Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI Eksklusif
2.1.1 Defenisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air
putih, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan
makanan lain dan tetap diberi ASI sampai bayi berumur 2 tahun (Dinas Kesehatan
Pamekasan, 2007).
Menurut WHO (2006), defenisi ASI eksklusif adalah bahwa bayi hanya
menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa
penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin,
suplemen mineral atau obat sebagai pemenuhan zat gizi (Purnamasari, 2005). Secara
klasik zat gizi dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan
energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses
kehidupan dalam tubuh. Zat gizi bagi bayi kurang dari 6 bulan sudah tercukupi hanya
dengan ASI saja (Almatsier, 2004).
Dalam surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
450/MENKES/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di
Indonesia menetapkan Pertama: Keputusan menteri kesehatan tentang pemberian air
susu ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di Indonesia, Kedua: Menetapkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir
sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak
berusia 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai, Ketiga: Semua
14

15

tenaga kesehatan yang bekerja di sarana pelayanan kesehatan agar menginformasikan


kepada semua Ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).
Hal ini juga ditekankan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif pada pasal 6 menyatakan
bahwasannya setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada
bayi yang dilahirkan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Pemberian
ASI eksklusif merupakan faktor penunjang kecerdasan si bayi, memang tidak mudah
karena sang ibu harus memberikannya selama 6 bulan, masa 6 bulan inilah yang
disebut ASI eksklusif. Pada masa 6 bulan bayi memang belum diberi makanan selain
susu untuk itu ibu harus memberikan perhatian yang ekstra pada bayi.
Namun sering kali kesalahan yang terjadi adalah setelah masa ASI eksklusif
pada saat si bayi sudah bisa mengonsumsi makanan lain selain ASI maka ibu tidak
memberikan ASI lagi. Padahal menurut standar kesehatan WHO bayi sebaiknya
disapih setelah 2 tahun usianya. Permasalahan ASI eksklusif juga terjadi pada ibu
yang bekerja di kantoran, untuk itu pemerintah mencoba memberikan keleluasaan
pada ibu yang pada masa pemberian ASI eksklusif boleh membawa anak ikut serta
bekerja atau mengijinkannya memberi jam khusus untuk menyusui bayinya.
Pemberian ASI secara mutlak, penting dilakukan, mengingat manfaat yang
akan diperoleh si bayi. Menurut WHO hal ini untuk menghindari alergi dan menjamin
kesehatan bayi secara optimal. Karena di usia ini, bayi belum memiliki enzim

16

pencernaan sempurna untuk mencerna makanan atau minuman lain. Meski begitu
kebutuhan si buah hati akan zat gizi akan terpenuhi jika mengonsumsi ASI.
Selain itu ASI jauh lebih sempurna dibandingkan susu formula manapun yang
biasanya berbahan susu sapi. Kandungan protein dan laktosa pada susu manusia dan
susu sapi itu berbeda. Susu sapi kadar proteinnya lebih tinggi, yakni 3,4% sedangkan
susu manusia hanya 0,9%. Kadar laktosa susu manusia lebih tinggi yakni 7%
sedangkan susu sapi hanya 3,8%.
Fungsi dari kedua zat gizi ini bertolak belakang. Laktosa sangat penting dalam
proses pembentukan myelin otak. Myelin atau pembungkus saraf ini bertugas
mengantarkan rangsangan yang diterima si bayi. Saat menyusu, rangsangan yang
diterima oleh si bayi seperti mencium bau ibunya serta mendengar dan merasakan
napas sang bunda. Sementara susu sapi, kandungan protein yang tinggi diperlukan
untuk membantu pembentukan otot. Sapi memang butuh otot kuat untuk melakukan
pekerjaan berat, seperti menarik gerobak.
Hasil penelitian dari Oxford University dan Institute for Social and Economic
Research sebagaimana dilansir Daily Mail, menyebutkan bahwa anak bayi yang
mendapat ASI eksklusif akan tumbuh menjadi anak yang lebih pintar dalam
membaca, menulis, dan matematika. Salah satu peneliti, Maria Iacovou
mengemukakan asam lemak rantai panjang (long chain fatty acids) yang terkandung
di dalam ASI membuat otak bayi berkembang (Anonim, 2013).
2.1.2 Komposisi ASI

