Anda di halaman 1dari 18

TUGAS ILMU LINGKUNGAN

DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP LINGKUNGAN DI


KABUPATEN KETAPANG, KALIMANTAN BARAT

Disusun Oleh :
FADHIL TOMODIHARJO (D1101141008)
BAGUS EKO NUGROHO (D1101141014)
ADINDA PUTRI (D1101141007)
MUHAMMAD ABDUL WAHID (D1101141011)
NORMANZAH (D1101141013)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan segala puji bagi Allah swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan Di Kabupaten Ketapang
Kalimantan Barat dengan baik dan tepat waktu. Salawat dan salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Kami berusaha agar
makalah yang berjudul Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan Di
Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat dapat terpenuhi dan terwujud semaksimal
mungkin dalam makalah ini.
Kami Merasa perlu untuk menyusun makalah tersebut sebagai tugas yang
diberikan oleh dosen Ilmu Lingkungan. Harapan kami, semoga makalah yang
kami susun dapat berguna dan sebagai bahan pembelajaran dalam mempelajari
Ilmu Lingkungan.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
dosen bahasa Indonesia agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan buku ini, demikian pula rekan-rekan yang telah
memberikan sumbangan saran kepada kami dalam menyusun buku ini semoga
konstribusi yang telah diberikan menjadi ladang amal yang tiada terputus hingga
hari kiamat. Amin.

Pontianak, Mei 2015

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................2
BAB II..................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1. Dampak Pertambangan......................................................................3
2.2. Potensi Pertambangan di Kabupaten Ketapang........................................4
2.3. Tahap Penambangan.........................................................................4
2.4. Peraturan Pemerintah yang Menyangkut Lingkungan................................6
BAB III.................................................................................................... 7
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.....................................................7
3.1. Tujuan Penelitian............................................................................. 7
3.2. Manfaat Penelitian...........................................................................7
BAB IV.................................................................................................... 7
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................7
4.1. Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap Lingkungan...........8
4.2. Community Development dan Corporate Social Responsibility..................10
4.3. Strategi Pengelolaan Dampak Kegiatan Pertambangan di Kabupaten Ketapang
...................................................................................................... 10
BAB V................................................................................................... 13
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................13
5.1. Kesimpulan.................................................................................. 13
5.2. Saran.......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara geografis Kabupaten Ketapang berada di bagian selatan Provinsi
Kalimantan Barat dan merupakan kabupaten terluas di Kalimantan Barat yang
memiliki luas wilayah secara keseluruhan mencapai 31.588 km 2 dengan luas
daratan 30.099 km2 dan luas perairan 1.489 km2. Wilayah Kabupaten Ketapang
dengan ibukota di Ketapang, terdiri atas dua puluh kecamatan, lima kelurahan,
dan dua ratus enam belas desa dengan Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten
Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sekadau dan Kabupaten
Melawi;Bagian selatan berbatasan dengan Laut Jawa; Bagian barat berbatasan
dengan Kabupaten Kayong Utara dan Laut Natuna, Bagian timur berbatasan
dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Melawi.
Ibarat jamur di musim hujan, begitu perumpamaan pembangunan industri
pertambangan di Kalimantan Barat. Suburnya investasi di dunia keruk-mengeruk
sumber daya alam ini, ternyata tidak dibarengi dengan kebijakan reklamasi lahan
sesuai amanat undang-undang. Akibatnya, dampak sosial dan lingkungan menjadi
perkara besar yang tak kunjung berjawab.
Hingga kini, tercatat sebanyak 673 Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang
dikeluarkan pemerintah provinsi Kalimantan Barat maupun kabupaten/kota di atas
lahan seluas 6,4 juta hektar. Sampai Juli 2013, realisasi bagi hasil Pendapatan
Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk provinsi maupun kabupaten/kota yang
diperoleh dari sektor pertambangan mencapai Rp262.807.832.477.
Kendati demikian, besaran IUP yang dikeluarkan itu memberikan sinyal
merah tentang kerusakan lingkungan. Terlebih, metode pertambangan
terbuka (open pit mining), paling banyak diterapkan dalam banyak bisnis
pertambangan di Kalbar.
Hal lain yang tidak boleh diabaikan adalah dampak negatif terhadap
kualitas lingkungan. Tidak dapat di pungkiri bahwa aktivitas pertambangan dapat
dipastikan
menyebabkan
rendahnya
kualitas
lingkungan.
Untuk
mengendalikan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas
perusahaan tambang tersebut maka diperlukan kontrol yang kuat dari seluruh
steakeholder (perusahaan, pemerintah dan seluruh masyarakat). Mengingat
besarnya potensi negatif atas pertarnbanqan maka tanggung jawab perusahaan
untuk meminimalkan dampak negatif tersebut adalah dengan
menyusun
1

