Supardi,M.
Si
BAB III
INTEGRASI NUMERIK
Integrasi numerik mengambil peranan penting dalam masalah sains dan teknik.
Hal ini menginat di dalam bidang sains sering ditemukan ungkapan-ungkapam integral
matematis yang tidak mudah atau bahkan tidak dapat diselesaikan secara analitis.
Disamping itu, kadang-kadang fungsi yang integralkan tidak berbentuk analitis
melainkan berupa titik-titik data. Hal ini sering muncul dalam banyak aplikasi teknik.
Oleh sebab itu, kehadiran analisis numerik menjadi penting manakala pendekatan analitis
mengalami kebuntuan.
Dalam bab ini kita akan membahas beberapa teknik integrasi numerik yang sangat
pada batas
umum digunakan untuk memperoleh pendekatan integral fungsi y x
interval
a, b
dinyatakan
b
I=
f x dx
(3-1)
x =a
a hingga x
terhadap
b . Pendekatan numerik
N
i 1
(3-2)
wi y x i
y x 1 = y a dan
y x N = y b .
46
46
I=
y x dx
f( x)
-2
x=x
x1
x2
x3
. . .
N-1
x N x=x N+1
Dari gambar 3.2 kita membubuhkan beberapa notasi di bagian absis yaitu x0 , x1 ,
x3 ,, xN dengan lebar segmen sebesar h, sehingga kita dapat definisikan
x i = x 0ih , dengan
i=1,2,3,. .. , N
(3-3)
xi adalah
fi
(3-4)
Selanjutnya, kita akan melakukan integrasi fungsi f x yang dibatasi oleh batas
bawah x
tertutup. Dalam gambar 3.2, penggunaan metode tertutup dapat dilakukan dengan
memilih batas bawah x x0 dan batas atas x= x N . Akan tetapi, kadang-kadang
ditemukan sebuah fungsi dimana salah satu ujungnya atau bahkan keduanya sangat sulit
untuk dihitung (misalnya, fungsi yang akan dihitung mendekati suatu harga nol atau
singularitas). Oleh sebab itu, kita membutuhkan metode baru yang disebut dengan
metode terbuka. Metode terbuka ini akan mengestimasi integral dengan menggunakan
titik-titik simpul (node) xi yang berada diantara simpul-simpul batas yaitu xa dan xb .
Dalam gambar 3.2 metode terbuka digunakan untuk mendekati integral fungsi dengan
memilih batas bawah integrasi x x1 dan batas atas x= x N 1 .
f x dx
a
f a
f b
(3-5)
Suku pertama pada ruas kanan adalah aturan trapezium yang kita maksudkan, sedangkan
suku kedua yang dinyatakan dengan E adalah kesalahan yang dimiliki oleh metode ini.
Untuk memperoleh ungkapan metode trapesium (3-5) dan untuk mengetahui
seberapa besar kesalahan yang dimiliki oleh metode ini, maka kita perlu melakukan
ekspansi deret Taylor luasan A x yang didefinisikan sebagai
x
A x= f t dt
(3-6)
x0
(3-7)
x 0 h
menjadi
x0 h
f x dx =0 h A ' x 0
...
0
A ' ' x 0
A'''x
(3-9)
= h f x 0 h
f ' x 0 h
Dengan mendekati ungkapan turunan pertama dengan beda hingga maju (forward
difference)
f ' x 0
f x0 h f x 0
10)
(3-
(3-11)
2
Dengan demikian kita memperoleh pendekatan integral dengan teknik integrasi trapesium
adalah
x0 h
h
f t dt
[ f x f x
h ]
(3-12)
x0
Dari ungkapan (3-11) dapat diketahui bahwa pendekatan integrasi dengan aturan
3
trapesium memiliki kesalahan yang sebanding dengan h . Oleh sebab itu, jika
kita membagi dua terhadap h maka kesalahan hasil integrasi akan tereduksi hingga 1/8
nya. Akan tetapi, ukuran domainnya juga terbagi menjadi dua, sehingga dibutuhkan
aturan
trapesium lagi untuk mengevaluasinya, selanjutnya sumbangan hasil integrasi tiap
domain dijumlahkan. Hasil akhirnya memiliki kesalahan 1/4 nya bukan lagi 1/8 nya.