17

Dalam harian kompas hari selasa 13 agustus 2013 yang berjudul ASI
Eksklusif, Zat Gizi Seimbang untuk Bayi dengan penulis Widiyani (2013) dan editor
Asep Chandra menyatakan bahwasannya komposisi ASI dari waktu ke waktu ternyata
berbeda. Komposisi ASI dibedakan menjadi tiga macam yang masing-masing
memiliki kandungan dan manfaat berbeda terhadap tubuh si kecil. Sebagai informasi
juga, komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi kurang bulan
(prematur) berbeda dengan ASI yang diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup
bulan (matur). Komposisi tersebut sesuai dengan kebutuhan masing-masing bayi.
Adapun ketiga komposisi ASI tersebut adalah:
1. Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang pertama kali keluar. Inilah ASI yang
diproduksi atau disekresi oleh kelenjar payudara ibu sejak hari pertama hingga ketiga
atau keempat usai melahirkan. Adapun jumlahnya mencapai 1-10 mililiter setiap kali
dikeluarkan, produksinya bahkan bisa mencapai 50-100 mililiter per hari.
Kolostrum berupa cairan kental berwarna kekuningan serta konsentrasinya
agak kasar sebab mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel. Kolostrum merupakan
zat penting yang tak bisa tergantikan, meskipun komposisi dari kolostrum ini selalu
berubah dari hari ke hari.
Pada masa awal kelahiran, bayi lebih banyak membutuhkan zat-zat
pembangun (protein) untuk pembentukan sel-sel tubuhnya serta sangat rentan

18

mengalami infeksi dari lingkungan sekitar.


Di masa ini, tubuh bayi memang belum dapat membentuk kekebalan sendiri
secara sempurna. Kolostrum mengandung kadar protein yang tinggi. Pada kolostrum
protein yang utama adalah globulin (gamma Globulin), imunoglobulin (IgG, IgA, dan
IgM), sekretorik (IgAs), laktoferin, lizosin, makrofag, neutrofil dan limfosit.
Protein tersebut berguna sebagai zat antibodi atau kekebalan untuk pertahanan
tubuh bayi mencegah, menetralisir atau melawan berbagai jenis penyakit yang
disebabkan bakteri, virus, jamur dan parasit. Kolostrum sebanyak 0,2 mililiter
ternyata kaya dengan antibodi untuk kekebalan. Misal, antibodi IgAs berfungsi
melapisi mukosa saluran cerna, mencegah menempelnya bakteri pada permukaan
epitel dan mencegah kolonisasi bakteri. Singkat kata, kolostrum merupakan cairan
pelindung yang kaya zat anti infeksi (Widiyani, 2013).
Selain itu, kolostrum juga mengandung rendah lemak dan laktosa mineral,
garam, vitamin A, nitrogen, dan sel darah putih. Selain sebagai sumber protein
dengan beragam faedahnya serta sebagai asupan gizi bayi yang terbaik, kolostrum
juga berfungsi sebagai pencahar ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai
dari usus bayi atau mekonium sekaligus memersiapkan saluran pencernaan makanan
bagi bayi pada tahapan usia selanjutnya.
Perlu diketahui pula, air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit

19

pertama disebut foremilk. Konsentrasi foremilk lebih encer. Foremilk mempunyai


kandungan tinggi protein laktosa, gula, protein, mineral dan air tapi rendah lemak.
Nah, selanjutnya, air susu berubah menjadi hindmilk. Hindmilk kaya akan lemak dan
gizi. Hindmilk membuat bayi akan lebih cepat kenyang. Tentunya bayi membutuhkan
keduanya, baik foremilk maupun hindmilk.
2. ASI Transisi/Peralihan
ASI transisi atau peralihan merupakan air susu yang keluar atau diproduksi
sejak hari keempat hingga hari kesepuluh atau keempat belas usai melahirkan. Ini
merupakan masa peralihan dari kolostrum hingga menjadi ASI yang matur atau
matang.
Pada masa ini, volume ASI makin melimpah, berubah warna serta
komposisinya. Akan tetapi kadar imunoglobulin dan protein relatif menurun atau
berkurang, sedangkan kadar karbohidrat, lemak dan laktosa meningkat.
3. ASI Matang/Matur
ASI matang umumnya terjadi pada minggu ketiga hingga minggu kelima. Di
masa ini, komposisi ASI relatif konstan. Cairan ASI berwarna putih kekuningkuningan karena warna garam Ca-caseinat, riboflavin, dan kariten yang terdapat di
dalamnya. ASI matur juga tidak menggumpal jika dipanaskan. Kadar karbohidrat dan
lemak lebih tinggi dan kadar protein lebih rendah dibandingkan kolostrum dan ASI