dokumen analisis dampak lingkungan, menyusun rencana pengelolaan


lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan yang juga di dalamnya
terdapat program program kepedulian bagi masyarakat sekitar tambang
agar tidak hanya merasakan dampak negatif saja akan tetapi juga
merasakan
manfaat
atas aktivitas pertambangan disekitarnya. Bentuk
kepedulian perusahaan tambang adalah dengan mengembangkan Corporate
Social Responcibility yang dapat memberikan
manfaat langsung bagi
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya seperti penanggulangan
kemiskinan, membantu dalam menyediaan fasilitas kesehatan, pendidikan,
beasiswa, peningkatkan skill, peningkatan daya beli masyarakat sekitar
tambang, memberikan pelatihan agar masyarakat sekitar tambang mempunyai
daya saing, dan membantu membangun infrastruktur yang sangat diperlukan
oleh masyarakat tennasuk di dalamnya fasilitas air bersih. Berdasarkan uraian
di atas, maka akan dikaji berbagai dampak dari kegiatan pertambangan
batubara di Kabupaten Ketapang. Dampak yang dimaksud dalam kajian ini
tidak dibatasi pada dampak negatif saja tetapi juga dampak positif yang timbul
oleh aktivitas pertambangan.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana dampak pertambangan terhadap kualitas lingkungan di
Kabupaten Ketapang?
2. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dan
menanggulangi dampak pertambangan di Kabupaten Ketapang?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dampak Pertambangan
2.1.1. Pengertian Dampak
Dampak dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan yang terjadi sebagai
akibat suatu aktivitas dimana aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia,
fisik dan biologi. Lebih lanjut didefinisikan dampak pembangunan terhadap
lingkungan adalh perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan
dan yang diperkirakan akan ada setelah ada pembangunan. Pembangunan yang
dimaksud termasuk kegiatan penambangan yang dapat menimbulkan dampak
terhadap lingkungan secara umum (Soemarwoto.2005).
Dampak yang diakibatkan oleh penambangan menjadi penting bila terjadi
perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar. Adapun kriteria dampak
penting, yaitu : (1) jumlah manusia yang akan kena dampak, (2) luas wilayah
penyebaran dampak, (3) intensitas dan lamanya dampak berlangsung, (4)
banyaknya komponen lingkungan yang terkena dampak, (5) sifat komulatif
dampak, dan (6) berbalik (reversible) atau tidak berbalik (irreversible) dampak
(Raden,dkk.2010).
2.1.2. Dampak Pertambangan terhadap Lingkungan
Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan usaha yang kompleks dan
sangat rumit, sarat risiko, merupakan kegiatan usaha jangka panjang, melibatkan
teknologi tinggi, padat modal dan membutuhkan aturan regulasi yang dikeluarkan
oleh beberapa sektor. Selain itu, kegiatan pertambangan mempunyai daya ubah
lingkungan yang besar sehinggar memerlukan perencanaan total yang matang
sejak tahap awal sampai pasca tambang. Seharusnya pada saat membuka tambang,
sudah harus dipahami bagaimana menutup tambang yang menyesuaikan dengan
tata guna lahan pasca tambang sehingga proses rehabilitasi/reklamasi tambang
bersifat progresif, sesuai rencana tata guna lahan pasca tambang.
Hutan yang ditebang untuk keperluan pertambangan adalah rumah bagi
sejumlah besar organisme. Dengan deforestasi menyebabkan musnahnya habitat

