Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN NON-HODGKIN LYMPHOMA (NHL)

A DEFINISI
Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup sistem
limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, dapat dijumpai ekstra
nodal, yaitu diluar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus digestivus,
paru kulit, dan organ lain. (Tambunan,2011)
Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang
berasal dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh
tubuh. Beberapa dari limfoma ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa
tahun), sedangkan yang lainnya menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan).
B KLASIFIKASI
Ada 2 klasifikasi besar penyakit ini yaitu:
1. Limfoma non Hodgkin agresif.
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai
limfoma non Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi. Karena sesuai
dengan namanya, limfoma non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan
cepat. Meskipun nama agresif kedengarannya sangat menakutkan,
limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap
pengobatan.
2. Limfoma non Hodgkin indolen.
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai
limfoma non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai
dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat
lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan
mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat. Tentunya,
mereka sering ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien
mengunjungi dokter untuk sebab lainnya. Dalam hal ini, dokter
mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening pada
pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti
pemeriksaan darah, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal,
kemudian diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma
non Hodgkin. Gejala yang paling sering adalah pembesaran kelenjar
getah bening yang kelihatan sebagai benjolan, biasanya di leher, ketiak
dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin mempunyai

gejala lain dari limfoma non Hodgkin, karena limfoma non Hodgkin
indolen tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak
diantaranya sudah dalam stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.
C ETIOLOGI
Penyebab LNH belum jelas diketahui. Para pakar cenderung
berpendapat bahwa terjadinya LNH disebabkan oleh pengaruh rangsangan
imunologis persisten yang menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak
terkendali. Diduga ada hubungan dengan virus Epstein Barr LNH
kemungkinan ada kaitannya dengan factor keturunan karena ditemukan
fakta bila salah satu anggota keluarga menderita LNH maka risiko anggota
keluarga lainnya terjangkit tumor ini lebih besar dibanding dengan orang
lain yang tidak termasuk keluarga itu. Pada penderita AIDS : semakin
lama hidup semakin besar risikonya menderita limfoma.
Terdapat beberapa fakkor resiko terjadinya LNH, antara lain:
a. Imunodefisiensi
25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan
terjadinya

LNH

antara

lain

adalah:

severe

combined

immunodeficiency, hypogammaglobulinemia, common variable


immunodeficiency, Wiskott

Aldrich

syndrome

dan

ataxia-

telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan kelainankelainan tersebut seringkali dihubungkan pula dengan Epstein Barr
Virus (EBV) dan jenisnya beragam.
b. Agen infeksius
EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic.
Karena tidak pada semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV,
hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkit
belum diketahui. infeksi virus yang menyerang DNA maupun
Limfosit dapat mengubah DNA dan Limfosit menjadi sel-sel
kanker. Virus tersebut diantaranya Epstein-Barr Virus (EBV) dan
HTLV-1 virus.
c. Paparan lingkungan dan pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan resiko
tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini
disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organic.
d. Diet dan Paparan lsinya

Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi


makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan
UV4,5.
D MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :

Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit


Demam
Keringat malam
Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
Gangguan pencernaan dan nyeri perut
Hilangnya nafsu makan
Nyeri tulang
Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang

terkena
Limphadenopaty
Gejala

Penyebab

Kemungkinan

Gangguan

timbulnya gejala
Pembesaran kelenjar getah bening di 20-30%

pernafasan

dada

Pembengkakan
wajah
Hilang

nafsu Pembesaran kelenjar getah bening di 30-40%

makan

perut

Sembelit
Nyeri

berat

perut

atau

perut kembung
Pembengkakan
tungkai
Penurunan

Penyumbatan pembuluh getah bening di 10%


selangkangan atau perut
berat Penyebaran limfoma ke usus halus

10%>

badan
Diare
Malabsorbsi
Pengumpulan
cairan

di

paru-paru
(efusi pleura)

