LANDASAN TEORI
Pembangkitan
Transmisi
Distribusi
Beban
2.1.1
Pembangkitan
Energi listrik yang dihasilkan dari generator sinkron merupakan konversi energi
mekanis dari turbin. Energi mekanis yang memutar turbin berasal dari energi thermal
atau langsung dari aliran air (hydro-generation). Sumber energi thermal yang umum
digunakan berasal dari batubara, gas alam, dan minyak. Selain itu terdapat sumber nonfosil seperti angin, gelombang, panas bumi, dan biogas. Sedangkan untuk sumber utama
energi non-thermal berupa air atau hydro-power [9].
Konversi energi mekanis menjadi energi listrik umumnya menggunakan generator
sinkron. Generator sinkron memiliki dua medan putar, yaitu medan yang dihasilkan dari
rotor yang berputar pada kecepatan sinkron yang dihasilkan dari eksitasi arus DC.
Medan satunya adalah yang dihasilkan oleh kumparan stator yang di aliri arus 3 fasa
dari armatur. Arus DC yang dihasilkan berasal dari sistem eksitasi. Sistem eksitasi
generator menjaga tegangan dan mengatur aliran daya reaktifnya [8].
Rotor pada generator sinkron memiliki 2 konstruksi, yaitu silinder dan kutub
menonjol. Rotor tipe silinder juga dapat disebut round rotor, memiki satu belitan dan
celah udara seragam. Generator dengan rotor ini digerakan oleh turbin uap dan
5
dirancang agar dapat beroperasi pada kecepatan putar yang tinggi berkisar 3600 sampai
18000 rpm (mesin dengan 4 atau 2 kutub). Rotor jenis ini biasanya memiliki sumbu
panjang dengan diameter kecil untuk mengurangi gaya sentrifugal. Hampir 70%
generator sinkron menggunakan rotor tipe silinder dengan kapasitas 150 sampai 1500
MVA. Rotor tipe kutub menonjol memiliki belitan terpusat pada tiap kutubnya dengan
celah udara tak seragam. Rotor ini memiliki banyak kutub, sumbu yang pendek dengan
diameter yang besar. Generator pada pembangkitan jenis hydro digerakan menggunakan
turbin hydro memiliki jenis rotor kutub menonjol [8].
Sebuah generator 2 kutub 3 fasa ditunjukan pada Gambar 2.1. Stator terdiri dari 3
buah kumparan aa, bb, dan cc, yang terpisah satu sama lain sebesar 120 derajat listrik.
ketika rotor di eksitasi untuk menghasilkan fluks pada tiap kutub di celah udara dan
berputar konstan dengan kecepatan sudut , fluks linkage kumparan akan bervariasi
sesuai dengan posisi sumbu rotor mmf t, di mana t diukur dalam radian listrik dari
kumparan aa merupakan sumbu magnetik [8].
Fluks linkage untuk N-lilitan yang terkonsentrasi pada kumparan aa akan bernilai
maksimal (N) pada saat t = 0 dan bernilai 0 pada saat t = /2. Dengan
mengasumsikan kumparan terdistribusi, fluks linkage a akan bervariasi sebagai cosinus
dari sudut t. Dengan demikian, hubungan fluks dengan koil a adalah [8]
= cos()
(2.1)
= = sin() = sin()
(2.2)
Dimana
= = 2
(2.3)
(2.4)
Dimana f adalah frekuensi dalam hertz. Pada kumparan mesin AC yang sebenarnya,
kumparan jangkar setiap lapis didistribusikan di sejumlah slot. Karena ggl induksi di
slot yang berbeda tidak sefasa, maka jumlah fasornya kurang dari jumlah numeriknya.
Dengan demikian, faktor reduksi Kw, yang disebut faktor kumparan, harus diterapkan.
Bagi kebanyakan kumparan tiga fasa Kw bernilai sekitar 0,85 hingga 0,95. Oleh karena
itu, untuk kumparan fasa yang terdistribusi nilai rms dari tegangan yang dihasilkan
adalah [8]
= 4.44
(2.5)
Medan magnet rotor berputar pada kecepatan konstan yang mengakibatkan induksi
tegangan sinusoidal 3 fasa pada jangkar dimana tiap fasa terpisah 2/3 radian. Frekuensi
tegangan induksi pada armature tergantung pada kecepatan putar rotor dan jumlah kutub
yang ada. Frekuensi tegangan jangkar ditunjukan pada Persamaan 2.6 berikut [8]
=
2 60
(2.6)
Di mana n adalah kecepatan rotor dalam rpm (disebut kecepatan sinkron). Dalam
kondisi normal, generator beroperasi dengan frekuensi yang sama dengan jaringan
listrik.
