Anda di halaman 1dari 15

1

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan komoditas penting
bagi masyarakat karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi terutama untuk
petani tebu di Indonesia, hasil olahan dari tanman tebu sangat penting bagi
masyarakat karena menjadi kebutuhan pokok sehari-hari maupun sebagai bahan
baku industri makanan atau minuman, selain kepentingan tersebut tanaman tebu
juga sebagai salah satu penyumbang peningkatan perekonomian nasional.
Peningkatan jumlah penduduk yang semakin cepat mengakibatkan
kebutuhan gula juga meningkat pada setiap tahunya tetapi saat ini kebutuhan akan
gula masih belum dapat terpenuhi oleh produksi dalam negri, maka peningkatan
produksi tanaman tebu untuk menghasilkan gula di Indonesia ini harus
ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan gula minimalnya kebutuhan dalam
negeri sendiri.Peningkatan produksi gula dapat dilaksanakan asalkan

melalui

berbagai macam cara yaitu dengan perluasan areal pertanaman,peningkatan bobot


tebu per ha,dan peningkatan rendemen tebu itu sendiri. Pada saat ini peningkatan
rendemen adalah yang paling di prioritaskan karena dapat meningkatkan hasil
gula tanpa meningkatkan kapasitas dari pabrik gula, tetapi sekarang masih belum
bisa terlaksana karena banyak faktor yang menyebabkan randemen tebu tidak
dapat meningkat seperti faktor kualitas bibit tebu yang digunakan kurang baik,
padahal bibit tebu merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
dalam budidaya tanaman tebu. Bibit merupakan bahan dasar awal terbentuknya
kemampuan rendemen dan biomasa tanaman (soemarno,2010).
Perbanyakan tanaman tebu dapat secara generatif dan vegetatif ,
perbanyakan

generatif

dilakukan

dengan

menggunakan

biji,sedangkan

perbanyakan vegetatif dilakukan dengan menggunakan bagian batanag yang


memiliki mata tunas.Pada umum perbanyakan tanaman tebu menggunakan cara
vegetatif, yaitu dengan bagal yang merupakan potongan bagian batang yang
terdiri dari 2-3 mata tunas dengan panjang berkisar 15-30 cm (Verheye, 2012).
Selain dengan bahan bibit bagal terdapat bahan bibit bermata satu berupa mata
ruas tunggal (Bud set) dan mata tunas tunggal (Bud chip). Bahan bibit berupa bud
set berasal dari batang dengan panjang kurang dari 10 cm, terdiri satu mata tunas

yang sehat dan berada di tengah. Bahan bibit berupa bud chip berasal dari mata
tunas yang diambil dengan cara memotong sebagian ruas batang tebu dengan alat
pemotong bud chip (Hunsigi, 2001). Panjang bahan bibit berupa bud chip sekitar
2 cm dengan ketebalan 3,3 cm (Loganandhan, 2012).
Kita ketahui dalam melakukan budidaya tebu memerlukan input dan
tenaga kerja yang banyak sehingga biaya yang dikeluarkan juga tinggi , untuk itu
kita harus memilih bibit yang berkualitas baik tetapi juga ekonomis ringan untuk
di budidayakan oleh petani termasuk juga dengan input ke lahan yang
minimum,dari ketiga perbanyakan bibit tebu yang umum tersebut bahan bibit bud
chip yang paling efektif dan ekonomis dibandingkan metode lainnya
pengangkutan bibit bud chip tiga kali lebih hemat biaya dibandingkan
pengangkutan bibit tebu pada umumnya, selain itu pemakaian mata tunas tunggal
sebagai bahan tanam dapat meningkatkan produktivitas tebu karena dapat
menghasilkan jumlah anakan per tanaman yang lebih banyak dan dapat tumbuh
serempak atau seragam dibandingkan dengan menggunakan bibit konvensional
atau bagal. Bibit mata tunas tunggal dapat menghasilkan 10 anakan tiap tanaman
dibandingkan dengan bibit bagal hanya 5 anakan tiap tanaman.
Tetapi perbanyakan dengan metode bud chip hanya untuk petani yang
bermitra dengan pabrik dan petani tebu biasa tetap menggunakan bibit bagal
karena petani biasa tidak bisa membibitkan bibit sendiri karena keterbatasan alat
dan perlakuan yang rumit untuk membibit tebu dengan bud chip selain itu juga
dari beberapa sumber menyatakan bahwa metode bagal lebih murah dari pada bud
chip.Dalam

