Memaksaku berjibaku menembus pekat Aku sendiri terkujur dalam hangat petak ruang Tak ku sadari otak berpikir cepat Apa yang dilakukan manusia selama ini Apa yang dikerjakan para buruh negeri Apa yang dimainkan oleh orang berdasi Apa yang diupayakan oleh yang ngakunya aktif organisasi Siapa dia? Kala itu logika tak memiliki arti Kala itu hati nurani telah bersimbah darah para pemilik negeri Lagi lagi dendang birokrat dan wakil berdasi yang akunya wakil rakyat negeri Sirna sudah tergerus sistem yang hingar bingar Ricuh kisruh dengan obrak abrik orang tak berakal sakti Masihkah terlihat kepakan garuda? Masihkah sekuat perisai yang di dada? Adakah yang bisa menembus segala ruang nostalgia? Aku mengerti butuh waktu untuk memahami Bila memang kenangan ini telah terpatri Bosan mendengar segala caci maki Segala cibir menusuk sukma yang tak bernyali Ahhh sudahlah Ini bukanlah demokrasi Aku tak mengenal lagi garuda punya perisai diri Ini bukanlah sebuah petisi atau mosi Melainkan hanyalah sebuah puisi Dari manusia tak bernyali yang ingin segera pergi