20

transisi.
Tabel 2.1 Kandungan ASI Pada Komposisi Kolostrum dan ASI Matur

Kandungan (per 100 ml)

Kolostrum

ASI Matur

Energi (kkal)

58

70

Laktosa (gr)

5,3

7,3

Protein Total (gr)

2,3

0,9

IgA (mg)

364

142

Lemak (gr)

2,9

4,2

Vitamin A (g)

89

67

Vitamin D (g)

0,05

Vitamin E (g)

1280

315

Vitamin K (g)

0,23

0,21

Thiamin (g)

15

21

Riboflavin (g)

25

35

Niacin (g)

75

150

Asam Folat (g)

8,5

Vitamin B6 (g)

12

93

Vitamin B12 (ng)

200

26

21

Vitamin C (mg)

4,4

4,0

Kalsium (mg)

23

28

Natrium (mg)

48

18

Kalium (mg)

74

58

Fosfor (mg)

14

15

Zat Besi (g)

45

40

Selenium (g)

2,0

Magnesium (g)

0,6

Zinc (g)

540

120

Sumber: Harian Kompas tanggal 13 agustus 2013


2.1.3 Manfaat ASI Eksklusif
Menurut Badan Perlindungan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana
Kabupaten Grobongan (2011) manfaat dari pemberian ASI eksklusif bagi bayi adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai sumber gizi yang lengkap.
b. Imunisasi awal yang berguna meningkatkan daya tahan tubuh bayi.

22

c. Meningkatkan kecerdasan otak serta emosional dan spiritual bayi.


d. Menyusui merupakan hak bayi.
e. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.
f. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi yang mengonsumsi ASI secara
eksklusif akan lebih cepat berjalan.
Menurut Badan Perlindungan Perempuan, Anak dan Keluarga Berencana
Kabupaten Grobongan (2011) manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu yaitu:
a. Mencegah perdarahan.
b. Mempercepat pengecilan rahim setelah melahirkan.
c. Mengurangi pengeroposan tulang.
d. Mengurangi risiko kanker payudara.
e. Mudah dan praktis serta hemat.
f. Bagi ibu bekerja akan jarang bolos karena bayi sakit.
g. Mengecilkan perut sehingga ibu bisa menjadi langsing.
h. Mengurangi kemungkinan untuk terkena kanker.

23

i. Memberikan kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi ibu.


Menurut Roesli (2007) keuntungan ASI bagi negara adalah:
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak.
b. Mengurangi subsidi biaya perawatan ibu dan anak.
c. Membantu program keluarga berencana.
d. Meningkatkan kualitas generasi penerus.
2.2 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
2.2.1 Defenisi MP-ASI
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan
kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai
umur 6 bulan sampai 24 bulan. Semakin meningkat umur bayi/anak, kebutuhan akan
zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang sedangkan ASI yang dihasilkan
kurang memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI
ke menu makanan keluarga. Pengenalan MP-ASI harus dilakukan secara bertahap
baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi atau
anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam kualitas dan kuantitas penting untuk
pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak dimasa depannya (Padang,
2007).
Sesudah bayi berumur lebih dari 6 bulan maka perlu makanan pendamping

24

seperti makanan lumat (bubur susu), buah, makanan lunak (nasi tim saring), kuning
telur, susu formula, makanan lunak (nasi tim cincang). Adapun tujuan pemberian
makanan pendamping ASI adalah:
1. Melengkapi zat gizi ASI yang kurang.
2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam makanan
dan berbagai rasa dan bentuk.
3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
Selain itu pemberian makanan pendamping ASI untuk bayi sebaiknya
memenuhi nilai energi dan kandungan protein yang tinggi, dapat diterima dengan
baik, harganya relatif murah, dapat diproduksi dari bahan-bahan olahan yang tersedia
secara lokal. Makanan pendamping ASI bagi bayi hendaknya bersifat padat gizi
(Muchtadi, 2004).
Pada usia 6 bulan sistem pencernaan bayi sudah mulai kuat dan mampu
menerima makanan selain ASI. Namun pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang diberikan terlalu dini dimana umur bayi kurang dari 6 bulan akan membuat
bayi enggan untuk mengonsumsi ASI dan bayi mudah mengalami gangguan sistem
pencernaan seperti diare.
Untuk meningkatkan kemandirian dalam meningkatkan status gizi masyarakat
dengan program keluarga sadar gizi (kadarzi), dilakukan sosialisasi untuk membuat
makanan pendamping ASI dngan menggunakan bahan lokal. Hal ini bertujuan untuk
penganekaragaman konsumsi makanan, namun biasanya ibu menggunakan makanan
bayi yang siap saji dalam bentuk kemasan/produk industri walaupun sesungguhnya

25

hal ini diperbolehkan (Sartono, 2006).


