I. PENDAHULUAN
Penggunaan predator sebagai agensia pengendalian biologi pada serangga hama
merupakan salah satu komponen dalam taktik pengendalian hama terpadu (PHT) dalam
upaya peningkatan produksi hasil pertanian. Predator merupakan salah satu musuh alami
yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di pertanaman. Pemanfaatan predator
dalam pengendalian hama tanaman sudah dikenal sejak dahulu. Pada tanaman kakao telah
diketahui berbagai predator penting dari kelompok Laba-laba (Araneae). Spesies Laba-laba
1 | A r t i k e l K r i s t i s o n E 211 01 016
yang telah dilaporkan oleh Kalshoven (1981) sebagai predator adalah Myrmarachne
plataleoides yang dikenal sebagai laba-laba hidung
melaporkan bahwa laba-laba Lompat Jumping Spider (Salticidae) dan laba-laba Srigala
Wolf spider (Licosidae) telah diketahui memangsa larva, pupa, dan imago berbagai hama
tanaman perkebunan. Lim et. al. (1992) melaporkan beberapa beberapa spesies laba-laba
(Araneae) dapat memangsa larva dan pupa penggerek buah kakao antara lain Aranea
argentata Fabr., Argyopes argentata (Fabr.) Epeira amictoria Walck., Plectana sloanii
Walckenaer, Argyopes hirtus Tacz., Gea panamensis Chamb..
Laba-laba terdapat melimpah di alam dan dapat beradaptasi pada berbagai habitat.
Umumnya laba-laba tidak berbahaya bagi manusia. Menurut Siwi (1991) laba-laba
termasuk binatang karnivora (pemakan daging) dan mempunyai sifat kanibal, yaitu sering
memangsa laba-laba lain yang lebih lemah. Kehadiran laba-laba di suatu ekosistem
ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan populasi hama dan keadaan ekologi
ekosistem. Sehingga laba-laba merupakan salah satu predator dalam menekan populasi
hama.
Mengetahui status keberadaan musuh alami (predator), sebagai komponen
pengendalian secara hayati dalam pengendalian jasad pengganggu tanaman merupakan
penelitian dasar yang sangat penting (Allen dan Bath, 1980). Penilaian tentang stabilitas
lingkungan dapat ditentukan berdasarkan indeks keragaman elemen lingkungan tersebut.
Indeks Shannon sangat luas digunakan dalam bidang ekologi untuk menilai suatu keragaman
spesies kelompok organisme di suatu kawasan tertentu, demikian pula manfaatnya untuk
mengetahui keragaman jasad pengganggu tanaman (serangga hama) dan musuh alaminya
(predator) di suatu daerah. Berdasarkan indeks keragaman jasad pengganggu tanaman dan
musuh alaminya dapat diketahui status keseimbangan antara kedua kelompok organisme
antagonis tersebut.
2 | A r t i k e l K r i s t i s o n E 211 01 016
Beberapa hasil penelitian di Sulawesi Tengah selama ini belum pernah melaporkan
tentang kajian indeks keanekaragaman laba-laba yang terdapat pada ekosistem tanaman
kakao pada berbagai habitat, misalnya pada type habitat tanaman kakao dekat persawahan
dan dekat hutan, oleh karena itu untuk mengetahui lebih jelas jenis-jenis laba-laba dan
indeks keragamannya yang terdapat pada type habitat tersebut di Kec. Biromaru Kabupaten
Sigi, perlu dilakukan penelitian dalam bentuk survei dan identifikasi yang bertujuan untuk
mengetahui berbagai spesies individu Laba-laba yang potensial sebagai musuh alami dan
indeks keragamannya pada kawasan pertanian tersebut.
U
Ukuran
dem
mplot masingg-masing sebbesar 40 x 400 m (+150 pohon
p
kakaoo dengan jaraak
tanam 3 x 3 m), deengan penenntuan pohon contoh secaara diagonal dengan tekknik purposivve
samplinng.
Survei dan
d Pengam
mbilan Samppel
S
Survei
dilak
kukan pada lokasi
l
sentraa pertanaman
n kakao di D
Desa Lompiio Kecamataan
Biromarru Kab. Sigii. Luas areal survei 0,55 Ha untuk masing-masin
m
ng demplot yaitu dempllot
kakao+ppersawahan dan dem
mplot kakaoo+hutan sekkunder. Suurvei dilakuukan dengaan
menentuukan tanamaan sampel yang
y
diamatii (purposivee sampling). Jumlah daan penyebaraan
petak peengamatan pada
p
setiap demplot
d
ditenntukan 5 pettak contoh yang terletak di tengah daan
antara perpotongan
p
n garis tengaah plot denggan titik sud
dutnya (luas 1.600 m2) (Gambar 1).
