MKM Lanjut PDF
MKM Lanjut PDF
DIKTAT
MEKANIKA KEKUATAN MATERIAL
Disusun oleh:
Asyari Darami Yunus
Teknik Mesin
Universitas Darma Persada
Jakarta
2010
KATA PENGANTAR
Untuk memenuhi buku pegangan dalam perkuliahan, terutama yang menggunakan bahasa Indonesia dalam biang teknik, maka kali ini penulis menyempatkan diri untuk
ikut membuat sebuah diktat/buku yang bisa digunakan oleh mahasiswa teknik, terutama mahasiswa jurusan teknik mesin. Kali ini penulis menyiapkan diktat yang ditujukan
untuk mata kuliah Mekanika Kekuatan Material.
Dalam penyusunan buku ini penulis berusaha menyesuaikan materinya dengan kurikulum di jurusan Teknik mesin Universitas Darma Persada.
Perlu diketahui bahwa buku ini belum merupakan referensi lengkap dari pelajaran
Mekanika Kekuatan Material, sehingga mahasiswa perlu untuk membaca buku-buku
referensi lainnya untuk melengkapi pengetahuannya tentang materi mata kuliah ini.
Akhir kata, mudah-mudahan buku ini bisa menjadi penuntunbagi mahasiswa dan
memberikan manfaat sebagaimana yang diharapkan. Tak lupa penulis mengucapkan
banyak-banyak terima-kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian buku ini.
Jakarta, Oktober 2009
Ir. Asyari Darami Yunus, SE. MSc.
Daftar Isi
1
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
9
9
9
10
10
10
Konstanta Elastisitas
2.1 Regangan Primer atau Linier . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.2 Regangan Sekunder atau Lateral . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.3 Rasio Poisson . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.4 Regangan Volumetrik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.4.1 Regangan Volumetrik Benda Persegi Empat Yang Mendapat
Gaya Aksial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.4.2 Regangan Volumetrik Benda Empat Persegi Panjang Yang Mendapat Tiga Gaya Yang Saling Tegak Lurus . . . . . . . . . . .
2.5 Modulus Bulk . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.6 Hubungan Antara Modulus Bulk dengan Modulus Young . . . . . . .
2.7 Tegangan Geser . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.8 Tegangan Geser Prinsipal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
2.9 Modulus Geser atau Modulus Rigiditas . . . . . . . . . . . . . . . .
2.10 Hubungan Antara Modulus Elastisitas dan Modulus Rigiditas . . . . .
15
15
16
16
17
31
31
31
31
18
20
23
23
24
25
26
27
32
35
37
DAFTAR ISI
3.3.4
3.4
Tegangan Pada Bidang Miring Pada Benda Yang Mendapat Tegangan Langsung Pada Satu Bidang Disertai Dengan Tegangan
Geser Sederhana . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3.5 Tegangan Pada Bidang Miring Pada Benda Yang Mendapat Tegangan Langsung Pada Dua Bidang Yang Saling Tegak Lurus
Disertai Dengan Tegangan Geser Sederhana . . . . . . . . . .
Metode Grafik Untuk Tegangan Pada Bidang Miring Sebuah Benda .
3.4.1 Lingkaran Mohr Untuk Tegangan Pada Bidang Miring Pada
Benda Yang Mendapat Tegangan Langsung Pada Satu Bidang
3.4.2 Lingkaran Mohr Untuk Tegangan Pada Bidang Miring Pada
Benda Yang Mendapat Tegangan Langsung Pada Dua Arah
Yang Saling Tegak Lurus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.4.3 Lingkaran Mohr Untuk Tegangan Pada Bidang Miring Pada
Benda Yang Mendapat Sebuah Tegangan Langsung Pada Satu
Bidang Disertai Dengan Sebuah Tegangan Geser . . . . . . .
3.4.4 Lingkaran Mohr Untuk Tegangan Pada Bidang Miring Pada
Benda Yang Mendapat Dua Tegangan Langsung Pada Arah
Yang Saling Tegak Lurus Disertai Dengan Sebuah Tegangan
Geser . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
39
43
48
49
50
52
55
Defleksi Batang
4.1 Kurva Bending Batang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2 Hubungan Antara Kemiringan, Defleksi dan Jari-jari Kurva . . . . . .
4.3 Metode Untuk Kemiringan dan Defleksi Pada Penampang . . . . . . .
4.4 Metode Integral Ganda Untuk kemiringan dan Defleksi . . . . . . . .
4.4.1 Batang Tumpuan Sederhana Dengan Beban Terpusat Di Tengah
4.4.2 Batang Tumpuan Sederhana Dengan Beban Terpusat Eksentrik
4.4.3 Batang Tumpuan Sederhana Dengan Beban Terdistribusi Merata
4.4.4 Batang Tumpuan Sederhana Dengan Beban Bervariasi Secara
Gradual . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
61
61
63
64
64
65
67
72
Defleksi Kantilever
5.1 Kantilever Dengan Beban Terpusat Pada Ujung Bebasnya . . . . .
5.2 Kantilever Dengan Beban Terpusat Tidak Pada Ujung Bebasnya .
5.3 Kantilever Dengan Beban Terdistribusi Merata . . . . . . . . . . .
5.4 Kantilever Terbebani Sebagian Dengan Beban Terdistribusi Merata
5.5 Kantilever Dibebani Dari Ujung Bebas . . . . . . . . . . . . . . .
5.6 Kantilever Dengan Beban Bervariasi Secara Gradual . . . . . . .
5.7 Kantilever Dengan Beberapa Beban . . . . . . . . . . . . . . . .
.
.
.
.
.
.
.
79
79
81
82
85
86
88
90
93
93
94
96
99
101
.
.
.
.
.
.
.
75
DAFTAR ISI
6.6
6.7
6.8
6.9
7
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. 104
. 105
. 107
. 108
DAFTAR ISI
Bab 1
Tegangan
Setiap material adalah elastis pada keadaan alaminya. Karena itu jika gaya luar bekerja
pada benda, maka benda tersebut akan mengalami deformasi. Ketika benda tersebut
mengalami deformasi, molekulnya akan membentuk tahanan terhadap deformasi. Tahanan ini per satuan luas dikenal dengan istilah tegangan. Secara matematik tegangan
bisa didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, atau:
=
dimana
P
A
Pada sistem SI, satuan tegangan adalah pascal (Pa) yang sama dengan 1 N/m2 .
1.2
Regangan
Deformasi per satuan panjang disebut dengan regangan. Secara matematis ditulis:
=
l
l
atau
l = .l
dimana
10
1.3
Hukum Hooke
Berbunyi, Jika benda dibebani dalam batas elastisnya, maka tegangan berbanding lurus dengan regangannya. Secara matematis ditulis:
T egangan
= E = konstan
Regangan
1.4
= E x
atau
E=
dimana
= tegangan
= regangan, dan
E = konstanta proporsionalitas atau disebut juga modulus elastisitas atau
modulus Young.
1.5
No.
Material
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Baja
Besi tempa
Besi cor
Tembaga
Perunggu
Aluminium
Timbal
11
P
A
Maka regangan:
=
P
=
E
AE
dan deformasi:
l = .l =
Pl
.l
=
E
AE
Catatan:
Contoh soal 1.1. Sebuah batang dari baja dengan panjang 1 m dan penampang 20
mm 20 mm mendapat gaya tarik sebesar 40 kN. Carilah perpanjangan batang, jika
modulus elastisitas material batang adalah 200 GPa.
Jawab.
Diketahui: panjang (l) = 1 m = 1 103 mm
luas penampang (A) = 20 20 = 400 mm2
gaya tarik (P) = 40 kN = 40 103 N
Modulus elastisitas (E) = 200 GPa = 200 103 N/mm2
Perpanjangan batang:
l =
P.l
(40 103 ) (1 103 )
=
= 0, 5 mm
A.E
400 (200 103 )
12
Jawab.
Diketahui: panjang (l) = 2 m = 2 103 mm
diameter luar (D) = 50 mm
diameter dalam (d) = 30 mm
beban (P) = 25 kN = 25 103 N/mm2
modulus elastisitas (E) = 100 GPa = 100 103 N/mm2
Tegangan Pada Silinder
A=
P
25 103
=
= 19, 9 N/mm2 = 19, 9 MPa
A
1257
P.l
(25 103 ) (2 103 )
= 0, 4 mm
=
A.E
1257 (100 103 )
13
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Sebuah batang baja dengan panjang 2 m dan penampang 150 mm2 mendapat
tarikan aksial sebesar 15 kN. Carilah perpanjangan/elongasi batang. Ambil harga
E = 200 GPa. (jawab: 1,0 mm)
2. Sebuah batang lurus mempunyai panjang 500 mm dan penampang 500 mm2 .
Carilah besar beban kompresi dimana panjangnya berkurang 0,2 mm. Ambil E
material 200 GPa. (jawab: 40 kN)
3. Sebuah batang logam paduan dengan panjang 1 mm dan penampang 200 mm2
mendapat gaya tekan sebesar 20 kN. Jika modulus elastisitas paduan 100 GPa,
carilah penurunan panjang batang. (jawab: 0,5 mm)
14
Bab 2
Konstanta Elastisitas
Dari eksperimen ditemukan bahwa regangan aksial yang terjadi pada sebuah benda
selalu diikuti regangan dengan tanda yang berlawanan pada bagian lain yang tegak
lurus terhadapnya. Secara umum, terdapat dua jenis regangan pada benda jika benda
tersebut mengalami tegangan:
1. Regangan primer atau linier.
2. Regangan sekunder atau lateral.
2.1
l = Panjang batang
d = Diameter batang
P = Gaya tarik yang bekerja pada batang
l = Peningkatan panjang batang karena gaya tarik.
15
16
Deformasi batang per satuan panjang pada arah gaya, yaitu, l/l di kenal dengan regangan primer atau linier.
2.2
Ketika sebuah batang mengalami pertambahan panjang sebesar l searah gaya tarik
yang bekerja padanya, pada saat yang bersamaan terjadi penurunan diameter dari d ke
(d - d), seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.1(b). Dengan cara yang sama, jika
batang mendapat gaya tekan, panjang batang akan menurun sebesar l yang diikuti
oleh peningkatan diameter dari d ke (d - d).
Jadi jelas bahwa setiap tegangan langsung selalu diikuti oleh regangan pada arah
tegangan dan regangan dengan tanda yang berlawanan pada arah yang tegak lurus terhadap tegangan tersebut. Regangan yang tegak lurus terhadap tegangan yang bekerja
ini disebut dengan regangan sekunder atau lateral.
2.3
Rasio Poisson
Dari eksperimen ditemukan bahwa jika sebuah benda mengalami tegangan pada daerah
elastisnya, regangan lateral mempunyai rasio konstan terhadap regangan linier. Secara
matematik:
regangan lateral
= konstan
regangan linier
Konstanta ini dikenal dengan Rasio Poisson, dan dilambangkan dengan 1/m atau
. Secara matematik:
1
regangan lateral = . = .
m
Tabel 2.1: Harga rasio Poisson dari berbagai material.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Material
Baja
Besi tuang
Tembaga
Perunggu
Aluminium
Beton
Karet
Rasio poisson,
0,25 0,33
0,23 0,27
0,31 0,34
0,32 0,42
0,32 0,36
0,08 0,18
0,45 0,50
Contoh soal 2.1. Sebuah batang yang terbuat dari baja dengan panjang 2 m, lebar
40 mm dan tebal 20 mm mendapat tarikan searah aksial sebesar 160 kN pada arah
panjangnya. Carilah perubahan panjang, lebar dan ketebalan batang. Diketahui E =
200 GPa dan rasio Poisson = 0,3.
17
Jawab.
