam pembuatan peta, sesuai dengan lokasi yang diukur.
2.4 Dapat mengetahui elevasi titik-titik poligon rangka peta.
2.5 Dengan pengetahuan theodolit dan waterpas ini diharapkan mahasiswa dapat
mengaplikasikan pengetahuannya saat menghadapi dunia kerja.
1.3 Ruang Lingkup Praktikum
Ruang Lingkup Praktikum ini meliputi
3.1 Pengenalan alat Theodolit dan Waterpass.
3.2 Mengolah data hasil pengukuran.
3.3 Membuat kerangka peta.
1.4 Peralatan Praktikum
Alat-alat ukur yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
4.1 Alat penyipat datar (Waterpass).
Digunakan untuk mengukur beda tinggi permukaan tanah, dengan menggunakan
selisih pengukuran benang atas, benang bawah, atau benang tengah, antara
bacaan belakang dan muka suatu rentang titik A-B.

4.2 Alat ukur sudut (Theodolit).


Digunakan untuk mengukur sudut horizontal dan sudut vertikal pembacaan
benang atas, benang tengah, dan benang bawah pada diagfragmanya, jadi
digunakan untuk mengukur jarak optis, beda tinggi dan elevasi titik detail.
4.3 Alat ukur jarak.
Digunakan rol meter tanpa memperhiungkan koreksi-koreksi abit kesalahan yang
ditimbulkan oleh suhu, berat pita, kesalahan tarikan panjang pita dan lain-lain.
4.4 Alat-alat ukur pembantu
a. Bak ukur
b. Patok ( 5 buah dengan panjang kira-kira 20 cm)
c. Paku payung (5 cm) secukupnya
d. Payung
e. Palu
f. Alat tulis
g. Kalkulator

BAB II
PENGERTIAN UMUM

2.1 Pengertian Ilmu Ukur Tanah


Ilmu ukur tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari cara-cara pengukuran
yang diperlukan untuk menyatakan kedudukan titik-titik di permukaan bumi.
Ilmu ukur tanah merupakan bagian dari ilmu geodesi yang merupakan ilmu
yang

lebih

luas

dan

mempunyai

dua

maksud

yaitu

maksud

ilmiah

(menentukan bentuk muka bumi) dan maksud praktis (membuat bayangan bumi,
sebagian besar maupun kecil yang disebut dengan peta).
Penerapan ilmu ini adalah menyangkut hal-hal yang luas, berskala besar
maupun berskala kecil. Contohnya dalarn pembangunan gedung bertingkat, jalan,
saluran irigasi, jembatan dan lain-lain.
2.2 Pengetahuan tentang Peta dan Kaitannya dengan Poligon
Hal yang paling penting dalam pembuatan peta adalah menyangkut bentuk
dan kondisi dari luas yang dipetakan, pemetaan ini dilakukan dengan poligon.
Poligon merupakan kerangka peta untuk pengukuran yang bisa ditentukan koordinatkoordinatnya sebagai dasar pengukuran yang lain. Gambaran kasarnya adalah
sebagai berikut.
Pada sebidang tanah yang akan diukur, ditentukan dulu titik-titik (yang nanti
akan dicari koordinatnya) kemudian titik-titik tersebut akan dihubungkan sedemikian
rupa sehingga menjadi sebuah segi banyak.
Peta pada dasarnya merupakan rangkaian titik-titik yang digambarkan pada
suatu bidang datar yang mewakili hal-hal tertentu yang ada di lapangan rnelalui skala
tertentu. Hal-hal yang terdapat dalam suatu peta adalah :
-

skala pada peta

petunjuk arah (biasanya arah utara)

keterangan suatu legenda

Peranan peta sangatlah penting karena dengan peta dapat dilihat perencanaan
yang matang mengenai suatu pembangunan, sehingga akan menghasilkan data atau
output yang lebih terperinci dan akurat. Peranan peta itu sendiri berkaitan dengan
jenis-jenis peta, misalnya :
3

Peta situsiaonal, untuk keperluan perencanaan jaringan irigasi, jalan raya,


jaringan air mimum dan pertokoan.

Peta sungai untuk keperluan Pelayaran.

Peta pengairan untuk menyatakan daerah pengairan dengan saluransaluran air.

