Anda di halaman 1dari 4

Pada pria gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.

Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian
diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita pria
biasanya mengeluhkan sakit pada waktu kencing. Dari mulut saluran kencing keluar
nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya
pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak
diobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin. Penderita
sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk
ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan
membengkak.1
Pada wanita penderita yang simtomatis umumnya mengalami gejala lokal
setelah 10 hari terinfeksi. Sering duh tubuh yang keluar dari endoserviks melalui
vagina tidak ditemukan, baik pada keadaan akut maupun kronis. Gejala subyektif ini
jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapat kelainan obyektif. Umumnya
penderita datang bila sudah ada komplikasi atau ditemukan saat pemeriksaan
antenatal maupun keluarga berencana.5
1.Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan gonokok
negative-Gram dari bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah fosa navikularis,
sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar Bartholin, serviks, dan
rectum.1

2. Kultur
Pemeriksaan kultur pada gonore mempunyai sensitivitas sekitar 80- 90%.
Terdapat beberapa macam media untuk isolasi N. gonorrhoeae yaitu media transport
dan media pertumbuhan. Media transport digunakan jika letak pengambilan spesimen
jauh dari laboratorium. Spesimen dalam media transport yang disimpan dalam lemari
es dapat tahan selama 24 jam.8

3. Tes definitif
a) Tes Oksidasi
Tes oksidasi untuk membuktikan bahwa koloni yang tumbuh adalah koloni
Neisseria.Pada koloni diteteskan larutan tetrametil p-fenilendiamin dihidroklorida
1%.Apabila tes oksidasi positif warna koloni berubah menjadi merah muda sampai

ungu. Ada juga yang menggunakan potongan kertas yang mengandung reagen /
indikator naftol dan dimetilparafenilen-diamin (NaDi), koloni kuman tersangka
dioleskan pada potongan kertas tersebut, dalam waktu 20-60 detik kertas terlihat
berwarna biru sampai biru tua. Dengan adanya oksigen dan sitokrom oksidase, NaDi
sebagai bahan organik akan direduksi menjadi molekul kondensasi berwarna biru
indofenol. Tes ini juga positif pada beberapa mikroorganisme lain, misalnya Vibrio
spp.y Brucella spp., dan Pseudomonas spp.1,4

b)

Tes fermentasi
Digunakan untuk membedakan N.gonorhoeae dengan spesies Neisseria yang

Iain.Media yang digunakan adalah cystine trypticase yang mengandung glukosa,


maltosa, sukrosa dan laktosa, serta fenol merah sebagai indikator. Hasilnya positif
bila wama berubah menjadi kuning. Hasil reaksi fermentasi spesies Neisseria tampak
pada tabel dibawah.5,6
c)
Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL
961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin akan menyebabkan perubahan
warna dari kuning menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase.1

Di dunia, WHO memperkirakan terdapat 140 juta kasus yang terjadi akibat
infeksi C.trachomatis. Terdapat 1,1 juta kasus dilaporkan di Amerika Serikat dengan
prevalensi tertinggi terjadi pada wanita diusia 15-24 tahun pada tahun 2007 (Struble,
2010).

Sedangkan di Indonesia, dari data yang diambil dari poliklinik IMS RS

dr.Pirngadi Medan didapatkan prevalensi UNG sebesar 54% pada tahun 1990-1991.
Di RSUP Denpasar prevalensi UNG/IGNS sebesar 13,8% pada tahun 1993-1994.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan terhadap kelompok pramuwaria di Jakarta
mendapatkan data prevalensi klamidia sebesar 35,48% dari 62 orang yang diperiksa

sedangkan pada pemeriksaan terhadap WTS di Medan menunjukkan


prevalensi sebesar 45%.1,2,7

Dalam perkembangannya, Chlamydial trachomatis mengalami 2 fase.


