Anda di halaman 1dari 19

Pemanfaatan Panas Sinar Matahari (Solar

Thermal)
Tags
Matahari

Sejak awal peradaban, manusia telah memanfaatkan matahari untuk menunjang kehidupan.
Panas sinar matahari digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari
menghangatkan tubuh, menjemur pakaian, mengolah pertanian dan perikanan. Inilah salah satu
anugerah Allah SWT kepada manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi dan penemuan
berbagai jenis energi, seperti angin, air, minyak, batubara, gas, nuklir dll, manusia mulai
mendiversifikasi pemenuhan kebutuhan. Dari berbagai energi ini, energi fosil (minyak, batubara,
dan gas) dan nuklir kemudian menjadi energi utama dunia.
Namun, penggunaan energi fosil dan nuklir telah menimbulkan konsekuensi serius bagi
kehidupan manusia. Energi fosil telah memicu pemanasan global akibat polusi yang
ditimbulkannnya. Sementara, energi nuklir yang sangat berbahaya juga telah mengalami
beberapa kecelakaan yang telah berdampak sangat besar terhadap lingkungan dan manusia.
Dunia kemudian lebih mengekplorasi dua energi terbarukan/ET (renewable energy/RE). Dari
berbagai ET, matahari dan angin merupakan yang paling getol dilakukan. Dari dua energi ET ini,

matahari memiliki potensi yang lebih baik. Sebab, sinar matahari hampir menyinari seluruh
permukaan bumi.

A. Penggunaan Energi Matahari Zaman


Dahulu
Penulis yakin, sejak awal peradaban manusia sudah banyak yang memanfaatkan panas matahari
untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, tidak ada catatan yang mengenangnya. Berdasarkan data
dari internet (browsing), ada tiga penggunaan unik dari panas matahari yang bisa dipakai untuk
renungan. Pertama, alat untuk membuat api di China. Berdasarkan dokumentasi Code Of Zhou
Regulation,yaitu dinasti Zhou barat pada abad ke 11 SM sampai dengan 771 SM, Dimasti Zhou
menemukan alat yang bisa menggunakan cahaya matahari untuk membuat api. Arkeolog
menemukan alat pembuat api ini pada tahun 1995 di pemakaman dinasti Zhou yang terletak di
provinsi sanxhi.

Sumber : http://catatan-teknik.blogspot.com/2014/05/sejarah-teknologi-solar-thermal.html

Kedua, senjata pembakar kapal tenaga matahari yang dibuat oleh Archimedes. Ini merupakan
cerita legenda Yunani. Legenda tersebut menyebutkan Archimedes berhasil menghancurkan
armada kapal Roma yang berniat kota Syracuse, yang merupakan tempat tinggalnya, dengan
menggunakan cermin besar atau beberapa cermin.

Sumber : http://www.unmuseum.org/burning_mirror.htm

Namun, para ilmuwan dan peneliti masih belum bisa membuktikan kebenaran legenda ini.
Beberapa percobaan dilakukan tapi gagal membuktikan keilmiahan metode yang digunakan
Archimedes. Peneliti Amerika ditantang Presiden Obama untuk mewujudkannya, namun hingga
kini belum bisa melakukannya. Secara prinsip, senjata ini mirip dengan teknologi pembangkit
menara (solar tower), tapi jika digunakan untuk peperangan menghadapi armada kapal sulit
untuk diwujudkan.
Ketiga, kompor (oven) matahari yang ditemukan oleh ilmuwan perancis-swis Horace Benedict
de Saussure pada tahun 1767. Gambar dibawah menunjukkan rancangan Benedict de Saussure.
Perangkat tersebut terdiri dari dua buah kotak kayu, kotak kecil yang berada didalam kotak yang
besar. Di antara dua kotak tersebut diberi bahan insulasi. Di atas kotak kecil dipasang tiga lapis
kaca dengan udara diantaranya. Dengan mangarahkan perangkat tersebut tegak lurus cahaya
matahari, dalam beberapa jam, suhu di dalam kotak dapat mencapai di atas 100 oC. Perangkat ini
pun diujicobakan di puncak gunung Cramont. Hasilnya dapat mencapai titik didih air walaupun
suhu udara sekitarnya sekitar 5-10 oC.