Bagian-bagian peta antara lain:


-

Rangka peta

poligon

Detail peta

Titik kontrol tetap

Titik Detail.

Poligon ada dua macam, yaitu:


1. Poligon terbuka (ujung-ujungnya tak pernah bertemu)
2. Poligon tertutup (ujung akhir bertemu di titik awal)
Sebelum koordinat-koordinat titik dihitung, maka kita harus meneliti
pengukuran poligon. Karena untuk dapat menentukan koordinat-koordinat diperlukan
sudut dan jarak, maka yang diukur pada poligon adalah sudut dan jarak tersebut.
Untuk dapat melakukan penelitian, maka harus diketahui dan ditentukan syarat-syarat
suatu poligon.
Syarat-syarat poligon (tertutup)
-

Jumlah sudut-sudut yagn diukur harus sama dengan


Rumus

: (n+2) x 180o (untuk pengukuran sudut luat)


: (n-2) x 180o (untuk pengukuran sudut salam poligon tertutup).

Jumlah d sin harus : 0,000 m

Jumlah d cos harus : 0,000 m

Pada umumnya pengukuran tidak seluruhnya benar sehingga diperlukan faktor


koreksi.
Sehingga dapat disimpulkan :
-

= (n-2).180o + f

( n = jumlah titik sudut)

= (n+2).180o + f

( n = jumlah titik sudut)

d sin

= (XA - XA) + fx
= 0 + fx
= fx

d cost = (YA - XA) + fy


= 0 + fy
= fy

Keterangan :
fx
fy

d
.fx
d

fx = d sin

d
.fy
d

fy = d sin

Keterangan :
f

= kesalahan pada sudut yang diukur

fx

= kesalahan pada proyeksi sumbu x

fy

= kesalahan pada sumbu y

BAB III
PROSEDUR KERJA

III.1. Penggambaran Umum


Lapangan terlebih dahulu dilihat secara global dan kemudian menentukan
sistem pengukuran yang dikehendaki. Dalam praktikum ini dipilih poligon
tertutup dengan 4 buah titik poligon. Selain itu ditentukan arah ataupun ketentuan
pokok yaitu arah utara dan koordinat titik awalnya.
III.2. Persiapan dan Pemasangan Patok
Untuk membuat peta sederhana dari suatu daerah, maka harus ditentukan
batasan-batasan wilayah tersebut dengan menentukan kerangka peta melalui
pemasangan patok-patok.
Patok awal dipasang sedemikian rupa sehingga didapat patok yang cukup
kokoh dan sebaiknya tidak menonjol di atas tanah terlalu panjang, karena akan
menyebabkan patok mudah goyah. Ujung patok diberi paku payung sebagai titik
ukur. Patok kedua dipasang sedemikian rupa sehingga dapat dibuat patok lanjutan
dengan posisi sedemikian rupa yang memberikan pandangan cukup untuk
mengadakan pengukuran. Dan patok satu dibuat patok akhir sehingga terbentuk
sudut awal pada patok satu tersebut.
Jarak antara patok yang cukup baik adalah antara 50 - 70 m. Hanya dalam
hal ini kita memerlukan meteran panjang, disamping itu karena wilayah yang
diukur sempit jarak patok terjauh tidak lebih dari 50 m.
III.3

Pengaturan Alat
Theodolit
Pada waktu theodolit digunakan untuk melakukan peugukuran, bagian-bagian
theodolit harus berada dalam keadaan yang baik. Bagian-bagian theodolit ada
3, yaitu:
1. Bagian bawah
2. Bagian tengah
6

3. bagian atas
Syarat-syarat agar theodolit dapat dipakai:
a. Sumbu kesatu harus tegak lurus
b. Sumbu kedua harus mendatar
c. Garis bidik harus tegak lurus pada sumbu kedua
d. Kesalahan indeks pada skala lingkaran tegak harus sama dengan nol.
Cara penyetelan theodolit untuk memenuhi syarat-syarat tersebut :
a. Untuk membuat tegak lurusnya sumbu kesatu digunakan sebuah nivo
karena nivo memiliki garis lurus yaitu garis jurusan nivo yang dapat dibuat
mendatar dengan teliti. Untuk itu garis jurusan nivo lebih dahulu dibuat
tegak lurus pada sumbu kesatu.
Caranya :
-

Tempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A dan B, dengan


dua sekrup penyetel ini gelembung ditempatkan di tengah-tengah.