permasalahan

ini

maka

diharapkan

menggunakan

metode

perbanyakan bibit tebu dengan metode bud chip atau bagal asalkan berkualitas
baik dapat meningkatkan rendemen dan produksi tanaman tebu untuk tercapainya
kemandirian akan kebutuhan gula yang meningkat karena pertambahan jumlah
penduduk pada setiap tahunya.

1.2 Tujuan
Dalam kegiatan magang kerja
ini bertujuan untuk menamabah
pengetahuan mahasiswa tentang budidaya tanaman tebu dengan menggunakan
metode bibit bud chip dan bagal,dapat mengetahui bagaimana perbanyakan bibit
tebu dengan bud chip dan bagal , dapat membandingkan bibit tebu manakah yang
lebih baik dan efisien untuk budidaya tebu sehingga menghasilkan produksi tingi.
1.3 Hipotesis
Dengan melakukan magang kerja di PG Merijan Kediri mahasiswa dapat
mempelajari cara budidaya tebu yang baik dan dengan menggunakan metode bibit
tebu bud chip dapat meningkatkan produktivitas tanaman tebu.selain itu metode
ini terbukti lebih efisien dan ekonomis dibandingkan dengan dengan metode
pembibitan tanaman tebu bagal.

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Tanaman Tebu
Sejarah

pergulaan

Indonesia

dimulai

ketika

Belanda

mulai

membukakoloni di Pulau Jawa. Banyak tuan-tuan tanah pada abad ke-17


membuka kebunkebuntebu monokultur yang pertama kalinya di Batavia, lalu
berkembang ke arahTimur. Industri gula pada masa kolonial Belanda lebih
berorientasi pada ekspor,di mana bidang pemasarannya dikuasai oleh badan

pemerintah yang independendalam upaya mengamankan penerimaan pemerintah


kolonial Belanda dari cukaidan mengawasi jumlah konsumsi dalam negeri untuk
meningkatkan eksportersebut. Pada tahun 1930-1932 Indonesia menjadi negara
penghasil utama gulapasir di dunia. Indonesia mampu memproduksi gula pasir
hampir 3 juta ton gulaper tahun dengan 179 pabrik pengelolahan. Pabrik-pabrik
tersebut menguasaiareal tanaman tebu sekitar 196,65 ribu Ha dengan kemampuan
ekspor gula pasirantara 1,5 sampai 2,0 juta ton (Winarno dan Birowo, 1988 ).
Tanaman tebu diduga berasal dari daerah Pasifik Selatan yaitu kemungkinan
di New Guinea (Pulau Irian bagian Timur) dan selanjutnya menyebar ketiga arah
migrasi yang berbeda (Blackbun,1984).pertama dimulai dari 8000 tahun sebelum
Masehi yaitu ke Pulau Solomon,Hebrida Baru dan Kaledonia Baru.Kedua dimulai
dari sekitar 6000 tahun sebelum Masehi ke Filipina,Pulau Kalimantan,Pulau
Jawa,Malaysia dan Burma serta India.dan ketiga ,antara tahun 500 hingga 1100
sesudah Masehi yaitu ke Fiji,Tonga, Thiti, Marquesa dan Hawai (Blackbun,1984).