sejumlah besar hewan dan mempertaruhkan kelangsungan hidup sejumlah besar


spesies hewan. Penebangan dari pohon itu sendiri adalah sebuah ancaman besar
bagi beberapa tanaman, pohon, burung dan hewan yang tumbuh di hutan. Hal ini
berpengaruh negatif dengan apa yang disebut keanekaragaman hayati (Anonim A.
2015).
Bahan kimia seperti merkuri, sianida, asam sulfat, arsen dan merkuri metil
digunakan dalam berbagai tahap pertambangan. Sebagian besar bahan kimia yang
dilepaskan ke sungai terdekat akan mencemari air. Terlepas dari pipa yang
digunakan untuk membuang bahan kimia ke dalam air, kemungkinan kebocoran
pipa akan selalu ada (Anonim A.2015)
2.2. Potensi Pertambangan di Kabupaten Ketapang
Hampir di seluruh bagian tanah yang ada di pedalaman mengandung
tambang emas dan bauksit. Hutan adat menurut data kabupaten ketapang adalah
51,647 hektare dari 3.580.900 hektare luas kabupaten Ketapang. Tidak dipungkiri
kontribusi sektor pertambangan beberapa tahun terakhir cukup nyata terhadap
perekonomian kabupaten Ketapang. Lokasi tambang di kabupaten ketapang terus
mengalami perluasan/ekspansi tiap tahun, terutama untuk komoditi bauksit dan
bijih besi. Kegiatan eksploitasi tidak hanya berada di kecamatan kendawangan,
namun pada akhir tahun 2011 mulai memperluas wilayah eksploitasinya hingga ke
kecamatan Simpang hulu dan kecamatan Air Upas. Potensi bahan galian
(tambang) tersebar hampir di seluruh wilayah kecamatan. Kandungan mineral
atau bahan-bahan galian dimaksud antara lain meliputi ; air raksa (hg), antimoni
(sb), bijih besi (fe), bauksit (al2o2), emas (au), timah hitam (pb), timah putih (sn),
pasir zircon (titanium), barit, koalin, pasir kuarsa, talk, andesit, basal, granit,
gambut, batu bara, dan batu kecubung. lokasi jenis mineral kendawangan
antimoni, bauksit, emas, timah hitam, pasir zircon (titanium), barit, kaolin, pasir
kuarsa, andesit, basal, granit, gambut, batu (BPS Ketapang.2013).
Mengingat keberadaan sumberdaya batubara sebagai sumber keuangan
negara, maka ada tuntutan dalam mewajibkan untuk dimanfaatkan secara optimal
dan diamankan dari berbagai dampak negatif seperti kerusakan dan pencemaran
lingkungan agar pembangunan dapat terus berjalan secara berkelanjutan
(sustainable development). Oleh karena itu dalam pelaksanaan kegiatan
pertambangan atau kegiatan sektor lainnya harus dilakukan berbagai tahapan
kegiatan pengelolaan lingkungan dalam berbagai tingkatan kegiatan aktivitas
penambangan, sehingga berbagai kemungkinan dampak-dampak negatif dapat
diminimalkan (walaupun tidak akan 100% menghilangkan dampak) dan
meningkatkan/mengoptimalkan berbagai dampak positif dalam menunjang
kesejahteraan kehidupan masyarakat.