Putar nivo 180 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar. Umumnya
gelembung akan pindah dan tengah-tengah.

Pindahkan gelembung setengahnya kembali ke tengah-tengah dengan


memutar sekrup koreksi nivo maka garis jurusan nivo akan tegak lurus
pada sumbu kesatu.

Ulangi pekerjaan sehingga gelembung tetap di tengah-tengah, sebe!um


dan sesudah nivo diputar 180 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu
putar.

Putar nivo 90 dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar. Tempatkan


gelembung di tengah-tengah dengan sekrup penyetel ketiga. Maka
sumbu kesatu tegak lurus pada dua garis jurusan mendatar.

Ulangi pekerjaan sehingga semua jurusan gelembung tetap di tengahtengah.


Bila ada dua nivo yang terletak saling tegak lurus, pemutaran nivo 90
dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar tidak perlu lagi karena
untuk jurusan kedua yang mendatar digunakan garis arah nivo yang
terletak pada kaki penyangga sumbu kedua.

b. Mengatur sumbu kedua supaya mendatar dan mengatur garis bidik supaya
tegak lurus pada sumbu kedua (keadaan sempurna). Tentukan titik T pada
dinding yang berhimpit dengan titik potong dua garis diafragma. Dengan
7

unting-unting dibuat titik P tegak lurus dengan titik T dengan tinggi dua
kali tinggi titik T (tinggi titik T tinggi sumbu kedua) dan titik Q tegak lurus
di bawah titik T yang tedetak di kaki dinding. Setelah garis bidik diarahkan
ke titik T, goyangkan teropong keatas dan kebawah.
-

Bila sumbu ke satu telah tegak lurus dan garis bidik telah tegak lurus
sumbu kedua, maka pada gerakan teropong garis bidik membuat satu
bidang tegak lurus pada sumbu kedua bejalannya garis bidik pada
dinding dan titik T di atas melalui titik T ke titik Q dibawah
menandakan bahwa sumbu ke satu telah tegak lurus, sumbu kedua
telah mendatar dan garis bidik telah tegak lurus pada sumbu kesatu
(lihat gambar).

Arahkan garis bidik ke skala atas supaya garis bidik tegak lurus pada
sumbu kedua, putar skrup koreksi diafragma sehingga garis bidik ke
arah nol skala.

Ulangi pekerjaan sehingga keatas dan kebawah garis bidik kearah titik nol
kedua skala (P dan Q) dengan demikian sumbu kedua mendatar dan garis
bidik tegak lurus pada sumbu kedua.
c. Menghilangkan kesalahan indeks pada lingkaran tegak bila pada waktu
garis bidik mendatar, pembacaan tidak sama dengan 00 atau 90 dengan
garis indeks nonius pembaca pada lingkaran selalu tegak dengan
gelembung nivo yang ditempatkan pada plat nonius tegak ditengah-tengah.
Misalnya pada gambar (i), garis bidik kearah suatu titik P dengan teropong
dalam keadaan biasa. Garis B skala lingkaran berimpit dengan indeks
nonius, setelah gelembung nivo diketengahkan. Putar teropong dengan
sumbu kedua sebagai sumbu putar, maka teropong dalam keadaan luar
8

biasa. Supaya garis bidik kearah P lagi, setelah teropong diputar dengan
sumbu kesatu sebagai sumbu putar, maka pada waktu membalikkan
teropong , teropong itu harus diputar dua Z dengan sumbu kedua sebagai
sumbu putar gambar (ii).
111.4 Pengaturan Alat Penyipat Datar (Waterpass).
Susunan pengaturan alat sebagai berikut :
1. Membuat garis arah nivo tegak lurus pada sumbu kesatu
2. Membuat garis bidik sejajar dengan garis arah nivo
3. Membuat garis mendatar diafragma tegak lurus pada sumbu kesatu.