Penyumbatan pembuluh getah bening di 20-30%


sekitar dalam dada

Daerah

kehitaman Penyebaran limfoma ke kulit

10-20%

dan menebal di kulit


yang terasa gatal
Penurunan
berat Penyebaran limfoma ke seluruh tubuh

50-60%

badan
Demam
Keringat di malam
hari
Anemia

Perdarahan

(berkurangnya

pencernaan

jumlah

sel

ke

dalam

saluran 30%,

pada

akhirnya

bisa mencapai 100%

darah Penghancuran sel darah merah oleh

merah)

limpa yang membesar & terlalu aktif


Penghancuran sel darah merah oleh
antibodi abnormal (anemia hemolitik)
Penghancuran sumsum tulang karena
penyebaran

limfoma

Ketidakmampuan sumsum tulang untuk


menghasilkan sejumlah sel darah merah
karena obat atau terapi penyinaran

E PATHWAY
Virus

Merokok

Peternak,
pekerja tani

Sinar UV

Mutasi spontan

Radiasi

Paparan herbisida
& pelarut organik
Bahan
Perubahan genetik
Keganasan limfosit T
Sel Reedberg / sel

Limfoma non

LImfoma Hodgin
Pembesaran
kelenjar
Nutrisi getah Penghancura
Daerah
Penumpukan
Pembengkak Kerusakan
bening
Gg.
rasa
kurang
dari
Gg.
pola
Malabsorpsi
Diare
Kulit
Gg.
Sumsum
Anemia
perfusi
kulit
kehitaman,
n
sel
darah
cairan
diDad
anwajah
UsusGg.
Efusi
pleura
citra integritas
Anoreksia
nafsu
Perut
Perut
nyaman

Pembentuka
nNyeri
antibody
Nyeri Risiko
perut

F TAHAPAN PENYAKIT
Penyebaran Limfoma dapat dikelompokkan dalam 4 stadium. Stadium I
dan II sering dikelompokkan bersama sebagai stadium awal penyakit,
sementara stadium III dan IV dikelompokkan bersama sebagai stadium
lanjut.
a. Stadium I :Penyebaran Limfoma hanya terdapat pada satu kelompok
yaitu kelenjar getah bening.
b. Stadium II :Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih
kelompok kelenjar getah bening, tetapi hanya pada satu sisi
diafragma, serta pada seluruh dada atau perut.
c. Stadium III :Penyebaran Limfoma menyerang dua atau lebih
kelompok kelenjar getah bening, serta pada dada dan perut.
d. Stadium IV :Penyebaran Limfoma selain pada kelenjar getah bening
setidaknya pada satu organ lain juga seperti sumsum tulang, hati,
paru-paru, atau otak.
G PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris
keringat

malam,

penurunan

berat

badan,

limfadenopati

dan

hepatosplenomegali.
2) Tes diagnostik yang dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan

Interpretasi Hasil

Hitung Darah Lengkap:


SDP

Variasi normal, menurun atau meningkat


secara nyata.

Diferensial SDP

Neutofilia, monosit, basofilia dan eosinofilia


mungkin ditemukan. Limfofenia sebagai
gejala lanjut.

SDM dan Hb/Ht

Menurun

Eritrosit:
-

Morfologi SDM

LED

Normositik,

hipokromik

ringan

sampai

sedang.
Meningkat selama tahap aktif (inflamas,

Kerapuhan eritrosit osmotik

Trombosit

malignansi)
Meningkat
Menurun (sum sum tulang digantikan oleh

Test Coomb

Serum:
- Besi serum dan TIBC
- Alkalin fosfatase
- Kalsium serum
- Asam urat serum
- BUN
-

Globulin

limfoma atau hipersplenisme)


Reaksi positif (anemia hemolitik), reaksi
negatif pada tahap lanjut.

