PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung yang mempunyai otot dan mengandung
banyak jaringan limfoid. Apendiks vermiformis berbentuk tabung buntu berukuran sebesar
jari kelingking yang terletak pada daerah ileosekal, yaitu pada apeks sekum. Panjangnya kirakira 6-9 cm, dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit dibagian proksimal dan melebar
pada bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan melebar pada bagian ujung apendiks terletak di intraperitoneal.1,2
Posisi apendiks sangat variabel dibandingkan daripada organ-organ lainnya. Yang
paling sering, sekitar 75% terletak di belakang sekum. Sekitar 20% menggantung ke bawah
tulang panggul.3
Fungsi appendix pada manusia belum diketahui secara pasti. Diduga berhubungan
dengan sistem kekebalan tubuh. Lapisan dalam appendix menghasilkan lendir. Lendir ini
secara normal dialirkan ke appendix dan secum. Hambatan aliran lendir di muara appendix
berperan pada patogenesis appendicitis. Appendiks menghasilkan lendir 1 2 ml perhari
yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal
dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum.4
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendisitis akut menjadi salah satu
pertimbangan pada pasien yang mengeluh nyeri perut atau pasien yang menunjukkan gejala
iritasi peritoneal. Apendisitis akut adalah frekuensi terbanyak penyebab persisten, progressive
abdominal pain pada remaja. Tidak ada jalan untuk mencegah perkembangan dari apendisitis.
Satu-satunya cara untuk menurunkan morbiditas dan mencegah mortalitas adalah
apendiktomi sebelum perforasi ataupun gangrene.3
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun
jarang dilaporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun.
Insiden pada lelaki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun,
insiden lelaki lebih tinggi.4
Obstruksi lumen adalah penyebab utama pada Appendicitis acuta. Fecalith merupakan
penyebab umum obstruksi Appendix, yaitu sekitar 20% pada anak dengan Appendicitis akut
dan 30-40% pada anak dengan perforasi Appendix.3
Sekitar 60% cairan aspirasi yang didapatkan dari Appendicitis didapatkan bakteri jenis
anaerob, dibandingkan yang didapatkan dari 25% cairan aspirasi Appendix yang normal.
Diduga lumen merupakan sumber organisme yang menginvasi mukosa ketika pertahanan
mukosa terganggu oleh peningkatan tekanan lumen dan iskemik dinding lumen.3
Di awal tahun 1970an, Burkitt mengemukakan bahwa diet orang Barat dengan
kandungan serat rendah, lebih banyak lemak, dan gula buatan berhubungan dengan kondisi
tertentu pada pencernaan. Appendicitis, penyakit Divertikel, carcinoma Colorectal lebih
sering pada orang dengan diet seperti di atas dan lebih jarang diantara orang yang memakan
makanan dengan kandungan serat lebih tinggi.5
Menurut Arif Mansjoer, Apendisitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan
spontan, tetapi penyakit ini tidak dapat diramalkan dan mempunyai kecenderungan menjadi
progresif dan mengalami perforasi. Karena perforasi jarang terjadi dalam 8 jam pertama,
observasi aman untuk dilakukan dalam masa tersebut.5
Tanda tanda perforasi meliputi meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut
kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi, ileus,
demam, malaise, leukositosis semakin jelas. Bila perforasi dengan peritonitis umum
pembentukan abses telah terjadi sejak klien pertama sekali datang, diagnosis dapat
ditegakkan dengan pasti.5
Peradangan peritoneum merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk
akut maupun kronis. Keadaan ini biasanya terjadi akibat penyebaran infeksi dari apendisitis.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan
timbulnya peritonitis generalisata.3
Tingkat mortalitas dan morbiditas sangat kecil dengan diagnosis yang akurat serta
pembedahan. Tingkat mortalitas keseluruhan berkisar antara 0,2-0,8% dan disebabkan oleh
komplikasi penyakit dan pada intervensi bedah. Pada anak, angka ini berkisar antara 0,1-1%,
sedangkan pada pasien diatas 70 tahun angka ini meningkat di atas 20% terutama karena
keterlambatan diagnosis dan terapi.3
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan penelitian untuk mengetahui
bagaimana karakteristik penderita apendisitis di Rumah Sakit .... Medan
Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik kelompok usia yang paling banyak dijumpai pada penderita
apendisitis di RS ... Medan pada tahun 2015
2. Mengetahui karakteristik jenis kelamin yang paling banyak di jumpai pada penderita di
RS ... Medan pada tahun 2015
3. Mengetahui karakteristik suku yang paling banyak dijumpai pada penderita apendisitis
di RS ... Medan pada tahun 2015
4. Mengetahui karakteristik pekerjaan yang paling banyak dijumpai pada penderita
apendisitis di RS ... Medan pada tahun 2015
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu
yang diperoleh semasa perkuliahan.
2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa untuk
melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah
dilakukan penulis.
3. Bagi masyarakat khususnya masyarakat kota Medan, penelitian ini bermanfaat dalam
menyediakan berbagai informasi tentang penyakit apendisitis mulai dari definisi,
faktor penyebab dan tindakan yang dilakukan.