2.2 Klasifikasi Tanaman Tebu


Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu yaitu berasal dari dari
kingdom Plantae,divisi Spermathophyta kemudian memiliki sub divisi
Angiospermae kelas tanaman tebu adalah Monocotyledone,dengan ordo
Glumiflorae ,famili Graminae, dan genus tanaman Saccharum dengan
Spesies Saccharum officinarum L. (Tarigan dan Sinulingga, 2006).
Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili
Graminae yaitu rumput-rumputan. Saccharum officinarum merupakan
spesies paling penting dalam genus Saccharum sebab kandungan
sukrosanya paling tinggi dan kandungan seratnya paling rendah
(Wijayanti, 2008).
Beberapa peneliti berkesimpulan bahwa tanaman tebu berasal dari
India, berdasarkan catatan-catatan kuno dari negeri tersebut. Bala tentara
Alexander the Great mencatat adanya tanaman di negeri itu ketika
mencapai India pada tahun 325 SM (Tjokroadikoesoemo dan Baktir,
2005).

2.2.1 Botani Tanaman Tebu


Secara morfologi, tanaman tebu memiliki sistem perakaran serabut
yang terbagi menjadi dua, yaitu akar tunas dan akar setek. Akar tunas adalah
akar yang tumbuh dari mata tunas, sedangkan akar setek adalah akar yang
tumbuh pada cincin akar batang. Akar setek tidak berumur panjang,
sedangkan akar tunas berumur panjang dan merupakan akar permanen (Miller
et al., 2006).

Batang tanaman tebu tidak bercabang dan terbagi atas dua bagian
yaitu

buku

dan

ruas.

Buku

adalah

bagian

dari

batang

yang

menghubungkan antara ruas satu dengan ruas berikutnya. Pada buku


terdapat mata tunas tempat melekatnya pelepah daun. Pada ruas terdapat
jalur munculnya tunas dan lapisan lilin yang berbatasan dengan bagian
bawah buku. Batang tebu memiliki warna dan bentuk yang berbeda-beda.
Warna batang ada yang merah, kuning, dan hijau. Bentuk batang ada yang
lurus, bengkok, cekung, dan cembung.

Gambar 1. Struktur Batang Tebu (James 2004)


Pada gambar 1 diatas adalah merupakan bentuk dari batang tebu yang
beruas ruas ada yang bengkok dan ada juga yang lurus tergantung varietas dan
teknik buudidayanya, pada setiap ruasnya terdapat mata tunas dan dari mata tunas
itulah tanaman tebu dapat di perbanyak atau budidayakan menjadi bahan tanam
atau bibit tebu selanjutnya.
Daun tebu tumbuh dari buku pada salah satu sisi batang, dan posisi
daun pada batang biasanya berlawanan arah secara silih berganti
(membentuk dua barisan). Panjang daun dapat mencapai 1 m dengan lebar

mencapai 10 cm. Stomata terdapat pada kedua sisi permukaan daun.


Kepadatan stomata lebih banyak pada permukaan bawah daun daripada
permukaan atas daun (James, 2004). Ketika tanaman tebu berubah dari
fase vegetatif ke fase generatif pembentukan daun akan terhenti dan mulai
terjadi pembungaan. Bunga tebu merupakan bunga majemuk yang
berbentuk malai. Dalam satu malai terdapat beribu-ribu bunga kecil yang
masing-masing memproduksi satu biji. Bijinya sangat kecil dan beratnya
sekitar 250 biji/g (Miller et al.,2006),.

Gambar2.Struktur Daun Tebu (James 2004).

Pada gamabar 2 daun tanaman tebu diatas kita ketahui daun tebu
berbentuk

memanjang terdiri dadri dua ruas pangkalnya pendek seperti daun

rumput gajah dan dari daunya ini ternyata juga bisa digunakan untuk pakan ternak
panjang daunya bisa mencapai 1 meter dan lebarnya mencapai 10 cm.
2.2.2 Syarat Tumbuh Tebu
Tebu termasuk dalam tumbuhan yang dapat ditanam di daerah tropis dan
subtropis, lebih kurang pada daerah antara 350 LS dan 390 LU.Di daerah tropis,
tanaman tebu dibudidayakan di negara-negara seperti Thailand, Filipina,
Malaysia, India, dan Indonesia. Sedangkan di daerah subtropis budidaya tebu
banyak dijumpai di Amerika Tengah, Amerika Selatan, Australia, dan Hawai (Tim

