PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi ini masih banyak perusahaan baik sektor formal
maupun informal yang belum menempatkan ergonomi sebagai prioritas dalam
merancang lingkungan kerja. Hal ini karena ergonomi dianggap tidak penting
bahkan disangka sebagai pemborosan keuangan. Padahal sebagai sumber daya
terpenting dalam organisasi, pekerja sudah seharusnya dijamin aksesnya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan semaksimal
mungkin sekaligus dilindungi dari pengaruh buruk yang merugikan karena
pemajanan yang bahaya potensial terhadap kesehatan di tempat kerja.
Pertumbuhan industri saat ini menunjukkan perkembangan yang cukup
tinggi sejalan dengan meningkatnya kebutuhan manusia. Pertumbuhan industri
akan diikuti dengan bertambahnya tenaga kerja. Berdasarkan data media industri
2011, penyerapan tenaga kerja di tingkat nasional sebesar 104.555.275 pada
tahun 2009, sedangkan pada tahun 2010 sebesar 108.207.767 atau terjadi
peningkatan sebesar 3,49% yang menyebar di berbagai industri di Indonesia.
Meningkatnya jumlah tenaga kerja tentunya akan menambah permasalahan
ketenagakerjaan
yang
terkait
dengan
keamanan,
kenyamanan
dan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata-kata dalam bahasa yunani yaitu ergos yang
berarti kerja dan nomos yaitu berarti ilmu, sehingga secara harfiah dapat
dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan
2
yaitu
mempertimbangkan
manusia
dalam
sistematik dari
mengenai
informasi
tentang
suatu
lingkungan
serta
Ergonomi kognitif
Berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya yakni
persepsi, ingatan, dan reaksi sebagai akibat dari interaksi manusia
terhadap pemakaian elemen sistem.
3.
Ergonomi organisasi
Berkaitan dengan optimalisasi struktur organisasi, kebijakan dan proses.
4.
Ergonomi lingkungan
Berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran.
mencapainya
Rasa tanggung jawab
Pendidikan dan pengalaman kerja sebelumnya
Latar belakang sosiologi
Pandangan hidup
dikurangi;
Biaya terhadap penanganan kecelakaan atau kesakitan menjadi berkurang;
Kunjungan untuk berobat bisa berkurang;
Tingkat absentisme/ketidakhadiran bisa berkurang;
Produktivitas/kualitas dan keselamatan kerja meningkat;
Pekerja merasa nyaman dalam berkerja;
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental.
Meningkatkan kesejahteraan sosial;
Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis,
antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja.
Ketinggian Kerja
10-30 cm di bawah ketinggian mata
0-15 cm di atas tinggi siku
1.30m di bawah tinggi siku
h. Berikan ruang kaki yang memadai, ruang kaki yang cukup harus
disediakan di bawah permukaan tempat kerja. Lebar sekitar 60 cm,
kedalaman minimal 40 cm dan bagian lutut sekitar 100 cm. hal ini
digunakan untuk meregangkan kaki sesekali duduk untuk waktu yang
lama. Untuk memiliki ruang yang cukup antara bawah permukaan
kerja dan bagian atas kaki, ketebalan permukaan kerja tidak boleh
lebih dari 3 cm.
2. Kerja Berdiri
Postur tubuh dalam pekerjaan berdiri merupakan suatu totalitas
perilaku kesiagaan dalam menjaga keseimbangan fisik dan mental.
Kecenderungan lainnya adalah memerlukan tenaga yang lebih besar
dibandingkan dengan posisi duduk mengingat kaki sebagai tumpuan
tubuh. berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam posisi kerja
berdiri (Kuswana, 2014):
a. Berdiri bergantian dengan duduk dan berjalan. Tugas yang harus
dilakukan dalam waktu lama dengan posisi berdiri harus diselingi
dengan tugas yang dapat dilakukan dengan duduk dan berjalan.
b. Ketinggian meja kerja harus disesuaikan. Ketinggian meja kerja harus
disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Ketinggian meja maksimal untuk
pria adalah 110 cm dan wanita adalah 105 cm, sedangkan ketinggian
meja minimal untuk pria adalah 90 cm dan untuk wanita adalah 85 cm.
c. Menyediakan cukup ruang untuk kaki. Antara bagian tengah meja harus
lebih lebar 5 cm dengan tumpuan meja. Antara sandaran meja dan jarak
lantai minimal 75 cm.
d. Hindari jangkauan berlebihan. benda kerja, alat, dan kontrol yang
digunakan secara teratur harus ditempatkan di depan atau di dekat tubuh.