Makanan tambahan untuk bayi yang berupa makanan setengah jadi yang
dijual ditoko-toko/hasil olahan teknologi yang komposisinya juga telah disesuaikan
dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan kesehatan yang
optimal. Makanan tambahan yang terdiri dari berbagai campuran bahan makanan
dapat memberikan mutu yang lebih tinggi dari pada mutu masing-masing bahan yang
disusunnya. Dengan bercampurnya beragam bahan makanan tersebut, maka bahan
yang kurang dalam zat-zat gizi tertentu dapat ditutupi oleh bahan makanan yang
mengandung lebih banyak zat-zat yang bersangkutan. Dengan demikian masingmasing bahan makanan memiliki efek komplementer yang berakibat meningkatkan
mutu gizi makanan (Notoatmojdo, 2007).
2.2.2 Persyaratan MP-ASI
Pemberian makanan pendamping ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
1. Nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.
2. Memiliki suplementasi yang baik, mengandung vitamin dan mineral dalam
jumlah yang cukup.
3. Dapat diterima dengan baik.
4. Harganya relatif murah.
5. Dapat diproduksi dari bahan-bahan olahan yang tersedia secara lokal. Makanan
2.2.3

pendamping ASI bagi bayi hendaknya bersifat padat gizi (Padang, 2007).
Tanda-Tanda Bayi Sudah Siap Menerima MP-ASI
Tanda-tanda bayi telah siap menerima makanan pendamping ASI, walaupun

26

bayi belum melakukan semuanya, yakni:


1. Bayi dapat duduk untuk mempertahankan kepalanya dengan baik tanpa bantuan.
2. Bisa melakukan gerakan mengunyah.
3. Berat badan terlihat meningkat 2 kali lipat dari berat badan ketika lahir.
4. Terlihat tertarik pada makanan.
5. Mulai mendekatkan mulut ketika sendok mendekati mulut.
6. Bisa memindahkan makanan dari mulut bagian depan ke bagian belakang.
7. Bisa menggerakkan lidah dan tidak lagi mendorong makanan keluar
2.2.4

menggunakan lidah dan mulai tumbuh gigi.


Cara Memberikan MP-ASI
Agar makanan pendamping ASI atau makanan tambahan dapat diberikan

dengan efisien sebaiknya diperhatikan cara-cara pemberiannya sebagai berikut:


1. Diberikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit dari bentuk encer secara bertahap
ke bentuk yang lebih kental.
2. Makanan baru diperkenalkan satu per satu dengan memperhatikan bahwa
makanan betul-betul dapat diterima dengan baik.
3. Makanan yang menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani diberikan
terakhir. Urutan pemberian makanan tambahan biasanya adalah buah-buahan,
tepung-tepungan, sayuran dan daging.
4. Cara memberikan makanan bayi dipengaruhi oleh perkembangan emosional bayi,
makanan jangan dipaksakan sebaiknya diberikan pada waktu bayi lapar.
2.2.5 Hal yang Perlu di Perhatikan Ibu Saat Memberikan MP-ASI
1. MP-ASI adalah makanan pendamping ASI, bukan pengganti ASI
ASI tetap gizi terbaik untuk si kecil, saat memberikan makanan padat di usia
lebih dari 6 bulan, ibu tetap harus memberikan ASI pada si kecil. Berikan
berbagai variasi makanan dan cita rasa. Selain untuk mendeteksi apakah si kecil
alergi terhadap bahan makanan tertentu, dengan mengenalkan variasi makanan
sedini mungkin, si kecil akan tumbuh jadi anak yang tidak pemilih dalam hal
makanan (picky eater).
2. Mulai beri MP-ASI di usia 6 bulan, jangan terlalu cepat atau terlambat