Penulis PTPN XI, 2010). Di Indonesia, sentra perkebunan tebu terutama di daerah
Jawa Timur, Jawa Tengah, DI-Yogyakarta, Sumatera Selatan, Sumatera Utara,
Lampung, Sulawesi Selatan, dan Gorontalo (Direktorat Jenderal Perkebunan,
2009).
Tebu dapat hidup dengan baik pada ketinggian 5 500 meter di
ataspermukaan laut, daerah beriklim panas dan lembab dengan kelembaban lebih
dari11-70%, hujan yang merata setelah tanaman berumur 8 bulan dan suhu udara
berkisarantara 28 340 C (Slamet, 2004). Tetapi pada ketinggian mulai +1200 m
(dpl) pertumbuhan tebu akan lambat. Curah hujan yang optimum untuk tanaman
tebu adalah 1.500-2.500 mm per tahun dengan hujan tersebar merata.Produksi
yang maksimum dicapai pada kondisi yang memiliki perbedaan curah hujan yang
ekstrim antara musim hujan dan musim kemarau. Suhu yang baik untuk tanaman
tebu berkisar antara 240C hingga 300C, dengan kelembaban nisbi yang
dikehendaki adalah 65-70%, dan pH tanah 5,5-7,0. Kecepatan angin yang
optimum untuk pertumbuhan tebu kurang dari 10 km/jam, karena angin dengan
kecepatan lebih dari 10 km/jam akan merobohkan tanaman tebu (Tim Penulis
PTPN XI, 2010).
Menurut Sudiatso (1982), tekstur tanah yang cocok untuk tanaman tebu
adalah tekstur tanah ringan sampai agak berat dengan kemampuan menahan air
yang cukup. Kedalaman (solum) tanah untuk pertumbuhan tanaman tebu minimal
50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air.Syarat topografi lahan tebu adalah
berlereng panjang, rata, dan melandai.Bentuk permukaan lahan yang baik untuk
pertumbuhan tebu adalah datar sampai bergelombang dengan kemiringan lereng
0 8 %.
2.3 Manfaat Tanaman Tebu
Pada jaman sekarang ini banyak penelitian yang telah dilakukan
dengan

berskala internasional yang telah memberikan bukti bahwa

tanaman tebu memiliki beragam manfaat untuk kesehatan manusia tidak


hanya itu saja tetapi bagian batang tebu ternyata juga bisa digunakan
sebagai pakan ternak.

Adapun manfaat dari nira tebu adalah sebagai berikut menurut


Chow (2002), mengonsumsi tebu secara teratur, dapat menjaga
metabolisme tubuh dari kekurangan cairan yang diakibatkan banyaknya
kegiatan yang dilakukan, sehingga dapat terhindar dari serangan stroke.
Selain menjaga kesehatan jantung, nira tebu juga dapat menjaga kesehatan
mata, ginjal, dan otak.
Tidak hanya itu saja menurut Takahashi (1985) mengemukakan
bahwa di dalam air tebu terkandung senyawa antidiabetik. Senyawa
tersebut adalah saccharant yang merupakan senyawa dari jenis
polisakarida non-pati yang berkhasiat sebagai antidiabetik. Telah
dilaporkan bahwa tebu memiliki komponen yang efektif. Memiliki
aktivitas