2.3. Tahap Penambangan


Beberapa tahap persiapan penambangan khususnya pada pertambangan
terbuka (open cut mining) adalah kegiatan yang dilakukan sebelum penambangan
yang mencakup (Raden,dkk.2010) :
a. Perintisan (Pioneering)
Perintisan (pioneering) adalah kegiatan persiapan yang mencakup
pembuatan sarana jalan angkut dan penanganan sarana air drainase (saluran).
Dalam pembuatan jalan, lebar dan kemiringan jalan harus sesuai dengan yang
direncanakan sehingga hambatan-hambatan dalam pengangkutan material mineral
dapat diatasi dan tingkat keamanan pengguna jalan lebih terjamin. Untuk
pembuatan jalan dapat dilakukan dengan menggunakan bulldozer
b. Pembersihan lahan (Land Clearing)
Pembabatan (clearing) adalah kegiatan atau pekerjaan pembersihan daerah
yang akan ditambang dari semak-semak, pohon-pohon kecil dan tanah maupun
bongkahan-bongkahan yang menghalangi pekerjaan selanjutnya. Peralatan yang
sering digunakan untuk kegiatan pembersihan tanah tambang adalah tenaga
manusia seperti gergaji, bulldozer, chainsaw, truk cungkil, dan penggaruk (ripper).
Kegiatan pembersihan lahan tambang dari vegetasi penutup tanah dilakukan tanpa
pembakaran (zero burning). Vegetasi hasil pembersihan lahan dikumpulkan dan
dirapikan bersama hasil tebangan pepohonan pada tempat yang telah ditentukan
dan diharapkan dapat menjadi sumber bahan organik.
c. Penggalian dan pemindahan tanah penutup (overburden)
Lapisan tanah penutup merupakan lapisan tanah atau batuan yang berada
di antara lapisan tanah pucuk (top soil) dan lapisan mineral. Pengupasan tanah
penutup (overburden) yang dilakukan pada lapisan tanah penutup biasanya
dilakukan bersama-sama dengan land clearing dan menggunakan bulldozer dan
excavator kelas V700 sampai PC3000. Pekerjaan dimulai dari tempat yang lebih
tinggi (puncak bukit) dan tanah penutup didorong ke bawah kearah tempat yang
lebih rendah sehingga alat dapat bekerja dengan bantuan gaya gravitasi.
Dalam penggalian lapisan penutup juga dapat digunakan bahan peledak
(blasting) apabila lapisan tanah penutup cukup keras dan tidak bisa dibongkar
dengan alat mekanik lainnya.
d. penggalian bahan tambang
Setelah kegiatan penimbunan lapisan tanah penutup (overburden),
selanjutnya dilakukan penggalian bahan tambang. Pekerjaan penggalian bahan
tambang ini menggunakan peralatan berupa bulldozer D85 yang dilengkapi alat
garu. Setelah bahan tambang dibongkar, kemudian bahan tambang dikumpulkan
dengan bulldozer yang memiliki blade. Bahan tambang selanjutnya dimuat
dengan menggunakan excavator untuk dimasukkan kedalam alat angkut dump
trukc HD465 dengan kapasitas 50 ton untuk diangkut ke instalasi pengolahan
bahan tambang.
Untuk menjaga lokasi bukaan tambang agar tetap kering maka di
sekeliling dari lantai bukaan tambang dibuatkan saluran/parit keliling dan sumur
(sump) untuk menampung air tirisan tambang dan ditampung di settling pond
yang telah disediakan atau dapat memanfaatkan lubang bekas bukaan tambang

yang belum ditutup. Sedangkan untuk menghindari air run off dari tanah penutup
di atasnya, maka tiap jenjang dan lereng tanah penutup dibuat saluran drainase.
e. Reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang
Reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang dilakukan setelah
penambang dimulai pada pit tambang berikutnya. Kegiatan ini bertujuan untuk
memulihkan kondisi lahan sehingga mendekati kondisi awal sebelum
penambangan dilakukan. Peraturan Pemerintah no. 76 tahun 2008 menyebutkan
bahwa revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang
rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas
penggunaan kawasan hutan. Selanjutnya Setiawan (1993) dalam Latifa (2000)
mengemukakan syarat-syarat tanaman penghijauan atau reklamasi sebagai
berikut:
1. Mempunyai fungsi penyelamatan tanah dan air dengan persyaratan tumbuh
yang sesuai dengan keadaan lokasi, baik iklim maupun tanahnya.
2. mempunyai fungsi mereklamasi tanah
3. bernilai ekonomis dimasa yang akan datang dan disukai masyarakat.
4. hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Kendala dalam melakukan aktivitas reklamasi lahan pasca tambang adalah
kondisi tanah yang marginal bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini secara
langsung akan memengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk mengatasi masalah
tersebut maka karakteristik fisik, kimia, dan biologi tanah perlu diketahui.
2.4. Peraturan Pemerintah yang Menyangkut Lingkungan
Untuk mengatur pelaksanaan pengelolaan pertambangan secara formal
maka telah diterbitkan beberapa peraturan yang menyangkut dan mengatur
penegelolaan suatu kegiatan pertambangan, baik yang diterbitkan oleh pemerintah
pusat (UU, PP, Kepres, Kepmen, dll) dan juga yang diterbitkan oleh pemerintah
daerah propinsi dan kabupaten berupa perda-perda yang berkaitan dengan
pengelolaan pertambangan, Adapun peraturan perundang-undangan tersebut
antara lain :
1. UU no. 11 tahun 1967 tentang pokok-pokok pertambangan
2. UU no. 32 tahun 2009 tentang pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup
3. PP no. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
4. KEPMEN Lingkungan Hidup no. 17 tahun 2001 tentang jenis rencana usaha
dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL
5. KEPMEN Lingkungan Hidup no. 02 tahun 2000 tentang panduan penilaian
dokumen AMDAL
6. KEPMEN Lingkungan Hidup no. 12 tahun 1994 tentang panduan penyusunan
rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan
(RPL)
7. KEMEN Lingkungan Hidup no. 08 tahun 2000 tentang keterlibatan masyarakat
dan keterbukaan informasi dalam proses AMDAL
8. KEPMEN Lingkungan Hidup no. 09 tahun 2000 tentang pedoman penyusunan
AMDAL
9. KEPMEN Lingkungan Hidup no. 02 tahun 1988 tentang baku mutu udara
ambien