Jangkauan yang ditoleransi dalam pekerjaan duduk maupun berdiri
maksimal 50 cm. pilih permukaan kerja yang miring untuk membaca
tugas.
e. Postur tangan dan lengan. Bekerja untuk jangka waktu yang lama
dengan tangan dan lengan dalam sikap tubuh yang buruk dapat
menyebabkan keluhan spesifik dari pergelangan tangan, siku, dan bahu.
Masalah ini timbul terutama dari handling alat.
f. Pilih model alat yang tepat. Sebuah alat tertentu sering tersedia dalam
berbagai model. Pilih model yang palin cocok untuk tugas dan postur
tubuh agar tidak terjadi permasalahan di persendian. Bila menggunakan
alat genggam, pergelangan tangan harus dijaga selurus mungkin.
g. Alat genggam tidak boleh terlalu berat. Alat genggam yang masih bisa
ditoleransi beratnya adalah sekitar 2 kg.
h. Penjagaan alat. Alat kerja harus dijaga kualitasnya agar tidak
membutuhkan kekuatan yang besar dalam penggunaannya.
i. Bentuk genggaman. Bentuk dan lokasi genggaman di troli, mesin, dan
sebagainya harus mempertimbangkan posisi tangan dan lengan. Jika
seluruh tangan digunakan untuk mengerahkan kekuatan, handgrip harus
memiliki diameter sekitar 3 cm dan panjang sekitar 10 cm. pegangannya
harus agak cembung untuk meningkatkan kontak permukaan dengan
tangan.
j. Hindari melaksanakan tugas di atas bahu. Tangan dan siku harus berada
jauh di bawah bahu ketika melaksanakan tugas. Jika pekerjaan di atas
permukaan bahu tidak dapat dihindari, durasi kerja harus terbatas
dengan diselingi oleh istirahat teratur.
k. Hindari bekerja dengan tangan di belakang tubuh. Posisi tangan dan
lengan di belakang tubuh menimbulkan gangguan, misalnya nyeri pada
bagian lengan atas dan dikhawatirkan terjadi disposisi sendi (terkilir).
2.5.1 Prinsip Dasar Ergonomi dalam Aktifitas Kerja
1. Bekerja di postur netral
Memposisikan S-kurva tulang
belakang.
10
11
Kekuatan yang berlebihan pada sendi dapat membuat potensi kelelahan dan
cedera. Metode mengangkat beban menurut Solichin dkk. (2014) adalah
sebagai berikut:
a. Otot lengan lebih banyak digunakan daripada otot punggung;
b. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat
badan.
3. Jangkauan
Konsep semilingkaran yang membuat
lengan mudah menjangkau
benda/objek.
12
13
15
keadaan
mekanis
dari
suatu
aktifitas,
misalnya
16
17
aktifitas atau kegiatan nyata yang ditampilkan seseorang yang dapat teramati
secara langsung maupun tidak langsung . perilaku kerja adalah tindakan atau
kegiatan yang berhubungan dengan faktor-faktor kerja. Perilaku kerja ada dua
yaitu: perilaku kerja yang baik dan perilaku kerja yang buruk.
a. Perilaku kerja yang baik
Jenis dan perilaku kerja yang harus diperhatikan oleh para pekerja
untuk mencapai keberhasilan di dalam kerja atau bisnisnya antara lain
meliputi hal-hal berikut ini :
1. Kerja ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, dapat
menghasilkakn sesuau yang baik dan dilandasi dengan hati yang
tulus. Contoh: seorang buruh pabrik yang bekerja dengan upah yang
pas-pasan, namuun tetap bekerja dengan baik melaksanakan
pekerjaan dengan tulus dan semata-mata merupakan pengabdian
kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang untuk keperluan hidup
keluarga.
2. Kerja Mawas Terhadap Emosiaonal
Kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan tidak
terpengaruh oleh perasaan/kemarahan yang sedang melanda jiwanya.
Seorang pekerja, di rumah mempunyai masalah dengan keluarganya.