antioksidan

yang

cocok

untuk

menangkal

penyakit

hiperlipidemia. Octacosanol pada sari tebu dapat mengganti performa


fisik.diketahui juga bahwa sari tebu dapat digunakan untuk menjaga kulit
agar tetap putih, sebagai anti mutagenetik. Dan di Jepang sendiri telah
dimanfaatkan untuk dijadikan sabun wajah sejak waktu yang lama (Koge,
dkk., 2003).
2.4 Pembibitan Tanaman Tebu
2.4.1 Pembibitan Tebu Dengan Metode Bud Chip
Budchip adalah teknologi percepatan pembibitan tebu dengan satu mata
tunas yang di peroleh dengan menggunakan alat mesin bor dengan mengadopsi
teknologi pembibitan tebu dari columbia. Dengan menggunakan teknologi
budchip diharapkan akan menghasilkan benih dalam jumlah yang besar (tumbuh
banyak anakan) dalam waktu yang relatif singkat, pertumbuhan seragam dan
menghasilkan bibit yang sehat, bebas dari penyakit pembuluh (Mudjiarto. 2012).
2.4.2 Pembibitan Tebu Dengan Metode Bagal
Bibit bagal adalah perbanyakan tebu secara vegetative, tanaman tebu
diperbanyak menggunakan stek batang. Kebutuhan bahan tanam berupa stek batang
dengan 2 3 mata tunas bibit diambil dari bagian tanaman berumur 5-7 bulan.

Seluruh batang tebu dapat diambil dan dijadikan 3 stek.Atau tebu yang akan
digiling berumur 12 bulan diambil pucuknya untuk dijadikan bibit. Jumlah mata
(bakal tunas baru) yang diambil 2-3 sepanjang 20 cm. Daun kering yang

membungkus batang tidak dibuang agar melindungi mata tebu. Biaya bibit lebih
murah karena tidak memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak
mudah rusak, pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air, 1 hektar
tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan bibit untuk keperluan 10
hektar.sekitar 6 - 8 ton bibit tebu per ha. Besarnya jumlah bahan tanam ini merupakan
sebuah masalah besar dalam transportasi, penanganan, dan penyimpanan bibit
tebu(Darmojo, 1988).

2.4.3 Keunggulan Bibit Bud Chip VS Metode Bagal


Persentase perkecambahan bibit bagal (sets planting) yaitu antara 63 91 %,
penggunaan bagal juga memerlukan biaya pengangkutan yang lebih tinggi karena
80% berat bagal merupakan bagian antar ruas. Dibandingkan biaya pengangkutan
bahan bibit bagal, pengangkutan bahan bibit berupa bud chips lebih ekonomis,
sehingga bahan bibit bud chips lebih efektif dan ekonomis dibandingkan metode
lainnya pada umumnya (dalam Ningsih, 2014).Tetapi dengan mencoba teknologi

budidaya tebu yang baru di harapkan bisa meningkatkan hasil produksi, sehingga
kesejahteraan petani meningkat. Keunggulan menggunakan benih bud chip vs
konvensional adalah sebagai berikut:
Tabel1.

Keunggulan Bibit Tanaman Tebu Bud Chip Dari bibit Bagal


(Setyaningsih, 2013)

INDIKATOR

KONVENSIONAL
(BAGAL)

BUDCHIP / SBP

Tingkat kecepatan
perbanyakan

Satu batang pucuk tebu 812 kali per bulan

Kesehatan Benih
Keseragaman
Sifat Genetik
Produktivitas

Tidak dijamin dengan


peluang mencapai 25 100
%
Tidak seragam
Tidak di jamin
Tidak Pasti

Meristem tunas tebu di P3GI


20.000- 40.000 kali per 6
bulan
Sehat, Bebas penyakit
pembuluh sd Keprasan ke 2

Packaging dan Biaya


Pengiriman

Lebih sulit dan biaya


pengiriman lebih mahal

Seragam
Sesuai dengan induknya
Hasil Tebu 25,5 % lebih tinggi
di bandingkan Bibit Asal
Bagal
Hasil Gula 19,2 % lebih tinggi
di bandingkan bibit asal bagal
Lebih mudah dan biaya
pengiriman lebih