Menurun
Meningkat pada eksaserbasi
Mungkin meningkat bila tulang terkena
Meningkat

(destruksi

nukleoprotein,

keterlibatan hati dan ginjal)


Foto thoraks, vertebtara, ekstremitas Mungkin meningkat bila ginjal terlibat.
umum
dapat
proksimal, pelvis dan area tulang nyeri Hipogammaglobulinemia
tekan.

terjadi pada penyakit lanjut.

CT Scan dada, abdominal, tulang

Dilakukan untuk area yang terkena dan


membantu penetapan stadium penyakit.
Dilakukan bila terjadi adenopati hilus dan
memastikan

USG abdominal

keterlibatan

nodus

limfe

mediatinum, abdominal dan keterlibatan


tulang.

Biopsi sum-sum tulang

Mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus


limfe retroperitoneal
Menentukan keterlibatan sum sum tulang,

Biopsi nodus limfe

invasi sum sum tulang terlihat pada tahap


luas

Mediatinoskopi.

Memastikan klasifikasi diagnosa limfoma.


Mungkin dilakukan untuk membuktikan
keterlibatan nodus mediatinal.

H PENATALAKSANAAN
1) Therapy Medik
Konsultasi dengan ahli onkology medik
a. Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)
Tanpa keluhan : tidak perlu therapy
Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal
siklofosfamide dengan dosis permulaan po tiap hari

atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 4 minggu.


Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan

cara pemberian seperti pada LH diatas


b. Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)
Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi

medik adalah sebagai terapy utama


Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik

sebagai therapy anjuran Minimal : seperti therapy LH


Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso
epirubicin, oncovin, prednison (CHOP) dengan dosis:
: Cyclofosfamide

800 mg/m 2 iv hari I

H : hydroxo epirubicin

50 mg/ m 2 iv hari I

O : Oncovin

1,4 mg/ m 2 iv hari I

60 mg/m 2 po hari ke 1 5

: Prednison

Perkiraan selang waktu pemberian adalah 3 4 minggu


c. Lymfoma non hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)
Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy
adjuvant
Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai
therapy utama
Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat
keganasan sedang (CHOP)
Ideal : diberi Pro MACE MOPP atau MACOP B
2) Therapy radiasi dan bedah
Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah,
selanjutnya melalui Tim onkology .
I

KOMPLIKASI
1 Akibat langsung penyakitnya
Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
Mudah terjadi infeksi
2. Akibat efek samping pengobatan
Aplasia sumsum tulang
Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
Neuritis oleh obat vinkristin

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
A. Pengumpulan data
a. Identitas
Nama

Umur
Jenis kelamin
Agama
Suku dan kebangsaan
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Nomor register
Tanggal Masuk Rumah Sakit
Diagnosa medis
b.

Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan adalah nyeri telan.

c. Riwayat penyakit sekarang


Alasan MRS
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami adalah pasien mengeluh
nyeri telan dan sebelum MRS mengalami kesulitan bernafas,
penurunan berat badan, keringat dimalam hari yang terlalu banyak,
nafsu makan menurun nyeri telamn pada daerah lymphoma
Keluhan saat pengkajian
Dilakukan pada waktu melakukan pengkajian yaitu keluhan kesulitan
bernafas, dan cemas atas penyakit yang dideritanya
Riwayat kesehatan Dahulu
Riwayat Hypertensi dan Diabetes mielitus perlu dikaji dan riwayat
d.

Riwayat kesehatan keluarga


Terdapat riwayat pada keluarga dengan penyekit vaskuler : HT penyakit
metabolik :DM atau penyakit lain yang pernah diderita oleh keluarga
pasien

B. Pengkajian sekunder
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang
perlu dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:

Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum


Kehilangan produktivitas dan penurunan tolenrasi aktivitas
Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda:
Penurunan kekuatan, bahu merossot, jalan lamban, dan tan-tanda
2.

lain yang menunjukkan kelelahan.