Untuk memperoleh ungkapan yang lebih teliti mengenai kesalahan pada metode
ini, maka marilah kita lakukan perhitungan lebih teliti lagi. Jika kesalahan pendekatan
dinyatakan sebagai E, maka
x 0h
E=
f x dx
2
x0
= h f x 0 h
2
[ f x f x h]
0
(3-13)
1 h 3 f ' ' x0
12
Secara grafis ungkapan (3-12) dapat digambarkan seperti pada gambar (3-3)
h
Gambar 3.3. Deskripsi secara grafis aturan trapesium
IntegrasiNume
ri k
50
50
Ungkapan (3-12) adalah aturan trapezium untuk satu segmen. Untuk daerah yang
dibagi atas n segmen, maka ungkapan (3-12) dapat dinyatakan sebagai
x0 Nh
x0
h
f x dx= [
f
2
f 1 f
... f
N 2
N 1
N 1
(3-14a)
x0
h
f x dx= [ 02 f
f
2
2 f 22 f 3 2 f
N 3
2f
N 2
2f
N 1
(3-
14b)
N 1
Nh
f x dx= f 0 f
2 fn
(3-14c)
Algoritma program untuk aturan trapesium ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
Mendefinisikan fungsi yang akan diintegrasikan
Menentukan batas bawah b dan batas atas a integrasi
b a
Menghitung lebar segmen yaitu h= N
4x x 2 dx
0
b a
, karena N
N
x 0= 0 , f0 =[ 40 02 ]= 0
2
x 1=1 ,
41 1
3
f1
h
f0
Ungkapan (3-12) selanjutnya menjadi I
1 , sehingga
pada
Jadi I
h f
0
2
f1
1
0
2
f1
1.5
1.6667 1.5000
100%
1.6667
0.5
f0 =[ 40 0 ]= 0
x 2= 0 2 0.5=1 ,
f =[ 4 1 1 ]=3
x 0= 0 ,
diperoleh I
10.002%
2 1.75
3.0
h f
0
2
2 f1
f2
1.6250 .
1.625
1.6667
1.6667
100%
2.5019%
x 0= 0 ,
x 1=00.25 =0.25 ,
f0 =[ 40 0 ]= 0
2
x 2= 0 2 0.25=0.5 ,
2
f 2=[ 4 0.50.5
]=1.75
h
f0
2
2 f1 2 f 2
2f3
f4 ,
diperoleh
I
0.25
0
2
2 0.9375
2 1.75
2 2.4375
3.0
1.6563
1.6563
1.6667
1.6667
100%
0.624%
Kalau kita perhatikan dari ketiga hasil yang telah diperoleh di atas, maka kita
dapat menyimpulkan bahwa dengan memperbanyak jumlah langkah maka akan diperoleh
hasil yang semakin dekat dengan hasil eksaknya. Namun, yang perlu disadari juga bahwa
dengan memperbanyak jumlah langkah, maka proses perhitungannyapun akan semakin
membutuhkan waktu lebih lama. Gambar 3.4 ditunjukkan bagan alir program komputer
untuk metode trapesium.
Mulai
Mendefinisikan
fungsi f(x)
Masukkan a, b dan N
h=(b-a)/N;
fak=2
Inisialisasi
sum=f(a)+f(b)
for n=1:N-1
x=a+nh
sum=sum+fak*f(x);
Tampilkan hasil
Hasil=h/2*(sum)
Selesai
4x x 2 dx
0
%Program Aturan_Trapesium
f=inline('4*x-x^2','x');
hasil_eksak=1.6667;
a=input('masukkan batas bawah integrasi :');
b=input(' masukkan batas atas integrasi :');
N=input('masukkan jumlah segmen N :');
h=(b-a)/N;
sum=f(a)+f(b);
fak=2
for i=1:N-1
x=a+i*h;
sum=sum+2*f(x)
end
hasil_numerik=sum*h/2.; selisih=hasil_eksakhasil_numerik;
kesalahan=abs(selisih/hasil_eksak);
fprintf('%f
%f',hasil_numerik,kesalahan);
kesalahannya akan lebih kecil dibandingkan dengan aturan trapesium. Gambar (3-5)
memberikan tafsiran grafis terhadap pendekatan ini.