Gambar 2.2 Sebuah generator yang terhubung pada infinite bus [8]
Rangkaian sebuah generator yang terhubung pada infinite bus ditunjukan oleh
Gambar 2.2 diatas dengan memiliki Persamaan (2.7) berikut
= +
(2.7)
Generator dalam sistem pambangkitan terhubung dengan sebuah sistem sendiri yang
terdiri dari Automatic Voltage Regulator (AVR) dan governor. Berikut penjelasan
mengenai AVR dan governor:
a) Automatic Voltage Regulator (AVR)
AVR bekerja mengatur tegangan terminal generator dengan mengatur
jumlah arus yang menyuplai kumparan medan generator oleh exciter. Berikut
Gambar 2.3 blok diagram yang umum dari AVR [9]:
() =
()
1+()()
()
(2.8)
10
2.1.2
Transformator
Transformator adalah suatu alat listrik yang dapat mengubah tegangan listrik dari
satu nilai ke nilai lainnya. Pada umumnya semua Trafo daya dan Trafo Distribusi
memiliki tap untuk mengubah perbandingan belitan. Metode ini sangat umum
digunakan untuk mengatur semua level tegangan. Aliran daya nyata pada saluran
ditentukan oleh perbedaan sudut dari tegangan terminal, dan aliran daya reaktif
ditentukan oleh perbedaan besaran tegangan terminal. Daya aktif dan reaktif dapat di
atur menggunakan tap changer pada Trafo. Terdapat 2 kondisi dalam mengubah tap
pada Trafo, yaitu [8] :
(i) Tap saat kondisi tanpa beban
(ii) Tap saat kondisi berbeban
Saat melakukan tapping pada kondisi tanpa beban trafo harus tidak terhubung
dengan beban. Tapping kondisi tanpa beban jarang dilakukan, biasanya terjadi ketika
terjadi pertumbuhan beban yang cukup besar dan saat pergantian musim. Trafo khusus
bisa memilki 4 tap tambahan pada pengaturan nominal, dengan perubahan nilai 2,5%
setiap tapping [8].
Tap kondisi berbeban dilakukan saat trafo masih terhubung dengan beban. Kondisi
ini dilakukan sangat sering. Mayoritas trafo dan autotrafo yang digunkan sebagai
penghubung pada jaringan transmisi, jaringan distribusi besar, dan pada lokasi
pelayanan tertentu telah dilengkapi dengan peralatan untuk melakukan tapping saat
kondisi berbeban. Trafo step down biasanya memiliki tap pada sisi sekunder dan tap
penghilang daya pada sisi primer [8].
Tapping pada kedua sisi saluran transmisi radial dapat digunakan untuk mengurangi
rugi-rugi tegangan saluran. Gambar 2.5 menunjukan single line sebuah saluran transmisi
dengan Trafo step up pada sisi kirim dan Trafo step down pada sisi terima, ts dan tr
adalah pengaturan tap dalam per unit sistem, V1 adalah tegangan sumber pada sisi
tegangan tinggi dan V2 adalah tegangan beban. Impedansi Z merupakan penjumlahan
antara reaktansi dan induktansi saluran [8].
11
Gambar 2.5 Jaringan radial dengan tapping pada kedua sisi [8]
Pada tap changer trafo ketika tap rasio pada nilai nominal, trafo di representasikan
dengan admitansi seri yt dalam satuan per unit sistem. Ketika tap tidak pada nilai
nominal, admitansi berbeda pada kedua sisi Trafo, dan admitansi seharusnya di ubah
dengan memasukan efek rasio tap bukan nominal. Trafo ideal dengan admitansi yt
direpresentasikan dengan rasio 1:a seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.6. yt adalah
admitansi per unit berdasarkan rasio lilitan nominal dan a adalah satuan per unit saat
posisi tap trafo bukan pada nilai nominal. Untuk mengasumsikan arah arus yang
mengalir pada trafo dengan pengaturan tap, maka [8] :
1
(2.9)
(2.10)
(2.11)
Dimana Ii adalah
= ( )
(2.12)
(2.13)
12
= + ||2
(2.14)
Jika Persamaan (2.13) dan (2.14) dituliskan dalam bentuk matriks akan menghasilkan
[ ] = [
] [ ]
(2.15)
||2
2.1.3
13
Jenis saluran transmisi ini pengaruh dari kapasitansi dan tahanan bocor ke tanah
biasanya diabaikan. Sehingga didapat Persamaan 2.16 [9]:
= R + jXL
= zl
= rl + jxl
Dimana :
Z
(2.16)
14
2.1.4
XL
Distribusi
Beban
Beban dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu beban statis dan beban berputar (motor
sinkron atau motor asinkron). Beban statik dan beban berputar biasanya
direpresentasikan sebagai impedansi konstan Z [12]. Beban dalam sistem tenaga dibagi
ke dalam industri, komersial, dan perumahan. Beban industri yang sangat besar dilayani
langsung dari sistem transmisi dan beban industry kecil dilayani oleh sistem distribusi
primer. Beban industrial terdiri dari beban campuran dan motor induksi memiliki
proporsi yang tinggi pada beban ini. Beban ini juga paling berpengaruh terhadap
15
tegangan dan frekuensi sistem. Beban komersial atau perumahan terdiri dari
penerangan, pemanas, dan pendingin, beban ini tidak terlalu mempengaruhi frekuensi
sistem dan sedikit mengkonsumsi daya reaktif. Besarnya beban berubah-ubah setiap saat
dan daya harus selalu dapat menyesuaikan dengan permintaan pelanggan [8].