27

MP-ASI baru bisa diperkenalkan di usia lebih dari 6 bulan untuk menunggu
kesiapan sistem pencernaan dan organ lain seperti hati dan ginjal, kesiapan
sistem syaraf dan motorik bayi. Pemberian MP-ASI terlalu dini dapat
meningkatkan risiko gangguan pencernaan, malnutrisi, infeksi pencernaan,
obesitas dan alergi, termasuk eksim, asma dan alergi makanan. Pemberian MPASI terlalu lambat akan meningkatkan risiko kekurangan energi, gangguan
tumbuh kembang, lambatnya kemampuan adaptasi terhadap makanan.
3. Berikan MP-ASI sesuai perkembangan usia
4. Jangan makan sambil tidur
Dudukkanlah si kecil di pangkuan atau di kursi makan bayi (high chair). Jangan
biarkan si kecil makan/minum sambil tiduran karena dapat meningkatkan risiko
infeksi telinga basah.
5. Beri makan secara bertahap dan perlahan
Letakkan makanan di ujung sendok dan lihat reaksinya apakah si kecil
menunjukkan rasa suka atau tidak suka dengan makanan yang diberikan. Beri
jarak 3-4 hari sebelum memperkenalkan bahan makanan baru berikutnya.

6. Perhatikan reaksi si kecil


Lihat seksama tiap reaksi si kecil terhadap bahan makanan tertentu, seperti

28

muntah, diare, gatal-gatal atau sesak napas. Bila timbul gejala alergi, segera
hentikan pemberian bahan makanan tersebut.
7. Tepat waktu
Berikan MP-ASI tepat pada waktunya dan beri cemilan di antara jam makan.
8. Jangan dulu memberi garam dan gula
Bayi tidak membutuhkan garam dan gula bahkan akan menambah berat kerja
ginjal sang bayi.
9. Tak perlu kapsul multivitamin
Ibu tidak perlu memberikan multivitamin dalam bentuk kapsul atau sirup, karena
kebutuhan vitamin si kecil bisa dipenuhi dari bahan makanan sehari-hari.
Pastikan menu hariannya sehat seimbang sesuai tahap perkembangannya. Ibu
juga bisa terus memberikan ASI hingga 2 tahun sesuai permintaan si kecil
(Pujiarto, 2012).
10. Jangan beri madu hingga usia 2 tahun
Karena ini dapat menimbulkan risiko penyakit infantile botulisme, yaitu
gangguan pencernaan karena racun dari bakteri Clostridium botulinum (Pujiarto,
2012).

29

Pemberian madu pada bayi di bawah satu tahun saat ini masih menjadi
kontroversi. Sebuah lembaga kesehatan dunia yang berpusat di Amerika
menyatakan bahwa pemberian madu tidak diperkenankan diberikan kepada anak
di bawah usia satu tahun, sementara itu sebagian masyarakat beranggapan bahwa
madu boleh-boleh saja diberikan kepada anak di bawah usia satu tahun. Pemanis
alami yang didapat dari lebah ini diduga memiliki kandungan bakteri
Clostridium botulinum yang diperoleh ketika lebah mengambil makanan dari
tanah atau tumbuhan. Bakteri Clostridium botulinum termasuk bakteri gram
positif, anaerob obligat (tidak bisa hidup bila terdapat oksigen), motil (dapat
bergerak), dan menghasilkan spora yang terdapat pada madu, Clostridium
botulinum akan dapat bertahan hidup pada usus dan mengeluarkan racun
botulinum.
Madu adalah sumber potensial dari spora ini. Pada dasarnya, senyawa botulinum
tidak berbahaya untuk orang dewasa. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan
orang dewasa memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi untuk
menghilangkan efek racun dari senyawa botulinum. Hanya saja, lain halnya yang
terjadi pada bayi dengan usia kurang dari satu tahun, organ pencernaan bayi
diusia ini masih belum matang, termasuk kadar asam dalam usus yang masih
begitu lemah sehingga belum cukup kuat dalam menangkal efek dari racun
botulinum yang ada pada madu. Adapun pemberian madu diperkenankan jika
usia bayi telah lebih dari satu tahun, sebab diusia ini sistem pencernaan bayi akan

30

cukup matang dalam mencerna madu dan menangkal racun dari senyawa
botulinum yang ada pada madu, sehingga senyawa ini tidak akan dapat bertahan
hidup serta berkembang biak pada usus bayi (Kompas, 2015).