Diketahui: l = 2 m = 2 103 mm
b = 40 mm
t = 20 mm
P = 160 kN = 160 103 N
E = 200 GPa = 200 103 N/mm2
rasio Poisson, 1/m = 0,3
Perubahan panjang:
l =
Pl
(160 103 ) (2 103 )
= 2 mm
=
AE
(40 20) (200 103 )
Perubahan lebar:
=
2
l
=
= 0, 001
l
(2 103 )
1
= 0, 3 0.001 = 0, 0003
m
2.4
Regangan Volumetrik
Jika sebuah benda mendapatkan gaya, maka benda tersebut akan mengalami perubahan
dimensi. Perubahan dimensi sebuah benda akan menyebabkan perubahan volumenya.
Rasio perubahan volume terhadap volume awal disebut dengan regangan volumetrik.
Secara matematik, regangan volumetrik:
V =
dimana:
V
V
V = Perubahan volume
V = Volume awal.
Walaupun ada berbagai cara gaya bekerja pada benda, kondisi berikut perlu untuk
mengetahui regangan volumetrik pada suatu benda:
1. Benda persegi empat mendapat sebuah gaya aksial.
2. Benda persegi empat mendapat tiga gaya yang saling tegak lurus.
18
2.4.1
Misalkan sebuah batang dengan penampang persegi panjang, mendapat gaya tarik aksial, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.2.
Misalkan
Pl
Pl
=
AE
btE
Gaya
P
=
Luas
b.t
sehingga:
regangan linier =
P
tegangan
=
E
btE
1
1
P
X regangan linier =
X
m
m btE
P
P
1
X
=
m btE
mbE
= l + l
(2.1)
19
(l + l)(b b)(t t)
l
b
t
= lbt 1 +
1
1
l
b
t
l b
l b t
l t
l b t
X
X
X
X
= lbt 1 +
+
l
b
t
l
b
l
t
l
b
t
=
V = lbt 1 +
l
b
t
Perubahan volume:
V
lbt
l
b
t
l b t
= lbt
l
b
t
"
#
= lbt
= V X
Pl
btE
l
P
btE
P
mtE
1
2
m
P
mbE
tl
= lbt
P
P
P
btE
mbtE
mbtE
V X
P
btE
V
2
= 1
m
2
m
=
P
btE
1
2
m
Contoh soal 2.2. Sebuah batang yang terbuat dari baja dengan panjang 2 m, lebar
20 mm dan tebal 15 mm mendapat beban tarik sebesar 30 kN. Carilah peningkatan
volume, jika rasio Poisson = 0,25 dan modulus Young = 200 GPa.
20
Jawab.
Diketahui: l = 2 m = 2 103 mm
b = 20 mm
t = 15 mm
P = 30 kN = 30 103 N
rasio Poisson, 1/m = 0,25
modulus Young, E = 200 GPa = 200 103 N/mm2
Volume awal batang:
V = l.b.t = (2 103 ) 20 15 = 600 103 mm3
V
P
=
V
btE
1
2
m
=
30 103
20 15 (200 103 )
1
2
4
= 0, 00025
2.4.2
Misalkan sebuah benda persegi empat mendapat tegangan langsung pada ketiga sumbunya yang saling tegak lurus, seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 2.3.
Misalkan
x
E
21
x
z
dan z =
E
E
Regangan pada ketiga arah bisa dicari dengan prinsip superposisi, yaitu dengan
menambahkan secara aljabar regangan di setiap arah karena setiap tegangan individu.
Untuk ketiga tegangan tarik yang ditunjukkan oleh Gambar 2.3 (dengan memakai tanda
positif sebagai regangan tarik dan negatif sebagai regangan tekan), regangan resultan
pada arah x-x:
y
y
z
1
z
x
x
x =
E
mE
mE
E
E
E
x =
y
x
z
1
x
z
=
y
E
mE
mE
E
E
E
z =
z
x
y
1
x
y
=
z
E
mE
mE
E
E
E
Gambar 2.4:
Jawab
Diketahui: l = 500 mm
b = 100 mm
t = 50 mm
Gaya pada arah x = Px = 100 kN = 100 103 N (tarik)
22
Px
100 103
=
= 20 N/mm2 (tarik)
Ax
100 50
200 103
Py
=
= 8 N/mm2 (tarik)
Ay
500 50
z =
300 103
Pz
=
= 6 N/mm2 (tekan)
Az
500 100
dan
Kita juga tahu bahwa regangan resultan pada arah x-x, dengan mempertimbangkan
tarikan adalah positif dan kompresi adalah negatif adalah:
x = +
x
y
z
20
8
6
16, 5
+
=+
+
=
E
mE
mE
E
4E
4E
E
x
z
8
20
6
4, 5
y
+
=+
+
=
E
mE
mE
E
4E
4E
E
z =
z
x
y
6
20
8
13
=
E
mE
mE
E
4E
4E
E
regangan volumetrik:
V
= x + y + z
V
16, 5 4, 5 13
8
8
V
=
+
=
=
= 0, 04 103
2, 5 106
E
E
E
E
200 103
V = (0, 04 103 ) (2, 5 106 ) = 100 mm3
2.5
23
Modulus Bulk
Jika sebuah benda mendapat tiga tegangan yang saling tegak lurus, dengan besaran
yang sama, rasio tegangan langsung terhadap regangan volumetrik disebut sebagai modulus bulk, dilambangkan dengan K. Secara matematik:
K=
2.6
Tegangan Langsung
= V
Regangan Volumetrik
V
Misalkan sebuah kubus ABCD A1 B1 C1 D1 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.5.
Katakan kubus mendapat tiga tegangan tarik yang saling tegak lurus dengan besaran
yang sama.
Ambil
1
m
1
m
24
Sehingga, regangan tarik netto yang dialami oleh sisi AB karena tegangan-tegangan ini:
1
l
1
2
=
x
=
1
(2.2)
l
El
m E
m E
E
m
Volume awal kubus: V = l3 dan turunannya terhadap l adalah
V = 3l2 .l = 3l3 x
Substitusikan harga
l
l
= 3l2 atau:
l
l
V = 3l x
E
3
atau
V
V
3l3
V
= 3 x
V
l
E
2
1
m
2
1
m
3
=
E
2
1
m
sehingga
V
V
E
1
E
=
x
2
3
3
1 m
atau
K=
1
m2
m
mE
3(m 2)
Contoh soal 2.4. Jika harga modulus elastisitas dan rasio poisson sebuah paduan
masing-masing adalah 150 GPa dan 0,25, carilah harga modulus bulk paduan tersebut.
Jawab
Diketahui: E = 150 GP = 150103 N/mm2
rasio Poisson, 1/m = 0,25 atau m = 4
Modulus bulk paduan:
=
=
2.7
4 (150 103 )
mE
=
= 100 103 N/mm2
3(m 2)
3(4 2)
100 GPa
Tegangan Geser
Ketika suatu penampang mendapat dua gaya yang sama besar dan berlawanan arah, dan
bekerja secara tangensial pada penampang tersebut, akibatnya benda tersebut cendrung
robek melalui penampang tersebut seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.6, tegangan
yang ditimbulkan disebut tegangan geser. Regangannya disebut regangan geser.
25
Misalkan sebuah kubus dengan panjang l mempunyai tumpuan tetap pada permukaan dasar AB. Misalkan sebuah gaya P diberikan pada permukaan DC, tangensial terhadap permukaan AB. Karena gaya, misalkan kubus berubah dari ABCE ke ABC1 D1
melalui sudut seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 2.7.
Regangan Geser =
=
Deformasi
Panjang awal
CC1
=
l
2.8
P
AB
Tegangan geser prinsipal adalah tegangan geser pada penampang sebuah bidang, dan
selalu diikuti oleh tegangan geser penyeimbang (balancing shear stress) pada penampang bidang dan normal terhadapnya.
26
Bukti
Misalkan sebuah blok segiempat ABCD mendapat tegangan geser pada permukaan
AD dan CB seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.8. Misalkan ketebalan satu satuan.
Maka gaya yang bekerja pada permukaan AD dan CB:
P = .AD = .CB
2.9
Secara eksperimen diperoleh bahwa di dalam batas elastik, tegangan geser proporsional
(berbanding lurus) terhadap regangan geser. Secara matematik:
= Cx
atau
= C (atau G atau N)
dimana:
= tegangan geser
= regangan geser
C = konstanta, dikenal sebagai modulus geser atau modulus rigiditas
2.10
No.
Material
1
2
3
4
5
6
Baja
Besi tempa
Besi cor
Tembaga
Kuningan
Timbal
Misalkan sebuah kubus dengan panjang l mendapat tegangan geser seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.9(a). Terlihat bahwa karena tegangan-tegangan tersebut, kubus mengalami distorsi, seperti diagonal BD akan bertambah panjang dan diagonal AC
akan bertambah pendek. Misalkan tegangan geser akan menimbulkan regangan
seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.9(b). Terlihat bahwa diagonal BD akan mengalami distorsi menjadi BD.
regangan BD
=
=
BD1 BD
BD
D1 D2
DD1 cos 450
DD1
=
=
=
BD
2AD
2
AD 2
Kita lihat bahwa regangan linier diagonal BD adalah setengah dari regangan geser
dan berupa tarik. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa diagonal AC adalah
juga setengah dari regangan geser, tetapi berupa tekan. Regangan linier diagonal BD:
28
Gambar 2.9:
=
dimana:
=
2
2C
(2.3)
= regangan geser
C = Modulus rigiditas
Misalkan tegangan geser ini bekerja pada sisi AB, CD, CB dan AD. Kita tahu bahwa
akibat dari tegangan ini akan berupa tegangan tarik pada diagonal BD dan tegangan
tekan pada diagonal AC. Maka regangan tarik pada diagonal BD karena tegangan tarik
pada diagonal BD:
(2.4)
E
dan regangan tarik pada diagonal BD karena tegangan tekan pada diagonal AC:
=
x
m E
Efek kombinasi dari kedua tegangan di atas pada diagonal BD
1
1
m+1
+
x
=
1+
=
=
E
m E
E
m
E
m
=
(2.5)
(2.6)
m+1
mE
=
atau C =
2C
E
m
2(m + 1)
Contoh soal 2.5. Sebuah spesimen paduan mempunyai modulus elastisitas 120
GPa dan modulus rigiditas 45 GPa. Carilah rasio Poisson material tersebut.
Jawab.
Diketahui: E = 120 GPa
C = 45 GPa
C
45
90m + 90
m
1/m
mE
2(m + 1)
120m
m 120
=
=
2(m + 1)
2m + 2
= 120m
90
=3
=
30
= 1/3
=
30
Bab 3
Bidang Prinsipal
Pada sebuah titik pada suatu benda terdapat 3 bidang yang saling tegak lurus satu sama lain dan hanya mendapat tegangan langsung, tidak terdapat tegangan geser. Dari
ketiga tegangan langsung ini salah satunya akan mempunyai harga yang paling besar,
satu mempunyai harga minimum, dan satu lagi mempunyai harga diantaranya. Ketiga
bidang yang tidak mempunyai tegangan geser ini dikenal dengan Bidang prinsipal.
3.2
Tegangan Prinsipal
Besarnya tegangan langsung pada bidang prinsipal disebut dengan tegangan prinsipal. Penentuan bidang prinsipal, dan kemudian tegangan prinsipal merupakan faktor
penting dalam desain berbagai struktur komponen mesin.