1
Setiap petak
p
contohh dipilih 5 taanaman conttoh sebagai tempat
t
pengamatan dan pengumpulaan
imago Araneae.
A
Penngamatan dilakukan padda bagian dauun, ranting, cabang, bataang, dan buaah
kakao. Pengamatan
P
s
semingggu selama 2 (dua) minnggu (2 kali pengamatann).
dilakukan sekali
Sampel laba-laba (Araneae) berupa
b
imaago dikumpulkan denggan mengguunakan teknnik
menggu
uncang, tanggkap tangan dan jaring. S
Sampel imaggo dimasukkkan masing-m
masing dalaam
botol kaca/plastik
k
ongan daunn kakao dann dibawa ke
k
bening (=15 cm) ddisertai poto
laboratoorium untuk dipelihara dan
d diidentifi
fikasi.
Gambar 1. Sk
kema plot lokkasi pengamattan
a
= ploot lokasi penggamatan
b1
1 b5 = peetak pengamattan contoh
(5 pohon contoh)
Pengam
matan
(1) Pengamattan morfolog
gi dan identtifikasi
m
diilakukan unntuk tujuan identifikasi. Identifikaasi dilakukaan
Penngamatan morfologi
den
ngan mengam
mati bentuk morfologi imago laba-llaba (Araneaae) antara laain bentuk daan
varriasi mata, tuungkai, cephhalothoraks, petiol, abdo
omen, manddible/rahang,, dan embelaan
4 | A r t i k e l K r i s t i s o n E 211 01 016
lainnya seperti adanya spines/duri, dan spinneret. Selain itu diamati juga ukuran panjang
tubuh dan variasi warna permukaan tubuh laba-laba. Identifikasi menggunakan buku
petunjuk dan kunci identifikasi untuk Ordo Araneae diantaranya adalah Borror, et al.,
(1996); Jensen (1992); Kaston (1972) dan Yahya (2001). Beberapa website online
www.arachnology.org/Arachnology/.../Identification.html.; www.arachnology.be/pages/ Identification.html.
Selain itu beberapa hasil penelitian antara lain : Anonim, (2002); Adiwibowo, (2002)
dan Marheni, (2004). Borror et al., (1970) mengemukakan bahwa dalam melakukan
kegiatan identifikasi laba-laba yang tidak dikenal (unidentified) terdapat 6 cara, yaitu:
1) Spesimen tersebut diidentifikasi oleh ahli identifikasi
2) Dengan membandingkan spesimen tersebut dengan jenis yang telah diberi label
dalam suatu koleksi
3) Membandingkan spesimen tersebut dengan gambar.
4) Membandingkan spesimen tersebut dengan deskripsi dan spesifikasi atau ciri-ciri
tertentu.
5) Dengan mempergunakan kunci analitik/identifikasi.
6) Dengan kombinasi satu atau lebih dari cara-cara yang disebutkan di atas.
Pada penelitian ini, identifikasi dilakukan dengan kombinasi satu atau lebih dari cara-cara
yang disebutkan di atas yaitu dengan menggunakan cara (3) dan (4).
(2) Pengamatan jumlah populasi serangga Laba-laba
Pada kedua demplot pengamatan dihitung jumlah populasi predator pada setiap
pengambilan/penangkapan laba-laba kemudian dikumulatifkan untuk menganalisis indeks
keanekaragaman laba-laba.
Analisis data
Data dianalisis secara deskriptif, berdasarkan jenis/spesies laba-laba yang telah
diidentifikasi, dilengkapi dengan indeks Shannon-Standar (sH) (Suyadi, et. al., 1999) untuk
mengetahui variabilitas keberadaan spesies predator laba-laba pada ekosistem pertanaman
kakao di daerah penelitian. Data yang digunakan dalam penentuan indeks Shannon untuk
predator laba-laba menggunakan jumlah individu masing-masing spesies.
Pada pelaksanaan analisis indeks keanekaragaman jenis laba-laba (yaitu indeks
Shannon Standard an Indeks Shannon), digunakan program analisis BioDAP for Windows
v.1988.
5 | A r t i k e l K r i s t i s o n E 211 01 016
Kelompok Famili
1. Gasteracantha
spp.
Sub famili
Gesteracanthinae
(Laba-laba pembuat
(Laba-laba
jaring lingkaran)
pembuat jaring
punggung berduri)
1. Araneidae
Orb-Web Spiders
6 | A r t i k e l K r i s t i s o n E 211 01 016
Jenis yg ditemukan
2. Oxyopes spp.
Karakteristiknya
Kelompok Famili
Jenis yg ditemukan
3. Pardosa spp.
Karakteristik
UkuranPanjangdan
WarnaTubuh
Famili/Genus
Famili Araneidae
7 | A r t i k e l K r i s t i s o n E 211 01 016
8-10 mm
Cephalothoraks warna
gelap/hitam, abdomen
berwarna dasar putih
kekuningan dengan
beberapa bintik/spot hitam
yang nyata di bagian tengah
dan pinggiran.