2.2.6 Pemberian Makanan Bayi Umur 0-12 Bulan yang Baik dan Benar
Sesuai dengan bertambahnya umur bayi, perkembangan dan kemampuan bayi
menerima makanan, maka makanan bayi untuk umur 0-12 bulan, dibagi menjadi 3
tahap yakni:
1. Makanan bayi umur 0-6 bulan
a. Hanya ASI saja (ASI eksklusif)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada
30 menit pertama setelah kelahiran. Pada periode ini ASI saja sudah
mencukupi kebutuhan gizi bayi. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, dan
proses menyusui akan membina hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.
b. Berikan kolostrum
Kolostrum adalah air susu ibu yang keluar pada hari pertama
kelahiran,warnanya kuning dan kental. Kolostrum mengandung zat-zat gizi
dan zat kekebalan tubuh yang sangat baik bagi tubuh bayi.
c. Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari kedua payudara ibu, dan berikan ASI pada bayi kapan pun
dan dimanapun jika bayi memintanya. ASI diberikan 8-10 kali setiap harinya.

31

2. Makanan bayi umur 6-7 bulan


a. Pemberian ASI diteruskan
b. Pada umur 6 bulan sistem pencernaan bayi sudah kuat untuk menerima
makanan selain ASI dengan jenis makanan yang lumat.
3. Makanan bayi umur 9-12 bulan
a. Pemberian ASI diteruskan
b. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga
secara bertahap dengan jenis makanan lunak.
c. Berikan makanan selingan 1 kali sehari seperti bubur kacang hijau, buah, dan
lain-lain.
d. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam bahan makanan seperti
sayuran, lauk pauk, buah-buahan secara bergantian.
2.2.7 Dampak Pemberian MP-ASI Terlalu Dini
1. Dapat menyebabkan diare atau susah buang air besar (BAB)
Sebelum 6 bulan fungsi saluran pencernaan bayi belum siap atau mampu
mengolah makanan. Ketika ada makanan masuk maka saluran pencernaannya
akan mengalami gangguan yang ditandai dengan diare atau susah buang air besar
(BAB).
2. Obesitas
Ketika bayi lebih dini diperkenalkan pada MP-ASI, selanjutnya pola makan bayi
bisa tidak sesuai dengan tubuhnya. Bayi akan terbiasa dengan makan banyak atau
berlebihan. Inilah yang membuat bayi berisiko menjadi gemuk atau obesitas.
3. Kram usus
Ketika bayi belum siap mencerna makanan, namun dipaksa untuk mengolah MPASI maka bisa menyebabkan kram usus. Saat kram usus atau biasa disebut kolik
usus, bayi mungkin akan menangis lama, menjerit sambil menggerakkan tangan
dan kaki.
4. Alergi makanan

32

Pada bayi < 6 bulan beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung
lipase, amilase, pepsin belum diproduksi secara sempurna. Sel-sel disekitar usus
belum siap untuk menghadapi unsur-unsur atau zat makanan yang
dikonsumsinya. Makanan tersebut dapat menimbulkan reaksi imun, sehingga
dapat menyebabkan alergi akibat makanan yang dikonsumsinya.
5. Beban ginjal yang berlebihan dan hyperosmolitas
Makanan padat yang diproduksi dari pabrik biasanya mengandung kadar natrium
klorida (NaCl) yang tinggi yang akan menambah beban kerja ginjal. Bayi yang
memeroleh makanan padat sejak dini memiliki osmolitas plasma yang tinggi dari
pada bayi yang memperoleh ASI secara eksklusif.
6. Ancaman bahan-bahan makanan yang merugikan
Makanan tambahan mungkin mengandung komponen alamiah yang jika
diberikan sejak dini dapat merugikan, komponen yang lazim adalah sukrosa yang
memicu kerusakan gigi pada bayi dan memicu bayi menyukai rasa manis.
2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu dalam Pemberian MP-ASI Terlalu
Dini pada Bayi
Dari hasil penelitian Padang (2007) tentang analisa faktor-faktor yang
memengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI dini di Kecamatan Pandan Kabupaten
Tapanuli Tengah tahun 2007 dengan menggunakan regresi logistik bahwa terdapat
banyak faktor yang memengaruhi antara lain faktor sumber informasi, faktor
pekerjaan, faktor pengetahuan, faktor sosial budaya, faktor dukungan keluarga dan