Pada tabel 1 diatas adalah sebuah penelitian menurut Setyaningsih (2013)


keunggulan dari menggunakan metode bibit bud chip dari pada mengunakan bibit

10

tebu yang menggunakan metode konvensional atau bagal dari tabel dapat
diketahui pertumbuhan dan kesehatan benih bud chip lebih unggul,hingga
efisiensi biaya untuk packaging dan pengirimannya juga lebih hemat karena lebih
mudah dan ringan .
2.5 Teknik Budidaya Tanaman Tebu
Perbanyakan tanaman tebu dilakukan secara vegetatif dalam bentuk stek,
yakni stek batang tebu yang mempunyai ruas dengan bakal tunasnya. Perbanyakan
melalui vegetatif akan mempunyai konsekuensi diperolehnya karakteristik
keturunan yang identiksama

dengan tetuanya. Pada dasarnya bibit yang

digunakan harus baik, yakni harus sehat dan segar. Kemurnian varietas harus
diatas 99% dan daya tumbuh 95%.
Pembukaan dan penanaman dimulai dengan pembuatan got-got. Ukuran
got standar untuk got-got keliling atau mujur lebar 60 cm dan dalam 70 cm
sedangkan untuk got malang atau palang lebar 50 cm dan dalam 60 cm. Tanah
yang akan digunakan untuk menanam diberikan TSP sebanyak 1 kuintal/ha. Tanah
digaris menggunakan alat yang runcing dengan kedalaman 5-10 cm kemudian
bibit dimasukkan ke dalam bekas garisan dengan mata bibit menghadap ke
samping.Bibit tersebut ditimbun dengan tanah.Waktu tanam yang tepat di lahan
kering atau tegalan pada periode I adalah awal musim bulan Mei-Agustus
sedangkan

periode

II

adalah

awal

musim

hujan

bulan

September-

Nopember.Sulam dilakukan 5-7 hari setelah tanam untuk mengetahui bibit yang
mati. Memasuki minggu 3-4 dilakukan pembumbunan tanah dengan cara
membersihkan rumput dan membalik tanah. Pelepasan daun kering dari ruas-ruas
tebu dilakukan selama tiga kali agar ruas-ruas tebu bersih dan akar-akar baru
segera tumbuh dari ruas-ruas yang paling bawah.Batang-batang tebu yang roboh
atau miring perlu diikat, baik silang dua maupun silang empat. Pemupukan
dengan memberikan pupuk ZA dengan ketentuan standar tebang I 0,5-1 kuintal/ha
dan tebang II (tebu tunas) 1,5-2 kuintal/ha(Satuan Kerja Pengembangan Tebu
Jatim, 2005)
Panen tebu dilakukan pada tingkat kemasakan optimum, yaitu pada saat
tebu dalam kondisi mengandung gula tertinggi.Umur panen tanaman tebu
berbeda-beda tergantung jenis tebu. Varietas genjah masak optimal pada umur
lebih dari 12 bulan, varietas sedang masak optimal pada umur 12-14 bulan,dan

11

varietas dalam masak optimal pada umur lebih dari 14 bulan. Panen dilakukan
pada bulan Agustus saat rendemen maksimal dicapai.
Tanaman tebu yang telah memasuki umur cukup untuk panen kemudian
dilakukan tebang angkut.Kegiatan tebang angkut harus tepat karena penanganan
yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian cukup besar.Panen tebu dilakukan
dengan menebang batang-batang tebu yang sehat, mengumpulkan dan
mengangkut ke pabrik gula untuk digiling.Penebangan dapat dilakukan secara
manual maupun secara mekanis atau tenaga mesin.Penebangan tebu secara
manual dilakukan dengan caramembongkar guludan tebu dan mencabut batangbatang tebu secara utuh kemudian dibersihkan dari akar, pucuk, daun kering, dan
kotoran lainnya. Tebangan yang baik harus memenuhi standar kebersihan tertentu
yaitu kotoran tidak lebih dari 5% (IPB, 2013(Satuan Kerja Pengembangan Tebu
Jatim, 2005)