x0
N 1
f x dx h f x n
15) 0
n=0
1
2
(3-
Gambar (3-7) memberikan interpretasi secara grafis terhadap metode titik tengah dengan
banyak segmen.
Algoritma program untuk aturan titik tengah dapat dinyatakan sebagai berikut:
Mendefinisikan fungsi yang akan diintegrasikan
Menentukan batas bawah b dan batas atas a
Menghitung lebar segmen yaitu h
a
n
h * sum
Mulai
Mendefinisikan fungsi
f(x)
Masukkan a, b dan N
h=(b-a)/N;
Inisialisasi
sum =0
for n=0:N-1
x=a+(n+1/2)h
Selesai
x0
x0 h
f x dx dan
x0
f x dx diperoleh
x0 h
f x dx =hf ' x 0h
16a)
x0
f x dx =hf ' x0 h
f ' ' x 0h
3
f ' ' x 0 h
(3-
(3-
16b)
0
x 0h
x0 h
f x dx
f x dx= f x dx
x0
x0
3
x0
x 0h
x0
x 0h
iv
f x dx= f x
dx
(3-17a)
x 0h
2h
2h
=2 hf x 0
f ' ' x 0
f x 0 ...
3!
5!
sehingga
0
f x dx= hf x 0h
f ' ' x 0 2 h
3!
5!
iv
x 0...
(3-17b)
dengan mengambil
x0 h
x0
x mk = x0 x 0 h / 2 x 0 1
, maka
5 iv x ...
f x dx hf x mk 2 h3
0
2h f
f
'
'
0
3
=
5!
3! 2
(3-17c)
4x x 2 dx
0
lebar segmen h=
10
b a
=
=1
N
1
f x dx hf a+ 0 . 5h . Kemudian
kita
akan mengevaluasi fungsi untuk tiap simpul (dalam kasus ini hanya ada satu
simpul)
2
f 0 f 0 . 5 = 4 0 . 5 0 . 5 =1 . 75 , sehingga diperoleh
1
4x x 2 dx 1 [4 0 . 5 0 . 5 2 ]=1 . 75 .
0
100%
4.9979%
1 0
1 0
=0 . 5=
=0.5
2
2
f x dx h { f a+ 0 . 5h +f a+ 1 . 5h
} . U
Kemudian dievaluasi fungsi untuk tiap simpul (dalam kasus ini hanya ada dua
simpul)
f0
f1
0.25
4 0.25
0.25
0.75
4 0.75
0.75
4x x 2 dx h
+f 1
0.9375
f
0
1 0
4
0.25
1.6667 1.6875
1.6667
100%
1.248%
f x dx h { f a+ 0 . 5h +f a+ 1 . 5h +f a+ 2 . 0h +f a+ 2 . 5h } .
Untuk
Kemudian dilakukan evaluasi fungsi-fungsi
f
f
f f
4 0.125
0.125
0.375
4 0.375
0.375
0.625
4 0.625
0.625
0.875
4 0.875
0.875
0.4844
f1
2
f
f
f
0.125
1.3594
2.1094
2.7344 , selanjutnya akan diperoleh
100%
0.312%
Contoh program komputer untuk metode titik tengah dapat dilihat pada contoh program
dibawah ini
%Program Titik_Tengah
f=inline('4*x-x^2','x');
hasil_eksak=1.6667;
a=input('masukkan batas atas integrasi a:');
b=input('masukkan batas bawah integrasi b:');
N=input('masukkan jumlah segmen N:');
h=(b-a)/N;
sum=0.0;
for i=0:N-1 x=a+
(i+0.5)*h;
sum=sum+f(x);
end
hasil_num=h*sum;
selisih=abs(hasil_eksak-hasil_numerik);
fprintf('hasil_numerik =%f,error=%f',hasil_num,selisih)
60
60
IntegrasiNume
ri k
61
61
diharapkan meskipun lebar segmen h pada integrasi diambil cukup lebar, namun
diharapkan akan diperoleh ketelitian yang lebih tinggi dari metode sebelumya. Dengan
2 h dan mengurangkannya dengan
f x dx = 2 f x 0 h 2 f ' x 0 h
x0
f ' ' x 0 h
f x 0 4 f x 0 f ' x 0 h
24
h
f ' ' x 0 h
x0 h ...