Di perusahaannya, ada pegawainya yang melakukan kesalahn. Maka
sebagai pemimpin atau pemilik usaha maka dapat membedakan
maslah pribadi dengan maslah pekerjan. Cara pemecahannya harus
tetap rasional dan tidak emosioanl.
3. Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah bahwa
18
Dia adalh orang pertama yang menghindar atau keluar kantor setiap
kali akan berlangsung rapat yang akan menyampaikan berita buruk
atau menjelang deadline. Sebabnya, di masa kanak-kanak, orang tua
mereka terlau menghakimi atau tidak memliki hubungan kuat dengan
orang tua.
4. Si Berprestasi (Super Achiever)
Orang seperti ini mendorong diri agar terus unggul dalam segala hal.
Mereka memimpikan untuk selalu meraih keuntungan bagi dirinya.
Orang sepeeti ini akan merasa gagal jika ada hal yang menyiratkan
bahwa mereka telah melakukan kesalahan. Jadi, sekuat tenaga, tipe
seperti ini akan beurusaha membuat orang lain terlihat buruk. Di
masa kecil, biasanya orang seperti ini memiliki pengalaman rasa
malu atau tragedi dalam keluarga. Maka mereka berusaha
menebusnya dengan sgala cara.
- Martir
Orang ini melakukan pekerjaan semua orang. Mereka datang lebih
awal setiap har dan bekerja lembur setiap malam. Mereka juaga
bangga dan selalu menceritakannya kepada semua orang. Alasan
utama dari perilaku pekerja jenis ini adalah di masa kecil mereka
mencoba untuk menyenangkan orang tua yang tidak menyukai
impian mereka.
2.8 Masalah Akibat Lingkungan Kerja yang Tidak Ergonomi
Masalah terbesar yang dihadapi para pekerja setelah melakukan
pekerjaannya adalah kelelahan. Menurut Tarwaka (2004) kelelahan adalah
suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih
lanjut sehingga terjadi pemuliham setelah istirahat.
Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah tingkat kesalahan
kerja. Meningkatnya kesalahan kerja akan memberikan peluang terjadinya
kecelakaan kerja dalam industri. Pembebanan otot secara statispun (static
muscular loading) jika dipertahankan dalam waktu yang cukup lama akan
mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries), yaitu nyeri otot, tulang,
tendon, dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang bersifat
berulang (repetitive) (Nurmianto, 2003).
20
21
Jika kelelahan yang terjadi sudah dalam batas waktu kronis, maka gejala
yang ditimbulkan adalah meningkatnya ketidaksatbilan jiwa, depresi, dan
meningkatnya sejumlah penyakit fisik (Manuaba, 2000).
Pekerja shift
Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan
atau zat addiktif lainnya perlu diawasi
22
2.10
23
2.11
Knowledge :
mendasari
Pengetahuan
pencapaian
dan
ketrampilan
produktivitas. Konsep
sesungguhnya
pengetahuan
yg
lebih
2.12
24
dapat
dilakukan
dengan
2.13
Sikap kerja.
Tingkat ketrampilan.
Manajemen produktivitas.
Kewiraswastaan.
25
2. Value
productivity,
yaitu
ukuran
produktivitas
dengan
pekerjaan.
Metode peninjauan lapangan
2. Metode penilaian berorientasi masa depan :
Penilaian diri : digunakan untuk melanjutkan pengembangan diri
Penilaian psikologis: dilakukan melalui wawancara mendalam, tes
kerja, Penyesuaian
penyesuaian
kompensasi, Keputusan-keputusan
pengembangan
karier, Ketidakakuratan
informasional,Kesalahan-
26
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Ergonomi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah
manusia dengan pekerjaannya. Ergonomi pada makalah ini dibahas menjadi
beberapa sub-bab, yakni pengertian ergonomi, ruang lingkup ergonomi, pelatihan
ergonomi, metode ergonomi, penerapan ergonomi, ergonomi anthropometri, serta
perilaku kerja yang berguna bagi terlaksananya sistem ergonomi di perusahaan
untuk meningkatkan produktivitas kerja, laba, serta kelangsungan hidup tenaga
kerja.
3.2 Saran
Ergonomi sering kali terabaikan karena masih kurangnya pengertian dan
pemahaman, di samping sikap acuh tak acuh, baik dari engusaha maupun
27
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
28
29