Sirkulasi:
Gejala:
Palpitasi, nyeri dada
Tanda
Takikardia, disritmia
Sianosis wajah akibat obstruksi drainase vena karena
pembesaran kelenjar limfe (jarang terjadi)
Ikterus sklera/umum akibat kerusakan hati dan obstruksi

3.

duktus empedu (tanda lanjut)


Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
Integritas ego:
Gejala:
Gejala-gejala stres yang berhubungan dengan ancaman kehilangan
pekerjaan, perubahan peran dalam keluarga, prosedur diagnostik
dan terapi serta masalah finansial (biaya pemeriksaan dan

4.

pengobatan, kehilangan pekerjaan)


Tanda:
Perilaku menarik diri, marah, pasif-agresif
Eliminasi:
Gejala:
Perubahan karakteristik urine dan atau feses
Riwayat obstruksi usus, sindrom malabsobsi (infiltrasi

kelj.limfe retroperitoneal)
Tanda:
Nyeri tekan kuadran kanan atas, hepatomegali
Nyeri tekan kuadran kiri atas, splenomegaly
Penurunan haluaran urine, warna lebih gelap/pekat, anuria
(obstruksi uretral, gagal ginjal)
Disfungsi usu dan kandung kemih (kompresi spinal cord pada

5.

gejala lanjut)
Makanan dan cairan:
Gejala:
Anoreksia
Disfagia (tekanan pada esofagus)

Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan 10 %

dalam 6 bulan tanpa upaya diet pembatasan.


Tanda:
Pembengkakan pada wajah, leher, rahang, atau ekstremitas atas
(kompresi vena cava superior)
Edema ekstremitas bawah, asites (kompresi vena cava inferior

oleh pembesaran kelj.limfe intraabdominal)


6. Neurosensori:
Gejala:
Nyeri saraf (neuralgia) yang menunjukkan terjadinya kompresi
akar saraf oleh pembesaran kelenjar limfe pada brakial, lumbar

dan pleksus sacral


Kelemahan otot, parestesia.
Tanda:
Status mental letargi, menarik diri, kurang minat/perhatian
terhadap keadaan sekitar.
Paraplegia (kompresi batang spinal, ketelibatan diskus

7.

intervertebralis, kompresi suplai darah terhadap batang spinal)


Nyeri dan Kenyamanan:
Gejala:
Nyeri/nyeri tekan pada nodus yang terkena misalnya pada sekitar
mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung (kompresi vertebral),

8.

nyeri tulang (keterlibatan tulang limfomatus)


Tanda:
Fokus pada diri sendiri, perilaku hati-hati.
Pernapasan:
Gejala:
Dispnea pada saat aktivitas atau istirahat, nyeri dada.
Tanda:
Dipnea, takipnea
Batuk nonproduktif
Tanda-tanda distres pernapsan (frekuensi dan kedalaman
pernapasan meningkat, penggunaan otot bantu pernapsan,
stridor, sianosis)
Parau (paralisis laringeal akibat tekanan pembesaran kelj.

9.

Limfe terhadap saraf laringeal)


Keamanan:
Gejala

Riwayat infeksi (sering terjadi) karena abnormalitas sistem


imun seperti infeksi herpes sistemik,TB, toksoplasmosis atau
infeksi bakterial.
Riwayat ulkus/perforasi/perdarahan gaster.
Demam Pel Ebstein (peningkatan suhu malam hari sampai
beberapa minggu), diikuti demam menetap dan keringat malam
tanpa menggigil.
Integritas kulit:

kemerahan,

pruritus

umum,

vitiligo

(hipopigmentasi).
Tanda
Demam (suhu tubuh > 380C) menetap dengan etiologi yang
tidak dapat dijelaskan, tanpa gejala infeksi
Kelenjar limfe asimetris, tak nyeri, membengkak/membesar
terutama kelj. limfe servikal (kiri > kanan), nodus aksila dan

mediastinum
Pembesaran tonsil
Pruritus umum
Sebagian area kehilangan melanin (vitiligo)
10. Seksualitas:
Gejala
Masalah fertilitas, kehamilan dan penurunan libido akibat efek
terapi.
11. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
Pengetahuan tentang faktor risiko dalam keluarga.
Pengetahuan tentang faktor risiko lingkungan (pemajanan agen
karsinogenik kimiawi)
12. Data Psikologi
Perlu dikaji karena pasien sering mengalami kecemasan terhadap penyakit
dan prosedur perawatan
13. Data Sosial
Pada klien dengan LNH mungkin terjadi gangguan interaksi sosial karena
perubahan body image sehingga pasien mungkin menarik diri
14. Data Spiritual