Sumber : http://solarcooking.org/saussure.htm

Kotak panas buatan de Saussure terlalu lama untuk menjad panas dan suhunya tidak cukup panas
untuk memasak. Mungkin inilah penyebab desainnya tidak popouler. Untuk produk massal
teknologi solar thermal pertama adalah solar oven yang ditemukan oleh W. Adams pada tahun
1870an di Bombay, India. Dia menambahkan konsep mengkonsentrasikan cahaya matahari,
seperti ditunjukkan gambar dibawah.

Sumber : http://solarcooking.org
Delapan buah cermin (A) membentuk reflektor octagon. Sinar matahari diarahkan ke dalam
kotak (B) yang terbuat dari kayu yang diatasnya ditutup dengan kaca. Didalam kotak terdapat
panci (C). Temperatur di dalam kotak B dapat mencapai suhu 200 derajat celsius.

B. Penggunaan Energi Matahari Zaman


Sekarang

Saat ini, manusia telah menggunakan panas matahari untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
Berikut berbagai pemanfaatan panas matahari (solar thermal):

1. Kompor matahari (surya)

Kompor matahari merupakan salah satu aplikasi pemanfaatan panas matahari untuk memenuhi
kebutuhan energi rumah tangga. Kompor matahari merupakan pemanas yang sangat ramah
lingkungan, karena hanya membutuhkan sinar matahari sebagai sumber energinya. Kompor ini
hemat biaya dan bebas polusi dibandingkan kompor minyak, batubara, dan kayu bakar.
Penggunaan secara massal bisa mengurangi polusi udara dalam jumlah yang besar.
Kompor matahari ini secara umum terbagi dalam dua, yaitu kompor parabola dan kotak oven
(pemanggang). Kompor parabola merupakan alat yang terbuat dari cermin (atau serupa cermin)
yang menfokuskan panas matahari pada satu titik. Suhu yang dicapai bisa mencapai 600 derajat
celsius. Sementara oven matahari suhu suhu yang bisa dicapai lebih rendah tapi diatas 100
derajat celsius.
Kompor matahari memasak menggunakan tiga metode, pemanasan, pemanggangan, dan
pasteurisasi. Kompor matahari berbentuk parabola memasak makanan dengan pemanasan, yaitu
meletakkan panci atau wajan di pusat panas dan berikutnya mengalirakan panas secara langsung
maupun melalui media lain (air dll) untuk memanaskan makanan. Kompor parabola juga dapat
digunakan untuk pasteurisasi makanan. Prosesnya, panas yang dimanfaatkan untuk cara

menghasilkan uap, dan uap inilah yang akan digunakan untuk proses pasteurisasi. Sementara
kompor oven berbentuk kotak yang dapat menyerap panas matahari. Makanan dimasukkan
dalam kotak untuk dimasak.
Saat ini, banyak negara yang menggunakan kompor matahari untuk memasak. India merupakan
negara yang paling getol menggunakan energi yang sangat murah ini. Beberapa negara di Afrika
juga banyak menggunakan kompor surya ini.

2. Pengering Matahari
Proses pengeringan memanfaatkan sinar matahari dari dahulu telah dipakai manusia. Mulai dari
menjemur pakaian, mengeringkan bahan-bahan yang basah, pengeringan produk pertanian, dan
perikanan. Pengeringan tradisional dengan cara menjemur di bawah terik matahari di udara
terbuka. Namun, pengeringan tradisional ini sangat bergantung kepada cuaca. Saat mendung dan
hujan proses pengeringan berlangsung lebih lama.
Kendala cuaca inilah yang membuat peneliti mengembangkan pengering matahari tertutup.Ada
banyak teknologi pengering ini, kita akan membahas pengering sederhana. Disebut sederhana
karena : kontruksinya sederhana, ukurannya kecil, tidak membutuhkan banyak bahan, serta
pembuatanya tidak rumit, dan yang terpenting biayanya murah, he he he... Pengering ini bisa
dibuat sendiri, meski perlu sedikit keahlian pertukangan.

Sumber : http://teknikcivil2.blogspot.com/2013/05/prisip-kerja-pengering-tenaga-surya.html
Prinsip kerja pengering tenaga surya:
Sinar matahari masuk menembus tutup kaca kemudian akan memanasi plat kolektor yang ada

pada dasar kotak pengering. Untuk pengering tenaga surya sederhana , ruang kolektor menjadi
satu dengan kotak pengering. Karena diruangan tertutup, panasnya kolektor membuat suhu
ruangan meningkat. Selain kolektor, pemanasan juga disumbang dari bahan pembuat kotak
pengering yang biasanya terbuat dari seng. Sinar matahari ini juga akan mengenai langsung
bahan yang di keringkan sekaligus menyebabkan udara di dalam kotak pengeringan tersebut
menjadi sangat panas.
Sementara itu udara luar akan masuk di dalam kotak lewat bawah mengalir ke atas kemudian
keluar lewat cerobong. Jadi bahan yang berada di kotak pengeringan tersebut akan di keringkan
langsung oleh sinar matahari, serta udara panas di dalam kotak pengeringan tersebut, kemudian
jika masih ada uap air akan terbawa oleh udara yang masuk dari bawah menuju ke atas dan
keluar melalui cerobong.
Jika sinar matahari tertutup awan udara di dalam kotak pengering tersebut akan tetap panas.
Sebab, kotak dibuat kedap dengan adanya isolator,meskipun sepanas sewaktu sinar matahari
terik. Jika matahari bersinar kembali, suhu di dalam kotak pengering tersebut akan segera
meninggi, tanpa memerlukan waktu yang lama. Adapun pengering tenaga surya yang lebih
kompleks, kotak kolektor akan terpisah dengan ruangan pengering. Kolektor panas bisa terbuat
dari plat datar, tabung, lensa cekung, dan parabola.

3. Pemanas Air (solar water heating system)

Foto : solar water heating system (sumber : atashenergy.com)

Selama 20 tahun terakhir orang Indonesia sudah sering melihat instalasi panel surya untuk
pemanas air. Penggunaan pemanas air ini untuk perumahan hampir terjadi di seluruh
dunia.Investasi yang dilakukan orang untuk memasang sistem pemanas air ini di rumah-rumah
disebut-sebut sebagai pendanaan yang efektif karena bisa memanaskan air dalam segala musim.
Energi yang dipakai adalah energi matahari yang gratis. Kota Barcelona di Spanyol merupakan
salah satu kota percontohan yang menggunakan panas matahari untuk pemanas air secara
massif.
Sistem pemanas air tenaga matahari ini dibagi dalam dua, yaitu pasif dan aktif.
3.1 Pemanas aktif

Ada dua tipe pada sistem pemanas air aktif, yaitu sistem sirkulasi langsung dan tak langsung.
Pada sistem sirkulai langsung, air dipanaskan melalui sirkulasi langsung ke penangkap panas
(panel surya). Sementara pada sistem tak langsung, panas yang terjadi pada panel surya diserap
oleh cairan yang disirkulasikan ke panel. Panas cairan ini disimpan pada sebuah tabung
penyimpan panas. Dalam tabung terdapat penyalur panas (heat exchanger) yang memanaskan
pipa saluran air rumah. Sistem aktif tak langsung inilah yang banyak digunakan oleh
masyarakat.

Sumber : energi.gov

3.2 Pemanas Pasif


Sistem pasif hampir serupa dengan aktif dengan biaya yang lebih murah. Namun, tingkat
efisiensinya lebih rendah. Meski begitu, sistem diprediksi lebih tahan lama. Ada dua sitem dalam
pasif ini. Pertama, sistem pasif penangkap panas terintegrasi (integral collector-storage passive
stem). Sistem ini efektif untuk wilayah yang memiliki suhu dibawah nol. Aplikasi terbaik untuk
kebutuhan air panas pada siang hingga sore hari. Kedua, sistem thermosyphon, yaitu aliran air
yang memasuki sistem karena adanya perbedaan suhu air. Air panas akan naik dan air dingin
akan berada dibawah. Panel surya sebagai pengumpul panas harus ditempatkan dibawah tangki
air sehingga air panas akan naik ke tangki.

Sumber : energi.gov

4. Penghangat dan Pendingin Ruangan


Panas matahari juga dapat digunakan untuk menghangatkan dan mendinginkan ruangan.
Penghangat ruangan, dibutuhkan oleh masyarakat yang mengalami musim dingin di negara
empat musim dan masyarakat di pegunungan yang suhunya dingin. Penghangat ruangan
memanfaatkan panas yang diterima kolektor panas (panel surya) untuk menghangatkan ruangan.
Sementara pendingin udara (air conditioning/AC) bekerja dengan cara mengalirkan panas dari
sel surya ke alat yang disebut chiller. Pada chiller, terjadi proses evaporasi gas untuk
menghasilkan dingin.
Gambar dibawah menjelaskan penghangat dan penyejuk ruangan tenaga surya yang banyak
digunakan oleh masyarakat di negara-negara 4 musim. Mereka membutuhkan kombinasi alat
penghangat dan penyejuk udara karena mengealami musim dingin dan panas. Kalau di Indonesia
mungkin hanya dibutuhkan alat penyejuk udara saja.

Sumber : renergy.com

5. Pembangkit Listrik
Dunia telah membangun berbagai pembangkit Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Pembangkitan listrik dilakukan dengan panel surya penerima panas (solar thermal) dan panel
fotovoltaik. Ada berbagai teknologi yang digunakan untuk membangkitkan listik menggunakan
panel surya penerima panas, diantaranya, pembangkit menara (power tower) berbasis turbin uap,
pembangkit menara berbasis turbin udara (solar updraft), pembangkit parabola, dan pembangkit
lensa cekung.
Salah satu keunggulan PLTS dengan panel thermal adalah daya yang dihasilkan bisa sangat
besar, mencapai ratusan MW. Salah satu power tower di Amerika bisa berkapasitas 700 MW.
PLTS berbasis panel thermal juga dibangun dilahan yang tidak produktif atau yang sulit ditanami
tanaman pangan dan industri karena lahannya yang ekstrim. Lahan yang cocok adalah sahara
atau padang pasir yang banyak terdapat di Amerika, Australia, Afrika, dan Timur Tengah. Salah
satu kendala ada pada teknologi berbasis turbin uap karena membutuhkan air yang cukup banyak
untuk menghasilkan uap, padahal lokasi pembangunannya di tempat ekstrim yang mana air
merupakan barang yang sangat berharga. Namun, kendala ini sekarang bisa diatasi dengan
teknologi turbin berbasis gas dan aliran udara keatas (solar updraft).
5.1 Menara Pembangkit (power tower) Berbasis Turbin Uap

Sumber : http://www.dailymail.co.uk/sciencetech/article-2045926/Solar-plant-generate-energy-night--glowinglightbulb-tower-thats-hot-melt-salt.html

Pembangkit ini bekerja dengan cara memusatkan panas matahari menggunakan ratusan cermin
datar otomatis yang bisa mengikuti pergerakan matahari yang disebut heliostats. Panas matahari
dipantulkan heliostats ke alat penerima panas di puncak menara. Suhu yang terkonsentrasi di
penerima panas mencapai 1,350 derajat celsius atau 2.500 fahrenheit. Berikutnya, panas ini
kemudian dialirkan menggunakan media, diantaranya air, gas, atau garam cair untuk
menghasilkan uap yang akan menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Turbin uap yang
digunakan adalah turbin konvensional yang juga digunakan pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) batubara.
Dari berbagai media, garam cair adalah yang terbaik dibandingkan media lainnya. Ada beberapa
garam cair yang digunakan, diantaranya campuran sodium nitrate, potassium nitrate and calcium
nitrate, lithium nitrate, dll. Garam cair juga dapat menyimpan panas dalam jangka waktu yang
lama (bisa 1 minggu) menggunakan teknologi sistem penyimpanan garam cair (molten salt
storage system). Dengan teknologi ini, power tower bisa menghasilkan listrik selama 24 jam,
meski cuaca mendung dan malam hari. Tingkat efisiensi sistem ini mencapai 93-97%, sangat
ekonomis dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar lainnya. Turbin listrik berkapasitas
100 MW membutuhkan tanki penyimpan panas setinggi 9,1 meter dan berdiameter 24 meter.

Sumber : solarenergyengineering.asmedigitalcollection.asme.org
Proses pembangkitan listrik dimulai dari pemanasan garam cair di alat penerima panas di puncak
menara. Garam meleleh pada suhu 131 derajat selsius, dan tetap dalam kondisi cair pada suhu
290 derajat celsius didalam tanki penyimpan garam cair dingin. Garam cair di tangki penyimpan
dingin dialirkan ke penerima panas sehingga suhunya naik menjadi 565 derajat celsius. Lalu,
garam cair dikirim ke tanki penyimpanan panas (prinsip kerjanya seperti termos) yang tertutup
rapat dan dilengkapi lapisan penahan panas. Dari tangki ini, garam cair panas dialirkan ke
generator uap untuk menghasilkan uap. Uap ini lalu digunakan menggerakkan turbin untuk
menghasilkan listrik. Setelah dipakai menghasilkan uap, suhu garam cair turun menjadi sekitar
290 derajat celsius dan dialirkan ke tanki penyimpan dingin. Kemudian proses pemanasan
dimulai lagi. Begitu seterusnya.
5.2 Menara Pembangkit (power tower) Berbasis Turbin Udara (Solar Updarft)

Sumber : http://www.treehugger.com/renewable-energy/think-big-arizona-solar-tower-2x-taller-than-the-empirestate-building-will-produce-200-megawatts.html

Power Tower berbasis turbin udara menggunakan turbin kaplan atau turbin yang biasa digunakan
pada Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Karena menggunakan turbin berbasis udara, power
tower jenis ini tidak membutuhkan air dan ini merupakan salah satu keunggulannya karena air
merupakan SDA yang sulit didapat di lahan ekstrim.

Sumber : http://www.treehugger.com/renewable-energy/think-big-arizona-solar-tower-2x-taller-than-the-empirestate-building-will-produce-200-megawatts.html

Ada tiga bagian penting dari menara pembangkit ini, yaitu menara, kanopi, dan turbin. Menara,
menara ini merupakan teknologi mesin thermal berbasis matahari. Menara berbentuk cerobong
ini dapat mengubah panas menjadi energi mekanik. Proses naiknya udara panas ke puncak
cerobong terjadi hal yang menjadi dasar pembangkitan listrik. Semakin tinggi menara cerobong
akan semakin kuat aliran udara panasnya. Kanopi, berfungsi menangkap panas matahari dan
mengalirkannya ke tempat penyimpanan panas yang dibangun dibawahnya. Penyimpanan panas
menggunakan sistem penyimpanan panas bawah tanah. Jadi, kanopi harus terbuat dari alat
penerima panas yang memiliki efisiensi tinggi. Turbin, berfungsi mengubah aliran udara panas
menjadi listrik. Saat ini, perusahaan asal Australia EnviroMission mengumumkan akan
membangun pembangkit jenis ini di California dengan kapasitas 200 MW.
5.3 Pembangkit Parabola

Sumber : wikipedia

Memiliki kapasitas lebih kecil, sekitar 3-25 kilowat per satu parabola. Ada tiga bagian dari
pembangkit ini, yaitu cermin parabola, penerima panas yang diletakkan puncak parabola, dan
mesin stirling yang akan menghasilkan listrik. Cermin parabola akan memusatkan panas
matahari ke penerima panas. Panas di penerima panas kemudian dialirkan dengan media ke
mesin stirling. Untuk pembangkit parabola, media yang digunakan adalah hydrogen atau helium.
Gas panas akan diubah menjadi listrik menggunakan mesin stirling. Mesin ini menggunakan gas
panas untuk menggerakkan piston dan menciptakan tenaga mekanik.

Sumber : energy.gov

5.4 Pembangkit Lensa Cekung

Gambar : Pembangkit Lensa Cekung di Amerika


Sumber : energy.gov

Pembangkit lensa cekung berpangku pada sistem konsentrasi linier (Linear concentrating solar
power/CSP) untuk menghasilkan listrik. Ada dua teknologi dalam pembangkitan lensa cekung,
yaitu sistem pengumpul parabola (parabolic trough system) dan sistem reflektor fresnel linier
(linear fresnel reflector system). Untuk pembangkitan listrik menggunakan mesin uap biasa. Satu
sistem besar bisa menghasilkan listrik 50-250 MW.
A Parabolic Trough System

Sumber : energy.gov
Pada pembangkitan sistem ini, tabung penerima panas di pasang di bagian tengah lensa cekung
tempat suhu matahari terkonsentrasi. Tabung penerima panas akan memanaskan media berupa
air atau cairan penghantar panas lainnya. Ada tiga media yang digunakan, yaitu pelumas sintetik,
garam cair, dan uap bertekanan. Media akan mengalami proses pemanasan saat melalui tabung
penerima panas. Media yang sudah panas digunakan menghasilkan uap. Uap ini akan digunakan
menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik. Turbin yang digunakan adalah turbin uap biasa.
B Linear Fresnel Reflector System

Sumber : energy.gov
embangkit ini menempatkan penerima panas berada yang diletakkan diatas lensa cekung.
Sementara sistem pembangkitan sama dengan parabolic trough system.

6 Sumber Panas Bagi Industri

Gambar : Tungku Matahari di Prancis


Sumber : wikipedia

Panas matahari juga dimanfaatkan oleh industri sebagai sumber panas. Tungku matahari yang
dibangun di Odeillo, Prancis, adalah salah satu contohnya. Tungku ini berhasil menangkap panas
matahari dengan suhu 3.500 derajat celsius. Sistem kerjanya mirip pembangkit menara, bedanya
pada tungku ini konsentrasi dari cermin kaca datar (heliostats) diarahkan kepada cermin parabola
yang berfungsi mengontrasikan panas sehingga panas yang dicapai lebih tinggi. Pada pusat
konsentrasi panas ditempatkan penerima panas.
Tingginya pencapaian panas dari tungku matahari ini, membuatnya bisa diaplikasikan untuk
kebutuhan
berbagai
industri.
Dibawah ini kebutuhan panas dari Industri (dalam derajat celsius):
1.000
= pembangkit menara generasi terbaru
1.400
= . menghasilkan hidrogen dari molekul metana
Hingga 2.500
= test materi untuk pemakaian ekstrim seperti PLTN atau pesawat ruang
angkasa
Hingga 3.500
= memproduksi materi nano
Berdasarkan bahan bacaan diatas, panas matahari telah digunakan oleh dunia untuk berbagai
kegiatan. Negara-negara maju telah melakukan uji coba seluruh penggunaan tersebut, sementara
Indonesia baru sebagian saja. Kata kuncinya adalah penguasaan teknologi, kemauan pemerintah,
dan partisipasi masyarakat. Sudah sepantasnya Indonesia memiliki kemauan yang tinggi untuk
menggali dan memanfaatkan panas matahari untuk membangun bangsa.
ahmad senoadi
Sumber :

Gambar pertama : https://scitechspec.files.wordpress.com/2012/01/mp9004386071.jpg,


diakses 2016.

wikipedia, diakses 2016.

wikimedia, diakses 2016.

energy.gov, diakses 2016.

http://catatan-teknik.blogspot.com/2014/05/sejarah-teknologi-solar-thermal.html, diakses
2016.

http://www.unmuseum.org/burning_mirror.htm, diakses 2016.

http://tepus.org/2014/10/pengertian-chiller-dan-cara-kerja/, diakses 2016.

http://www.forbes.com/sites/williampentland/2010/11/10/solar-tower/, diakses 2016.

http://www.treehugger.com/renewable-energy/think-big-arizona-solar-tower-2x-tallerthan-the-empire-state-building-will-produce-200-megawatts.html, diakses 2016.

http://www.environmentalleader.com/2011/01/05/hitachi-has-big-plans-for-solarpowered-air-conditioning-system/?graph=full&id=1, diakses 2016.

http://phys.org/news/2013-08-team-technique-hydrogen-fuel.html, diakses 2016.

http://www.renewableenergyworld.com/rea/blog/post/2011/08/solar-furnaces-a-powerfuluse-of-solar-power, diakses 2016.

Anda mungkin juga menyukai