33

masyarakat, faktor dukungan petugas kesehatan. Dari penelitian Ziraluo (2009)


dengan judul determinan pemberian MP-ASI di Kabupaten Nias Selatan 2009 bahwa
faktor-faktor yang memengaruhi pemberian MP-ASI adalah faktor dukungan petugas
kesehatan, faktor pengetahuan, faktor sosial budaya.
2.3.1 Faktor Umur
Umur merupakan bagian dari komposisi penduduk berdasarkan
pengelompokkan secara biologis. Umur adalah karakteristik penduduk yang pokok
dan punya peranan penting terhadap tingkah laku seseorang dalam bertindak. Umur
tunggal adalah umur seseorang yang dihitung berdasarkan hari ulang tahun
terakhirnya (Nurdin, 2007).
Umur memengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik (Notoatmodjo, 2007).
Dari segi produksi ASI ibu-ibu yang berusia 19-23 tahun lebih baik dalam
menghasilkan ASI dibanding dengan ibu yang berusia lebih tua. Primipara yang
berusia 35 tahun cenderung tidak menghasilkan ASI yang cukup (Pudjiadi, 2000).
Idealnya umur 20-30 tahun merupakan rentang usia yang aman untuk
bereproduksi dan pada umumnya ibu pada usia tersebut memiliki kemampuan laktasi
yang lebih baik daripada yang berumur lebih dari 30 tahun (Roesli, 2004).

34

2.3.2 Faktor Pekerjaan


Faktor ibu bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian MP-ASI
secara eksklusif selama 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya tiga bulan. Dengan
pengetahuan yang benar mengenai menyusui, peralatan memerah ASI, dan dukungan
lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara
eksklusif. Memberikan ASI secara eksklusif, tidak saja merupakan hal yang terbaik
bagi bayi namun juga menguntungkan bagi perusahaan. Hal ini didukung oleh bukti
secara ilmiah bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat. Bayi yang tidak
diberi ASI eksklusif akan tiga kali lebih sering dirawat dari pada bayi ASI eksklusif
lebih jarang dibawa berobat sehingga ibu lebih jarang meninggalkan pekerjaan
(Roesli, 2007).
2.3.3 Faktor Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan sangat menentukan seseorang dalam berperilaku, hal ini sesuai
dengan pendapat Green dan Kauter (2005) bahwa perilaku dipengaruhi oleh faktor

35

predisposisi antara lain pengetahuan, dan hal tersebut sejalan dengan pendapat Blum
(1974) dikutip oleh Notoatmojo (2003) bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku nyata (tindakan) seseorang.
2.3.4 Faktor Sosial Budaya
Keragaman cakupan pemberian ASI eksklusif menurut wilayah dan daerah
berkaitan dengan adanya perbedaan karakteristik sosial ekonomi dan budaya
masyarakat setempat. Kecenderungan penurunan menyusui didaerah perkotaan
manakala pemberian susu botol/susu formula dipromosikan secara gencar oleh media
massa dan menjadikan susu formula sebagai simbol status. Sejalan dengan arus
modernisasi dan meningkatnya partisipasi angkatan kerja wanita di sektor formal
(Muthmainnah, 2010).
Faktor budaya yang diwariskan secara turun temurun dalam pola makan
masyarakat seperti dalam pemberian MP-ASI yang akhirnya akan memberikan
dampak terhadap kebiasaan atau pola konsumsi kepada keturunannya nanti. Menurut
Foster (2005) yang dikutip oleh Padang (2007) bahwa kebudayaan dapat
memengaruhi banyak aspek dalam kesehatan seperti halnya masalah gizi yang terjadi
karena kepercayaan yang keliru, pantangan-pantangan terhadap bahan makanan.

36

2.3.5

Faktor Dukungan Keluarga


Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan oleh ibu

dalam pemberian MP-ASI karena keluarga adalah lingkungan terdekat dari ibu
(Muthmainnah, 2010). Adanya angapan ASI tidaklah cukup untuk memenuhi
kebutuhan bayi, dalam hal ini kebiasaan dan kepercayaan dari orang tua akan
ditanamkan kepada anaknya sebagai doktrin yang kuat dari orang tua. Di dalam
masyarakat seorang ibu sangat menghargai apa yang dikatakan orang tuanya karena
apa yang disampaikan orang tua adalah pengalaman hidupnya yang dianggap sebagai
suatu keberhasilan dalam membesarkan anaknya (Ziraluo, 2009).
2.3.6