BAB IV
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

IV.1. Waktu dan Tempat Praktikum


1. Waktu praktikum
Praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah kelompok III dibawah bimbingan Ir.
Wayan Puja dilaksanakan selama dua hari, yaitu tanggal 5 Desember 2009
mulai pukul 08.30-selesai.
2. Tempat praktikum
Praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah berlokasi di program studi Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Udayana (Bukit Jimbaran).
IV.2

Cara Pengaturan Alat


1. Pengaturan alat waterpass

Mendirikan Tripod

Memasang alat waterpass diatas Tripod

Meletakkan dan menggser alat waterpass tepat diatas titik dengan


mengatur unting-unting.

Membuat alat mendatar dan mengatur gelembung Nivo tepat ditengah


tengah skala nivo.

Dilain pihak memasang bak (mistar ukur) tegak lurus diatas patok yang
akan diukur.

Membidik teropong alat waterpass ke bak patok yang diukur.

Mengatur fokus lensa sehingga angka dan skala terbaca jelas.

Mengatur skrup pada ujung teropong untuk memperjelas benang


diafragma.

Menempatkan benang vertikal teropong tepat pada sumbu dengan


menggerakkan teropong, memakai skrup halus.

Pembacaan hasil bacaan sbb:


-

Ba = ..

Bt = ..
10

Bb = ..

2. Pengaturan Alat Theodolit

Mendirikan tripod

Memasang alat theodolit di atas tripod

Memasang atau menggeser alat theodolit tepat di atas titik dengan


incngatur unting-unting.

Membuat alat mendatar dengan mengatur gelembung nivo tepat di tengahtengah skala nivo.

Mengenolkan sudut ke arah utara dan mengatur sekrup K2 dan sekrup


halus halus F2.

Memutar alat searah jarum jam dengan sekrup K1 dan K2 dilepas terlebih
dahulu.

Dipihak lain memasang bak ( mistar ukur ) di atas patok yang diukur.

Membidik alat teropong theodolit ke bak patok yang diukur.

Dengan mengeraskan sekrup K2 untuk pernbacaan sudut horizontal

Memfokuskan lensa sehingga angka dan skala mistar jelas terbaca.

Pembacaan pencatatan hasil bacaan sebagai berikut:


-

Ba = ..

Bt = ..

Bb = ..

Sudut horizontal

= 00

Sudut vertikal

= 00

IV.3. Cara Pengukuran


1. Pengukuran Jarak

Dengan meteran yaitu : mengukur jarak mendatar

Dengan menggunakan alat theodolit yang sudah siap dipakai adalah


sebagai berikut:
11

Theodolit yang sudah siap dipakai diletakan pada patok yang diatur
sedemikian rupa sehingga tegak lurus dengan patok

(diatur

dengan bantuan unting-unting).


-

Pasang bak pada patok maupun tempat lain yang akan diukur jarak dan
patok yang terdapat theodolit.

Bidik patok tersebut dan catat hasil pengukuran Ba, Bt, Bb.

Ukur jarak dengan rol meter atau bisa juga melalui jarak optis yaitu D
= (Ba-Bb)* 100.

Ulangi pengukuran hingga semua patok detail lain memiliki data


lengkap
Gambar:

2. Pengukuran beda tinggi Dengan theodolit


Gambar:

12

1. Theodolit yang telah siap dipakai diletakkan tegak lurus dengan titik atau
patok utama poligon dan sumbu kedua mendatar.
2. Ukur tinggi theodolit dan tanah (b).
3. Pasang bak pada tempat yang akan diukur detailnya disekitar patok utama
polygon.
4. Bidik bak tersebut dan hasilnya, catat Ba, Bt, Bb
5. Hitung beda tinggi yaitu t = b-Bt
Dengan Waterpass
Gambar :

1. Waterpass diletakkan antara dua buah titik yang akan diukur beda
tingginya dan diatur agar waterpass tegak lurus.
2. Letakkan bak pada tinggi patok yang akan diukur beda tingginya.
3. Bidik bak dan catat hasilnya :
Ba

Bt

Bb

4. Hitung beda tinggi yaitut Ba-Bb

13

IV. 4. Cara Perhitungan


Menentukan koordinat titik dengan cara polygon.
Jalan perhitungan dalam menentukan koordinat titik adalah :

Jumlah sudut yang diukur, hitung Xakhir - Xawal, tentukan dx dan berilah koreksi
pada sudut agar syarat pertama terpenuhi.

Hitung awal dengan sudut yang telah diberi koreksi sudut jurusan semua sisi.