Bagaimana persepsi klien terhadap penyakit dan hubungan dengan


agama yang dianut.
C. Pemeriksaan Fisik
Secara umum Meliputi
Keadaan umum pasien
Kesadaran pasien
Observasi tanda tanda vital : tensi, nadi, suhu dan respirasi
TB dan BB untuk mengetahui keadaan nutrisi
Secara khusus :
Dilakukan secara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi yamh
meliputi dari chepalo kearah kauda terhadap semua organ tubuh
antara lain

Rambut
Mata telinga
Hidung mulut
Tenggorokan
Telinga
Leher sangat penting untuk dikaji secara mendetail karena LNH
berawal pada serangan di kelenjar lymfe di leher mel;iputi
diameter (besar), konsistensi dan adanya nyeri tekan atau terjadi

pembesaran
Dada Abdomen
Genetalia
C. Diagnosa keperawatan
1

Pola pernapasan tidak efektif

bronkhial akibat pembesaran kelenjar limfe servikal, mediastinum.


Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik (proses

keganasan) dan perubahan kimiawi tubuh sebagai efek kemoterapi.


Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan efek samping

agen kemoterapi dan radiasi


Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan efek radiasi dan

kemoterapi
Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan kelelahan, kecemasan
dan efek kemoterapi/radiasi.

berhubungan dengan obstruksi trakeo

Kurang pengetahuan tentang penyakit, prosedur diagnostik dan terapi

7
8

berhubungan dengan kurangnya pemaparan informasi.


Kurang nutrisi berhubungan dengan anoreksia, nausea, disfagia
Gangguan konsep diri (gambaran diri) berhubungan dengan perubahan

bentuk/struktur tubuh (pembesaran kelenjar limfe)


Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadkuatan
sistem imunitas tubuh dan terapi imunosupresif (supresi sum-sum tulang

belakang)
10 Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare berhubungan dengan iritasi
mukosa gastrointestinal (efek dari kemoterapi, radiasi)
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1: Pola pernapasan tidak efektif b/d obstruksi trakeo
bronkhial
Tujuan: setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 1 x 8 jam di
harapkan pola napas pasien normal dengan kriteria hasil:
1. Pasien dapat Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
2. Pasien Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal,
tidak ada suara nafas abnormal
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan)
Intervensi dan Rasional
1. Kaji/awasi frekuensi pernapsan, kedalaman, irama, adanya dispnea,
penggunaan otot bantu pernapasan dan gangguan ekspansi dada.

Rasional: Perubahan seperti takipnea, dispnea, penggunaan otot


aksesori dapat mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan kelenjar
limfe mediastinal yang membutuhkan intervensi lebih lanjut.
2. Bantu perubahan posisi secara periodic
Rasional: Meningkatkan aerasi semua segmen paru dan membantu
mobilisasi sekresi
3. Ajarkan teknik napas dalam (bibir, difragma, abdomen)
Rasional: Meningkatkan aerasi semua segmen paru dan membantu
mobilisasi sekresi
4. Kaji/awasi warna kulit, perhatikan adanya tanda pucat/sianosis)
Rasional: Proliferasi SDP dapat menurunkan kapasitas pembawa
oksigen darah dan dapat menimbulkan hipoksemia.
5. Kaji respon pernapasan terhadap aktivitas
Rasional: Penurunan oksigenasi seluler menurunkan toleransi
aktivitas, istirahat menurunkan kebutuhan oksigen dan mencegah
kelelahan dan dispnea.
6. Observasi distensi vena leher, nyeri kepala, pusing, edema preorbital,
dispnea, stridor.
Rasional: Klien LNH dengan sindrom vena cava superior dan
obstruksi jalan napas menunjukkan kedaruratan onkologis.