Dalam perkembangannya Chlamydia trachomatis mengalami 2 fase:
1.Fase I disebut fase noninfeksiosa, terjadi keadaan laten yang dapat
ditemukan pada genitalia maupun konjungtiva. Pada saat ini kuman
sifatnya intraselular dan berada di dalam vakuol yang letaknya melekat
pada inti sel hospes, disebut badan inklusi.
2. Fase II fase penularan, bila vakuol pecah kuman keluar dalam bentuk
badan elementer yang dapat menimbulkan infeksi pada sel hospes yang
baru.1

Siklus bifasik diawali dengan menempelnya infeksius EB ke mikrofili sel host


yang rentan. EB secara aktif menembus sel host, EB didalam sel akan berdiam
didalam fagosom dan mulai bereplikasi. EB yang tidak aktif secara metabolik,
menjadi aktif dan membelah diri menjadi RB dimana RB tersebut dapat mensintesa
DNA, RNA dan protein namun masih tergantung pada sel hostnya untuk suplai energi
(ATP), keadaan ini disebut

sebagai parasit energi. Selanjutnya RB kemudian

membelah diri secara berulang didalam fagosom. Fagosom dengan RB didalamnya


inilah disebut dengan badan inklusi. Setelah terjadi infeksi selam 18-24 jam, RB
kemudian kembali berorganisasi menjadi EB dan antara 48-72 jam kemudian, sel
yang terinfeksi akan pecah dan kemudian dilepaskan oleh EB.1,2
Pada pria gejala baru mulai timbul biasanya setelah 1-3 minggu kontak
seksual dan umumnya tidak seberat gonore. Gejalanya berupa disuria ringan, perasaan
tidak enak di uretra, sering kencing dan keluarnya duh tubuh seropurulen.
Dibandingkan dengan gonore, perjalanan penyakit lebih lama karena masa inkubasi
yang lebih lama dan ada kecenderungan kambuh kembali. Pada beberapa keadaan
tidak terlihat keluarnya cairan duh tubuh, sehingga menyulitkan diagnosis. Dalam
keadaan demikian sangat diperlukan pemeriksaan laboratorium. Komplikasi yang
dapat terjadi berupa prostatitis, vesikulitis, epididimitis dan striktur uretra.1
Pada Wanita infeksi lebih ringan terjadi di serviks bila dibandingkan dengan
vagina, kelenjar Bartholin atau uretra sendiri. Sama seperti pada gonore, umumnya
wanita tidak menunjukkan adanya gejala. Sebagian kecil dengan keluhan keluarnya

duh tubuh vagina, disuria ringan, sering kencing, nyeri daerah pelvis dan dispareunia.
Pada pemeriksaan serviks dapat dilihat tanda-tanda servisitis yang disertai adanya
folikel-folikel kecil yang mudah berdarah. Komplikasi dapat berupa bartholinitis,
proktitis, salfingitis dan sistitis. Peritonitis dan perihepatitis juga pernah dilaporkan.
Diagnosis secara klinis sukar untuk membedakan infeksi karena gonore atau
non-gonore. Menegakkan diagnosis servisitis atau uretritis oleh klamidia, perlu
pemeriksaan khusus untuk menemukan atau menentukan adanya C. trachomatis.
Pemeriksaan laboratorium yang umum digunakan sejak lama adalah pemeriksaan
sediaan sitologi langsung dan biakan dari inokulum yang diambil dari specimen
urogenital. Baru pada tahun 1980an ditemukan tehnologi pemeriksaan terhadap
antigen dan asam nukleat C. trachomatis.1
Pada meatus eksternus nampak tanda radang beurpa edema dan kemarahan
yang biasanya ringan dan tidak sehebat gonore, atau tak ada kelainan. Sekret uretra
dapat berupa purelent (lebih sering pada gonore), mukos, seromukos atau cairan
jernih. Pada umumnya sekret uretra tidak sehebat sekret pada gonore. Saat ini
pemeriksaan biakan masih dianggap sebagai standar baku emas pemeriksaan klamidia
namun pemeriksaannya membutuhkan waktu 3-7 hari. Untuk teknik mendeteksi
antigen ada beberapa cara Direct fluorescent antibody (DFA), Enzyme immune
assayenzyme linked immunosorbent assay (EIA/ELISA). Metode yang terbaru adalah
dengan cara mendeteksi asam nukleat C.trachomatis dengan hibridisasi DNA Probe,
dikenal dengan istilah gen probe dan amplifikasi asam nukleat.1

Anda mungkin juga menyukai