Pada pembahasan selanjutnya akan dibahas penentuan tegangan pada penampang
miring sebuah benda yang mengalami regangan dengan dua metode:
1. Metode analitik, dan
2. Metode grafik.
3.3
32
Gambar 3.1:
Pada benda yang ditunjukkan oleh gambar 3.1, tegangan geser pada sisi vertikal
(sumbu x-x) diambil positif, sedangkan tegangan geser pada sisi horisontal (sumbu
y-y) diambil negatif.
3.3.1
Tegangan Pada Bidang Miring Yang Mendapat Tegangan Langsung Pada Satu Bidang
Gambar 3.2:
Misalkan sebuah benda empat persegi panjang yang mempunyai luas penampang
seragam dengan ketebalan satu satuan mendapat tegangan tarik langsung pada sumbu
x-x seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.2(a). Misalkan sebuah penampang miring
AB pada sumbu x-x,
jika
Pertama-tama, elemen ABC berada pada kondisi setimbang dimana diagram free body
ditunjukkan oleh gambar 3.2(b) dan (c). Kita tahu bahwa gaya horisontal pada AC:
P = .AC ( )
3.3. METODE ANALITIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA33
Gaya tegak lurus atau gaya normal pada bidang AB:
Pn = P sin = .AC sin
Gaya tangensial pada penampang AB:
Pt = P cos = .AC cos
Tegangan normal pada penampang AB:
=
=
Pn
.AC sin
.AC sin
= sin2
=
=
AC
AB
AB
sin
(1 cos 2) = cos 2
2
2
2
=
=
.AC cos
.AC cos
Pt
=
=
= sin cos
AC
AB
AB
sin
sin 2
2
Dari persamaan tegangan normal, nilainya akan maksimal jika sin2 = 1 atau sin
= 1 atau = 900 . Dengan kata lain, permukaan AC akan mendapat tegangan langsung
maksimum. Dengan cara yang sama, tegangan geser pada bidang AB akan maksimum
jika sin 2 = 1 atau 2 = 900 atau 2700 . Dengan kata lain tegangan geser akan maksimum pada sudut 450 dan 1350 . Tegangan geser maksimum pada = 450 :
max =
sin 900 = .1 =
2
2
2
34
Jawab.
Diketahui: = 5 MPa
= 250
Tegangan normal pada penampang:
5 5
cos 2 = cos(2 250 ) MPa
2
2
2 2
2, 5 2, 5 cos 500 = 2, 5 (2, 5 0, 6428) MPa
2, 5 1, 607 = 0, 89 MPa
=
=
Contoh soal 3.2. Dua potongan kayu ukuran penampang 100 100 mm disambung pada daerah garis AB seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.3. Carilah gaya
maksimum (P) yang bisa diberikan jika tegangan geser pada sambungan AB adalah 1,3
MPa.
Gambar 3.3:
Jawab.
Diketahui: Penampang = 100 mm X 100 mm
= 600
= 1,3 MPa = 1,3 N/mm2
A = 100 100 = 10.000 mm2
Tegangan geser:
3.3. METODE ANALITIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA35
1, 3
=
=
3.3.2
Tegangan Pada Bidang Miring Yang Mendapat Tegangan Langsung Pada Dua Arah Yang Saling Tegak Lurus
Gambar 3.4:
Misalkan sebuah benda empat persegi panjang yang mempunyai luas penampang
seragam dengan ketebalan satu satuan mendapat tegangan tarik langsung pada dua arah
yang saling tegak lurus pada sumbu x-x dan sumbu y-y seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 3.4. Misalkan sebuah penampang miring AB pada sumbu x-x,
Jika:
x = Tegangan tarik pada sumbu x-x (disebut juga tegangan tarik major)
y = Tegangan tarik pada sumbu y-y (disebut juga tegangan tarik minor)
= Sudut bidang miring AB dengan sumbu x-x
Pertama-tama, elemen ABC berada pada kondisi setimbang. Kita tahu bahwa gaya
horisontal pada AC:
Px = x .AC ( )
dan gaya vertikal pada BC:
Py = y .BC ( )
Gaya tegak lurus atau gaya normal pada bidang AB:
36
=
=
=
=
=
cos 2 +
+
cos 2
2
2
2
2
x + y
x y
cos 2
2
2
=
=
Pt
x .AC cos y .BC sin
=
AB
AB
x .AC cos y .BC sin
x .AC cos y .BC sin
AC
AC
AB
AB
sin
cos
x y
2
p
n2 + 2
Contoh soal 3.3. Sebuah titik pada material yang mengalami deformasi mendapat
dua tegangan tarik yang saling tegak lurus sebesar 200 MPa dan 100 MPa. Carilah
besarnya tegangan geser, tegangan normal dan tegangan resultan pada sebuah bidang
dengan kemiringan 300 dengan sumbu tegangan tarik mayor.
3.3. METODE ANALITIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA37
Jawab.
Diketahui: x = 200 MPa
y = 100 MPa
= 300
Tegangan normal pada bidang miring:
x + y
x y
cos 2
2
2
200 + 100 200 100
cos(2 300 )
=
2
2
= 150 (50 0, 5) = 125 MPa
=
=
200 100
x y
sin 2 =
sin(2 300 )
2
2
50 sin 600 = 50 0, 866 = 43, 3 MPa
3.3.3
Gambar 3.5:
Misalkan sebuah benda mendapat tegangan geser positif epanjang sumbu x-x seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.5(a). Bidang AB membentuk sudut dengan sumbu x-x dan kita akan mencari tegangan-tegangan seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.5(b).
Jika:
38
=
=
=
cos
=
=
=
AB
AB
xy .AC sin xy .BC cos
AC
BC
sin
cos
= xy . sin2 xy . cos2
xy
xy
=
(1 cos 2)
(1 + cos 2)
2
2
xy
xy
xy
xy
=
cos 2
cos 2
2
2
2
2
= xy cos 2
tanda negatif menunjukkan bahwa tegangan mempunyai arah yang berlawanan pada
bidang AC.
Tegangan normal maksimum dan minimum bisa dicari dengan menyamakan persamaan tegangan geser dengan nol:
3.3. METODE ANALITIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA39
xy cos 2 = 0
Persamaan di atas terpenuhi jika 2 = 900 atau 2700 atau dengan kata lain = 450
atau 1350 .
3.3.4
Gambar 3.6:
Misalkan sebuah benda segi empat mendapat tegangan tarik pada sumbu x-x diikuti dengan tegangan geser positif sepanjang sumbu x-x seperti ditunjukkan oleh gambar 3.6(a).
Jika:
40
=
=
=
Pn
x .AC sin xy .AC cos xy .BC cos
=
AB
AB
x .AC sin xy .AC cos xy .BC cos
AB
AB
AB
x .AC sin xy .AC cos xy .BC cos
AC
AC
BC
sin
sin
cos
cos 2 xy sin 2
=
2
2
(3.1)
=
=
=
Pt
x .AC cos + xy .AC sin xy .BC cos
=
AB
AB
x .AC cos xy .AC sin xy .BC cos
+
AB
AB
AB
x .AC cos xy .AC sin xy .BC cos
+
AC
AC
BC
sin
sin
cos
cos 2
cos 2
=
2
2
2
2
2
x
=
sin 2 xy cos 2
2
(3.2)
Bidang yang mempunyai tegangan normal maksimal dan minimal bisa dicari dengan menyamakan persamaan tegangan geser dengan nol.
Misalkan p adalah harga sudut dimana tegangan geser adalah nol. Maka:
x
sin 2p xy cos 2p
2
x
sin 2p = xy cos 2p
2
3.3. METODE ANALITIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA41
Gambar 3.7:
tan 2p =
2xy
x
Dari persamaan di atas, kita peroleh bahwa 2 kondisi berikut akan memenuhi persamaan tesebut seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.7(a) dan (b). Untuk kasus 1,
kita peroleh:
sin 2p1 = q
2xy
2
x2 + 4xy
x
2
x2 + 4xy
2xy
2
x2 + 4xy
x
2
x2 + 4xy
=
=
x
x
cos 2 xy sin 2
2
2
x
x
x
2xy
q
+ xy q
2
2
2
2
x2 + 4xy
x2 + 4xy
2
2xy
2
x
+ q x
+q
2
2
2
2 x2 + 4xy
x2 + 4xy
q
2
2
x2 + 4xy
x2 + 4xy
x
x
+ q
+
2
2
2 2 + 4 2 2
x
x
+
2
r
xy
x 2
2
+ xy
2
42
p2
x
x
2xy
x
q
+ xy q
2
2
2
2
x2 + 4xy
x2 + 4xy
2
2
2xy
x2 + 4xy
x
x
x2
q
=
q
q
2
2
2
2
2
x2 + 4xy
x2 + 4xy
2 x2 + 4xy
q
r
2
x2 + 4xy
x
x 2
x
2
+ xy
2
2
2
2
Contoh soal 3.4. Sebuah elemen bidang pada sebuah benda mendapat tegangan
tarik sebesar 100 MPa disertai dengan tegangan geser sebesar 25 MPa. Carilah (i)
tegangan normal dan tegangan geser sebuah bidang yang membentuk sudut sebesar
200 dengan tegangan tarik dan, (ii) tegangan prinsipal maksimum pada bidang.
Jawab.
Diketahui: x = 100 MPa
xy = 25 MPa
= 200
(i) Tegangan normal dan tegangan geser:
n
x
x
cos 2 xy sin 2
2
2
100 100
=
=
=
=
x
sin 2 xy cos 2
2
100
sin(2 200 ) 25 cos(2 200 )
2
50 sin 400 25 cos 400
p1
x
+
2
r
x 2
2
+ xy
2
3.3. METODE ANALITIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA43
s
2
100
100
+ (25)2
=
+
2
2
= 105, 9 MPa
3.3.5
Gambar 3.8:
Misalkan sebuah benda persegi empat mendapat tegangan tarik pada sumbu x-x
dan sumbu y-y dan disertai dengan tegangan geser positif pada seoanjang sumbu x-x,
seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.8(b).
Jika:
44
=
=
=
Pn
x .AC sin xy .AC cos + y BC cos xy .BC sin
=
AB
AB
x .AC sin xy .AC cos y .BC cos xy .BC sin
AB
AB
AB
AB
x .AC sin xy .AC cos y .BC cos xy .BC sin
AC
AC
BC
BC
sin
sin
cos
cos
cos 2 +
+
cos 2 xy sin 2
2
2
2
2
x + y
x y
=
cos 2 xy sin 2
2
2
(3.3)
=
=
=
AB
AB
AB
AB
x .AC cos xy .AC sin x .AC sin xy .BC cos
+
AC
AC
BC
BC
sin
sin
2
cos
cos
2
cos 2
cos 2
=
2
2
2
2
2
x y
=
sin 2 xy cos 2
2
(3.4)
Bidang yang mempunyai tegangan normal maksimal dan minimal bisa dicari dengan menyamakan persamaan tegangan geser dengan nol.