Faktor Dukungan Petugas Kesehatan


Berdasarkan hasil penelitian Ziraluo (2009) yang dilakukan di wilayah kerja

Puskesmas Mulyorejo dengan metode observasional dan menggunakan pendekatan


cross sectional bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan
kurang. Sejumlah 85% responden mengetahui ASI eksklusif melalui informasi yang
disampaikan oleh bidan. Setelah dilakukan penelaahan lebih jauh ternyata informasi
yang didapatkan responden belum bisa merubah perilaku pemberian ASI eksklusif,
sehingga responden yang mendapatkan pengetahuan tersebut tidak serta merta
memberikan ASI eksklusif.
Informasi yang diberikan bidan kepada responden meliputi anjuran pemberian

37

kolostrum, manfaat pemberian kolostrum dan anjuran pemberian ASI tanpa tambahan
makanan lain selain ASI. Informasi yang diberikan tidak dilakukan secara
komprehensif dan bidan tidak menganjurkan pada ibu untuk mempraktikkan
manajemen laktasi, sehingga tingkat pengetahuan yang dimiliki ibu hanya sebatas
tahu dan memahami.
Keberhasilan menyusui tidak datang dengan sendirinya, tetapi memerlukan
keterampilan yang perlu diajarkan. Agar ibu berhasil dalam menyusui, memerlukan
berbagai kegiatan yang komprehensif pada saat prenatal, antenatal, dan postnatal.
2.4 Kerangka Konsep
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan arah dari alur penelitian ini
adalah seperti tergambar dalam kerangka konsep di bawah ini:
Variabel Bebas
Variabel Terikat

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Umur
Pekerjaan
Pengetahuan
Sosial budaya
Pemberian MP-ASI
Dukungan keluarga
Dukungan petugas kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu dalam


Pemberian MP-ASI Terlalu Dini di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2015.

38

2.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada pengaruh umur ibu dalam pemberian MP-ASI terlalu dini di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi
tahun 2015.
2. Ada pengaruh pekerjaan ibu dalam pemberian MP-ASI terlalu dini di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi
tahun 2015.
3. Ada pengaruh pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI terlalu dini di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota
Tebing Tinggi tahun 2015.
4. Ada pengaruh sosial budaya dalam pemberian MP-ASI terlalu dini di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota Tebing Tinggi
tahun 2015.
5. Ada pengaruh dukungan keluarga dalam pemberian MP-ASI terlalu dini di
wilayah kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis Kota
Tebing Tinggi tahun 2015.
6. Ada pengaruh dukungan petugas kesehatan dalam pemberian MP-ASI terlalu
dini di wilayah kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis
Kota Tebing Tinggi tahun 2015.
7. Ada pengaruh (umur, pekerjaan, pengetahuan, sosial budaya, dukungan

keluarga, dukungan petugas kesehatan) terhadap pemberian MP-ASI terlalu

39

dini di wilayah kerja UPTD Puskesmas Teluk Karang Kecamatan Bajenis


Kota Tebing Tinggi tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Isi KTI
    Daftar Isi KTI
    Dokumen3 halaman
    Daftar Isi KTI
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • Gizi Seim Bang
    Gizi Seim Bang
    Dokumen2 halaman
    Gizi Seim Bang
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • ANC2
    ANC2
    Dokumen3 halaman
    ANC2
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • ANC2
    ANC2
    Dokumen2 halaman
    ANC2
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • Apendisitis Beh
    Apendisitis Beh
    Dokumen28 halaman
    Apendisitis Beh
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • Bab I Apendisitis
    Bab I Apendisitis
    Dokumen3 halaman
    Bab I Apendisitis
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • Bibeh KPD
    Bibeh KPD
    Dokumen40 halaman
    Bibeh KPD
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • Mastoiditis
    Mastoiditis
    Dokumen23 halaman
    Mastoiditis
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • Lapkas
    Lapkas
    Dokumen37 halaman
    Lapkas
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen26 halaman
    Bab Ii
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • Bibeh KPD
    Bibeh KPD
    Dokumen33 halaman
    Bibeh KPD
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • Bibeh KPD
    Bibeh KPD
    Dokumen33 halaman
    Bibeh KPD
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen14 halaman
    Bab I
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • CHF2
    CHF2
    Dokumen4 halaman
    CHF2
    BibehCuy
    Belum ada peringkat
  • Menopause
    Menopause
    Dokumen12 halaman
    Menopause
    BibehCuy
    Belum ada peringkat