31
(3-19)
4 iv
5
f x 0 h ...
15
f
1
iv
x0 h ...
iv
30
17 f iv x h4 ...
= h [ f x 0 4 f x 0 h f x 0 2 h ]O h
3
5
Dari ungkapan (3-15) terlihat bahwa kesalahan pendekatan integrasi Simpson 1/3
adalah O(h5), sedangkan kesalahan pada aturan trapezium dan titik tengah adalah O(h3),
ini berarti bahwa aturan Simpson 1/3 memiliki ketelitian dua orde lebih tinggi
dibandingkan metode trapesium dan titik tengah.
Tetapi, kita akan menghitung lebih teliti lagi seberapa kesalahan yang dialami
metode Simpson 1/3 ini. Untuk tujuan ini, kita harus melakukan ekspansi deret Taylor
untuk ungkapan pendekatan integrasi Simpson 2 segmen
h fx
[
k 1 4 f x k f x k 1 ] =
3
h
2h
2
iv
2h
4!
=2 h f x k
(3-20)
iv
f ' ' x k
36
x k ...
Ekspansi deret Taylor untuk
x k 1
x k 1
iv
x k ...
(3-21)
Dengan mengurangkan (3-21) dari (3-20) diperoleh kesalahan untuk metode Simpson 1/3
sebesar
h 5 iv
f xk
60
(3-22)
x0
h
f x dx [ f 4 f x h 2 f x 2 h 4 f x 3 h ...
x
0
0
0
0
3
2 f x 0 N 2 h 4 f x0 N 1 h f x 0 N h ]
f x dx f a 4
N /21
2i 1
N/
21
f x2
f b
f a
fak
f b
4
(3-16)
(3-17)
1 hingga i=N 1
node tiap-tiap
x i= ai h
fak * f ( x)
h
* sum
3
Hasil
4x x 2
dx
0
f x dx
h
f
3 0
4 f1
1 0
2
0.5 .
f2 .
Kemudian kita akan mengevaluasi fungsi untuk tiap simpul (ada tiga simpul)
2
x 0= 0
f0
f 0 40 0
0
,
x 1=0.5 ,
x 2=1 ,
f1
f2
f 0.5
f 1.0
4 0.5
4 1.0
0.5
2
1.0
1.75
3.0
4x x 2 dx3
0.5
1 . 6667
e x dx
31
=0.5 .
f 0 f 0x = e = 2.7183
x 1=1 0.5=1.5
f 1= f 1.5
1.5
= 4.4817
=e
x 2=1 2 0.5 ,
x 3=130.5 =2.5 ,
2.5= e
f 2= f 2.0=e =7.3891
2.5
=12.1825
f = f
3
x 4 =3.0 ,
f 4 = f 3.0 =e =20.0855
e
f
dx
[0
4 f 12 f
4 f 3 f 4 ]
3
0.5 [ 2.71834 4.4817 2 7.3891 4 12.1825 20.0855 ]
3
17.3731
Kesalahan yang diberikan oleh pendekatan ini adalah
17.3673 17.3731
=0.000337 =0.0337 %
17.3673
Dari hasil yang diperoleh pada contoh soal 3.3, kita dapat ketahui bahwa dengan
mebgambil dua segmen saja, metode Simpson 1/3 sudah dapat memperoleh hasil yang
eksak. Nah, tetapi kita harus memahami kenapa hal ini dapat terjadi. Jawaban yang dapat
kita berikan mengapa ini terjadi adalah karena integran dari bentuk integral tersebut
merupakan polinomial orde dua. Sedangkan, metode Simpson 1/3 sebenarnya dapat
diturunkan melalui interpolasi lagrange orde kedua. Oleh sebab itu, metode Simpson 1/3
akan memberikan hasil yang eksak apabila digunakan untuk mendekati integral fungsi
kuadrat.