No
Karakteristik
UkuranPanjangdan
WarnaTubuh
Famili/Genus
Famili Oxyopidae
7-10 mm
Matanya 8 buah, tetapi ada 2 yang lebih
Warna biasanya menyerupai
besar, memiliki taring agak kuat. Labawarna habitatnya; coklat
laba berjalan di atas tanah/ranting atau
gelap dengan corak motif
daun-daun kering mencari serangga,
selain itu juga memburu mangsa di cabang bergaris warna coklat terang
di bagian atas dan lateral
dan dedaunan pohon kakao. Tidak
dari cephalothoraks dan
membuat sarang, tapi berburu mangsa
dengan menyergapnya secara tiba-tiba.
abdomen.
8-11 mm
Warna cerah dengan
corak/garis coklat, kuning
terang dan merah terang.
Famili Lycosidae
3). Pardosa spp.
Gasteracanthaspp.
Oxyopesspp.
Pardosaspp.
Jumlah
Rerata
Stdev
8 | A r t i k e l K r i s t i s o n E 211 01 016
Reratajumlahpopulasipredatorlabalaba
(Araneae)
Kakao+dekat
Kakao+dekathutan
persawahan
sekunder
1.50
5.50
3.50
6.00
0.50
3.50
5.50
15.00
1.83
5.00
1.53
1.32
Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 3, tampak bahwa jumlah populasi
predator laba-laba yang berhasil diperoleh pada type habitat pertanaman kakao+dekat
persawahan cenderung lebih sedikit daripada jumlah populasi predator laba-laba pada type
habitat pertanaman kakao+dekat hutan sekunder, atau terjadi penurunan jumlah populasi
predator laba-laba sekitar 63,33% atau sebesar 9,5 ekor dari type habitat pertanaman
kakao+dekat hutan sekunder. Hal ini membuktikan bahwa kondisi habitat pertanaman kakao
yang dekat dengan lingkungan agroekosistem (persawahan) memberikan dampak terhadap
perubahan jumlah populasi predator laba-laba yang diperoleh.
Selanjutnya perhitungan indeks keragaman yang meliputi indeks Shannon (=H) dan
indeks Shannon Standar (=sH), dapat dilihat pada Tabel Lampiran 3.
Berdasarkan
perhitungan indeks keragaman terhadap predator laba-laba, menunjukkan bahwa type habitat
pertanaman kakao+dekat persawahan memberikan pengaruh terhadap perubahan nilai
indeks keragaman, yaitu nilai indeks keragaman pada type habitat pertanaman kakao+dekat
persawahan lebih rendah daripada nilai indeks keragaman pada type habitat pertanaman
kakao+dekat hutan sekunder. Selengkapnya nilai indeks keragaman (= H) dan indeks
Shannon standar (= sH) terhadap predator laba-laba (Araneae) pada dua kondisi type
habitat pertanaman kakao yang berbeda, dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Indeks keragaman jenis predator laba-laba pada 2 type habitat pertanaman kakao
(kakao+dekat sawah; kakao+dekat hutan sekunder) Di desa Lompio Kec. Biromaru
Identitasareal
tanamankakao
Indekskeragaman(indeks
Shannon=H)
IndeksShannon
standar(=sH)
VarH
Kakao+dekatpersawahan
0,86
78%
0.02983
Kakao+dekathutansekunder
1.07
98%
0.00097
Secara umum nilai indeks keragaman baik indeks shannon (= H) maupun indeks
shannon standar (= sH) terhadap predator laba-laba (Araneae) pada type habitat pertanaman
kakao+dekat hutan sekunder mempunyai nilai lebih tinggi masing-masing 1.07 (= H) dan
98% (= sH) dibandingkan dengan nilai indeks shannon (= H) dan indeks shannon standar
(= sH) pada typet habitat pertanaman kakao+dekat persawahan dengan nilai masing-masing
0,86 (= H) dan 78% (= sH). Ini menunjukkan bahwa areal pertanaman kakao dengan typet
habitat pertanaman kakao+dekat persawahan memberikan dampak negatif terhadap musuh
alami (predator laba-laba) yaitu terjadinya penurunan jumlah individu masing-masing jenis
9 | A r t i k e l K r i s t i s o n E 211 01 016
laba-laba yang ditandai dengan menurunnya nilai indeks keragaman shannon (= H) dan
indeks shannon standar (= sH). Menurut Mahrub (1998) semakin tinggi jumlah spesies
dalam suatu ekosistem, menyebabkan indeks diversitasnya makin tinggi pula. Selanjutnya
Suyadi, dkk., (1999) menjelaskan bahwa suatu komunitas memiliki keanekaragaman jenis
tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis/spesies dengan kelimpahan spesies yang
sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies,
dan jika hanya sedikit saja spesies yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa keragaman jenis predator laba-laba
(Araneae) pada ekosistem pertanaman kakao di Desa Lompio Kecamatan Biromaru
Kabupaten Sigi, dengan kondisi type habitat pertanaman kakao+dekat hutan sekunder
cenderung lebih baik (atau lebih tinggi) daripada ekosistem pertanaman kakao+dekat
persawahan, karena memiliki nilai indeks shannon (= H) dan indeks shannon standar (=
sH) yang lebih tinggi yaitu 1.07 (= H) dan 98% (= sH).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil identifikasi diperoleh 3 (tiga) jenis predator laba-laba (Araneae) pada areal
type habitat yaitu pertanaman kakao+dekat hutan sekunder relatif tinggi dibandingkan
dengan pertanaman kakao+dekat persawahan, kondisi demikian merupakan cerminan
adanya gangguan keseimbangan kondisi lingkungan akibat aktifitas agroekosistem
(persawahan) yang cenderung tidak ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwibowo, 2002. Kekayaan Jenis Laba-Laba di Kampus UI. Skripsi Fakultas. MIPA
Universitas Indonesia.
Allen, G.E., dan Bath, J.E., 1980. The Conceptual and Institutional Aspects of Integrated Pest
Management. Bio Science. 30 (10): 658-664.
10 | A r t i k e l K r i s t i s o n E 211 01 016
Anonim, 2002. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kakao. Proyek Pengendalian Hama
Terpadu Perkebunan Rakyat, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal
Bina Produksi Perkebunan - Departemen Pertanian (Edisi Kedua), Jakarta.
Anshary. A., Wahid, A.; dan D. Lalang. 2004. Laporan Survei Jenis Laba-laba Pada
Ekosistem Pertanaman Kakao di Sulawesi Tengah. Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan. Fak. Pertanian Untad.
Borror, D.J., Triplehora C.A., dan Johnson F.N., 1996 Pengenalan Serangga, Penerjemah
Oleh Soetiyono Partosoedjono, M.Sc. Gadjah Mada University Press.
Jensen, G. L.; W. Lanier dan C. E. Seibert. 1992. Spider identification and management.
Montguide.
Montana
State
Uni.
Extension
service.
http://www.montana.edu/publications, dikunjungi 9 Agustus 2008.
Kalshowen L.G.E., 1981. The Pest Of Crop In Indonesia Revised and Translated Van Derlan.
PT. lchtiar Baru. Van Horen, Jakarta.
Kaston, B. J. 1972. How to Know the Spiders. Wm. C. Brown, Dubuque), including only those
groups found in Virginia orchards. http://www.virginiafruit.ento.vt.edu/spiders.html,
dikunjungi 15 Agustus 2008
Lim, G. T. 1992. Biology, ecology, and control of cocoa pod borer, Conopomorpha cramerella
pp.85-100. In. Keane P.J. and C.A.J. Putter. (eds.) Cocoa pest and Diseases
Management in Sotheast Asia and Australasia. FAO Plant Production and Protection
Paper. FAO United Nations. Rome.
Mahrub, E., 1988. Keanekaragaman Arthropoda Pada Ekosistem Padi Sawah. Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia.
Marheni, 2004. Kemampuan Beberapa Predator pada Pengendalian Wereng Batang Coklat
(Nilaparvata lugens Stal.). Jurnal Natur Indonesia ISSN 1410-9379; 6(2): 84-86 (2004),
3 p.
Schumutterer, H., 1978. Pest in Tropical Crops. Chichester, New York.
Setford, S., 2005. Hewan Merayap Intisari Ilmu. Alih Bahasa Hindrina Perdhana Sari. Penerbit
Erlangga, Surabaya.
Siwi. S.S., 1992. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius, Yogyakarta.
Wahid, A., dan F. Pasaru, 2008. Keanekaragaman Fenotip Laba-Laba (Arthropoda, Araneae)
yang Bersifat Predator Pada Hama PBK, Conopomorpha cramerella (Snellen). Proposal
Penelitian Fundamental, Lembaga Penelitian UNTAD, Palu.
Yahya (2001). Mengenal Dunia Laba-Laba. http://www.spi.com. Dikunjungi 4 Maret 2005.
11 | A r t i k e l K r i s t i s o n E 211 01 016