10. KEPMEN Lingkungan Hidup no. 51 tahun 1995 tentang baku mutu limbah
cair bagi kegiatan industri.
11. KEPRES no. 32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung
12. KEPMEN Lingkungan Hidup no. 113 tahun 2003 tentang baku mutu air
limbah cair bagi kegiatan dan/atau usaha pertambangan batubara.

BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui dampak lingkungan akibat kegiatan penambangan di Kabupaten
Ketapang.
2. Menyusun Strategi Penanggulangan dampak pertambangan yang perlu
dilaksanakan oleh perusahaan pertambangan di Kabupaten Ketapang.
3.2. Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian dan penyusunan laporan ini, peneliti
mengaharapkan :
1. Hasil kajian ini sebagai salah satu bahan masukan bagi pihak Pemerintah
Daerah (terutama bagi stakeholders seperti Bapedalda, Dinas Pertambangan dan
Energi, dan badan pengelolaan Ijin Terpadu) untuk menilai dampak pertambangan
terhadap kualitas lingkungan sehingga menjadi pertimbangan dalam pengawasan
dan pengeluaran ijin penambangan bahan tambang.
2. Menemukan kondisi kerusakan lingkungan alam akibat aktivitas pertambangan
3. Adanya strategi penanggulangan dampak lingkungan akibat aktivitas
pertambangan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Dampak Kegiatan Pertambangan Terhadap
Lingkungan
Kegiatan pertambangan di wilayah Kabupaten Ketapang membawa
dampak negatif terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil analisis laboratorium
(Anonim B.2014) terhadap sampel tanah di lokasi reklamasi, menunjukkan bahwa
kandungan mineral dan elemen-elemen lain untuk mendukung pertumbuhan
tanaman sangat rendah. Inilah yang memicu pertumbuhan tanaman karet (Hevea
brasiliensis) hanya sebesar pergelangan tangan orang dewasa dalam jangka waktu
enam tahun.
Lebih lanjut hasil analisis laboratorium terhadap air di sekitar lokasi
reklamasi juga menunjukkan adanya kepekatan warna yang tinggi, kekeruhan, dan
kandungan organik yang ada di dalam air. Tingkat warna dan kekeruhan yang
tinggi dapat dikaitkan dengan pencucian bijih material atau peralatan, sementara
kandungan organik yang tinggi dapat disebabkan oleh bahan organik atau humus
yang terbawa ke sungai akibat pembukaan lahan dan erosi.
Kandungan organik yang tinggi pada sumber air dapat menyebabkan
penipisan konsentrasi oksigen terlarut, sehingga dapat membunuh kehidupan
tumbuhan dan satwa air. Perairan yang sangat keruh meningkatkan kemampuan
air untuk mempertahankan virus, bakteri dan protozoa, yang dapat menyebabkan
masalah lambung bagi masyarakat lokal jika mengonsumsi air tersebut.