x1
x2
x x1 x x 2
f x
f2 x
dx
x0
x0
x0
x1 x 0
dx
x2
x x0 x x1
f x
x 2 x 0 x 2 x1
x2
x0
x2
x x0 x x2
x0
x1 x 0 x1
f x 1 dx
x2
(3-18)
dx
f 2 x dx
4 f x1
h
f x0
3
f x2
(3-19)
Ungkapan (3-19) sebenarnya juga dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut.
Dimisalkan x x 0 nh ,
dalam kasus demikian oleh karena x1 x0 h , maka
x
x1
x2
2 h.
x x x
1
x0
x0
x1 x0
x2
f x 0 dx
(3-20a)
2
0
1 n
2 dn
h f x
0
2
x1
x 0 x1
n
3
f x
3n
2
2n
0
h
f x0
3
(3-20b)
(3-21a)
dx
x2
1
3
=4 h f
x1
21b)
3
0
(3-
x2 0x 2 x 1 x
x0
(3-22a)
2
disederhanakan menjadi
2
2
2
2
fx 1 3 1
n
2
n
f x n n1
h
dn=
0
[]
4
1
= h f x = h f
x
(3-22b)
Dari (3-18) diperoleh pendekatan integral dengan metode Simpson dua segmen
berbentuk
x2
f x dx=
x
3
x0
4 f x f x ]
f 23)
0
(3-
Kesalahan Pembulatan
Sumber kesalahan pembulatan yang dialami oleh metode Simpson pada dasarnya
sama dengan kesalahan pembulatan yang dialami pada metode trapesium maupun metode
titik tengah. Secara umum, kita berharap bahwa kesalahan relatif terhadap pembulatan
yang dialami oleh beberapa integrasi numerik adalah orde dari h. Untuk tahu kenapa
demikian, sekarang kita kembali ke bentuk pendekatan dari ungkapan integral yaitu,
f x dx wi f
(3-24)
xi
i= 1
Dari ungkapan pendekatan integral tersebut, secara garis besar dapat diperinci
sumber-sumber kesalahan pembulatan yang muncul yaitu,
Kesalahan yang muncul karena perkalian antara faktor bobot
wi dengan evaluasi
fungsi-fungsi f x i .
Kesalahan yang muncul akibat penambahan antar suku-suku.
xi .
Kesalahan akibat evaluasi fungsi-fungsi f
Gambar 3.8 ditunjukkan bagan alir dari program komputer untuk metode Simpson
1/3. Contoh implementasi program Simpson 1/3 disajikan untuk contoh fungsi exp x
Mulai
Mendefinisikan fungsi
f(x)
Masukkan a, b dan N
h=(b-a)/N;
fak=2
Inisialisasi
sum=f(a)+f(b)
for n=1:N-1
x=a+nh
Apakah
fak=2
?
TIDAK
YA
fak=2
fak=4
sum=sum+fak*f(x);
Tampilkan hasil
Hasil=h/2*(sum)
Selesai
x3
3h
f x dx =
fx
8
x
3 f x 3 f x f x
[
0
(3-25)
N/
31
f x dx =
3h
N /31
n=0
n=0
f a 3
2
f
x
3 N1
f x3 N 2
N /31
f x 3 N f b
n=1
(3-26a)
f a
f b
1 hingga i
n 1
a i*h
sum
fak * f ( x)
3h
* sum
8
(3-26b)
Contoh program Simpson 3/8 disajikan di bawah ini untuk fungsi exp(x) dengan batas
bawah integrasi a dan batas atas integrasi b.