Faktor reduksi beban merupakan konstanta yang mempengaruhi besarnya daya pada
suatu beban. Faktor reduksi beban biasanya dilambangkan huruf d. Nilai d bernilai 0
pada beban statis dengan impedansi konstan sehingga daya dipengaruhi oleh kuadrat
tegangan (kpu=2). Sedangkan nilai d pada beban statis dengan daya konstan tidak
bernilai 0 namun nilai kpu bernilai 0. Hal ini terjadi karena daya pada beban tersebut
tidak dipengaruhi oleh tegangan melainkan oleh torka mekanik () dan kecepatan
putarnya (). Kecepatan putar sebanding dengan frekuensi maka apabila frekuensi turun
kecepatan putar ikut turun. Kecepatan putar yang menurun mengakibatkan daya yang
diserap oleh beban menjadi berkurang [13]. Beban dapat dimodelkan dengan Persamaan
2.17 dan 2.18 [14] [9].
= 0 ( )
0
= 0 ( )
0
(1 + . )
0
(1 + . )
0
(2.17)
(2.18)
16
17
2.2.1
18
Kestabilan Tegangan
Kestabilan tegangan adalah kemampuan dari sistem tenaga listrik untuk menjaga
tegangannya pada batasan yang dapat diterima di semua bus setelah terjadinya
gangguan. Sebuah sistem dinyatakan mengalami ketidakstabilan tegangan ketika
sebuah gangguan mengubah kondisi sistem dengan membuat penurunan/kenaikan
tegangan secara signifikan pada beberapa bus. Ketidakstabilan tegangan dapat
menyebabkan lepasnya beban dalam suatu area, putusnya saluran transmisi, dan
bekerjanya peralatan-peralatan proteksi [16].
2.2.3
Kestabilan Frekuensi
Frekuensi pada sistem tenaga berhubungan erat dengan control dari daya aktif.
Karena itu, untuk menjaga frekuensi agar tetap pada suatu nilai nominal yang konstan,
keseimbangan daya aktif harus dipertahankan. Pada kondisi tunak, frekuensi sistem
dijaga dengan mengatur keseimbangan daya aktif antara pembangkit dan beban
menggunakan governor [15].
Adanya ketidakseimbangan daya aktif yang cukup besar dapat menyebabkan
terjadinya ketidakstabilan frekuensi. Ketidakstabilan frekuensi adalah ketidakmampuan
sistem untuk menjaga frekuensi pada daerah operasi frekuensi. Ketidakstabilan
frekuensi ini biasanya dikaitkan dengan koordinasi yang buruk antara sistem kontrol
dan peralatan proteksi. Ketidaksedian cadangan pembangkit, dan respon peralatan yang
tidak mencukupi [1].
19
Gambar 2.11 Hubungan antara frekuensi dan keseimbangan daya aktif [1]
Hubungan antara frekuensi dan keseimbangan daya aktif terlihat pada Gambar 2.11.
Jika beban melebihi daya aktif yang dibangkitkan, maka frekuensi akan mengalami
penurunan. Sebaliknya, jika daya aktif yang dibangkitkan melebihi beban, maka
frekuensi akan naik [1].
2.3 Mekanisme Pengaturan Frekuensi
Frekuensi dalam sistem tenaga bergantung pada keseimbangan daya aktif.
Perubahan permintaan daya aktif pada satu titik dalam jaringan digambarkan melalui
perubahan nilai frekuensi. Sehingga, frekuensi merupakan indikator keseimbangan
antara pembangkit dan beban. Ketidakseimbangan energi sesingkat apapun akan
menghasilkan perubahan frekuensi dalam waktu singkat. Rugi-rugi yang cukup besar
dalam pembangkitan tanpa respon sistem yang memadai dapat menghasilkan penurunan
nilai frekuensi yang luar biasa hingga menyebabkan pembangkit berada diluar batas
frekuensi kerja. Pengaturan frekuensi dan daya aktif biasanya berhubungan dengan
pengaturan frekuensi dan beban (LFC) dimana merupakan fungsi utama dari sistem
pengaturan pembangkit otomatis (AGC) [16].
Berdasarkan tipe pembangkit, daya nyata yang dikirim oleh pembangkit dikontrol
melalui daya keluaran mekanik dari penggerak mula seperti turbin uap, turbin gas, turbin
air atau mesin disel. Pada turbin air atau uap, pengaturan daya mekanik dilakukan
dengan membuka/menutup katup untuk mengatur aliran fluida yang masuk kedalam
turbin. Fluida yang dimasukan ke pembangkit dikontrol secara terus menerus sesuai
dengan permintaan daya aktif, frekuensi harus tetap dijaga pada nilai konstan agar
sistem bekerja secara optimal. Dalam pengembangan pengaturan frekuensi primer,
20
Gambar 2.12 Block Diagram Generator Sinkron dengan Frequency Control Loop [16]
21
1 1 +2 2 ++
1 +2 ++
(2.21)
22
23
24
penambahan beban maka frekwensi akan turun dari nilai F0 menjadi F. Penurunan
frekuensi ini disebabkan karena nilai TB menjadi lebih besar sebagai akibat penambahan
beban sehingga TG TB= T < 0 dan selanjutnya
adalah
percepatan sudut, apabila nilainya < 0 maka berarti terjadi pengurangan kecepatan sudut
dan karena frekwensi F =
keterangan diatas maka Penuruanan frekuensi dari nilai F0 menjadi F dirasakan oleh
governor dan governor akan beraksi untuk mengembalikan nilai frekuensi ke F0. Reaksi
ini berlangsung sebagai berikut [7]:
a.