3.3. METODE ANALITIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA45
Misalkan p adalah harga sudut dimana tegangan geser adalah nol. Maka:
x y
sin 2p xy cos 2p
2
x y
sin 2p = xy cos 2p
2
tan 2p =
2xy
x y
Gambar 3.9:
Dari persamaan di atas, kita peroleh bahwa 2 kondisi berikut akan memenuhi persamaan tesebut seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.9(a) dan (b). Untuk kasus 1,
kita peroleh:
sin 2p1 = q
2xy
2
(x y )2 + 4xy
x y
2
(x y )2 + 4xy
2xy
(x y
)2
2
4xy
(x y )
2
(x y )2 + 4xy
p1
=
=
x y
x + y
cos 2 xy sin 2
2
2
x + y
2xy
x y
x y
+ xy q
+
q
2
2
2
2
2
(x y ) + 4xy
(x y )2 + 4xy
46
2
(x y )2 + 4xy
x + y
x + y
+ q
+
=
2
2
2
2 (x y )2 + 4xy
s
2
x + y
x y
2
+ xy
+
2
2
2
(x y )2 + 4xy
p2
x + y
2xy
x y
(x + y )
+ xy q
q
2
2
2
2
(x y )2 + 4xy
(x y )2 + 4xy
2
2
(x y )2 2xy
(x y )2 + 4xy
x + y
x + y
=
+ q
q
2
2
2
2
2 (x y )2 + 4xy
2 (x y )2 + 4xy
q
s
2
2
(x y )2 + 4xy
x + y
x y
x + y
2
+ xy
2
2
2
2
Contoh soal 3.5. Sebuah titik mendapat tegangan tarik sebesar 250 MPa pada arah
horisontal dan tegangan tarik sebesar 100 MPa pada arah vertikal. Titik tersebut juga
mendapat tegangan geser sebesar 25 MPa, yang apabila dikaitkan dengan tegangan
tarik mayor, akan merotasi elemen searah jarum jam. Berapakah besar tegangan normal
dan geser pada penampang yang membentuk sudut sebesar 200 dengan tegangan tarik
mayor.
Jawab.
Diketahui: x = 250 MPa
y = 100 MPa
xy = 25 MPa
= 200
Besar Tegangan Normal:
x + y
x y
cos 2 xy sin 2
2
2
250 + 100 250 100
=
=
x y
sin 2 xy cos 2
2
3.3. METODE ANALITIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA47
=
=
250 100
sin(2 200 ) 25 cos(2 200 )
2
75 sin(400 ) 25 cos(400 )
max
=
=
s
2
x y
2
+ xy
2
s
2
400 + 150
400 150
+
+ (100)2
2
2
275 + 160, 1 = 435, 1 MPa
x + y
+
2
min
s
2
x y
2
=
+ xy
2
s
2
400 150
400 + 150
=
+ (100)2
2
2
= 275 160, 1 = 114, 9 MPa
x + y
48
tan 2p
2 100
2xy
=
= 0, 8
x y
400 150
2p
38, 660
x y
2
s
2
400 150
=
2
= 160, 1 MPa
2
+ xy
2
+ (100)2
3.4
tan 2s
400 150
x y
=
= 1, 25
2xy
2 100
2s
51, 340
3.4. METODE GRAFIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA49
Gambar 3.10:
3.4.1
Lingkaran Mohr Untuk Tegangan Pada Bidang Miring Pada Benda Yang Mendapat Tegangan Langsung Pada Satu Bidang
Misalkan sebuah benda empat persegi panjang mendapat tegangan tarik langsung pada
sumbu x-x seperti ditunjukkan oleh gambar 3.11(a) dan (b).
Gambar 3.11:
Jika
Untuk mencari tegangan pada bidang miring AB, kita gunakan lingkaran Mohr tegangan seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.12 , dengan prosedur sebagai berikut:
1. pertama-tama, ambil sembarang titik O, dan melalui titik O tersebut gambar garis
XOX.
2. Dengan menggunakan skala tertentu, buat potongan garis OJ sesuai besarnya
tegangan tarik () ke kanan (sebab tegangan adalah tarik). Bagi dua potongan
garis OJ dengan pusatnya ada pada titik C.
3. Dengan C sebagai pusat dan jari jari CO atau CJ buatlah sebuah lingkaran. Lingkaran ini disebut Lingkaran Mohr untuk Tegangan.
50
Gambar 3.12:
3.4.2
Misalkan sebuah persegi panjang mendapat tegangan tarik langsung pada dua arah
yang saling tegak lurus yaitu pada sumbu x-x dan sumbu y-y seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 3.13(a) dan (b).
Gambar 3.13:
3.4. METODE GRAFIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA51
Diketahui: x = tegangan tarik pada arah sumbu x-x (atau tegangan tarik major)
y = tegangan tarik pada arah sumbu y-y (atau tegangan tarik minor)
= sudut bidang miring AB dengan sumbu x-x searah jarum jam
Prosedur menggambar diagram Mohr (perhatikan gambar 3.14):
1. Pertama-tama, ambil sembarang titik O dan gambarlah garis horisontal OX.
2. Dengan menggunakan skala tertentu, buat potongan garis OJ sesuai besarnya
tegangan tarik (x ) dan OK sesuai besarnya tegangan tarik (y ) ke kanan (sebab
tegangan adalah tarik). Bagi dua sama besar potongan garis JK dengan pusatnya
ada pada titik C.
3. Dengan C sebagai pusat dan jari jari CJ atau CK buatlah sebuah lingkaran. Lingkaran ini disebut Lingkaran Mohr untuk Tegangan.
4. Melalui titik C gambarlah garis CP dengan sudut sebesar 2 dengan CK dan arah
searah jarum jam, memotong lingkaran pada titik P.
5. Melalui P, gambar garis PQ yang tegak lurus terhadap OX. Tarik garis OP.
6. Panjang garis OQ, QP dan OP masing-masing adalah besarnya tegangan normal, tegangan geser dan tegangan resultan, sesuai dengan skala yang digunakan.
Sudut POC merupakan sudut kemiringan ().
Gambar 3.14:
Contoh soal 3.7. Tegangan pada sebuah titik pada sebuah komponen mesin adalah
150 MPa dan 50 MPa dan kedua-duanya adalah tarik. Carilah besarnya tegangan normal, tegangan geser dan tegangan resultan pada sebuah bidang yang membentuk sudut
sebesar 550 dengan sumbu tegangan tarik mayor.
Jawab.
Diketahui: x = 150 MPa
y = 50 MPa
= 550
52
Tegangan yang diketahui pada bidang AC dan BC pada komponen mesin ditunjukkan
oleh gambar 3.15(a).
Gambar 3.15:
Sekarang gambarlah lingkaran tegangan Mohr seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.15(b) dan diuraikan sebagai berikut:
1. Pertama-tama, ambillah sembarang titik O dan buatlah garis horisontal OX.
2. Buat potongan garis OJ dan OK yang masing-masing besarnya sama dengan x
dan y sesuai dengan skala tertentu ke kanan. Bagi dua garis KJ dengan pusatnya
pada C.
3. Dengan C sebagai pusat dan jari-jari CJ atau CK, gambarlah lingkaran tegangan
Mohr.
4. Melalui C gambarlah dua garis CM dan CN yang tegak lurus terhadap garis OX
dan memotong lingkaran pada M dan N. Melalui C gambar juga garis CP yang
membentuk sudut 2 550 = 1100 dengan CK pada arah searah jarum jam dan
memotong lingkaran pada titik P.
5. Melalui P, gambarlah PQ yang tegak lurus terhadap garis OX. Buat garis PO.
Dengan pengukuran, kita memperoleh tegangan normal (n ) = OQ = 117 MPa.
Tegangan geser ( ) = QP = 47,0 MPa; tegangan resultan (R ) = OP = 126,2
MPa dan tegangan geser maksimum (max ) = CM = 50 MPa.
3.4.3
Lingkaran Mohr Untuk Tegangan Pada Bidang Miring Pada Benda Yang Mendapat Sebuah Tegangan Langsung Pada
Satu Bidang Disertai Dengan Sebuah Tegangan Geser
Misalkan sebuah persegi panjang mendapat tegangan tarik langsung pada dua arah
yang saling tegak lurus yaitu pada sumbu x-x dan sumbu y-y seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 3.16(a) dan (b).
3.4. METODE GRAFIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA53
Gambar 3.16:
Diketahui: x = tegangan tarik pada arah sumbu x-x
xy = tegangan geser positif pada arah sumbu x-x
= sudut bidang miring AB dengan sumbu x-x searah jarum jam
Prosedur menggambar diagram Mohr (perhatikan gambar 3.17):
1. Pertama-tama, ambil sembarang titik O dan gambarlah garis horisontal XOX.
2. Dengan menggunakan skala tertentu, buat potongan garis OJ sesuai besarnya
tegangan tarik (x ).
3. Buat garis tegak lurus pada J di atas garis X-X (sebab xy positif pada sumbu
x-x) dan buat potongan garis JD yang besarnya sesuai dengan tegangan geser
xy dengan skala tertentu. Dengan cara yang sama buat garis tegak lurus pada
titik O di bawah garis x-x (karena xy negatif pada sumbu y-y) dan buat potongan
garis OE yang besarnya sama dengan tegangan geser xy . Tarik garis DE dan
bagi dua pada C.
4. Dengan C sebagai pusat dan jari jari CD atau CE buatlah sebuah lingkaran. Lingkaran ini disebut Lingkaran Mohr untuk Tegangan.
5. Melalui titik C gambarlah garis CP dengan sudut sebesar 2 dengan CE dan arah
searah jarum jam, memotong lingkaran pada titik P.
6. Melalui P, gambar garis PQ yang tegak lurus terhadap OX. Tarik garis OP.
7. Panjang garis OQ, QP dan OP masing-masing adalah besarnya tegangan normal, tegangan geser dan tegangan resultan, sesuai dengan skala yang digunakan.
Sudut POC merupakan sudut kemiringan ().
Contoh soal 3.8. Sebuah elemen bidang pada sebuah benda mendapat tegangan
tarik sebesar 100 MPa dan disertai dengan tegangan geser searah jarum jam sebesar
25 MPa. Carilah (i) tegangan normal dan geser pada bidang yang membentuk sudut
sebesar 200 dengan tegangan tarik; dan (ii) tegangan geser maksimum pada bidang.
54
Gambar 3.17:
Jawab.
Diketahui: x = 100 MPa
xy = 25 MPa
= 200
Tegangan-tegangan pada elemen dan tegangan geser pada bidang BC ditunjukkan oleh
gambar 3.18(a).
Gambar 3.18:
Sekarang gambarlah lingkaran tegangan Mohr seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.18(b) dan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pertama-tama, ambillah sembarang titik O dan buatlah garis horisontal XOX.
2. Buat potongan garis OJ yang besarnya sama dengan tegangan tarik x (yaitu 100
MPa) sesuai dengan skala tertentu ke kanan.
3.4. METODE GRAFIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA55
3. Sekarang buat garis tegak lurus J di atas garis X-X dan buat potongan garis JD
yang sama besar dan positif dengan tegangan geser pada bidang BC (yaitu 25
MPa) sesuai dengan skala. Dengan cara yang sama buat garis tegak lurus O
ke bawah garis X-X dan buat garis OE yang besarnya sama dan negatif dengan
tegangan geser bidang BC (yaitu 25 MPa) sesuai skala. Buat garis DE dan bagi
dua di titik C.
4. Dengan C sebagai pusat dan jari-jari CD atau CE, gambarlah lingkaran tegangan
Mohr.
5. Melalui C gambarlah dua garis CM dan CN yang tegak lurus terhadap garis OX
dan memotong lingkaran pada M dan N. Melalui C gambar juga garis CP yang
membentuk sudut 2 200 = 400 dengan CE pada arah searah jarum jam dan
memotong lingkaran pada titik P.
6. Melalui P, gambarlah PQ yang tegak lurus terhadap garis OX. Buat garis PO.
Dengan pengukuran, kita memperoleh tegangan normal (n ) = OQ = 4,4 MPa
(tekan). Tegangan geser ( ) = QP = 13,0 MPa dan tegangan geser maksimum
(max ) = CM = 55, 9 MPa.