Gambar 4.1. Kondisi sungai di sekitar areal penambangan (sumber : Sampan


Kalimantan)
Lebih serius lagi, partikel-partikel ini dapat mempertahankan kandungan
logam berat, pestisida, dan senyawa beracun organik lainnya yang mungkin telah
digunakan di dalam proses pertambangan.
PP 78 tahun 2010 sebenarnya sudah mewajibkan perusahaan untuk
melaksanakan reklamasi. Namun, kebijakan ini tidak menjawab permasalahan
pada tingkat praktik seperti tergesernya lahan-lahan pertanian, fasilitas publik,
penurunan kuliatas air, banjir, pendangkalan alur sungai, dan penyumbang
deforestasi dan degradasi lahan.
Oleh sebab itu, kebijakan daerah tentang reklamasi harus dirancang dan
didesain yang terfokus pada pemberian jawaban atas kekosongan hukum,
penajaman fungsi instansi terkait, dan memposisikan masyarakat sebagai bagian
dari desain regulasi.
Jika dikaji lebih mendalam kondisi kerusakan lingkungan yang lainnya
juga mendapatkan penilaian yang tinggi dari masyarakat diantaranya kegiatan
eksploitasi membawa dampak terhadap terjadinya banjir, masuknya limbah
tambang ke lahan pertanian, rusaknya jalanan umum akibat mobilisasi bahan dan
peralatan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dan adanya lubang yang tidak
dapat ditutup kembali oleh perusahaan.

Gambar 4.2 Aktivitas pengerukan sumber daya alam di Ketapang, Kalimantan


Barat
Dampak terhadap kebisingan merupakan dampak negatif langsung dari
aktivitas pertambangan dengan menggunakan kendaraan pengangkut yang
beroperasi baik pada tahap persiapan, konstruksi, operasi maupun pada tahap
pasca operasi. Kendaraan perusahaan yang lalu lalang akan menimbulkan
kebisingan terhadap para pekerja (karyawan perusahaan) dan masyarakat sekitar.
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu
dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Amalia dan Lanjahi.2013).

10

Gambar 4.3. Kendaraan berat sedang mengeruk sumber daya alam di Kabupaten
Ketapang, Kalimantan Barat
4.2. Community Development dan Corporate Social Responsibility
Sesuai dengan peraturan pemerintah no. 23 tahun 2010 tentang
pelaksanaan usaha pertambangan mineral dan batubara setiap perusahaan harus
memiliki program pemberdayan masyarakat (Community Development) dan
Corporate Social Responsibility (CSR). Wujud kepedulian tersebut dilakukan
perusahaan dalam berbagai bentuk bantuan. Ismet Siswadi selaku humas PT.
Harita mengatakan bahwa Pembangunan dan kesejahteraan masyarakat setempat
tetap menjadi perhatian. Selain membangun infrastruktur maupun sarana
prasarana, perusahaan juga memberikan bantuan modal kepada masyarakat.
Pengoptimalan CSR dan Community Development dilakukan dengan cara
memberi bantuan pertanian di Jelai Hulu, bantuan permodalan ikan termasuk
kolam ikan, kemudian bantuan-bantuan jalan maupun genset.
4.3. Strategi Pengelolaan Dampak Kegiatan Pertambangan di Kabupaten
Ketapang
Strategi Pengelolaan dampak kegiatan pertambangan harus di susun
secara matang bagi setiap pihak yang terkait, diantaranya :

1. Bagi Pemerintah
a. Mengevaluasi kinerja perusahaan pertambangan yang telah beroperasi
dalam melakukan kegiatan penambangan pada setiap tahapan. Mulai
tahapan pra konstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi.
b. Badan perizinan dan pertanahan agar meneliti dengan baik terhadap
perusahaan yang ijin lahannya timpang tindih, baik pertambangan yang
satu dengan yang lainnya maupun antara perusahaan dengan usaha
perkebunan baik kelapa sawit maupun perkebunan karet yang saat ini
menjadi komoditas unggulan di dinas perkebunan.
c. diharapkan pemerintah daerah Kabupaten Ketapang dan DPRD segera
merampungkan Peraturan Daerah tentenag Pertambangan Umum di
wilayah Kabupaten Ketapang
d. Selanjutnya memberikan snaksi yang tegas kepada perusahaan-perusahaan
yang tidak memenuhi kewajibannya dalam melakukan reklamasi dan
revegetasi lahan bekas tambang yang selama ini jarang/tidak pernah
dilakukan.