Ketika kecepatan sudut dari mesin penggerak generator turun, maka bola-bola
berputar pada Gambar 2.14 akan ikut turun kecepatan sudutnya. Hal ini disebabkan
karena poros yang memutar bola-bola tersebut terhubung langsung melalui sistem
roda gigi dengan mesin penggerak generator. Hal ini akan menyebabkan titik A
menurun yang selanjutnya juga akan menurunkan titik B. Dengan turunnya titik B
maka torak pengarah tekanan minyak akan mengalirkan minyak bertekanan ke
torak penggerak katup utama sehingga katup utama terangkat keatas untuk
menambah uap ke turbin uap dalam hal mesin penggerak adalah turbin uap.
b.
Dalam Gambar 2.14 penambahan beban terjadi pada saat t = t1 dan hal ini
menyebabkan frekuensi turun. Pada saat t = t2 kerja governor telah mulai terasa dan
kecuraman (slope) penurunan frekuensi mulai berkurang sampai pada saat t = t3
kecuraman (slope) telah hilang atau secara matematis dikatakan
c.
= 0.
25
turbin. Keterangannya adalah sama seperti uraian pada butir a. Hal ini berarti bahwa
kopel yang dihasilkan mesin penggerak generator terus diperbesar sehingga T =
TG-TB menjadi 0 dan mengakibatkan
d.
e.
f.
Pada saat t = t6 keadaan adalah serupa dengan pada saat t = t4 yaitu bahwa nilai
frekwensi f = f0 tetapi bedanya dengan pada saat t = t3 adalah bahwa pada saat t =
t6 nilai T < 0 sehingga frekwensi setelah saat t = t6 akan turun.
26
3. Dari uraian yang disebut dalam poin 1 dan 2 diatas ternyata governor tidak bisa
mencapai nilai F0 kembali secara stabil melainkan akan berosilasi disekitar nilai
F0, dikatakan bahwa governor bersifat astatis.
2.3.3
Speed droop merupakan besaran yang menentukan putaran generator berada pada
posisi semula, yang mana mengurangi kecepatan putar pada turbin uap karena akibat
dari hasil penambahan uap bertekanan pada turbin uap. Dengan memperhatikan Gambar
2.13 terlihat bahwa makin dekat jarak titik B dengan titik D makin cepat menghisapan
titik B menutup aliran minyak yang mengangkat atau menurunkan posisi penghisap titik
D dan sebaliknya makin jauh jaraknya makin lambat gerakan menutup aliran minyak
ini. Hal ini berarti bahwa makin dekat titik B dengan titik D makin cepat governor
menghentikan tanggapannya terhadap perubahan frekuensi, governor bersifat malas
(usaha governor untuk menambah daya terbatas) menghasilkan speed droop yang kecil
dan menghasilkan kf (energi pengaturan) yang besar [7].
Dengan keterangan yang serupa apabila jarak titik B dengan titik D makin jauh
terlihat bahwa governor bersifat rajin (usaha governor untuk menambah daya lebih
besar) menghasilkan speed droop yang besar dan menghasilkan kf (energi
pengaturan) yang kecil. Jadi penyetelan speed droop governor dapat dilakukan dengan
mengatur jarak titik B dan titik D. Dalam praktek hal ini tidak begitu mudah
pelaksanaanya karena dilain pihak titik B juga harus dapat digerakan keatas dan ke
bawah secara bebas untuk melakukan pengaturan sekunder. Hal ini dapat dilakukan
dengan kombinasi sistem mekanik dan hidrolik seperti terlihat pada Gambar 2.16.
27
Titik B pada Gambar 2.13 dipecah menjadi titik B1 dan titik B2 dalam Gambar 2.16
titik B1 yang bertugas mengarahkan tekanan minyak dapat digerakan melalui titik A
oleh bola-bola berputar (pengaturan primer) dan dapat pula digerakan melalui titik B2
oleh motor pengaturan putaran (putaran sekunder). Sedangkan gerakan umpan balik dari
titik D untuk memberhentikan tekanan minyak diterima melalui titik B1. Besarnya
umpan balik ini dapat diatur dengan mengatur posisi engsel E, jadi speed droop dari
governor dapat diatur dengan mengatur posisi engsel E. Umpan balik dari titik D
diterima titik B1 melalui engsel dan akan menggerakan rumah dari torak yang digerakan
titik B1 menutup lubang minyak yang menuju kerumah torak pengerak titik D. Motor
pengaturan putaran dapat merubah rubah posisi titik B1 melalui titik B2 dengan jalan
memutar roda gigi cacing. Dalam keadaan generator belum paralel dengan sistem motor
pengatur putaran akan mengatur jumlah putaran per-menit dari turbin tetapi kalau
generator kalau generator sudah paralel dengan sistem maka melalui motor pengaturan
putaran dilakukan pengaturan daya nyata yang dibandingkan (MW), yang
sesungguhnya juga berati mengatur putaran atau frekuensi. Speed droop sesungguhnya
merupakan hasil umpan balik dari gerakan penambahan uap atau air, yaitu dengan
bergeraknya titik C dan D keatas yang selanjutnya melalui engsel E pada Gambar 2.16
menekan rumah panghisap kiri kebawah sehingga menutup lubang-lubang yang
28
berubah-ubah setiap detiknya. Perubahan beban yang tidak terduga dapat dikategorikan
sebagai gangguan yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara suplai daya
pembangkit dan kebutuhan beban, kondisi ini menimbulkan pergeseran nilai nominal
frekuensi sistem. Hal yang dapat mempengaruhi frekuensi antara lain beban lebih,
konstanta inersia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan transien.
2.4.1
Beban Lebih
Suatu generator akan berputar dengan frekuensi yang semakin menurun apabila
kopel penggerak mekanik generator besarnya kurang dari torsi beban. Ketika terdapat
generator pembangkit lain yang berada dalam suatu interkoneksi lepas atau keluar dari
sistem, secara otomatis beban yang ditanggung pembangkit yang lepas akan menjadi
tanggungan generator yang masih mampu bekerja akan bertambah. Peningkatan torsi
29
beban pada generator ini akan diimbangi dengan peningkatan kopel mekanik penggerak
generator dengan melakukan pengaturan pada governor untuk mempertahankan
frekuensi kerja sistem tetap konstan. Namun, ada saat ketika governor telah dibuka
secara maksimal untuk mengalirkan sumber energi penggerak turbin, kopel penggerak
mekanik generator besarnya masih kurang dari torsi beban. Hal inilah yang menjadikan
frekuensi generator menjadi turun [19].
2.4.2
Konstanta Inersia
H=
(2.22)
Makin besar unit pembangkit yang hilang makin cepat frekuensi turun, kecepatan
menurunnya frekuensi juga tergantung pada besar kecilnya inersia sistem. Semakin
besar konstanta inersia sistem, laju penurunan frekuensi semakin lambat. Besaran
inersia sistem (H) merupakan ukuran kekakuan sistem (Stiffness) [20].
2.4.3
Ketidakstabilan Transien
Ketidakstabilan transien adalah tidak mampunya sistem tenaga untuk tetap berada
pada kondisi sinkron ketika terjadi gangguan transien seperti putusnya saluran transmisi,
lepas generator atau hilangnya beban besar secara tiba-tiba. Hal ini dapat menyebabkan
hilangnya sinkronisasi sistem karena terjadi perubahan sudut rotor generator, aliran
30
daya, tegangan bus, dan sebagainya. Ketidakstabilan transien biasanya terjadi selama 23 detik. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya meliputi [15]:
1.
2.
Output genetator selama gangguan. Hal ini dipengaruhi oleh lokasi dan tipe
gangguan.
3.
4.
5.
Reaktansi generator. Semakin kecil nilai reaktansi akan meningkatkan daya puncak
dan mengurangi sudut rotor awal.
6.
Inersia generator. Semakin besar inersia semakin lambat laju perubahan sudut. Hal
ini mengurangi perbesaran energi kinetik selama periode gangguan.
7.
Besar tegangan internal generator. Hal ini tergantung pada medan eksitasi.
8.
Dalam hal ini adalah mengoptimalkan cadangan daya pembangkit yang masih
belum dimanfaatkan ketika seluruh pembangkit beroperasi dengan normal.
Pengoptimalan daya ini dilakukan dengan menambah energi masukan tiap pembangkit.
Cadangan daya tersebut terdiri dari 3 macam yaitu [7]:
31
Beban sistem pada umumnya juga merupakan fungsi dari frekuensi, jika frekuensi
naik maka beban juga naik begitu pula sebaliknya. Pada Gambar 2.17 titik 3 merupakan
keadaan dimana sebelumnya terdapat beban bernilai kurang dari B3 yang kemudian
dinaikan melebihi B3, karena nilai frekuensi berpengaruh terhadap nilai beban maka
keseimbangan akhirnya tercapai dititik 3 dengan frekuensi = F1. Setelah keseimbangan
tercapai dititik 3, dilakukan pengaturan sekunder dengan merubah posisi speed changer/
titik B pada Gambar 2.16. Frekuensi cenderung menuju ke titik 4A tetapi karena beban
naik dengan naiknya frekuensi menurut garis beban maka keseimbangan baru tercapai
dititik 4 dengan frekuensi = F0 dan beban sebesar B4 [7].
32
33
Gambar 2.18 Pengaturan sekunder yang diikuti dengan perubahan beban sistem [7]
34
Gambar 2.19 Perubahan frekuensi sebagai fungsi waktu dengan adanya pelepasan beban [7]
Setelah pelepasan beban tingkat kedua frekuensi tidak lagi menurun tapi
menunjukan gejala yang baik yaitu naik kembali menuju titik D. Naiknya frekuensi dari
titik C menuju titik D disebabkan karena adanya daya yang masih tersedia dalam sistem
adalah lebih besar daripada beban setelah mengalami pelepasan beban tingkat kedua.
Mulai dari titik D, yaitu setelah proses tersebut diatas berlangsung selama tD, governor
unit-unit pembangkit dalam sistem mulai melakukan pengaturan primer. Setelah
governor melakukan pengaturan primer maka frekuensi mencapai titik fe yaitu kondisi
35
49,50
49,00
Load shedding tahap 1 s.d. 7, frek 49,00 s.d. 48,40 (2756 MW)
48,40
48,30
47,50
Gambar 2.20 Strategi Pelepasan Beban UFR Sistem Jawa Bali [20]
Penerapan skenario pelepasan beban otomatis UFR secara bertahap adalah sebagai
berikut:
Rentang daerah kerja UFR antara 49,0 Hz s.d 48,4 Hz dengan perbedaan antara setiap
tahap sebesar 0,1 Hz;
Pada tahap 1, 2, 3 dan 4 pelepasan beban dilakukan di penyulang 20 kV;
Pada tahap 5, 6 dan 7 pelepasan beban dilakukan di penyulang 20 kV, trafo distribusi
atau penghantar radial (SUTT & SKTT).
36
Pemisahan target beban yang dilepas dilakukan karena beban yang akan dilepas
ditahap 5 sampai dengan 7 tidak hanya untuk Skenario Pelepasan Beban Bertahap (48,6
Hz s.d 48,4 Hz) tetapi juga untuk Skenario Pelepasan Beban oleh rele df/dt (49,5 Hz).
Pelepasan beban di tegangan tinggi sudah memiliki operating time yang lebih cepat
(lebih kecil 100 msec), akurasi yang lebih tinggi dan sensitifitas yang lebih peka (~0,01
Hz) apabila dibandingkan dengan pelepasan beban di penyulang 20 kV (200 s.d 300
msec) dengan sensitifitas (~0,1 Hz). Oleh sebab itu beban yang dilepas oleh rele UFR
dengan df/dt adalah di tegangan tinggi [20].
B. Pelepasan Beban Berdasarkan Sensistivitas Tegangan Bus (dV/dQ)
Salah satu metode pelepasan beban yang dapat digunakan untuk mengembalikan
frekuensi pada kondisi normal setelah gangguan adalah metode pelepasan beban
berdasarkan sensitifitas tegangan (dV/dQ). Nilai dV/dQ dapat dihitung ketika sistem
berada pada keadaan mantap, sehingga batas kestabilan tegangan bus dapat diketahui.
Hubungan antara dV/dQ setiap bus dengan jumlah beban yang harus dilepas adalah
sebanding. Semakin besar nilai dV/dQ maka jumlah beban yang perlu dilepas pada bus
tersebut juga semakin besar. Jumlah beban yang dilepas agar frekuensi dapat kembali
normal harus sesuai dengan mismatch atau perbedaan antara daya yang dibangkitkan
dengan total beban, nilai ini dapat diperoleh dari swing equation. Rumus empiris untuk
jumlah beban yang harus dilepas pada setiap bus ditunjukan Persamaan 2.23 [5] :
Si = x P.diff
[=1( )]
Si
P.diff
(2.23)
37
(2.24)
=
=1| | cos( + )
(2.25)
=
=1| | sin( + )
(2.26)
38
tegangan rel. Langkah metode Newton Rhapson ini telah diadopsi didalam software
komersial DIgSILENT Power Factory.
DIgSILENT Power Factory (DIgital SImuLation and Electrical NeTwork
calculation program) merupakan merupakan sebuah aplikasi aplikasi sistem tenaga
buatan PowerFactory, Jerman. Software DIgSILENT mulai dikembangkan tahun 1967
dan merupakan hasil dari pemikiran beberapa ahli sistem tenaga dan pengembang
perangkat lunak yang sering terlibat dalam perencanaan, operasi, dan pemeliharaan
sistem tenaga. Sejak pengoperasian DIgSILENT, program ini telah berkembang untuk
memasukan array yang luas dari fitur analisis yang diperlukan untuk merencanakan,
mengoperasikan, dan memelihara setiap aspek dari sistem tenaga pertama kali dirilis
pada tahun 1997 dan menyediakan stabilitas produk yang diperlukan untuk menjamin
efisiensi dalam aplikasi sehari-hari [22].
Berikut beberapa fungsi dari software DIgSILENT Power Factory 14.1[22]:
a. Load flow analysis
b. Stability analysis
c. Short circuit analysis
d. Harmonic load flow
e. Motor starting analysis
f. Distribution network analysis
g. Electromagnetic transients analysis
2.6.1
2. Akan tampil kotak dialog untuk mengisi Name dan Password. Mengisi Name dengan
Demo lalu pilih OK. Name dan password dapat diisi sesuai keinginan.
39
5. Memasukkan nama laman kerja yang diinginkan pada dialog yang muncul.
40
Mengetik nama laman kerja yang diinginkan, misalnya pada gambar di atas diberi
nama Hilman Pambudidoyo. Lalu tekan tanda panah pada Project Settings untuk
menampilkan nama yang telah dimasukkan. Lalu tekan OK.
6. Akan tampil kotak dialog untuk mengisi nama lembar (sheet) pada lembar kerja dan
frekuensi sistem. Warna peralatan dalam jaringan tersebut dapat dipilih.
41
Keterangan gambar:
a) Baris menu utama. Bada baris ini berisi menu File, Edit, Calculation,
Data, Output, Tools, Windows, dan Help.
b) Baris icon utama. Pada baris ini berisikan icon semua studi kasus seperti
New Data Manager untuk menampilkan data yang ada di PowerFactory
14.1, Edit Relevant Objects for Calculation untuk menampilkan data
pada tiap perlengakapan sistem yang telah dihitung, Calculate Load
Flow untuk menghitung aliran daya sistem, dll.
c) The local graphics window icon bar. Pada baris ini berisikan perintah
zoom in, zoom out, zoom all, freeze mode, print, open, new, dll.
d) The empty single line graphics window with drawing grid. Ini berupa
lembar kerja kosong yang digunakan untuk menggambar sistem.
e) Drawing toolbox. Disini berisikan perlengkapan apa saja yang dapat
digambarkan pada lembar kerja. Misalnya: grid, busbar, syncronous
mechine, dll.
f) Jendela hasil keluaran. Pada jendela ini akan menunjukkan hasil keluaran
sistem yang telah dibuat.
42
g) Status bar. Pada baris ini akan menampilakan koordinat kursor, timer
Simulasi, Time and Date, File Name, etc
8. Mengubah ukuran kertas halaman dengan menekan set drawing format
pada the
local graphics window icon bar. Kemudian muncul jendela seperti di bawah ini.
2.
Tekan
43
, 1 busbar system
, doule
Jika terdapat perintah yang salah diberikan, maka tekan tombol ctrl + Z
pada keyboard atau menggunakan icon undo
Misal dipilih general load, lalu letakkan general load pada titik yang
/ low-voltage load
diingikan pada lembar kerja dan hubungkan pada busbar yang diinginkan,
misalnya pada single busbar 2 seperti gambar dibawah ini.
Gambar 2.30 Tampilan Sambungan pada Single Busbar yang Ditambahkan Beban
44
Kemudian menekan pada titik generator load yang akan dihubungkan pada
salah satu cubicle yang dipilih. Pada satu busbar terdapat banyak cubicle,
dan cubicle akan ditambah sesuai dengan banyaknya komponen yang
menyambung pada busbar tersebut. Breaker antara beban dan busbar
terpasang secara otomatis.
, shunt/filter C
, dll.
c. Menambahakan Line
Pilih Line
Tekan busbar yang ingin dihubungkan, sambungkan pada salah satu cubicle
Gambar 2.32 Tampilan Sambungan Line pada Salah Satu Single Busbar
45
Lanjutkan langkah yang sama pada busbar lain yang ingin dihubungkan.
Jika line tersebut telah menghubungkan 2 busbar maka akan menampilkan
seperti gambar di bawah ini:
, 2-N-winding transformer
, 2-winding transformer,
auto
, dll.
Gambar 2.34 Tampilan Jaringan dengan Line, Single Busbar, General Load, Tramformer,
dan Syconous Mechine.
46
Terlihat single line pada laman kerja berwarna hitam, yang awalnya
berwarna abu-abu, hal itu berarti sistem sudah mendapat injeksi daya untuk
sistem dan saling terhubung antar komponennya.
2.6.3
Sub sistem Ungaran dibuat dalam beberapa sheet sehingga terdapat beberapa busbar
yang dibuat lebih dari satu kali pada lembar yang berbeda, misalnya pada Busbar
Pekalongan. Agar seluruh sambungan dalam busbar dapat disalin pada lembar yang lain,
hal yang harus dilakukan yaitu:
a.
b.
c.
. Setelah keluar
tampilan di bawah ini, pilih jenis Grid, lalu tekan OK. Maka otomatis halaman
kerja baru akan muncul sesuai dengan nama yang dimasukkan.
47
d.
Menekan kanan pada halaman baru yang menjadi tempat busbar yang telah
disalin, pilih Paste Graphic Only.
e.
f.
Untuk melompati ke lembar kerja lain yang terdapat busbar Pekalongan, dapat
dilakukan dengan klik kanan pada salah satu saluran busbar Pekalongan lalu
pilih Jump to Next Page. Maka tampilannya akan berubah menjadi lembar kerja
lain yang telah di salin dengan busbar Pekalongan yang sama.
2.6.4
1.
Beban
a. Tekan ganda pada beban yang ingin di isi data. Lalu akan muncul tampilan
sebagai berikut:
48
Pada Select Global Type hanya terdapat 1 tipe beban. Jenis beban yang biasa
digunakan dalam jaringan Subsistem Ungaran adalah Lod-1. Memilih OK.
Memilih General Load Type atau Complex Load Type yang ada di Lybrary.
Saat memilih Select Project Type pilih New Project Type jika ingin membuat
tipe beban baru saat. Nama dan tipe beban telah terisi.
Gambar 2.40 Data beban yang perlu diisi dalam menu Basic Data
49
d. Masuk pada menu Load Flow. Mengisi nilai daya aktif dan reaktif beban.
Gambar 2.41 Data beban yang perlu diisi dalam menu Load Flow
2.
Kapasitor
a. Menekan ganda pada kapasitor yang ingin di isi data. Lalu akan muncul
tampilan di bawah ini:
Gambar 2.42 Data kapasitor yang perlu diisi dalam menu Basic Data
50
Saluran (line)
a. Menekan ganda pada saluran (line) yang ingin diisi datanya.
b. Mengisi nama saluran pada kotak Name & panjang saluran di Lenght of Line.
c. Pilih tipe saluran yang diinginkan. Jika telah memiliki tipe pada library maka
pilih Select Project Type atau Select Global Type. Misalnya pada kasus ini,
ingin membuat tipe saluran baru, maka memilih New Project Type. Lalu
memilih Line Type
Gambar 2.43 Data saluran yang perlu diisi dalam menu Basic Data awal
d. Pada menu Basic Data, isi data yang ada yaitu antara lain Rated Voltage,
Rated Current, Nominal Frequency Cable/OHL, Resistance R(20C),
Reaxtance X.