III. METODE PELAKSANAAN


.1 Tempat dan Waktu

12

Kegiatan magang kerja akan dilaksanakan pada bulan Juli - Oktober 2016.
Magang kerja tersebut akan dilaksanakan di PG. Meritjan PTPN X yang terletak
di Jalan MerbabuKelurahan Mrican Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Propinsi
Jawa Timur.
3.2 Metode Pelaksanaan
Magang kerja yang akan dilakukan yaitu meliputi beberapa kegiatan yang
relevan dengan tujuan kegiatan magang kerja. Berbagai kegiatan yang
berhubungan dengan produksi bibit tebu,perawatan dan pengelolaan bibit tebu
hingga penanaman tanaman tebu yang akan dilaksanakandi PG. Meritjan PTPN
Xmeliputi :
a. Praktik Kerja Langsung
Praktik kerja langsung ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung dan pencatatan hasil pengamatan

secara sitematis mengenai objek

pengamatan di lahan pertanian atau lahan pembibitan benih yang dimiliki PG.
Meritjan PTPN Xserta ikut berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh pihak pabrik.
b. Observasi Lapang
Observasi lapang merupakan kegiatan observasi yang dilakukan terhadap
keadaan umum lokasi magang kerja yang meliputi penentuan lokasi, luas area,
struktur organisasi, jumlah tenaga kerja, kegiatan budidaya tanaman tebu hingga
proses panen dan pasca panen tebu.
c. Diskusi dan Wawancara
Diskusi dan Wawancara akan dilakukan dengan ketua lapang pembimbing
lapangdi PG. Meritjan secara langsung dengan tujuan untuk memperoleh
informasi teknis yang berkaitan dengan kegiatan lapang yang akan dilakukan
dalam melaksanakan magang kerja.
d. Pengambilan Data Sekunder
Pengambilan data sekunder berasal dari hasil mencatat data-data yang ada
dan diberikan dari PG. Meritjan atau pun melalui studi pustaka baik dari hasil
penelitian, percobaan maupun buku, jurnal maupun media elektronik sebagai
literatur penunjang tentang tanaman tebu.Setelah itu mahasiswa membandingkan

13

data yangada dilapangan dengan teori yang ada di dalam buku maupun sumber
literatur lainnya.
3.3 Jadwal Kegiatan
Kegiatan magang kerja yang akan dilakukan secara umum bertujuan
untuk mengetahui bagaimana poses pembibitan tanaman Tebu dengan metode bud
chipdan bagal yang akan dilaksanakan atau diselenggarakan selama 3 bulan mulai
dari bulan juli hingga bulan oktoberrancangan kegiatan magang kerja sebagai
berikut:
Tabel 2. Rancangan Kegiatan Magang Kerja
No
Waktu
Kegiatan
Awal kegiatan magang kerja (briefing,
1.
Minggu ke-1
pengenalan kegiatan, pengenalan lokasi, ,
pengenalan dengan tenaga kerja)
Pembibitan tanaman tebu dengan metode bud
2.
Minggu ke-2
chip dan bagal
Perawatan dan pemeliharaan bibit tebu
Perawatan bibit
3.
Minggu ke-3
Persiapan media tanam bibit
Penanaman bibit
Perawatan bibit, meliputi penyiangan gulma,
4.
Minggu ke-4
dan pengairan.
Pemindahan bibit bud chip dari bedengan ke
5.
Minggu ke-5
krey.
Perawatan dan pemeliharaan tanaman,
6.
Minggu ke-6
meliputi penyiraman, penyiangan gulma,
pemupukan dan pengendalian hama penyakit
Pemeliharaan bibit bud chip, meliputi
7.
Minggu ke-7
penyiraman, penyiangan gulma, pemupukan
Supervisi
Pemeliharaan bibit tebu meliputi meliputi
8.
Minggu ke-8
penyiraman,
penyiangan
gulma,
dan
pengendalian hama penyakit
Pemeliharaan bibit tebu, meliputi penyiraman,
9.
Minggu ke-9
penyiangan gulma, pemupukan
Pemeliharaan bibit tebu meliputi meliputi
penyiraman, penyiangan gulma.
Minggu ke-10
10.
Pengumpulan data dan pembuatan laporan
sementara
DAFTAR PUSTAKA