Hitung dengan sudut jurusan hasil d sin dan d cos .

12 = 110 50 25
23 = 91 30 22.5
34 = 178 20 40
41 = 268 40 52.5

12 = 110 50 25
23 = 12 + SII + 180 - 360 00 00
= 12 + 180 + S23 (koreksi) - 360 00 00
= 110 50 25 +180 + 259 39 57.5 - 360 00 00
= 451 30 22.5 - 360 00 00
= 91 30 22.5
34 = 32 + SIII + 180 - 360 00 00
= 23 + 180 + SIII (koreksi) - 360 00 00
= 91 30 22.5 + 180 + 266 50 17.5 - 360 00 00
= 538 20 40 - 360 00 00
= 178 20 40
41 = 43 + SIV + 180 - 360 00 00
= 34 + 180 + SIV (koreksi) - 360 00 00
= 178 20 40 + 180 + 270 20 12.5 - 360 00 00
= 628 40 52.5 - 360 00 00
= 268 40 52.5
14

Kontrol :
12 = 14 + SI + 180 - 360 00 00
= 41 + 180 + SI (koreksi) - 360 00 00
= 268 40 52.5 + 180 + 283 9 32.5 - 360 00 00
= 731 50 25 2 . 360 00 00
= 110 50 25
Terbukti polygon tertutup sudutnya kembali ke sudut awal.

Jumlahkan semua d sin dan d cos , tentukan Xakhir- Xawal dan

Yakhir- Yawal

serta hitung fx dan fy. Bagi dx dan dy kepada absis dan ordinat titik polygon
dengan perbandingan jarak-jaraknya.

Akhir koordinat titik polygon dapat dicari:


-

X2 = X1 + dl sin 12 + koreksi

Y2= Y1 + d1 cos 12 + koreksi

Menentukan beda tinggi (BT)


Menghitung beda tinggi di dapat langsung data-data hasil pengukuran yaitu
melalui pengukuran benang tengah antara patok. Rumus adalah sebagai berikut:
BT Btn - Btn-1.
Perhitungan sudut dalam
S12 = 282

59

45

S23 = 259

30

10

S34 = 266

40

30

S41 = 270

10

25

S = 1079

20

50

15

Jumlah patok = 4
Jumlah sudut seharusnya (n+2).180 = 2.180 = 1080
Faktor koreksi = 1080 00 00 - 1079 20 50
= 0 39 10
Koreksi sudut = 0 39 10
4
= 0 9 47.5

Koreksi sudut luar:


S12 = 283

09

32.5

S23 = 259

39

57.5

S34 = 266

50

17.5

S41 = 270

20

12.5

2. Pengolahan data
s = 1079 20 50
Koreksinya =

s - (n + 2) x 1080..................... n = 4

fs = 1080 00 00 - 1079 20 50
= 0 39 10
Sehingga koreksi yang harus diberikan pada masing masing sudut adalah senagai
berikut :
Fs = fs / n
= 0 39 10 / 4
= 0 9 47.5
Dengan demikian masing masing sudut polygon dikurangi = 0 9 47.5
Didapat :

16

Sudut Horisontal
Titik

Luar
Koreksi

Setelah
Dikoreksi

276 31 15
0 6 30

276 24 45

II

249 21 15
0 6 30

249 14 45

III

302 01 00
0 6 30

301 54 30

IV

252 32300
0 6 30

252 26 00

I
S = 1080 26 00
Setelah koreksi S = 00 00 00

Diketahui dari hasil pengukuran dilapangan : 12 = 110 50 25


Sehingga :
23 = 12 + SII + 180 - 360 00 00
= 12 + 180 + S23 (koreksi) - 360 00 00
= 110 50 25 +180 + 259 39 57.5 - 360 00 00
= 451 30 22.5 - 360 00 00
= 91 30 22.5

34 = 32 + SIII + 180 - 360 00 00


= 23 + 180 + SIII (koreksi) - 360 00 00
= 91 30 22.5 + 180 + 266 50 17.5 - 360 00 00
= 538 20 40 - 360 00 00
= 178 20 40