11

2. Bagi Perusahaan
a. Menginventarisasi lahan-lahan milik masyarakat yang akan dibebaskan
untuk kegiatan pertambangan dengan memberikan ganti rugi lahan dan
tanam tumbuh yang memadai sesuai dengan kesepakatan antara
perusahaan dan masyarakat pemilik lahan yang difasilitasi oleh pemerintah
setempat.
b. Mengadakan sosialisasi kepada masyarakat sekitar pertambangan tentang
rencana pembukaan usaha tambang di sekitar permukiman agar
masyarakat mengetahui dan memahami dampak penambangan di
wilayahnya.
c. Memberikan kesempatan yang lebih besar kepada masyarakat lokal untuk
direkrut sebagai karyawan perusahaan sesuai dengan keahlian yang
dimiliki.
d. Pembersihan lahan untuk bukaan tambang dan pembangunan sarana dan
prasarana penunjang lainnya dilakukan tanpa pembakaran untuk
menghindari punahnya satwa-satwa yang ada di dalamnya. Biomassa
vegetasi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan
kualitas tanah pada saat kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan
dilakukan. Biomassa vegetasi yang dibuka dapat dimanfaatkan secara
langsung dengan mencampur secara langsung pada saat pembongkaran
tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup dilakukan untuk selanjutnya di
backfilling pada lubang bekas penambangan.
e. membangun settling pond pada setiap PIT Tambang, ruas jalan angkut
(hauling road) untuk mengurangi aliran permukaan run off dan erosi
masuk ke badan air secara langsung. Pada settling pond diberikan
perlakuan koagulan berupa tawas untuk mempercepat pengendapan bahan
sediomen sebelum airnya di buang ke lingkungan. Sedangkan untuk
mengatasi air asam tambang diberikan perlakuan kapur sesuai dengan taraf
yang dibutuhkan.
f. Membangun fasilitas oil trap untuk menampung ceceran oli dan minyak
agar tidak masuk ke dalam badang perairan.
g. Limbah cair dan lumpur yang akan dipompa ke luar dari lubang tambang
saat penambangan berlangsung, dialirkan ke saluran drainase yang telah
dibuat untuk segera dimasukkan ke settling pond sebelum airnya dibuang
ke lingkungan.
h. Melakukan pengontrolan dan pemeriksaan kualitas air dan kualitas udara
secara berkala sesuai peraturan yang ada disekitar permukiman masyarakat
dan lokasi penambangan.

12

i. Menutup lubang tambang pada lahan yang selesai ditambang dengan


mengembalikan tanah pucuk dan tanah penutup (back filling)
j. Melakukan reklamasi dan revegetas lahan bekas penambangan melalui
peningkatan kualitas tanah dengan pemberian kapur dan pupuk (organik
dan anorganik), yang selanjutnya menanam tanaman penutup tanah yang
cepat tumbuh seperti rerumputan dan tanaman tahunan on kehutanan
(hortikultura) pada kawasan tambang non budidaya kehutanan (KBNK).
k. Pengangkutan peralatan tambang yang melewati jalan umum dilakukan
pada malam hari dan mendahulukan kendaraan umum jika terdapat
kendaraan umum yang akan lewat.
l. Melakukan penyiraman jalan tambang minimal dua kali sehari terutama
jalan tabang yang dekat dengan permukiman masyarakat saat kegiatan
angkut bahan tambang berlangsung
m. Melakukan reklamasi dan revegetasi lanjutan pada lahan bekas
penambangan yang belum ditutup. Pemeliharaan tanaman revegetasi
dilakukan selama tiga tahun setelah penambangan berakhir untuk
memberikan kesempatan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan
yang baik tanaman revegetasi.
n. bagi lubang tambang yang tidak bisa ditutup karena kekurangan tanah
penutup, dapat diarahkan melalui pengembangan wisata alam atau
perikanan budidaya tambak untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
setempat.
o. Pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi karyawan tambang dilakukan
dengan terlebih dahulu membekali keterampilan untuk berwirausaha
sehingga tidak menimbulkan pengangguran baru pasca penambangan.