3.4.4
Misalkan sebuah persegi panjang mendapat tegangan tarik langsung pada dua arah
yang saling tegak lurus yaitu pada sumbu x-x dan sumbu y-y dan diikuti oleg sebuah tegangan geser positif (searah jarum jam) pada sumbu x-x, seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 3.19(a) dan (b).
Gambar 3.19:
Diketahui: x = tegangan tarik pada arah sumbu x-x
y = tegangan tarik pada arah sumbu y-y
xy = tegangan geser positif pada arah sumbu x-x
= sudut bidang miring AB dengan sumbu x-x searah jarum jam
56
Gambar 3.20:
Contoh soal 3.9.1 Sebuah elemen bidang pada sebuah boiler menerima tegangan
tarik sebesar 400 MPa pada satu bidang dan 150 MPa pada bidang lainnya yang tegak
lurus terhadap bidang pertama. Setiap tegangan tersebut disertai dengan tegangan geser
sebesar 100 MPa dimana jika dikaitkan dengan tegangan tarik minor akan cendrung
merotasikan elemen berlawanan arah jarum jam. Carilah:
1 Kita
3.4. METODE GRAFIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA57
1. Tegangan prinsipal dan arahnya.
2. Tegangan geser maksimum dan arahnya pada bidang dimana tegangan ini bekerja.
Jawab.
Diketahui: x = 400 MPa
y = 150 MPa
xy = 100 MPa (tanda negatif dikarenakan berlawanan jarum jam pada
sumbu x-x
Gambar 3.21:
Tegangan-tegangan yang diberikan pada bidang AC dan BC dari elemen dan tegangan geser pada bidang BC ditunjukkan oleh gambar 3.21(a). Sekarang gambarlah
diagram tegangan Mohr seperti ditunjukkan oleh gambar 3.21(b) dan dibicarakan berikut ini.
1. Pertama-tama, ambillah sembarang titik O dan buatlah garis horisontal OX.
2. Buat potongan garis OJ dan OK yang masing-masing besarnya sama dengan
tegangan tarik x (yaitu 400 MPa) dan tegangan tarik y (yaitu 150 MPa) sesuai
dengan skala tertentu ke kanan.
3. Sekarang buat garis tegak lurus J di bawah garis OX dan buat potongan garis JD
yang sama besar dan negatif dengan tegangan geser pada bidang AC (yaitu 100
MPa) sesuai dengan skala. Dengan cara yang sama buat garis tegak lurus K di
atas garis OX dan buat garis KE yang besarnya sama dan positif dengan tegangan
geser bidang BC (yaitu 100 MPa) sesuai skala. Buat garis DE dan bagi dua di
titik C.
58
3.4. METODE GRAFIK UNTUK TEGANGAN PADA BIDANG MIRING SEBUAH BENDA59
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Sebuah batang mendapat tegangan tarik sebesar 100 MPa. Carilah tegangan normal dan tangensial pada bidang dengan sudut 300 dengan arah tegangan tarik.
2. Sebuah titik pada sebuah material yang mengalami regangan mendapat tegangan
tarik sebesar 50 MPa. Carilah tegangan normal dan tegangan geser pada sudut
500 dengan arah tegangan.
3. Sebuah titik pada sebuah material yang mengalami regangan, tegangan prinsipalnya adalah 100 MPa dan 50 MPa dan keduanya tarik. Carilah tegangan normal
dan tegangan geser bidang yang membentuk sudut sebesar 600 dengan sumbu
tegangan prinsipal mayor. Cari dengan metode grafik.
4. Sebuah titik pada material yang mengalami regangan menerima tegangan tarik
sebesar 120 MPa dan tegangan geser sebesar 40 MPa dan searah dengan jarum
jam. Berapakah nilai tegangan normal dan tegangan geser dari sebuah bidang
yang membentuk sudut sebesar 250 dengan normal dari tegangan tarik. Cari
dengan metode grafik.
60
Bab 4
Defleksi Batang
4.1
Misalkan sebuah batang AB mendapat momen bending. Karena pembebanan ini, maka
batang mengalami defleksi dari ACB menjadi ADB yang berupa busur lingkaran, seperti
yang ditunjukkan oleh gambar 4.1.
l = panjang batang AB
M = momen bending
R = jari-jkari kurva kelengkungan batang
I = momen inersia penampang batang
E = modulus elastisitas material batang
y = deflekasi batang (yaitu: CD)
i = kemiringan/slope batang
62
AC CB
l
l
2 2
l2
4
= EC CD
=
(2R y) y
2Ry y 2
l2
4
2Ry
l2
8R
dengan mengabaikan y 2
(4.1)
l2
M l2
=
8EI
8 EI
M
Dari bentuk geometri gambar, kita peroleh bahwa kemiringan batang i pada A atau B
juga sama dengan sudut AOC:
sin i =
l
AC
=
OA
2R
karena sudut i sangat kecil, karenanya sin i diambil harganya sama dengan i (dalam
radian).
l
radian
2R
Dengan mensubstitusikan harga R ke persamaan 4.2,
i=
i=
l
l
Ml
=
=
radian
2R
2EI
2 EI
M
(4.2)
(4.3)
Catatan:
1. Persamaan di atas untuk defleksi (y) dan kemiringan (i) diturunkan hanya dari momen bending dan
efek gaya geser diabaikan. Hal ini dikarenakan bahwa efek gaya geser kecil sekali bila dibandingkan
dengan efek momen bending.
2. Dalam kondisi praktis, batang membengkok membentuk busur lingkaran hanya pada beberapa kasus.
Pembahasan lebih lanjut menunjukkan bahwa batang akan membengkok membentuk busur lingkaran hanya jika (i) batang mempunyai penampang yang seragam, dan (ii) batang mendapat momen
konstan pada keseluruhan panjang atau batang mempunyai kekuatan yang seragam.
4.2
Misalkan bagian kecil PQ dari sebuah batang, melengkung membentuk busur seperti
yang ditunjukkan oleh gambar 4.2.
Misalkan
ds = panjang batang PQ
R = jari-jari busur
C = pusat busur
= sudut, yang merupakan tangen pada P dengan sumbu x-x
+ d = sudut yang merupakan tangen pada Q dengan sumbu x-x
dy
dx
64
1
R
d
dx .
M
I
= EI
E
R
M = EI
atau
1
R
d2 y
dx2
Catatan: persamaan di atas juga didasarkan atas momen bending. Efek gaya geser sangat kecil dibandingkan dengan momen bending sehingga bisa diabaikan.
4.3
Banyak metode untuk mencari kemiringan dan defleksi pada batang terbebani, namun
dua metode berikut ini akan dibicarakan lebih lanjut, yaitu:
1. Metode integrasi ganda/lipat dua.
2. Metode Macaulay.
Metode pertama cocok untuk beban tunggal, sedangkan metode kedua cocok untuk
beban banyak.
4.4
d2 y
dx2
dy
=
dx
Z
M
4.4.1
W
2
Misalkan penampang X dengan jarak x dari B. Momen bending pada daerah ini:
EI
MX
= RB .x =
d2 y
dx2
W
Wx
x=
2
2
Wx
2
(4.4)
EI
dy
dx
W x2
+ C1
4
(4.5)
W l2
+ C1
16
atau C1 =
W l2
16
(4.6)
dx
4
16
Persamaan ini adalah persamaan untukmencari kemiringan pada penampang sembarang. Kemiringan maksimum pada B, dengan mensubstitusikan x = 0 pada persamaan 4.6:
EI
66
W l2
16
W l2
=
16EI
=
EI.iB
iB
tanda negatif artinya tangen pada B membuat sudut dengan AB negatif atau berlawanan
arah jarum jam.
atau:
iB =
W l2
16EI
radian
W l2
16EI
radian
W l2 x
W x3
+ C2
12
16
(4.7)
W x3
W l2 x
12
16
(4.8)
EI.yC
yC
3
W l
W l2 l
=
12 2
16
2
3
3
Wl
Wl
W l3
=
=
96
32
48
W l3
=
48EI
W l2
(10 103 ) (3 103 )2
= 0, 0023
=
16EI
16 (200 103 ) (12 106 )
rad
Defleksi maksimum
yC =
4.4.2
W l3
(10 103 ) (3 103 )3
=
= 2, 3
48EI
48 (200 103 ) (12 106 )
mm
Misalkan suatu batang AB dengan tumpuan sederhana dengan panjang l dan memikul
beban terpusat eksentrik W pada C seperti yang ditunjukkan oleh gambar 4.4. Dari
geometri gambar tersebut, kita dapatkan reaksi pada A:
RA =
Wb
l
atau
RB =
Wa
l
W ax
l
sehingga
EI.
d2 y
W ax
=
dx2
l
68
EI.
W ax2
dy
=
+ C1
dx
2l
EI.iC
C1
(4.9)
dy
dx
= iC , maka:
W ab2
+ C1
2l
W ab2
(EI.iC )
2l
EI.y =
(4.10)
W ax3
W ab2 x
+ (EI.iC .x)
+ C2
6l
2l
EI
Mx
d2 y
dx2
W ax
W (x b)
l
W ax
W (x b)
l
(4.12)
EI.
Pada C, x = b dan
dy
dx
W ax2
W (x b)2
dy
=
+ C3
dx
2l
2
(4.13)
= iC , maka:
EI.iC
C3
W ab2
+ C3
2l
W ab2
(EI.iC )
2l
+ (EI.iC )
dx
2l
2
2l
Dengan mengintegrasikan sekali lagi persamaan di atas:
EI.
W ax3
W (x b)3
W ab2
+ (EI.iC )
x + C4
6l
6
2l
Pada x = l maka y = 0 sehingga persamaan di atas menjadi:
EI.y =
W al2
W a3
W ab2
+ (EI.iC .l) + C4
6
6
2
karena (x b) = a.
C4
W a3
W al2
W ab2
+
(EI.iC .l)
2
6
2
W ab2
Wa 2
+
(a l2 ) (EI.iC .l)
2
6
Wa
W ab2
=
=
=
l2 a2 = (l + a)(l a)
C4
=
=
=
=
=
W ab2
W ab
(l + a) (EI.iC .l)
2
6
W ab
[3b (l + a)] (EI.iC .l)
6
W ab
[3b (a + b + a)] (EI.iC .l)
6
W ab
(2b 2a) (EI.iC .l)
6
W ab
(b a) (EI.iC .l)
3
(4.14)
(4.15)
70
EI.y
W ax3
W (x b)3
W ab2 x
+ (EI.iC .x)
6l
6
2l
W ab
(b a) (EI.iC .l)
+
3
(4.16)
Persamaan 4.14 dan persamaan 4.16 adalah persamaan yang digunakan untuk mencari kemiringan dan defleksi pada sembarang titik pada penampang AC. Persamaan akan bisa dipakai hanya jika harga iC diketahui. Untuk mendapatkan harga iC , pertamatama kita cari defleksi pada C dari persamaan untuk penampang AC dan CB.
Substitusikan harga x = b ke persamaan 4.12 dan menyamakannya dengan persamaan 4.16 sehingga:
W ab3
W ab3
+ (EI.iC .b)
6l
2l
EI.iC
W ab3
W (x b)3
W ab3
+ (EI.iC .b)
6l
6
2l
W ab3
+
(b a) (EI.iC .l)
3
W ab3
(b a)
=
3
=
EI.
dy
dx
=
=
=
W ax2
W ab
W ab2
+
(b a)
2l
3l
2l
Wa 2
[3x + 2b(b a) 3b2 ]
6l
Wa
(3x2 b2 2ab)
6l
(4.17)
Persamaan ini diperlukan untuk mencari kemiringan pada penampang BC. Kita tahu
bahwa kemiringan maksimum terdapat pada B. Sehingga dengan memasukkan x = 0
ke persamaan 4.17, maka kemiringan pada B:
EI.iB
=
=
=
=
=
Wa
(b2 2ab)
6l
Wa 2
(b + 2ab)
6l
W ab
(b + 2a)
6l
Wa
(l a)(l + a)
6l
Wa 2
(l a2 )
6l
iB
Wa 2
(l a2 )
6EI.l
tanda negatif menunjukkan bahwa tangen pada B membuat sudut dengan AB negatif
atau berlawanan jarum jam.
Dengan cara yang sama diperoleh:
iA
Wb 2
(l b2 )
6EI.l
Untuk defleksi pada sembaran titik pada AC, substitusikan harga EI.iC ke persamaan 4.11:
EI.y
=
=
=
=
=
=
=
W ab
W ab2 x
W ax3
+
(b a)x
6l
3l
2l
W ax 2
2
[x + 2b(b a) 3b ]
6l
W ax 2
(x + 2b2 2ab 3b2 )
6l
W ax 2
(x b2 2ab)
6l
W ax
[b(b + 2a) x2 ]
6l
W ax
[(l a)(l + a) x2 ]
6l
W ax 2
[l a2 x2 ]
6l
W ax 2
[l a2 x2 ]
6l.EI
(4.18)
W ax 2
(l a2 b2 )
6l.EI
72
= l2 a2
r
l2 a2
x =
3
3x
ymax
=
=
=
2
l2 a2
l a2
l2 a2
3
3
r
2
2
2
W ax l a
(l2 a2 )
6l.EI
3
3
Wa
(l2 a2 )3/2
9 3EI.l
W ax
6l.EI
Contoh soal 4.2 Sebuah batang dengan penampang seragam dengan panjang 1 m
ditumpu sederhana pada ujung-ujungnya. Batang mendapat beban terpusat W pada
jarak l/3 dari salah satu ujungnya. Carilah defleksi batang di bawah beban.
Jawab.
Diketahui: jarak antara beban dengan ujung kiri (a) = l/3, atau jarak beban dengan
ujung kanan (b) = l - l/3 = 2l/3. Defleksi di bawah beban:
4.4.3
W 3l
W ab 2
(l a2 b2 ) =
6EIl
6EIl
0, 0165
2l
3
"
2 2 #
l
2l
l
3
3
2
W l3
EI
RA = RB =
wl
2
Misalkan suatu penampang X pada jarak x dari B. Kita bisa cari momen bending
pada penampang ini:
MX =
wlx wx2
2
2
sehingga:
EI
d2 y
wlx wx2
=
dx2
2
2
wlx2
wx3
dy
=
+ C1
dx
4
6
dimana C1 adalah konstanta integrasi pertama. Kita tahu bahwa x = l/2, maka
Substitusikan harga-harga ini ke persamaan di atas:
0
C1
(4.19)
dy
dx
= 0.
2
3
wl l
wl3
w l
wl3
+ C1
+ C1 =
4 2
6 2
16
48
wl3
=
24
=
+
(4.20)
dx
4
6
24
Kemiringan maksimum akan terjadi pada A dan B. Jadi kemiringan maksimum,
substitusikan x = 0 ke persamaan 4.20:
EI
EI.iB
iB
wl3
24
wl3
=
24EI
=
Tanda negatif artinya tangen A dengan sudut AB adalah negatif atau berlawanan jarum
jam.
Karena simetri maka:
iA =
wl3
24EI
74
wx4
wl3 x
wlx3
+ C2
(4.21)
12
24
24
Kita tahu bahwa pada x = 0 maka y = 0. Dengan mensubstitusikan harga-harga ini ke
persamaan 4.21, kita peroleh C2 = 0.
EI.y =
wlx3
wx4
wl3 x
(4.22)
12
24
24
Persamaan di atas adalah persamaan defleksi pada sembarang bagian pada batang
AB. Defleksi maksimum terdapat pada titik tengan C. Dengan mensubstitusikan harga
x = l/2 ke persamaan 4.22, defleksi maksimal:
EI.y =
3
4
w l
wl3 l
wl4
wl4
wl4
wl l
EI.yC =
12 2
24 2
24 2
96
384
48
5wl4
=
384
5wl4
yC =
384EI
tanda negatif menunjukkan defleksi mempunyai arah ke bawah. Persamaan defleksi
dan kemiringan di atas bisa juga dinyatakan dengan beban total yaitu W = wl.
iB = iA =
wl3
W l2
=
24EI
24EI
dan
yC =
5wl4
5W l3
=
384EI
384EI
Contoh soal 4.3 Sebuah batang tumpuan sederhana dengan span 6 m memikul beban terdistribusi merata pada keseluruhan panjangnya. Jika defleksi pada pusat batang
tidak melebihi 4 mm, carilah besarnya beban. Ambil E = 200 GPa dan I = 300 106
mm4 .
Jawab:
Diketahui: l = 6 m = 6 106 mm
yC = 4 mm
E = 200 GPa = 200 103 N/mm2
I = 300 106 mm4
Defleksi pada pusat batang (yC ):
4
5 w (6 103 )4
5wl4
=
= 0, 281 w
3846EI
384 (200 103 ) (300 106 )
4
= 14, 2 kN/m
0, 281
4.4.4
Gambar 4.7:
Misalkan batang tumpuan sederhana AB dengan panjang l mendapat beban bervariasi secara gradual dari nol pada B hingga w per satuan panjang pada A, seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 4.7. dari geometri gambar, reaksi pada A:
RA =
wl
3
dan
RB =
wl
6
Sekarang misalkan penampang X berada pada jarak x dari B. Momen bending pada
penampang ini:
MX
d2 y
EI 2
dx
= RB .x
=
wx
l
wlx wx3
6
6l
x x wlx wx3
=
2
3
6
6l
(4.23)
+ C1
dx
12
24l
Integrasi persamaan 4.24 sekali lagi:
EI
(4.24)
wx5
wlx3
+ C1 + C2
(4.25)
36
120l
Pada x = 0 maka y = 0. Karenanya C2 = 0. Pada x = l maka y = 0. Substitusikan
harga-harga ini ke persamaan 4.25:
EI.y =
0
C1
=
=
wl
2
wl4
wl4
l3
l5 + C1 l =
+ C1 l
36
120l
36
120
wl3
wl3
7wl3
=
36
120
360
76
wlx2
wx4
7wl3
dy
=
(4.26)
dx
12
24l
360
Kemiringan maksimal terdapat pada titik A atau B. Untuk kemiringan pada A, substitusikan x = l ke persamaan 4.26:
EI
EI.iA
iA
wl
w
7wl3
wl3
l2
l4
=
12
24l
360
45
wl3
45
EI.iB
iB
7wl3
360
7wl3
=
360
=
radian
wlx3
wx5
7wl3 x
36 120l
360
1
wlx3
wx5
7wl3 x
EI
36
120l
360
(4.27)
Untuk mencari defleksi pada pusat batang, substitusikan x = l/2 ke persamaan 4.27:
yC
1
EI
wl
36
3
5
!
l
2
l
7wl3 l
2
120l 2
360 2
0, 00651wl4
EI
Defleksi maksimum akan terjadi apabila harga kemiringannya nol. Karena itu dengan menyamakan persamaan 4.26 dengan nol:
wlx2
wx4
7wl3
=
12
24l
360
x =
0
0, 519l
ymax
=
=
1
wl
w
7wl
3
5
(0, 519l)
(0, 519l)
(0, 519l)
EI 36
120l
360
0, 00652wl4
EI
ymax
=
=
0, 00652wl4
0, 00652 5 (4 103 )4
=
EI
1, 25 1012
668 mm
78
Bab 5
Defleksi Kantilever
5.1
Misalkan kantilever AB dengan panjang l menerima beban terpusat W pada ujung bebasnya seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.1.
MX
d2 y
EI 2
dx
= W.x
= W.x
(5.1)
dy
dx
dy
W.x2
=
+ C1
dx
2
(5.2)
80
0=
W.l2
+ C1
2
atau C1 =
W.l2
2
EI.iB
iB
W l2
2
W l2
EI2
radian
Harga yang positif menunjukkan bahwa tangen pada B yang membuat sudut dengan
AB adalah positif atau searah jarum jam.
Dengan mengintegrasikan persamaan 5.3 sekali lagi, sehingga:
W.l2 x
W.x3
+
+ C2
6
2
Pada x = l maka y = 0. Substitusikan harga ini ke persamaan di atas, sehingga:
EI.y =
0
C2
(5.4)
W.l3
W.l3 x
W.l3 x
+
+ C2 =
+ C2
6
2
3
3
W.l
=
3
W.l2 x W.l3
W.x3
+
6
2
3
W l2 x W x3
W l3
=
2
6
3
=
(5.5)
Persamaan ini adalah persamaan untuk mencari defleksi pada sembarang titik. Defleksi
maksimum terdapat pada ujung bebas. Dengan mengganti harga x = 0 pada persamaan
di atas, defleksi maksimum:
EI.yB
yB
W l3
3
W l3
=
3EI
bd3
120 (150)3
=
= 33, 75 106 mm4
12
12
5.2
W l2
(20 103 ) (1, 8 103 )3
=
= 5, 76 mm
3EI
3 (200 103 ) (33, 75 106 )
W l12
2EI
82
iB = iC =
dan
yC =
W l13
3EI
W
3EI
l 3
2
W
2EI
l 2
2
W l13
W l12
+
(l l1 )
3EI
2EI
l
2
5W l3
48EI
Contoh soal 5.2 Sebuah batang kantilever dengan panjang 3 m mendapat beban
terpusat sebesar 20 kN pada jarak 2 m dari ujung tetap. Carilah kemiringan dan defleksi
pada ujung bebas batang kantilever. Ambil harga EI = 8 1012 N-mm2 .
Jawab:
Diketahui: l = 3m = 3 103 mm
W = 20 kN = 20 103 N
l1 = 2 m = 2 103 mm
EI = 8 1012 N-mm2
Kemiringan pada ujung bebas
iB =
W l12
(20 103 ) (2 103 )2
=
= 0, 005 rad
2EI
2 (8 1012 )
yB
5.3
W l13
W l12
+
(l l1 )
2EI
3EI
(20 103 ) (2 103 )2
=
3 (8 1012 )
(20 103 ) (2 103 )2
+
(3 103 ) (2 103 )
2 (8 1012 )
= 6, 7 + 5, 0 = 11, 7 mm
Misalkan kantilever AB dengan panjang l mendapat beban terdistribusi merata w persatuan panjang seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.3. Misalkan penampang X pada
jarak x dari ujung bebas B. Momen bending pada daerah ini:
83
MX
EI
d2 y
dx2
wx2
2
wx2
=
2
=
dy
dx
dy
wx3
=
+ C1
dx
6
wl3
+ C1
6
atau C1 =
wl3
6
EI.iB
iB
wl3
6
wl3
6EI
radian
(5.7)
84
0=
wl3 x
wx4
+
+ C2
24
6
atau C2 =
wl4
8
wx4
wl3 x wl4
wl3 x wx4
wl4
+
24
6
8
6
24
8
(5.8)
Ini adalah persamaan untuk mencari defleksi pada sembarang jarak x pada batang
kantilever dengan beban terdistribusi merata. Defleksi maksimum terjadi pada ujung
bebas. Karena itu untuk defleksi maksimum, substitusikan harga x = 0 pada persamaan 5.8:
EI.yB
yB
wl4
8
wl4
=
8EI
wl3
W l2
=
6EI
6EI
dan
yB =
wl4
W l3
=
8EI
8EI
Contoh soal 5.3 Sebuah batang kantilever dengan panjang 2 m mendapat beban
terdistribusi merata sebesar 5 kN/m pada keseluruhan panjangnya. Carilah kemiringan
dan defleksi pada ujung bebas batang kantilever. Ambil harga EI = 2, 5 1012 N-mm2 .