IntegrasiNume
ri k
70
70
Mulai
Mendefinisikan fungsi
f(x)
Masukkan a, b dan N
Apakah
N kelipatan 3
?
h=(b-a)/N;
Inisialisasi
sum=f(a)+f(b)
for n=1:N-1
x=a+nh
Apakah
m od(n,3)=1 atau
m od(n,3)=2
?
YA
TIDAK
fak=2
fak=3
sum =sum+fak*f(x);
Selesai
bersesuaian
dengan
faktor
bobot
tertentu.
Selanjutnya
kita
dapat
menjumlahkannya
I
(3-27)
wi f x i
i 0
Dimana x i merupakan titik-titik evaluasi dan wi adalh faktor bobot yang bersesuaian
dengan titik ke-i.
Untuk menerapkan ungkapan (3-27) dalam pendekatannya terhadap sebuah
integral, maka perlu ditentukan titik evaluasi dan faktor bobot yang bersesuaian tersebut.
Untuk maksud tersebut, maka kita mempersyaratkan bahwa persamaan (3-27) harus
memenuhi integral fungsi-fungsi antara lain
f x
f x
f x
(3-28)
2
1,
w1 f x1
w2 f x 2
1dx
1
Untuk f x
w1
w2
w1 f x1
w2 f x 2
x dx
w1 x 1
w2 x 2
x ,
Untuk f x
w f x
w f x
1
dx
2
1
Untuk f x
w x2
2
3
1 1
w1 x13
w x2
2
w2 f x 2
w1 f x1
x 3 dx
w 2 x 23
w2
w1 x 1
2
w1x1
w 1x 1
w2 x 2
0
2
3
w2 x2
w2 x2
Jika empat persamaan simultan tersebut diselesaiakan maka akan diperoleh harga-harga
w1
w2
0,5773503
x1
x
1
3
0,5773503
3
Dengan mensubstitusi titik-titik yang diperoleh serta faktor bobotnya, maka ungkapan
(3-27) menjadi
I
1
3
1
3
Selanjutnya, kita akan mencari titik-titik dan faktor bobot yang bersesuaian untuk
pendekatan integrasi Gauss tiga titik. Seperti halnya pada pencarian titik-titik dan faktor
bobot pada integrasi Gauss dua titik, maka persamaan (3-27) harus memenuhi hubungan
sebagai berikut
Untuk f x
1,
w 1 f x1
w2 f x 2
w3 f x 3
1dx
1
w1
w2
w3
Untuk f x
,
w1 f x1
w2 f x 2
w3 f x3
x dx
w2 x 2
w3 x 3
x ,
Untuk f x
w1 x1
w f x
w f x
1
w f x
2
dx
Untuk f x
w2 f x 2
w3 f x 3
x ,
1 1
w x
2
w x
3
x 3 dx
w f x
2
x
dx
wx
1 1
Untuk f x
w1 x13
w 2 x 23
w3 x 33
w f x
w f x
1
wx
w1 f x1
Untuk f x
w x
2
w x
w2 f x 2
w1 f x1
w3 f x 3
w x5
dx
5
1 1
wx
w3 x35
Dari enam ungkapan di atas, maka kita telah memperoleh enam persamaan
simultan linier yaitu
w1
w2
w1 x 1
w x
1
2
1
3
w 1x 1
w x
1
4
1
5
w 1x 1
w3
w2 x 2
2
w x
w3 x 3
w x
w2 x
w x
3
2
4
w2 x
5
2
w3 x
3
3
w x
3
w3 x
5
3
3
0
2
4
3
5
0
Dengan menyelesaikan enam persamaan simultan linier di atas, maka akan diperoleh
harga untuk titik-titik dan faktor bobot yang bersesuaian yaitu
x1 0,774596669
x2 0
x3 0,774596669
w1 0,555555556
w2 0,888888889
w3 0,555555556
Tabel 3.1 diberikan harga titik-titik Gauss dan faktor bobot yang bersesuaian
untuk beberapa jumlah titik.