3. Bagi Masyarakat
a. Diharapkan selalu menyelesaikan masalah konflik sosial di lapangan
dengan cara musyawarah dan mufakat.
b. Membuat program untuk diajukan kepada perusahaan yang dapat dibiayai
melalui program pemberdayaan masyarakat (CSR)
c. Mengevaluasi dan mengontrol program revegetasi dan reklamasi yang
dilaksanakan perusahaan dan disesuaikan dengan dokumen AMDAL,
RKL, dan RPL Perusahaan tersebut.

13

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dirumuskan berbagai kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kegiatan usaha pertambangan memberikan dampak positif dan negatif
terhadap kondisi sosial masyarakat sekitar perusahaan. Dampak negatifnya
adalah kehadiran usaha pertambangan meningkatkan konflik antara
masyarakat, antara masyarakat dan perusahaan yang dipicu oleh masalah
limbah, penerimaan tenaga kerja, masalah tumpang tindih lahan, dan tidak
optimalnya perusahaan dalam melaksanakan program pemberdayaan
masyarakat (comdev). Selain itu, perusahaan tambang juga memberikan
dampak positif terhadap kepedulian pemberian bantuan dan untuk
kegiatan-kegiatan sosial.
2. Kegiatan usaha pertambangan memberikan dampak negatif terhadap
lingkungan fisik, kimia, dan biologi. Kerusakan-kerusakan tersebut
diantaranya kerusakan bentang alam, penurunan kesuburan tanah,
rusaknya flora-fauna endemik, meningkatnya polusi udara dan debu, erosi
dan sedimen yang memicu banjir, kebisingan, rusaknya jalan umum yang
digunakan untuk memuat alat-alat berat perusahaan, dan adanya limbah
yang dapat masuk ke lahan-lahan pertanian dan sungai sehingga merusak
biota perairan dan sumber air yang digunakan untuk air bersih (minum)
dan mencuci.
3. Program pengembangan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
perusahaan tambang didominasi oleh pembangunan infrastruktur,
pemberian beasiswa dan bantuan di bidang kesehatan.
5.2. Saran
1. Disarankan perusahaan meningkatkan kepedulian terhadap kehidupan
ekonomi dan sosial masyarakat sekitar perusahaan melalui programprogram pemberdayaan masyarakat, diantaranya melakukan pembinaan
dan peningkatan skill, memberikan bantuan untuk sarana dan prasarana
umum, memprioritaskan pemuda lokal untuk dipekerjakan di perusahaan.
2. Diharapkan kepada perusahaan untuk mentaati AMDAL yyang
didalamnya telah ada rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan usaha

14

pemantauan lingkungan (RPL) dalam mengeliminir dampak kerusakan


lingkungan.
3. Instansi teknis yang bertanggung jawab mengawasi, memonitor, pemantau
dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari aktivitas perusahaan
pertambangan dan insteksi teknis yang memberi izin usaha pertambangan
agar benar-benar mengemban amanah sesuai dengan perundang-undangan
yang ada.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia dan Lanjahi. 2013. Pengaruh Intensitas Kebisingan dan Lama Tinggal
terhadap Derajat Gangguan Pendengaran Masyarakat Sekitar Kawasan
PLTD Telaga Kota Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo.
Anonim A. 2015. http://wedaran.com/6165/dampak-negatif-pertambanganterhadap-lingkungan-hidup/
BPS Ketapang. 2013. http://ketapangkab.bps.go.id/
Latifa, S. 2000. Keragaman Accacia mangium wild pada Lahan Bekas Tambang
Timah (Studi Kasus di areal PT. Timah). Tesis Sekolah Pascasarjana. IPB
: Bogor.
Raden, Ince. Dkk. 2010. Kajian Dampak Penambangan Batubara Terhadap
Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan di Kabupaten Kutai
Kartanegara. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Dalam
Negeri : Jakarta.
Soemarwoto, O. 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada
University Press : Yogyakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai