Anda di halaman 1dari 5

KASUS SIKAP NEGATIF DAN POSITIF TERHADAP SILA PANCASILA

A. Kasus : Umat Kristen di Nusa Tenggara Timur akan Sumbangkan Hewan Kurban saat Idul Adha

KUPANG (NTT) Bukti beberapa wilayah di negara ini masih memiliki rasa kebersamaan tanpa memandang
agama masih dapat kita dapati ketika adanya perayaan besar tertentu yang dilakukan bukan oleh satu agama saja
melainkan dibantu oleh agama lainnya tanpa pamrih. Seperti yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, umat
Kristiani di wilayah itu berjanji akan menyumbangkan hewan kurban untuk perayaan Idul Adha tahun ini, yang
jatuh pada 6 November tahun ini. Dilansir dari Cathnews Indonesia, Ketua Majelis Ulama Indonesia NTT dengan
sukacita menyambut partisipasi umat Kristiani dalam perayaan keagamaan mereka yang besar ini. Bantuan
hewan kurban itu sangat bermanfaat bagi kaum duafa, kata Abdulkadir Makarim. Makarim mengatakan, toleransi
yang dibangun di NTT, bukan hanya dengan kata-kata atau ucapan, tetapi diwujdkan dengan tindakan nyata. Umat
beragama lain di daerah ini ikut menyiapkan hewan kurban atau memberikan zakat pada Hari Raya Idul Fitri.
Semoga semangat toleransi, kebersamaan dan kerja sama antarumat beragama di Nusa Tenggara Timur, tetap
dijaga dengan baik demi menciptakan suasana tertib,aman dan damai, tambahnya. Kepala Biro Kesejahteraan
Rakyat Pemerintah NTT, Dengi Dando Aloysius, saat ditemui, Jumat (04/11/2011), mengatakan, hewan kurban
yang disiapkan sebanyak 14 ekor sapi yang nantinya akan diserahkan kepada Panitia Hari Raya Idul Adha di Kota
Kupang. Gubernur NTT Fransiskus Lebu Raya akan menyumbangkan tujuh ekor sapi untuk enam kabupaten.
Dando menjelaskan bantuan hewan kurban tersebut adalah bentuk partisipasi Gubernur NTT bagi umat Islam
yang merayakan Hari Raya Idul Adha, yang telah menjadi kebiasaan umat Kristen di sana setiap tahun.
(Ucanews/Cathnews Indonesia) dari (https://www.tumblr.com/search/antar%20umat%20beragama)

B. Kasus : Efek Serangan Sinagoge Jerusalem

DUA warga Palestina, Rassan dan Uday Abu al Jamal, dengan pistol dan pisau pada Selasa lalu menyerang
sinagoge, tempat ibadah umat Yahudi di Har Nof Jerusalem (SM, 19/11/14). Empat rabi (ulama) Yahudi asal
Amerika dan Inggris serta satu polisi tewas, sementara 7 lainnya cedera serius. Banyak pihak mengecam kejadian
itu meski ada sejumlah pihak yang merayakannya.

Mengapa hal itu terjadi dan apa dampaknya bagi konflik Palestina-Israel? Konflik Palestina-Israel adalah konflik
tertua sejak Perang Dunia II. Akumulasi berbagai faktor seperti tekanan sosial, ekonomi, politis, dan psikologis
membuat rasionalitas dalam berkonflik sering kabur terkalahkan permusuhan, dendam, dan keinginan
menegasikan.

Di sisi lain, pembenaran terhadap tindakan sendiri kerap dijumpai. Serangan terhadap warga sipil dan tempat
ibadah bisa dibaca dalam konteks konflik Palestina yang kompleks dan rumit itu. Namun apa pun dalihnya,
penyerangan itu merupakan tindakan sangat berbahaya dalam konteks upaya mencari solusi damai konflik
Palestina-Israel.