Jawab:
Diketahui: l = 2 m = 2 103 mm
w = 5 kN/m = 5 N/mm
EI = 2,5 1012 N-mm2
Kemiringan pada ujung bebas
iB =
wl3
5 (2 103 )3
=
= 0, 0027 rad
6EI
6 (2, 5 1012 )
wl4
5 (2 103 )4
=
= 4, 0 mm
8EI
8 (2, 5 1012 )
5.4
Misalkan kantilever AB dengan panjang l mendapat beban terdistribusi merata w persatuan panjang sepanjang l1 dari ujung tetap, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.4.
Bagian AC akan melengkung menjadi AC, sedangkan bagian CB akan tetap lurus seperti yang ditunjukkan oleh CB, seperti ditunjukkan oleh gambar. Bagian AC dari
kantilever sejenis dengan kantilever pada seksi 5.3.
iC =
wl13
6EI
rad
wl13
6EI
dan
yC =
wl14
8EI
w
8EI
l 4
2
w
6EI
l 3
2
W l14
W l13
+
(l l1 )
8EI
6EI
l
2
7wl4
384EI
Contoh soal 5.4 Sebuah batang kantilever dengan panjang 2,5 m mendapat beban
terdistribusi sebagian sebesar 10 kN/m sepanjang 1,5 m dari ujung tetap. Carilah kemiringan dan defleksi pada ujung bebas batang kantilever. Ambil harga rigiditas fleksural
sebesar 1, 9 1012 N-mm2 .
86
Jawab:
Diketahui: l = 2,5 m = 2, 5 103 mm
w = 10 kN/m = 10 N/mm
l1 = 1,5 m = 1, 5 103 mm
EI = 1,9 1012 N-mm2
Kemiringan pada ujung bebas
iB =
10 (1, 5 103 )3
wl13
= 0, 003 rad
=
6EI
6 (1, 9 1012 )
wl14
wl13
+
[l l1 ]
8EI
6EI
10 (1, 5 103 )3
10 (1, 5 103 )4
+
=
12
8 (1, 9 10 )
6 (1, 9 1012 )
(2, 5 103 ) (1, 5 103 )
=
5.5
3, 3 + 3 = 6, 3 mm
Gambar 5.5:
Misalkan kantilever AB dengan panjang l mendapat beban terdistribusi merata w
per satuan panjang sepanjang l1 dari ujung bebas seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.5.
Kemiringan dan defleksi kantilever dalam hal ini bisa dicari sebagai berikut:
1. Pertama-tama, misalkan keseluruhan kantilever dari AB dibebani dengan beban
terdistribusi merata w per satuan panjang seperti yang ditunjukkan oleh gambar 5.6
2. Tambahkan beban terdistribusi merata w persatuan panjang dari A ke C seperti
gambar 5.6.
87
Gambar 5.6:
3. Kemudian cari kemiringan dan defleksi karena beban tersebut seperti telah dijelaskan pada seksi 5.3 dan 5.4.
4. Kemudian kemiringan pada B adalah sama dengan kemiringan karena beban total
dikurangi dengan kemiringan karena beban tambahan.
5. Dengan cara yang sama, defleksi pada B adalah sama dengan defleksi karena
beban total dikurangi dengan defleksi karena beban tambahan.
Contoh soal 5.5 Sebuah kantilever dengan lebar 75 mm dan
tinggi 200 mm dibebani seperti ditunjukkan oleh gambar 5.7. Carilah kemiringan dan
defleksi pada B. Ambil E = 200 GPa.
Gambar 5.7:
Jawab:
Diketahui: b = 75 mm
d = 200 mm
w = 20 kN/m = 20 N/mm
l = 2 m = 2 103 mm
l1 = 1 m = 1 103 mm
E = 200 GPa = 200 103 N/mm2
Kemiringan pada B
I=
75 (200)3
bd3
=
= 50 106 mm4
12
12
88
wl3
w(l l1 )3
=
6EI
6EI
20[(2 103 ) (1 103 )]3
20 (2 103 )3
=
6 (200 103 ) (50 106 )
6 (200 103 ) (50 106 )
= 0, 00267 0, 000333 = 0, 00234 rad
iB
Defleksi pada B
wl4
w(l l1 )4
w(l l1 )3 l1
=
+
8EI
8EI
6EI
20 (2 103 )4
=
8 (200 103 ) (50 106 )
20 [(2 103 ) (1 103 )]4
20 [(2 103 ) (1 103 )]3 (1 103 )
+
8 (200 103 ) (50 106 )
6 (200 103 ) (50 106 )
= 4, 0 0, 58 = 3, 42 mm
yB
5.6
Gambar 5.8:
Misalkan kantilever AB dengan panjang l mendapat beban bervariasi secara gradual dari nol pada B hingga w persatuan panjang ada A seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 5.8.
Sekarang misalkan penampang X pada jarak x dari ujung bebas. Momen bending
pada bidang ini:
MX
1 wx
x
wx3
=
x =
2
l
3
6l
(5.9)
dy
wx4
=
+ C1
dx
24l
= 0. Substitusikan harga ini ke persamaan di atas:
EI
Pada x = l maka
dy
dx
0=
wx4
+ C1
24l
89
atau C1 =
(5.10)
wl3
24
sehingga:
wx4
wl3
dy
=
+
(5.11)
dx
24l
24
Ini merupakan persamaan untuk mencari kemiringan pada sembarang titik. Kemiringan maksimum akan terjadi pada ujung bebas dimana x = 0, sehingga kemiringan maksimum:
EI
wl3
24
wl3
iB =
24EI
Dengan mengintegrasikan persamaan 5.13:
EI.iB
radian
wx5
wl3 x
+
+ C2
120l
24
Pada x = l maka y = 0. Masukkan harga ini ke persamaan di atas:
EI.y =
(5.12)
wl4
wl4
wl4
+
+ C2 atau C2 =
120l
24
30
5
3
4
wx
wl x wl
EI.y =
+
(5.13)
120l
24
30
Ini adalah persamaan untuk mencari defleksi pada sembarang titik. Defleksi maksimum
akan terjadi pada ujung bebas. Dengan mensubstitusikan x = 0 pada persamaan di atas
maka defleksi maksimum:
0
EI.yB
yB
wl4
30
wl4
=
30
=
Contoh soal 5.6 Sebuah kantilever mempunyai span memikul beban segitiga dari
intensitas nol pada ujung bebas hingga 100 kN/m pada ujung tetap. Carilah kemiringan
dan defleksi pada ujung bebas. Ambil I = 100 103 mm4 dan E = 200 GPa
90
Jawab:
Diketahui: l = 2 m = 2 103 mm
w = 100 kN/m = 100 N/mm
I = 100 106 mm4
E = 200 GPa = 200 103 N/mm2
Kemiringan pada ujung bebas
iB =
wl3
100 (2 103 )3
=
= 0, 00167 rad
24EI
24 (200 103 ) (100 106 )
5.7
100 (2 103 )4
wl4
=
= 2, 67 mm
30EI
30 (200 103 ) (200 106 )
Jika kantilever mendapat beberapa beban terpusat atau terdistribusi merata, kemiringan
dan defleksi pada titik tertentu pada kantilever merupakan penjumlahan aljabar dari
kemiringan dan defleksi pada titik tersebut karena beban-beban yang bekerja secara
individu.
91
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Sebuah kantilever dengan panjang 2,4 m mendapat beban terpusat sebesar 30
kN pada ujung bebasnya. Carilah kemiringan dan defleksi kantilever tersebut.
Rigiditas fleksural kantilever adalah 25 1012 N-mm2 .
2. Sebuah kantilever dengan lebar 150 mm dan tinggi 200 mm menonjol dengan
panjang 1,5 m dari dinding. Carilah kemiringan dan defleksi kantilever pada
ujung bebas jika ia mendapat beban terpusat sebesar 50 kN pada ujung bebasnya.
Ambil E = 200 GPa.
3. Sebuah kantilever dengan panjang 1,8 m mendapat beban terdistribusi merata sebesar 10 kN/m pada keseluruhan panjangnya. Berapakah kemiringan dan
defleksi batang pada ujung bebasnya? Ambil rigiditas fleksural batang sebesar
3, 2 1012 N-mm2 .
92
Bab 6
6.1
Sebuah parabola didefinisikan sebagai sebuah gambar yang mempunyai minimal sebuah sisi kurva parabola. Pada gambar 6.1 , sisi CB adalah kurva parabola, dimana AB
dan AC adalah garis lurus.
Kurva parabola secara umum dinyatakan dengan rumus kxn , dimana n adalah derjat kurva parabolik. Tabel berikut memberikan luas dan posisi dai berbagai derjat kurva
parabola cekung.
Harga luas (A) dan jarak (x) bisa dinyatakan oleh persamaan berikut:
(A) = (l h)
93
1
n+1
94
Harga n
2
3
4
Luas (A)
(l h) 13
(l h) 14
(l h) 15
dan jarak
n+1
n+2
(x) = l
6.2
Misalkan sebuah batang tumpuan sederhana AB dengan panjang l dan mendapat beban
terpusat W pada C yaitu tengah-tengah batang seperti ditunjukkan oleh gambar 6.2 (a).
Reaksi pada A:
RA = RB =
W
2
Wl
2
l
Wl
=
2
2
Sekarang gambarlah diagram momen bending dengan kedua momen di atas. Momen bending positif digambar di atas garis rujukan, dan momen negatif dibawahnya,
1 Wl
l
W l2
=
2
4
2
16
x
=
iB
l
l
2
=
3 2
3
A
W l2
=
EI
16EI
W l2
16EI
dan
yC =
A
x
=
EI
W l2
16
EI
l
3
W l3
48EI
Metode Alternatif
Kita tahu bahwa momen bending nol padfa A dan B dan menaik secara garis lurus
hingga W4 l pada C. Karena itu luas diagram momen bending dari C ke B:
96
A=
1 Wl
l
W l2
=
2
4
2
16
Contoh soal 6.1 Sebuah batang dengan tumpuan sederhana mempunyai panjang 2
m mendapat beban terpusat 20 kN pada tengah-tengah batang. Carilah kemiringan dan
defleksi batang. Ambil rigiditas fleksural batang sebesar 500 109 N-mm2 .
Jawab:
Diketahui: l = 2 m = 2 103 mm
W = 20 kN/m = 20 103 N
EI = 500 109 N-mm2
Kemiringan maksimum batang
iB =
W l2
(20 103 ) (2 103 )2
=
= 0, 01 rad
16EI
16 (500 109 )
yC
6.3
Wb
l
dan
RB =
Wa
l
Wa
l = +W a
l
dan
M2 = W a
Sekarang gambarlah diagram momen bending gabungan seperti yang diperlihatkan
oleh gambar 6.3 (b). Luas diagram momen bending positif:
A1 =
W al
1
Wa l =
2
2
1
W a2
Wa a =
2
2
Dari geometri pembebanan, terlihat bahwa kemiringan pada sembarang penampang tidak diketahui. Karena itu kemiringan dan defleksi tidak bisa langsung dicari.
Sekarang gambar garis vertikal melalui A dan B. Misalkan AA1 dan BB1 sama dengan
perpotongan tangen pada A dan B seperti ditunjukkan oleh gambar 6.3 (c).
AA1 = iB l
tetapi
A1 x1 A2 x2
1
AA1 =
=
EI
EI
iB =
W al
l
2
3
W a2
a
2
3
Wa 2
AA1
=
(l a2 )
l
6EIl
Wb 2
(l b2 )
6EIl
=
Wa 2
(l a2 )
6EI
98
Misalkan sembarang penampang X pada jarak x dari B. Luas diagram momen bending antara X dan B:
1 W ax
W ax2
x=
2
l
2l
Perubahan kemiringan antara X dan B:
A=
(6.1)
A
W ax2
=
(6.2)
EI
2lEI
Untuk defleksi maksimum, kemiringan pada X harus sama dengan nol, atau dengan
kata lain perubahan kemiringan antara B dan X harus sama dengan kemiringan pada B:
=
Wa 2
(l a2 )
6lEI
2
=
=
W ax2
2lEI
(l2 a2 )
3
r
atau x =
l2 a2
3
Kita lihat bahwa pada persamaan 6.1 luas diagram momen bending antara X dan B:
A=
W ax2
2l
x
=
yx
2x
3
A
x
=
EI
W ax2
2l
EI
2x
3
W ax3
3EIl
(6.3)
q
2
2
Untuk mendapatkan defleksi maksimum, substitusikan harga x = l a
ke per3
samaan 6.3:
!3
r
l2 a2
Wa
Wa
ymax =
(l2 a2 )3/2
=
3EIl
3
9 3lEI
Contoh soal 6.2 Batang dengan tumpuan sederhana mempunyai panjang 2,8 m
mendapat beban terpusat sebesar 60 kN pada jarak 1 m dari tumpuan kiri A. Pada
lokasi mana terjadi defleksi maksimum? Cari juga besarnya defleksi di bawah beban.
Ambil EI batang sebesar 4 1012 N-mm2 .
Jawab:
Diketahui: l = 2,8 m = 2, 8 103 mm
W = 60 kN = 60 103 N
a = 1 m = 1 103 mm
EI = 4 1012 N-mm2
=
=
W ab 2
(l a2 b2 )
6EIl
(60 103 ) (1 103 ) (1, 8 103 )
6 (4 1012 ) (2, 8 103 )
[(2, 8 103 )2 (1 103 )2 (1, 8 103 )2 ]
6.4
100
Misalkan batang tumpuan sederhana AB dengan panjang l mendapat beban terdistribusi merata w per satuan panjang seperti yang ditunjukkan oleh gambar 6.4 (a).
Reaksi pada A:
RA = RB =
wl
2
M1 =
l
wl2
wl
=
2
2
2
Sekarang gambarlah kedua momen bending seperti yang ditunjukkan oleh gambar 6.4 (b). Luas diagram momen bending positif antara C dan B:
1 wl2
l
wl3
A1 = +
=
2
4
2
16
dan luas diagram momen bending negatif antara C dan B:
A2 =
1 wl2
l
wl3
=
3
8
2
48
wl3
wl3
wl3
=
16
48
24
dan jarak pusat gravitasi dari diagram momen bending positif pada CB dari B:
x1 =
2
l
l
=
3 2
3
Dengan cara yang sama, jarak diagram momen bending negatif pada CB dari B:
x
=
3
l
3l
=
4 2
8
maka:
iB =
A
wl3
=
EI
24EI
dan
iA =
wl3
24EI
A
x
A1 x
1 A2 x
2
=
=
EI
EI
5wl4
384EI
=
=
wl3
16
l
3
wl3
48
3l
8
EI
Contoh soal 6.3 Batang tumpuan sederhana dengan span 2,4 m mendapat beban
terdistribusi merata 6 kN/m di keseluruhan batang. Hitunglah kemiringan dan defleksi
maksimum pada batang jika rigiditas fleksural adalah 8 1012 N-mm2 .
Jawab:
Diketahui: l = 2,4 m = 2, 4 103 mm
w = 6 kN/m = 6 N/mm
EI = 8 1012 N-mm2
Kemiringan batang
iA =
6 (2, 4 103 )3
wl3
=
= 0, 00043 rad
24EI
24 (8 1012 )
Defleksi batang
yC
6.5
5 6 (2, 4 103 )4
wl3
=
= 0, 324 mm
384EI
384 (8 1012 )
Misalkan batang tumpuan sederhana AB dengan panjang l mendapat beban bervariasi secara bertahap dari nol pada B hingga w per satuan panjang pada A seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 6.5 (a). Reaksi pada tumpuan:
RA =
wl
3
dan
RB =
wl
6
wl
wl2
l =
6
6
wl
l
wl2
=
2
3
6
102
Gambar 6.5:
Sekarang gambarlah kedua diagram momen ini, seperti yang ditunjukkan oleh gambar 6.5 (a).
Luas diagram momen positif:
A1 =
1 wl2
wl3
l =
2
6
12
1 wl2
wl3
l =
4
6
24
AA1 = iB l
dan
BB1 = iA l
Tetapi
A1 x
1 A2 x
2
1
AA1 =
=
EI
EI
7wl4
iB =
radian
360EI
Dengan cara yang sama:
wl3
l
2
3
wl3
l
24
5
=
7wl4
360EI
3
3
wl
wl
1
2l
4l
wl4
A1 x
1 A2 x
2
=
=
BB1 =
EI
EI
12
3
24
5
45EI
4
wl
iA =
radian
45EI
Sekarang, misalkan penampang X pada jarak x dari B. Kita peroleh bahwa luas
diagram momen bending antara X dan B:
1 wlx
1 wx3
wlx2
wx4
A=
x =
2
62
4
6l
12
24l
kemiringan pada X:
A
1
wlx2
wx4
iX =
=
EI
EI
12
24l
4
15x
7l4 = 30lx2
l
x = 0, 519l
Defleksi pada X:
yC
=
=
A1 x
1 A2 x
2
1
=
EI
EI
1 wlx3
wx5
EI
18
30l
wlx2
2x
12
3
wx4
4x
24l
5
ymax =
0, 00652wl4
EI
Contoh soal 6.4 Batang tumpuan sederhana dengan span 3,6 m mendapat beban
segitiga 3 kN/m pada A dan nol pada B. . Hitunglah kemiringan pada A dan B. Ambil
harga rigiditas fleksural 6 1012 N-mm2 .
104
Jawab:
Diketahui: l = 3,6 m = 3, 6 103 mm
beban pada A = w = 3 kN/m = 3 N/mm
EI = 6 1012 N-mm2
Kemiringan pada A
iA =
wl3
3 (3, 6 103 )3
=
= 0, 00052 rad
45EI
45 (6 1012 )
Kemiringan pada B
iB
6.6
7 3 (3, 6 103 )3
7wl3
=
= 0, 00045 mm
360EI
360 (6 1012 )
1
W l2
W l.l =
2
2
2l
3
A
W l2
=
radian
EI
2EI
2
Wl
2l
A
x
W l3
3
= 2
=
EI
EI
3EI
x
=
iB
yB
Contoh soal 6.5 Batang kantilever dengan span 2,0 m mendapat beban terpusat
sebesar 30 kN pada ujung bebasnya. Carilah kemiringan dan defleksi pada ujung bebas.
Ambil harga EI sebesar 8 1012 N-mm2 .
Jawab:
Diketahui: l = 2 m = 2 103 mm
W = 30 kN = 30 103 N
EI = 8 1012 N-mm2
Kemiringan pada ujung bebas
iB =
W l2
(30 103 ) (2 103 )2
=
= 0, 0075 rad
2EI
2 (8 1012 )
yB
6.7
W l3
(30 103 ) (2 103 )3
= 10 mm
=
3EI
3 (8 1012 )
1
W l12
W l1 .l1 =
2
2
x
=
2l1
+ (l l1 )
3
106
iB
yB
=
=
=
A
W l12
=
EI
2EI
radian
W l12
2l
A
x
2 3 + (l l1 )
=
EI
EI
W l13
W l12
+
(l l1 )
3EI
2EI
Contoh soal 6.6 Batang kantilever dengan span 2,4 m mendapat beban terpusat
sebesar 15 kN pada jarak 1,8 m dari ujung tetap. Berapakah harga kemiringan dan
defleksi pada ujung bebas, jika rigiditas fleksural penampang batang 9 1012 N-mm2 .
Jawab:
Diketahui: l = 2,4 m = 2, 4 103 mm
l1 = 1,8 m = 1, 8 103 mm
W = 15 kN = 15 103 N
EI = 9 1012 N-mm2
Kemiringan pada ujung bebas
iB =
yB
=
=
W l13
W l12
+
(l l1 )
3EI
2EI
(15 103 ) (1, 8 103 )3
(15 103 ) (1, 8 103 )2
+
3 (9 1012 )
2 (9 1012 )
[(2, 4 103 ) (1, 8 103 )]
3, 2 + 1, 6 = 4, 8 mm
6.8
107
1
wl3
wl2
l =
2
3
6
x
=
iB
yB
3l
4
A
wl3
=
radian
EI
6EI
3
wl
3l
A
x
wl4
4
= 6
=
EI
EI
8EI
Contoh soal 6.7 Batang kantilever dengan lebar 120 mm dan tinggi 150 mm mendapat beban terdistribusi merata sebesar 10 kN/m di keseleuruhan panjangnya yaitu 2,4
m. Carilah kemiringan dan defleksi pada ujung bebas. Ambil E = 180 GPa.
108
Jawab:
Diketahui: b = 120 mm
d = 150 mm
w = 10 kN/m = 10 N/m
E = 180 GPa = 180 103 N/mm2
Kemiringan pada ujung bebas
I=
iB =
bd3
120(150)3
=
= 33, 75 106 mm4
12
12
10 (2, 4 103 )3
wl3
=
= 0, 0038 rad
6EI
6 (180 103 ) (33, 75 106 )
yB
6.9
wl4
8EI
10 (2, 4 103 )4
= 6, 83 mm
8 (180 103 ) (33, 75 106 )
Gambar 6.9:
Misalkan batang tumpuan sederhana AB dengan panjang l mendapat beban bervariasi secara gradual dari nol pada B hingga w persatuan panjang pada A seperti yang
109
ditunjukkan oleh gambar 6.9 (a). Momen bending akan nol pada B dan menaik menu2
rut parabola kubus hingga wl6 seperti yang ditunjukkan oleh gambar 6.9 (b).
Luas diagram momen bending:
A=
W l2
1
W l3
l =
6
4
24
x
= l
iB
yB
4
5
wl3
A
=
radian
EI
24EI
3
Wl
l 45
A
x
wl4
= 24
=
EI
EI
30EI
110
1. Sebuah kantilever dengan panjang 2,4 m menerima beban terpusat sebesar 37,5
kN pada ujung bebasnya. Carilah kemiringan dan defleksi dibawah beban. Ambil harga rigiditas fleksural penampang batang 20 1012 N-mm2 .
2. Sebuah kantilever dengan panjang 3 m menerima beban terpusat sebesar 20 kN
pada jarak 1 m dari ujung bebasnya. Carilah kemiringan dan defleksi pada ujung
bebas batang. Ambil EI 8 1012 N-mm2 .
3. Sebuah kantilever dengan panjang 1,8 m menerima beban terdistribusi merata
5 kN/m pada keseluruhan panjangnya. Carilah kemiringan dan defleksi batang
pada ujung bebasnya, jika harga rigiditas fleksural penampang batang 6, 41012
N-mm2 .
111