PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Analisis kasus pada sila ketiga: Persatuan Indonesia
Disusun oleh:
Irianto Rizaldi Faturrahman
011400388
Contoh Kasus : Jurnal Patroli News Bitung Ditahun 2015 PNS jajaran Pemkot
bakal diwajibkan untuk menggunakan pakaian batik selama dua hari berturut-turut,
yakni hari Rabu dan Kamis. Penggunaan batik itu sesuai dengan peraturan Walikota
Bitung Nomor 15 Tahun 2008 tentang pakaian dinas di Lingkungan Pemerintah Kota
Bitung.
Serta guna meningkatkan disiplin dan motivasi kerja, telah diterbitkan surat edaran
Nomor 800/WK/01/I/2015 Tanggal 2 Januari 2015 tentang penggunaan pakaiaan dan
ketentuan jam kerja, kata Kepala BKD-PP Kota Bitung, Jossy Kawengian, Senin
(5/1/2015).
Sumber : http://jurnalpatrolinews.com/2015/01/05/rabu-dan-kamis-pns-diwajibkangunakan-batik/
Analisis : Menurut saya sikap yang diambil oleh Pemkot Bitung mencerminkan sila
ketiga, dimana busana batik merupakan budaya asli dari Indonesia. Mengenakan
pakaian batik pada hari Rabu dan Kamis di kota Bitung menunjukkan sebagian kecil
sikap positif persatuan untuk melestarikan budaya Indonesia. Untuk itu sudah
sepatutnya kita warga negara Indonesia harus ikut melestarikan budaya bangsa.
b. Negatif
Contoh Kasus : Perang Suku di Mimika Masih Berkobar
Timika, CyberNews. Perang di antara suku Amungmue yang mendiami Kampung
Banti berhadapan dengan gabungan antara suku Dani dan Damal yang mendiami
Kampung Kimberli, Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua, yang dimulai
sejak Senin (15/10) hingga Kamis dini hari masih terus berkobar.Sementara itu,
jumlah korban yang meninggal dunia mencapai delapan orang, dan ada puluhan
anggota suku yang terluka akibat terkena panah dan senjata tajam lainnya, serta
kerusakan rumah dan harta benda lainnya.Dari Distrik Tembagapura, Kamis dini
hari, wartawan ANTARA News melaporkan, perang antar-suku tersebut belum juga
berakhir. Suku-suku yang bertikai itu masih saling menyerang menggunakan alat
tempur tradisional, seperti panah, parang, dan bebatuan.Menurut Kepala Distrik
Tembagapura, Yosias Lossu, jika pada Rabu (17/10) ada korban yang meninggal
dunia sebanyak empat orang dengan rincian tiga orang dari suku Dani dan seorang
dari suku Amungme, maka pada Kamis dini hari jumlah korban bertambah menjadi
delapan orang, terdiri atas lima orang dari suku Dani dan Damal, sedangkan tiga
orang dari suku Amungme.Kami telah berkoordinasi dengan aparat keamanan dari
Polsek Tembagapura dan Polres Mimika untuk menghentikan perang suku ini. Begitu
pula telah berkoordinasi dengan aparat Brimob Polda Papua yang bertugas
mengamankan wilayah tambang PT Freeport. Walaupun begitu perang suku masih
juga berkobar, karena setiap kubu belum ingin berdamai, katanya.
Menurut dia, pada Rabu (17/10) Kapolres Mimika, AKBP Godhelp Mansnembra,
dan Ketua DPRD Mimika, Yosef Kilangin, sudah datang ke Distrik Tembagapura
untuk mendamaikan suku-suku yang bertikai itu, namun mereka tidak berhasil
datang ke lokasi perang suku karena pada saat itu perang masih berkobar.
(http://suaramerdeka.com/cybernews/harian/0710/18/nas1.htm)
Dari berita diatas sangat melanggar sila yang ke tiga telah hilangnya rasa
persatuan dan kesatuan antar suku. Dari berita ini mengungkapkan bahwa
semboyan Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti berbeda beda tetapi tetap satu jua
sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia. Hal seperti inilah yang membuat
peperangan antar suku terjadi yang disebabkan oleh masalah yang sepele yang bisa
diselesaikan dengan musyawarah.
Contoh Kasus : Pengakuan atau klaim budaya indonesia oleh bangsa lain bukan
hanya terjadi satu kali. Tercatat ada lebih dari 20 budaya indonesia yang di klaim
oleh bangsa lain, angka yang menakjubkan bukan? Tidak berhenti di situ, yang lebih
2