Pertama; kejadian itu sensitif karena bisa dimaknai sebagai serangan terhadap agama/ simbol agama. Ilmuwan
politik dan hubungan internasional sebenarnya telah sepakat bahwa konflik Palestina-Israel sejatinya konflik
politik dengan sebab pokok berupa perebutan wilayah oleh bangsa Yahudi dan Arab Palestina.

Tanpa faktor sentimen agama pun, konflik terlama sejak Perang Dunia II ini sudah sangat kompleks. Masuknya
faktor agama membuat konflik kian keras dan sukar terurai. Harus disadari bahwa umat Islam, Kristen, dan Yahudi
memiliki keyakinan dan klaim ideologis masing-masing atas Palestina.
(http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/efek-serangan-sinagoge-jerusalem/)

C. Kasus : VIDEO: Miliki Paspor Prancis, Gloria Dicopot dari Paskibraka

Liputan6.com, Jakarta - Serangkaian persiapan jelang peringatan kemerdekaan yang ke-71 RI terus dilakukan.
Setelah menggelar gladi bersih pada Senin pagi 15 Agustus 2016, siangnya pasukan pengibar bendera pusaka atau
Paskibraka dikukuhkan Presiden Joko Widodo di Istana Negara.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Senin (15/8/2016), 67 anggota Paskibraka perwakilan dari seluruh
provinsi di Indonesia, akan bertugas pada upacara pengibaran dan penurunan sang Saka Merah Putih, Rabu 17
Agustus 2016.
Usai pengukuhan, para anggota Paskibraka mendapat ucapan selamat dari presiden dan para tamu undangan.

Masalah dua kewarganegaraaan ternyata bukan hanya menimpa Arcandra Tahar, yang harus kehilangan kursi
Menteri ESDM.

Di pasukan Paskibraka, satu anggota yang sudah terpilih, yaitu Gloria Natapradja Hamel, terpaksa dicoret sebagai
anggota Paskibraka karena belakangan diketahui juga memegang paspor Prancis.

Paskibraka perwakilan dari Jawa Barat, akhirnya tidak bergabung dalam pengukuhan ini. Dengan dicoretnya
Gloria, jumlah peserta Paskibraka yang awalnya berjumlah 68 orang, kini hanya 67 orang.

D. Kasus : Pembuangan Pasien di Lampung

Sekretaris Badan Kesehatan Partai Gerindra (Kesira) Batara Sirait menilai kasus pembuangan pasien di
Lampung merupakan kejahatan kemanusiaan. Aksi keji itu telah bertentangan dengan Pancasila.

Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan oleh negara. Kasus pembuangan pasien yang terjadi di
Lampung merupakan kejahatan kemanusiaan. Partai Gerindra sangat menyayangkan terjadinya hal seperti itu
karena bertentangan dengan Pancasila sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, kata Batara dalam
keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (12/2/2014). (http://news.liputan6.com/read/825425/gerindra-kasus-
pembuangan-pasien-langgar-pancasila)

E. Kasus : Perbup Tentang Penggunaan Pakaian Dinas PNS

bojonegorokab.go.id Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, harus patuh terhadap
ketentuan peraturan Bupati Bojonegoro, hal ini terlihat dari edaran bagi seluruh Pengawai Negeri Sipil (PNS)
untuk mentaati peraturan tentang penggunaan seragam kerja.

Badan Organisasi dan Tata Laksana Sekretariat Kabupaten Bojonegoro, melayangkan surat edaran Peraturan
Bupati Bojonegoro Nomor : 44 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 34
Tahun 2010 Tentang Pakaian Dinas Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Kusnandaka Tjatur menjelaskan bahwa pada prinsipnya semua
Pegawai Negeri Sipil diwajibkan mentaati aturan yang sudah tertuang dalam Perbup Nomor 44 Tahun 2014,
dimana telah tertulis bagi Pegawai Negeri Sipil wajib menggunakan pakaian pada hari senin selasa PDH Warna
Khaki dan pada hari Rabu, Kamis dan Jumat menggunakan pakaian PDH Batik dengan ketentuan sesuai pasal
33 yaitu, hari Rabu menggunakan Batik Daerah/Nasional dan hari Kamis Jumat menggunakan Batik
Jonegoroan.