2. Diagnosa 2: Keletihan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolik (proses keganasan) dan perubahan kimiawi tubuh sebagai
efek kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 8 jam di
harapkan kelelahan pasien teratasi dengan Kriteria Hasil :
1. Pasien menyatakan mampu untuk beristirahat dan peningkatan tenaga
2. Pasien mampu menunjukan faktor yang berpengaruh terhadap
kelelahan.
3. Menunjukan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam
aktivitas.
Intervensi / Implementasi
1. Diskusikan
perencanaan

dengan
dengan

pasien
pasien

kebutuhan
dan

aktivitas.

identifikasi

menimbulkan

Buat
aktivitas

jadwal
yang

kelelahan.

Rasional: Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan


aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2. Berikan aktivitas alternatif denagn periode istirahat yang cukup / tanpa
terganggu.
Rasional: untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
3. Pantau tanda-tanda vital sebelum atau sesudah melakukan aktivitas.
Rasional: untuk mengidentifikasi tingkat aktivitas yang ditoleransi
secara fisiologi.
4. Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan
sebagainya.
Rasional: dengan penghematan energi pasien dapat melakukan lebih
banyak kegiatan.
5. Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai kemampuan atau toleransi pasien.
Rasional: meningkatkan kepercayaan diri / harga diri yang positif
sesuai tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.

3.

Diagnosa 3: Kurang pengetahuan tentang penyakit, prosedur


diagnostik dan terapi berhubungan dengan kurangnya pemaparan
informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 8 jam di
harapkan pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi,efek prosedur
tindakan pengobatan dengan Kriteria Hasil :
1. Pasien dapat melakukan prosedur yang di perlukan dan
menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
2. Pasien dapat merubah gaya hidup yang di perlukan dan ikut serta
dalam regimen perawatan.
Intervensi dan rasional.
1. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional: untuk megetahui seberapa jauh pengalaman dan
pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
2. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit dan kondisinya
sekarang
Rasional: dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang,
klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa
cemas.
3. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanannya.
Rasional: diet dan pola makan yang tepat membantu proses
penyembuhan.
4. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang
telah di berikan
Rasional: mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga
serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
11 4. Diagnosa 4: Kurang nutrisi berhubungan dengan anoreksia, nausea,
disfagia
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 8 jam di
harapkan setelah kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan Kriteria Hasil :
Pasien dapat mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk
meningkatkan dan mempertahankan berat badan yang tepat

Intervensi dan Rasional


1. Beri makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional :Memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori
total

2. Timbang BB sesuai indikasi


Rasional :Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, evaluasi
keadequatan rencana nutrisi
3. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional :Meningkatkan keinginan pasien untuk makan sehingga
kebutuhan kalori terpenuhi
4. Ciptakan lingkungan yang nyaman saat makan
Rasional :Suasana yang nyaman membantu pasien untuk meningkatkan
keinginan untuk makan
5. Beri HE tentang manfaat asupan nutrisi
Rasional :Makanan menyediakan kebutuhan kalori untuk tubuh dan dapat
membantu proses penyembuhan dan meningkatkan daya tahan tubuh

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/276062123/LP-1-NHL
Anonim. Cancer facts & figure. Atlanta: American Cancer Society; 2009.
Anonymous. 2006. Limfoma Maligna. www.wordpress.com.
Anonymous. 2008. Limfoma. www.elearning.blogspot.com.
Anonymous. Limfoma Non-Hodgkin 2007 ; (online),
(http://indonesian.lymphoma-net.org)
Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medical bedah, Vol. 1

Anda mungkin juga menyukai