PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batubara
Sumber Energi
Persentasi
Available Years
Oil
38.6 %
45
Coal
27.3 %
230
Natural Gas
21.6 %
65
Water Power
6.7 %
Nuclear Power
5.7 %
43 (uranium235)
Kelemahan Batubara :
1. Karena komposisi coal adalah CHONS + Ash, coal identik dengan bahan
bakar yang kotor dan tidak ramah lingkungan.
2. Dibanding bahan bakar fosil lainnya, jumlah kandungan C per mol dari
batubara jauh lebih besar.Hal ini meyebabkan pengeluaran CO2 dari
batubara juga jauh lebih banyak. Demikian juga dengan kandungan Sulfur
(S) dan Nitrogen (N) nya yang bila keluar ke udara bebas bisa menjadi
H2SO4 dan H2NO3 yang merupakan penyebab hujan asam.
1. Kimia
2. Biologi
3. Fisik
Salah satu alasan pemilihan CaCO3 adalah harganya yang murah dan mudah
diperoleh. Proses yang terjadi di dalam furnace adalah sebagai berikut :
Metode yang digunakan dalam proses oksidasi ini yaitu Metode Meyer
yang telah dikembangkan. Proses tersebut berdasarkan oksidasi
kandungan sulfur bentuk pirit dalam batubara dengan menggunakan
larutan Ferric sulfate panas, tanpa menghilangkan asam organik.
b) Pereaksi : Fe2(SO4)3
c) Temperature : 100-130oC
c) Energy intensive.
1. Reaksi
Jenis/tipe FGD
1. Hujan Asam
Hujan asam adalah suatu masalah lingkungan yang serius yang benar-
benar difikirkan oleh manusia. Ini merupakan masalah umum yang
secara berangsur-angsur mempengaruhi kehidupan manusia. Istilah
Hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia
menulis tentang polusi industri di Inggris (Anonim, 2001). Tetapi istilah
hujan asam tidaklah tepat, yang benar adalah deposisi asam. Deposisi
asam ada dua jenis, yaitu :
a. Deposisi kering
Deposisi kering ialah peristiwa terkenanya benda dan mahluk hidup oleh
asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena
pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu
deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena
angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi
jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.
b. Deposisi basah
Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi
apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun
hujan dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi
asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung
asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi.
Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh
dari sumber pencemaran. Hujan secara alami bersifat asam karena Karbon
Dioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk
sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat
karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh
tumbuhan dan binatang. Hujan pada dasarnya memiliki tingkat keasaman
berkisar pH 5, apabila hujan terkontaminasi dengan karbon dioksida dan gas
klorine yang bereaksi serta bercampur di atmosfir sehingga tingkat
keasaman lebih rendah dari pH 5, disebut dengan hujan asam.
Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide
(SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui
pembakaran. Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh
dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun
kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50% lainnya berasal dari
kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran BBF, peleburan logam
dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1%
sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang
tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara.
Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat (Soemarwoto
O, 1992).
a.Danau
Hujan asam yang larut bersama nutrisi didalam tanah akan menyapu
kandungan tersebut sebelum pohon-pohon dapat menggunakannya
untuk tumbuh. Serta akan melepaskan zat kimia beracun seperti
aluminium, yang akan bercampur didalam nutrisi. Sehingga apabila nutrisi
ini dimakan oleh tumbuhan akan menghambat pertumbuhan dan
mempercepat daun berguguran, selebihnya pohon-pohon akan terserang
penyakit, kekeringan dan mati.Sebagaimana tumbuhan, hewan juga
memiliki ambang toleransi terhadap hujan asam. Spesies hewan tanah
yang mikroskopis akan langsung mati saat pH tanah meningkat karena
sifat hewan mikroskopis adalah sangat spesifik dan rentan terhadap
perubahan lingkungan yang ekstrim. Spesies hewan yang lain juga akan
terancam karena jumlah produsen (tumbuhan) semakin sedikit. Berbagai
penyakit juga akan terjadi pada hewan karena kulitnya terkena air dengan
keasaman tinggi. Hal ini jelas akan menyebabkan kepunahan spesies.
c. Kesehatan Manusia
d.Korosi
KESIMPULAN
DEZULFURISASI BATUBARA
1. Jig
2. Dense Media , dan Dense Media Cyclones
3. Concentrating Tables
4. Hydrocyclones
5. Froth Flotation
JIG
Froth Flotation
2). Desulfurisasi secara Kimia ( Chemical Coal Cleaning = CCC )
Banyak proses pembersihan sulfur batubara secara Kimia telah dikembangkan dalamm
skala industri , seperti proses Meyers . Proses Meyers adalah proses leaching secara
kimia menggunakan cairan sulfat besi ( ferrisulphate ) yang dapat dibersihkan dan
digunakan kembali ( regenerable ) untuk mengkonversi dan mengambil secara
kimia kandungan sulfur pirit dalam batubara dengan hasil elemen sulfur dan
besi . Tabel di bawah menunjukkan beberapa proses desulfurisasi dalam tahap
pengembangan . Proses kimia ini umumnya hanya mampu menurunkan kadar sulfur
pirit , tetapi tidak untuk sulfur organik dalam batubara . Proses desulfurisasi secara
kimia selanjutnya adalah proses dengan oksidasi , yaitu oksidasi dengan udara . Pada
prinsipnya kadar sulfur dikurangi dengan konversi melalui oksidasi dengan udara
menjadi hasil yang mudah menguap ( terutama sulfur dioksida ) dan sulfur - sulfur
yang mudah larut yang dapat dipindahkan dengan medium air pencuci dalam tahap
berikutnya .