17

41 = 43 + SIV + 180 - 360 00 00


= 34 + 180 + SIV (koreksi) - 360 00 00
= 178 20 40 + 180 + 270 20 12.5 - 360 00 00
= 628 40 52.5 - 360 00 00
= 268 40 52.5
Kontrol :
12 = 14 + SI + 180 - 360 00 00
= 41 + 180 + SI (koreksi) - 360 00 00
= 268 40 52.5 + 180 + 283 9 32.5 - 360 00 00
= 731 50 25 2 . 360 00 00
= 110 50 25
Hasil perhitungan sesuai dengan dalil yang berlaku dalam perhitungan polygon
tertutup, yaitu bahwa hasil pehitungan akan kembali sama dengan sudut azimuth yang
dipakai patokan.
Sebagaimana didapat :
Titik
I

II

III

IV

Sudut Horisontal
Luar
Koreksi

Setelah
Dikoreksi

276 31 15
0 6 30

276 24 45

249 21 15
0 6 30

249 14 45

302 01 00
0 6 30

301 54 30

252 32300
0 6 30

252 26 00

Azimuth ()

9 28 20

78 43 5

200 37 35

81 54 20

I
S = 1080 26 00
Setelah koreksi S = 00 00 00

18

3. PERATAAN JARAK
Titik

Sudut Horisontal
Luar
Koreksi

Azimuth ()

283 9 32.5

11 50 25

34,47

7,0727

259 39 57.5

91 30 22.5

21,00

20,0003

266 50 17.5

178 20 40

33,00

32,9711

270 20 12.5

268 40 52.5

18,05

Jarak (d)

d sin

I
II
III
IV
I

106,52 = -0.114

A. Perataan d sin
i) d12 sin 12

= 21.700 x sin 11 50 25
= 4.453

ii) d23 sin 23 = 37.700 x sin 91 30 22.5


= 37.687
iii) d34 sin 34 = 18.500 x sin 178 20 40
= 0.535
iv) d41 sin 41 = 42.800 x sin 268 40 52.5
= 42.789
Koreksi d sin

fx = ( d12 / d ) x -0.114
= ( 21.700 / 120.700) x -0.114
= - 0.020
Sehingga

: d12 sin 12 - ( - 0.020)


: 4.453+ 0.020
: 4.473

19

fx = ( d23 / d ) x -0.114
= ( 37.700 / 120.700) x -0.114
= - 0.036
Sehingga

: d23 sin 23 - ( - 0.036)


: 37.687 + 0.036
: 37.723

fx = ( d34 / d ) x -0.114
= ( 18.500 / 120.700) x -0.114
= -0.017
Sehingga : d34 sin 34 - ( - 0.017)
: 0.535 + 0.017
: 0.552

fx = ( d41 / d ) x -0.114
= ( 42.800 / 120.700) x -0.114
= -0.041
Sehingga

: d12 sin 12 - ( - 0.041)


: 42.789 + 0.041
: - 42.748

Titik
I
II
III
IV
I

Sudut Horisontal
Luar
Koreksi
283 9 32.5

Azimuth ()

Jarak (d)

d sin
koreksi

11 50 25

21.700

4.473

91 30 22.5

37.700

37.723

178 20 40

18.500

0.552

268 4052.5

42.800

42.748

259 39 57.5
266 50 17.5
270 20 12.5
283 9 32.5
d =120,700

d sin =0

Karena jumlah d sin setelah dikoreksi telah sama dengan nol, maka perhitungan benar.

20

B. Perataan d cos
i) d12 cos 12 = 21.700 x cos 11 50 25
= 21.238
ii) d23 cos 23 = 37.700 x cos 91 30 22.5
= - 0.991
iii) d34 cos 34 = 18.500 x cos 178 20 40
= -18.492
iv) d41 cos 41 = 42.800 x cos 268 4052.5
= 0.985

Titik
I

Sudut
Horisontal
Luar
Koreksi
283 9 32.5

II

259 39 57.5

III

266 50 17.5

IV
I

Azimuth ()

Jarak (d)

d cos

11 50 25

21.700

21.238

91 30 22.5

37.700

- 0.991

178 20 40

18.500

-18.492

268 4052.5

42.800

0.985

270 20 12.5
283 9 32.5
d =
120,700

d cos
=0.770

Koreksi d cos

fx = ( d12 / d ) x 0.770
= ( 21.700 / 120.700) x 0.770
= 0.138
Sehingga

: d12 cos 12 - 0.138


: 21.238 - 0.138
: 21.100

21

fx = ( d23 / d ) x 0.770
= ( 37.700 / 120.700) x 0.770
= 0.241
Sehingga

: d23 cos 23 - 0.241


: - 0.991 0.241
: - 1.232

fx = ( d34 / d ) x 0.770
= ( 18.500 / 120.700) x 0.770
= 0.118
Sehingga

: d34 cos 34 - 0.118


: -18.492 0.118
: -18.610

fx = ( d41 / d ) x 0.770
= ( 42.800 / 120.700) x 0.770
= 0.273
Sehingga

: d12 sin 12 - 0.273


: - 0.985 0.273
: - 1.258

Sudut Horisontal
Luar
Koreksi
283 9 32.5

II

259 39 57.5

Titik

III

266 50 17.5

IV

270 20 12.5

283 9 32.5

Azimuth ()

Jarak (d)

d cos
koreksi

11 50 25

21.700

21.100

91 30 22.5

37.700

- 1.232

178 20 40

18.500

-18.610

268 4052.5

42.800

- 1.258

d = 120,700

d cos =0

Karena jumlah d cos setelah dikoreksi telah sama dengan nol, maka perhitungan benar.

22

Sudut Horisontal
Luar
Koreksi
283 9 32.5

II

259 39 57.5

Titik

III

266 50 17.5

IV

270 20 12.5

Azimuth ()

Jarak (d)

d sin
koreksi

d cos
koreksi

11 50 25

21.700

4.473

21.100

91 30 22.5

37.700

37.723

- 1.232

178 20 40

18.500

0.552

-18.610

268 4052.5

42.800

42.748

- 1.258

283 9 32.5
d =
120,700

d sin
=0

d cos
=0

Perhitungan Koordinat
Koordinat titik I telah ditentukan sebesar ( 1,000 , 1,000). Sehingga koordinat titik
lain dapat ditentukan, dengan :
* Koordinat titik II (x,y) :
x2

= x1 + d sin koreksi
= 1,000 + 4.473
= 5.473

y2

= y1 + d cos koreksi
= 1.000 + 21.100
= 22.100

Jadi koordinat titk II (5.473 , 22.100)


* Koordinat titik III (x,y) :
x3

= x2 + d sin koreksi
= 5.473 + 37.723
= 43.196

y3

= y2 + d cos koreksi
= 22.100 + (- 1.232)
= 20.868

Jadi koordinat titk III (43.196 , 20.868)


23

* Koordinat titik IV (x,y) :


x4

= x3 + d sin koreksi
= 43.196 + 0.552
= 43.748

y4

= y3 + d cos koreksi
= 20.868 + (-18.610)
= 2.258

Jadi koordinat titk II (43.748 , 2.258)


Cek kesesuaian
* Koordinat titik IV (x,y) :
x1

= x4 + d sin koreksi
= 43.748 + ( 42.748)
= 1,000

y1

= y4 + d cos koreksi
= 2.258+ (- 1.258)
= 1.000

Karena hasil dari cek kesesuaian sama dengan koordinat awal yang telah ditentukan,
maka perhitungan benar.

24

A. PENGUKURAN WATERPASS
1. Hasil Pengukuran di Lapangan
Pembacaan Skala
BA

Belakang
BT

BB

BA

Muka
BT

BB

1.295

1.252

1.210

1.370

1.300

1.250

1.953

1.902

1.850

0.845

0.723

0.600

2.500

2.060

1.600

0.695

0.650

0.603

0.680

0.605

0.530

3.252

3.116

2.982

Titik
I
II
III
IV

2. Kontrol Hasil Dengan Rumus BT = (BA+B) / 2


Kontrol

Kontrol

BELAKANG
Titik
BA

BT

BB

BT=
(BA+BB)/
2

1.295

1.252

1.210

1.253

1.953

1.902

1.850

2.500

2.048

0.680

0.605

MUKA

Kontrol
-BT

Kontrol
-BT

BA

BT

BB

BT=
(BA+BB)/
2

-0.001

1.370

1.309

1.250

1.310

-0.001

1.902

0.000

0.845

0.723

0.600

0.723

0.000

1.600

2.050

-0.002

0.695

0.650

0.603

0.649

0.001

0.530

0.605

0.000

3.252

3.116

2.982

3.117

-0.001

I
II
III
IV

Karena kelebihan maupun kekurangan hasil bacaan Benang Tengah (BT) tidak lebih
dari 0,002 maka hasil bacaan dapat dikatakan memenuhi syarat untuk diolah lebih lanjut.
3. PERHITUNGAN BEDA TINGGI
Beda tinggi sebelum dikoreksi.

BA

Belakang
BT

BB

BA

Muka
BT

BB

Beda
Tinggi
Sebelum
Koreksi

1.295

1.252

1.210

1.370

1.300

1.250

-0.048

1.953

1.902

1.850

0.845

0.723

0.600

1.179

2.500

2.060

1.600

0.695

0.650

0.603

1.410

0.680

0.605

0.530

3.252

3.116
2.982
-2.511
beda tinggi = 0.030

Pembacaan Skala

Titik
I
II
III
IV

25

Dari perhitungan jumlah beda tinggi didapat selisih beda tinggi sebesar 0,030.
Dimana diharapkan selisih beda tinggi adalah = 0 , sehingga diperlukan factor koreksi.

Perhitungan Koreksi
beda tinggi / n = 0,030 / 4 = 0,0075 0.007 atau 0,008
Jadi masing-masing perhitungan beda tinggi tersebut harus dikurangi sebesar

0,007 atau 0,008 agar menghasilkan beda tinggi = 0


Sehingga menjadi :
Beda tinggi III

= - 0,048 0,008
= - 0,056

Beda tinggi IIIII

= 1,179 0,007
= 1,172

Beda tinggi I II

= 1,410 0,007
= 1,403

Beda tinggi I II

= - 2,511 0,008
= - 2,519

Beda tinggi setelah dikoreksi.

BA

Muka
BT

BB

Beda
Tinggi
Sebelu
m
Koreksi

Pembacaan Skala
Titik
BA

Belakang
BT
BB

Faktor
Koreks
i

Beda
Tinggi
Sesudah
Koreksi

I
1.295

1.252

1.210

1.370

1.300

1.250

-0.048

0.008

-0.056

1.953

1.902

1.850

0.845

0.723

0.600

1.179

0.007

1.172

2.500

2.060

1.600

0.695

0.650

0.603

1.410

0.007

1.403

0.680

0.605

0.530

3.252

3.116

2.982

-2.511

0.008

-2.519

II
III
IV

4. PERHITUNGAN ELEVASI
Dari perhitungan beda tinggi yang telah dikoreksi di atas akan dihitung elevasi dari
masing-masing titik, yakni titik II, III, dan IV dimana elevasi titik I telah diketahui
sebesar +150,000.
26

Elevasi Titik II = Elevasi Titik I + Beda Tinggi I-II


= +150,000 + (-0,056)
= + 149,944
Elevasi Titik III= Elevasi Titik II + Beda Tinggi II-III
= +149,944+ 1,172
= + 151,116
Elevasi Titik IV = Elevasi Titik III + Beda Tinggi III-IV
= +151,116 + 1,403
= + 152,519
Cek kesesuaian
Elevasi Titik I = Elevasi Titik IV + Beda Tinggi IV-I
= +152,519 + (-2, 519)
= + 150,000
Hasil cek kesesuaian cocok dengan elevasi yang telah ditentukan berarti perhitungan
benar.
Beda
Tinggi
Sebelu
m
Koreksi

Faktor
Koreks
i

1.295 1.252 1.210 1.370 1.300 1.250

-0.048

0.008

-0.056

1.953 1.902 1.850 0.845 0.723 0.600

1.179

0.007

1.172

2.500 2.060 1.600 0.695 0.650 0.603

1.410

0.007

1.403

0.680 0.605 0.530 3.252

-2.511

0.008

-2.519

Pembacaan Skala
Titik
BA

Belakang
BT
BB

BA

Muka
BT

BB

Beda
Tinggi

Elevasi

Sesudah
Koreksi

+150,000

II

+149,944

III

+151,116

IV

+152,519
3.116

2.982

+150,000
Dari hasil perhitungan waterpass didapat beda tinggi antar titik (sebagai koordinat
sumbu) sehingga secara keseluruhan didapat tabel sebagai berikut.

27

Anda mungkin juga menyukai