51
Gambar 2.44 Data saluran yang perlu diisi dalam menu Basic Data dalam tipe baru
e. Pada menu Load Flow isi data yang dibutuhkan seperti, Max. End
Temperature, Conductor Material, Susceptance B, Conductance G.
Gambar 2.45 Data saluran yang perlu diisi dalam menu Load Flow dalam tipe baru
52
Gambar 2.47 Hasil keluaran data line baru yang telah dibuat
4.
Busbar
a. Menekan ganda pada busbar yang ingin diisi datanya.
b. Mengisi nama pada kolom Name.
c. Mengisi tegangan nominal pada kolom Nominal Voltage.
53
Gambar 2.48 Data busbar yang perlu diisi dalam menu Basic Data busbar awal
d. Untuk mengubah tegangan pada setiap feeder yang ada pada busbar tersebut,
maka pilih Substation dengan menekan tanda panah. Lalu tekan Set Nominal
Voltage. Maka akan muncul dialog di bawah ini:
Batas tegangan pada busbar juga dapat diubah pada menu Load Flow
Gambar 2.50 Data busbar yang perlu diisi dalam menu Load Flow
54
Pada busbar, terdapat 2 bagian nama, misalkan pada contoh 1/BB. 1 tersebut
diubah dalam Substation. Sedangkan BB dibah pada kolom Name pada Basic
Data. Setelah semua data di atas telah terisi, malah pilih OK
Gambar 2.51 Data busbar yang perlu diisi dalam menu Basic Data dalam tipe baru
5.
Tranformator
a. Tekan ganda pada tranformator yang ingin diisi datanya.
Gambar 2.52 Data Trafo yang perlu diisi dalam menu Basic Data awal
55
Gambar 2.53 Data Trafo yang perlu diisi dalam menu Basic Data dalam tipe baru
e. Pada menu Load Flow masukkan data Additional Voltage Per Tap, Netral
Position, Maximum Position, Minimum Position.
Gambar 2.54 Data Trafo yang perlu diisi dalam menu Load Flow dalam tipe baru
56
f. Setelah semua data terisi, maka tampilan pada Basic Data tranformator akan
seperti di bawah ini:
g. Untuk mengubah tapping trafo pada trafo yang digunakan, dapat diubah pada
menu load flow.
6.
Generator
a. Menekan dua kali pada generator yang ingin di isi datanya. Isi nama generator
pada kolom Name. Pilih tipe generator jika sudah ada dalam Library. Jika
belum, pilih New Project Type.
57
b. Pada menu Basic Data terdapat beberapa data yang perlu diisi, seperti Name,
Nominal Apparent Power, Nominal Voltage, Power Factor, dan Connection.
Gambar 2.57 Data generator yang perlu diisi dalam menu Basic Data dalam tipe baru
c. Pada menu Load Flow mengisi data pada kolom Syncronous Reactances,
Reactive Power Limits, Zero Sequence Data, Neg.Sequence Data.
Gambar 2.58 Data generator yang perlu diisi dalam menu Load Flow dalam tipe baru
Gambar 2.59 Data generator yang perlu diisi dalam menu VDE/IEC Short-Circuit
58
Gambar 2.60 Data generator yang perlu diisi dalam menu RMS-Simulation dalam tipe baru
f. Menekan OK maka secara otomatis tipe generator yang telah dibuat sudah
masuk ke dalam Lybrary.
g. Lalu pilih OK setelah kembali ke tampilan awal pada menu Basic Data.
h. Untuk mengubah besarnya daya aktif, daya reaktif, tegangan keluaran, mode
pengontrolan tegangan, batasan daya aktif, batasan daya reaktif, dan nilai
maksimal daya aktif dapat diubah pada menu Load Flow.
59
Gambar 2.61 Data generator yang perlu diisi dalam menu Load Flow
7.
Jala-jala (Grid)
a. Menekan ganda pada grid yang ingin diisi data.
b. Pada menu Basic Data, yang perlu diisi adalah nama grid.
Gambar 2.62 Data Grid yang perlu diisi dalam menu Basic Data
60
c. Pada menu Load Flow, pilih tipe bus, isi daya aktif dan daya reaktif.
Gambar 2.63 Data grid yang perlu diisi dalam menu Load Flow
2.6.5
1.
Membuat single line diagram seperti yang telah dijelaskan pada bab 2.6.2. Berikut
ini merupakan salah satu contoh single line diagram.
2.
Memasukkan data setiap komponen yang ada pada single line diagram seperti yang
telah dijelaskan pada bab 2.6.4.
3.
61
4.
2.6.6
1.
Setelah menjalankan aliran daya, untuk melihat report pada DIgSILENT pilih menu
Output pilih Load Flow/Short Circuit, pilih analysis
62
2.
Akan muncul jendela sebagai berikut, terdapat beberapa pilihan untuk report yang
dapat ditampilkan, sebagai contoh pilih Grid, kemudian tekan Execute
3.
Menekan icon