14

Andini, A., Mahajoeno, E. dan Setyaningsih, R. 2013. Production of


Bioethanol from Citrus Fruit (Citrus sp.) Waste by Acid Hydrolysis and
Fermentation Using Saccharomyces cerevisiae. Seminar Nasional X Pendidikan
Biologi FKIP UNS, Surakarta.
Blackburn, F. 1984. Sugarcane. Longman, Harlow
Chen, J.C.P & Chou, C.C. (1993), Cane Sugar Handbook, 12 ed.,Singapore.
Chow, J.M., 2002. Probiotics and prebiotics.A Brief overview.Int.Journal
Nutrition. 12: 76-86
Darmojo, S. 1988. Budidaya Tanaman Tebu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Komoditas Tanaman Tebu.
http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/images/pdf/tebu.pdf.
Diakses
pada
tanggal 27April 2016.
Hunsigi, G. 2001. Sugarcane in Agriculture and Industry. Eastern Press,
India.
Indrawanto, C., Purwono, Siswanto, M. Syakir, dan W. Rumini. 2010.
Budidaya dan Pasca Panen TEBU. ESKA Media. Jakarta. 44 hlm.
James, G. 2004. Sugarcane. Blackwell Publishing Company. Oxford OX4
2Dq, UK.216 hlm.
Koge, K., Michael S. dan Chung, C.C., 2003. Antioxidants and Other
Functional Extract from Sugar Cane. Asian Functional Foods Chapter 18 E 1,
Jepang.
Loganandhan. N, B. Gujja, V. Vinad Goud, dan U. S. Natarajan. 2012.
Sustainable Sugarcane Initative (SSI): A Methodology of More Mith Less. Sugar
Tech.
Miller, J.D. and R.A. Gilbert. 2006. Sugarcane Botany: A Brief View.
Agronomy Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food
and Agricultural Sciences, University of Florida.6 hlm.
Mudjiarto. 2012. Bibit Bud Chips (Metode Colombia), PT. Perkebunan
Nusantara X (Persero) PG. Tjoekir
Satuan Kerja Pengembangan Tebu Jatim. 2005. Standar Karakterik
PertumbuhanTebu.JawaTimur.http://tebu.mine.nu/karakteristik_tebu/standar_kara
kterik_pertumbuhan.htm [10 Juni 2009].
Setyaningsih, Ety. 2013. Bertanam Tebu dengan Cara Bud
Chip.http://bppkedungwaru.blogspot.com. Diakses pada 27 april 2016.
Soemarno. 2010. Bagaimana meningkatkan rendemen tebu. Dalam Artikel
Tarigan, B. Y. dan J. N. Sinulingga, 2006.Laporan Praktek Kerja Lapangan
di Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Sumatera Utara. Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Tjokroadikoesoemo, P. S. dan A. S. Baktir, 2005. Ekstraksi Nira Tebu.
Yayasan Pembangunan Indonesia Sekolah Tinggi Teknologi Industri, Surabaya.

15

Verheye, W. 2012 . Growth and production of sugarcane. Oxford University


Press, Kualalumpur. 55-65 p.
Winarno, F.G., dan Birowo, A.T. 1988. Gula dan Pemanis Buatan di
Indonesia.Sekretariat Dewan Gula Indonesia. Jakarta.
Wijayanti, W.A. 2008. Pengelolaan Tanaman Tebu (Saccharum
officinarum L.) di Pabrik Gula Tjoekir PTPN X, Jombang, Jawa Timur;
Studi Kasus Pengaruh Bongkar Ratoon terhadap Peningkatan
Produktivitas Tebu. Skripsi IPB. Bogor. Hal 14 20.
Takahashi, M., 1985. Isolation and Hypoglycemic Activity of
Saccharans A, B, C, D, E and F, Glycans of Saccharum officinarum Stalks.
Planta Medica - PLANTA MED , vol. 51, no. 03, Hal. 258-260.
Tim Penulis PTPN XI. 2010. Panduan Teknik Budidaya Tebu. PT
Perkebunan Nusantara XI. Surabaya. 204 hlm.

Anda mungkin juga menyukai