Tabel 3.1 Daftar titik-titik Gauss dan faktor bobot yang bersesuaian
Jumlah Titik
N=2
xi
wi
0,577350269
1,000000000
N=3
0
0,774596669
0,888888889
0,555555556
N=4
0,339981043
0,861136312
0,652145155
0,347854845
N=5
0
0,538469310
0,906179846
0,568888889
0,478628670
0,236926885
N=6
0,238619186
0,661209387
0,932469514
0,467913935
0,360761573
0,171324492
N=8
0,183434642
0,525532410
0,796666478
0,960289857
0,362683783
0,313706646
0,222381034
0,101228536
N = 10
0,148874339
0,433395394
0,679409568
0,865063367
0,973906528
0,295524225
0,269266719
0,219086363
0,149451349
0,066671344
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa batas-batas integrasi yang terpenuhi untuk
metode kuadratur ini adalah -1 hingga +1. Hal ini tentunya menjadikan penylesaiaan
dengan metode ini kurang luwes. Oleh sebab itu, perlu dilakukan transformasi terhadap
batas bawah dan batas atas integrasi tersebut, misalnya a dan b masing-masing untuk
batas bawah dan batas atas integrasi. Untuk itu, kita menganggap bahwa terdapat
x dengan x melalui hubungan
hubungan antara t
2 xt
(3-29)
b a
merupakan kooordinat origin yang berada dalam interval
xt
dimana
a b
[ a , b]
atau
(3-30)
b ax a b
2
xt
f x t dxt dx dx
dxt
f xt
a
a
2
w i f x ti
(3-31)
i 1
dimana
dx t / dx= b a / 2
(3-
32)
xt
i
Harga-harga dari
Contoh.
Misallkan diketahui N = 2, a =1, b = 10. Oleh karena titik-titik Gauss untuk N = 2
pada koordinat ternormalissi adalah 0,577350269, maka titik-titik yang bersesuaian
dengan x t adalah
i
xt1
xt2
1 - 0,577350269 1 10
2,901925
1
10
2
1 0,577350269 1 10 8,098075
1
10
2
Sedangkan dxt dx
10
f xt
1
dx t
a /2
f xt
1
dx t dx dx
4,5 1 f 2,901925
1 f 8,098075
a)
1 x
0
/2
b)
5
0
d)
dx
3
2
cos x dx
4
arctan x dx
x
0
1
e)
e x dx
2
c)
1
0 cos sin x dx
/2
a)
dx
d)
x sin x
0
1
b)
e)
1
dx
x 1
ln x
2
c)
x ln sin x dx
1
ln x dx
x 1 x dx
0
5. Ulangilah pertanyaan nomor 2) dengan metode Simpson 3/8 dengan 3,6,9 dan 12
segmen. Bandingkan hasilnya dengan hasil sebelumnya.
6. Dengan menggunakan hubungan
m
1
1
1
x sin j x cos x cos m x ,
2 j=1
2
2
m
1
1
1
2 sin x cos j xsin m x sin x
2 j=1
2
2
2 sin
dengan m adalah bilangan integer positf, maka tunjukkan bahwa untuk metode
trapesium banyak segmen dengan jumlah m subinterval akan memberikan harga
eksak pada setiap integral berikut ini
cos r x dx ,
sin r x dx
untuk setiap bilangan integer r yang bukan merupakann multipel dari m. Harga
berapakah yang diberikan oleh metode trapesium untuk integral-integral tersebut
jika r =mk dan k adalah bilangan positf integer.
7. Hitunglah integral berikut ini dengan menggunakan metode kuadratur Gauss 2 titik.
Kemudian bandingkanlah dengan dengan hasil eksaknya.
1.5
a)
dx
1.6
d)
x ln x
1
1
/4
b)
dx
e)
x 2 sin x
dx
x4
x 2 e x dx
0
3.5
c)
/4
dx
f)
3x
e sin 2 x dx
x 24