Bagi SKPD yang masuk 6 hari kerja pada hari sabtu pakaian dinasnya ditentukan oleh masing-masing SKPD
dengan memberikan laporan kepada Bupati, Tegasnya.(http://bojonegorokab.go.id/berita/baca/231/Perbup-
Tentang-Penggunaan-Pakaian-Dinas-PNS)

F. Kasus : Perang Suku di Mimika Masih Berkobar

Timika, CyberNews. Perang di antara suku Amungmue yang mendiami Kampung Banti berhadapan dengan
gabungan antara suku Dani dan Damal yang mendiami Kampung Kimberli, Distrik Tembagapura, Kabupaten
Mimika, Papua, yang dimulai sejak Senin (15/10) hingga Kamis dini hari masih terus berkobar.Sementara itu,
jumlah korban yang meninggal dunia mencapai delapan orang, dan ada puluhan anggota suku yang terluka akibat
terkena panah dan senjata tajam lainnya, serta kerusakan rumah dan harta benda lainnya.Dari Distrik
Tembagapura, Kamis dini hari, wartawan ANTARA News melaporkan, perang antar-suku tersebut belum juga
berakhir. Suku-suku yang bertikai itu masih saling menyerang menggunakan alat tempur tradisional, seperti
panah, parang, dan bebatuan.Menurut Kepala Distrik Tembagapura, Yosias Lossu, jika pada Rabu (17/10) ada
korban yang meninggal dunia sebanyak empat orang dengan rincian tiga orang dari suku Dani dan seorang dari
suku Amungme, maka pada Kamis dini hari jumlah korban bertambah menjadi delapan orang, terdiri atas lima
orang dari suku Dani dan Damal, sedangkan tiga orang dari suku Amungme.Kami telah berkoordinasi dengan
aparat keamanan dari Polsek Tembagapura dan Polres Mimika untuk menghentikan perang suku ini. Begitu pula
telah berkoordinasi dengan aparat Brimob Polda Papua yang bertugas mengamankan wilayah tambang PT
Freeport. Walaupun begitu perang suku masih juga berkobar, karena setiap kubu belum ingin berdamai, katanya.

Menurut dia, pada Rabu (17/10) Kapolres Mimika, AKBP Godhelp Mansnembra, dan Ketua DPRD Mimika,
Yosef Kilangin, sudah datang ke Distrik Tembagapura untuk mendamaikan suku-suku yang bertikai itu, namun
mereka tidak berhasil datang ke lokasi perang suku karena pada saat itu perang masih
berkobar. (http://suaramerdeka.com/cybernews/harian/0710/18/nas1.htm)

G. Kasus : KPU : malaysia sangat antusias

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Malik melihat
masyarakat Indonesia sangat antusias mengikuti proses Pemilihan umum presiden dan wakil presiden periode
2014-2019, mulai dari proses kampanye hingga rekapitulasi suara.

Kami perlu menyampaikan bahwa antusiasme masyarakat dalam berpartisipasi. Mulai proses kampanye,
pengmungutan suara, perhitungan suara dan terakhir saat ini rekapitulasi perhitungan suara, secara berjenjang dan
cukup masif, kata Husni saat acara pertemuan Presiden dengan pimpinan lembaga negara di gedung Mahkamah
Konstitusi, Jakarta, Jumat (18/7/2014).

Selain berpartisipasi dalam acara KPU, kata Husni, masyarakat juga ikut memantau pekerjaan-pekerjaan yang
dilakukan KPU, seperti halnya proses rekapitulasi suara capres dan cawapres.

Bahkan proses publikasi atas hasil perhitungan suara yang dilakukan oleh KPU, juga dipantau, cetusnya.

Diketahui dalam acara pertemuan presiden dan pimpinan lembaga negara untuk membicarakan penyelesaian
sengketa Pemilu presiden dan wakil presiden secara adil dan bermartabat.

Dari berita diatas menunjukkan antusias parawarga yang ingin memberikan suaranya dari proses kampanye
sampai perhitungan suara.dan menyarankan untuk memberikan suara agar tidak golput.

H. Kasus : Demo Ricuh, Sejumlah Mahasiswa Ditangkap

SUKOHARJO Demo penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di pertigaan Universitas Veteran
Bangun Nusantara, Jalan Jenderal Sudirman, Kabupaten Sukoharjo, semalam, ricuh. Akibatnya, sejumlah
mahasiswa ditangkap oleh pihak Polres Sukoharjo.

Awalnya demo gabungan 80 mahasiswa dari BEM Univet, Staimus, IMM dan BEM UMS, LMND dan HMI
Sukoharjo, berlangsung tenang. Namun mahasiswa mencoba membakar ban di protokol dan sempat menyala
besar. Tidak lama, terjadi kericuhan karena adanya pelemparan telur, batu dan bambu ke arah polisi. Hanya saja
pihak mahasiswa mengklaim tidak melakukannya. Demo penolakan kenaikan harga BBM, kami tidak
menggunakan perangkat seperti telur dan batu, terang Korlap, Anggun Hatta.

Saat terjadi kericuhan, mahasiswa berhamburan masuk ke dalam kampus Univet Bangun Nusantara yang tidak
jauh dari Jalan Jenderal Sudirman. Namun sejumlah mahasiswa ditangkap dan dimintai keterangan di Polres
Sukoharjo.

Beda Versi Pihak mahasiswa menyatakan dari mereka ada enam orang yang ditangkap. Versi kepolisian ada empat
orang. Teman kami terluka bagian mata, sehingga lebam. Ada yang telinga berdarah. Empat orang diinterogasi
di Polres, kemudian yang lainnya keberadaannya tidak jelas, ungkap Anggun keras.

Ketegangan sempat terjadi saat Kapolres Sukoharjo AKBP Andy Rifai mendatangi para pendemo. Bahkan
sebelumnya, spanduk besar berukuran 32 meter berisi Mengutuk Kekerasan terhadap Mahasiswa yang
membentang di depan kampus, diturunkan paksa. Kapolres Andy menegaskan, hanya empat mahasiswa yang
ditangkap. Mereka terindikasi melempar telur busuk, batu dan bambu ke arah polisi yang tengah menjaga aksi
demo.
Andy menjelaskan, ada 100 personel yang ditugaskan untuk mengamankan demo gabungan mahasiswa tersebut.
Karena sebenarnya, menurut dia, demo yang digelar setelah pukul 18.00, tidak diperbolehkan. Sesuai UU No
9/1998 tentang Menyampaikan pendapat, maksimal digelar pukul 18.00. Bahkan Andy mengklaim, tidak ada izin
pada pihak kepolisian. (H80-90).(http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/demo-ricuh-sejumlah-mahasiswa-
ditangkap/)

I. Kasus : pembagian beras riskin

SEMARANG, suaramerdeka.com Pembagian raskin secara serentak kepada warga miskin, akan menurunkan
harga beras di lapangan. Kepala Badan Ketahanan Pangan Jateng Whitono menyatakan, saat ini harga beras di
lapangan sudah mengalami penurunan.

Bulog mempercepat realisasi raskin, harapannya percepatan pembagian beras raskin secara serentak secara
nasional menurunkan harga. Selain panen raya di beberapa daerah, juga berperan dalam menurunkan harga, kata
Whitono beberapa hari lalu di Semarang.

Panen raya di beberapa daerah, diakuinya, tidak bersamaan seperti di Jabar. Panen raya belum terjadi di semua
daerah karena ada keterlambatan. Berdasar pantauannya di lapangan, ada pedagang dari Jabar memang ada yang
membeli gabah di Jateng.

Pembelian dari luar tidak merubah ketersediaan, masyarakat masih cukup, Bulog juga cukup. Kondisi pangan di
Jateng aman, stok di bulog juga cukup, tidak perlu khawatir, paparnya.

Sebelumnya Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyatakan, operasi pasar beras sudah mulai dilakukan. Tetapi ia
lebih suka percepatan pembagian raskin karena kegiatan itu benar-benar menyentuh masyarakat bawah.

Pembagian beras raskin is the real operasi pasar. Harapannya terus turun, tutur politisi PDI Perjuangan tersebut.
(http://berita.suaramerdeka.com/pembagian-beras-raskin-turunkan-harga/)

J. Kasus : Janda miskin tak dapat psks

SRAGEN Salah satu warga miskin, Sutarni (60) asal Kampung Kuwung Sari RT 003 RW 20, Kelurahan Sragen
Kulon, ternyata tidak mendapat dana program simpanan keluarga sejahtera (PSKS). Ironisnya, janda beranak satu
itu tinggal satu kampung dengan Bupati Agus Fachtur Rahman. Rumahnya pun hanya berjarak sekitar 100 meter
dari kediaman Bupati.

Di temui di rumahnya, Selasa (14/4), dia mengaku sejak tahun lalu tak mendapat bantuan uang kompensasi dari
pemerintah yang sebelumnya berlabel Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dirinya selama ini hanya memperoleh
batuan beras untuk rakyat miskin (raskin).

Dari pantauan, rumah nenek itu tidak layak huni. Di rumah selebar empat meter dan panjang enam meter itu,
dirinya tinggal bersama anak tunggalnya, Sri Lestari (18) yang bekerja sebagai karyawan toko.

Tahun lalu dan sekarang tidak dapat (bantuan PSKS-red). Padahal saya ya ingin dapat untuk keperluan sehari-
hari membeli seperti membeli sembako, ungkapnya.

Dia mengaku selama ini tidak bekerja, lantaran kondisi tubuh yang tidak memungkinkan. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup, dirinya hanya mengandalkan pemasukan anak serta bantuan dari tetangga. Diakuinya, dia kali
pertama mendiami Bumi Sukowati setelah pindah dari Matesih Karanganyar sejak 18 tahun silam, saat Bupati
HR Bawono membuka lowongan petugas penyapu jalan.

Berharap Bantuan

Setelah itu berbagai pekerjaan serabutan ia lakukan, seperti mengamen dan membantu warga sekitar. Saya hanya
bisa berahrap agar pemerintah memberi bantuan. Mereka yang mampu malah dapat.
Saya sungkan terus menerima bantuan dari tetangga, paparnya. Nasib sama juga dialami tetangga Sutarni,
Harmin (60). Pria yang selama ini bekerja sebagai tukang angkut sampah tersebut mengaku selama ini tidak
terdaftar sebagai penerima bantuan PSKS.

Dia mengaku pernah didata oleh pihak kelurahan untuk bantuan dana kompensasi, namun belum ada tindak lanjut.
Menurutnya, penghasilannya Rp 200 ribu sebulan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Kami berharap pemerintah bersikap adil. Karena uang itu banyak membantu warga seperti saya,ujar dia.

Lurah Sragen Kulon Rinaldhy Arief Wicaksono mengaku, data penerima PSKS masih menggunakan data 2011
silam, dan belum dilakukan pendataan terbaru warga miskin. Sebab, pendataan itu adalah kewenangan Badan
Pusat Statistik (BPS).

Kami hanya berwenang memberikan informasi ke warga terkait jadwal dan tempat pengambilan PSKS,
tandasnya. (ger-26). (http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/janda-miskin-tak-dapat-psks/)

Anda mungkin juga menyukai