Anda di halaman 1dari 6

BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1 Pembuatan Media
Jenis Media
PCA (Plate Count Agar)

Jumlah Media yang


Dibutuhkan
22,5 g/l

Fungsi
Media

untuk

mikroba

aerobik dengan inokulasi di


atas permukaan (baik untuk
Agar Miring

4 ml

pertumbuhan total mikroba)


Untuk membiakkan bakteri
pada medium miring dalam

Agar Tegak

6 ml

tabung reaksi
Untuk membiakkan bakteri
pada

media

inokulasinya
Agar Cawan

12 ml

tegak,
digunakan

dengan cara penusukkan


Untuk membiakkan bakteri
pada
sehingga

medium

datar

dapat

dilihat

dengan jelas pertumbuhan


Cair

5-10 ml

bakteri
Untuk mengencerkan dan
mengisolasi yang terdapat
pada contoh koloni akan
tumbuh

pada

permukaan

dan bagian bawah agar

Tabel 2 Teknik Isolasi


No
Teknik Isolasi
1. Agar Miring

2.

Agar Tegak

3.

Pour Plate

Hasil
Menyebar

Aerob

Tidak ditemukan
adanya bakteri
hanya jamur yang
tumbuh karena

4.

Streak Plate

terkontaminasi
Tidak ditemukan
adanya bakteri
hanya jamur yang
tumbuh karena
terkontaminasi

Gambar

3.2 Pembahasan
Media adalah suatu substrat dimana mikroorganisme dapat tumbuh dan sesuai dengan
lingkungannya. Kehidupan mikroorganisme tergantung pada nutrisi dalam substrat atau
medium dan faktor lingkungan yang baik, karena tidak semua medium untuk pertumbuhan
mikroorganisme sangat bervariasi, tergantung dari apa yang dijadikan dasar penanaman.
Mikroba dapat tumbuh dengan baik jika dalam suatu medium tersebut memenuhi syaratsyarat, yaitu harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus
mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan
mikroba yang ditumbuhkan, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba, dan harus dalam kondisi steril sebelum digunakan (Hafrah, 2009).
Pada praktikum ini bertujuan untuk mempelajari sifat karakteristik mikroba, baik
morfologi, pertumbuhan maupun fisiologisnya, maka masing-masing jenis mikroba harus
dipisahkan satu dengan lainnya dalam suatu kultur yang disebut kultur murni.
Kultur murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel yang terdiri dari satu spesies
atau satu galur mikroba. Sehingga untuk tujuan ini mak media yang digunakan untuk
penanaman harus steril, dan tidak terkontaminasi oleh jenis-jenis mikroba lain tumbuh di
dalamnya. Dalam kegiatan ini langkah demi langkah cara memindahkan biakan murni harus
dengan aseptis.
Pertumbuhan mikroba pada medium tersebut di pengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu
temperatur optimum, merupakan temperatur pada saat pertumbuhan terbaik mikroorganisme.
Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein sedangkan pada
temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti (Lim, 2006).
Penurunan dan peningkatan pH akan mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. Hal ini
disebabkan karena adanya kerusakan enzim seluler yang dapat mengganggu pertumbuhan
(Fardiaz, 2002).
Pada tabel 1 menjelaskan tentang pembuatan media. Jenis media yang digunakan
adalah Plate Count Agar (PCA) sebanyak 22,5 gr/l yang berfungsi sebagai media untuk
mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan (baik untuk pertumbuhan total
mikroba).
Pada praktikum ini menggunakan teknik isolasi, teknik yang digunakan adalah agar
miring, agar tegak, agar cawan, dan cair. Agar miring dibutuhkan sejumlah 4 ml yang
berfungsi untuk membiakkan bakteri pada medium miring dalam tabung reaksi. Pada agar
tegak dibutuhkan sejumlah 6 ml yang berfungsi untuk membiakkan bakteri pada medium
miring dalam tabung reaksi. Pada agar cawan dibutuhkan sejumlah 12 ml yang berfungsi

untuk membiakkan bakteri pada medium datar sehingga dapat dilihat dengan jelas
pertumbuhan bakteri. Selain itu digunakan metode cair yang dibutuhkan 5-10 ml yang
berfungsi untuk mengencerkan dan mengisolasi yang terdapat pada contoh koloni akan
tumbuh pada permukaan dan bagian bawah agar.
Pada tabel 2 menjelaskan tentang isolasi. Isolasi mikroba dilakukan dengan dua
tahapan. Tahapan pertama yaitu pengenceran dan tahapan kedua yaitu penggoresan pada
permukaan media. Isolasi mikroba dengan metode spread plate atau penggoresan dilakukan
untuk menghasilkan koloni bakteri yang terpisah dari suspensi sel yang pekat. Metode gores
atau spread plate dilakukan dengan cara ujung kawat inokulasi yang membawa mikroba
digoreskan dengan bentuk zigzag pada permukaan media dalam cawan petri. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Suriawiria (2005) yang menyatakan bahwa cara penggresan dapat
dilakukan dengan cara ujung kawat imokulasi yang membawa bakteri digesekkan atau
digoreskan dengan bentuk zig-zag pada permukaan agar-agar dalam cawan Petri sampai
meliputi seluruh permukaan.
Hasil pengamatan yang didapatkan dari tabel 2 yaitu pada teknik isolasi agar miring
menghasilkan bakteri yang menyebar. Sedangkan pada teknik isolasi metode agar tegak
didapatkan hasil yaitu bakteri tersebut bersifat aerob. Bakteri aerob adalah bakteri yang lebih
banyak tumbuh pada bagian permukaan. Pada teknik isolasi metode pour plate dan streak
plate didapatkan hasil tidak ditemukan adanya bakteri hanya jamur yang tumbuh karena
terkontaminasi
Agar miring merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menumbuhkan
mikroba, pada praktikum ini, media yang sudah dibuat dipipet ke dalam tabung reaksi
kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121C selama 15 menit. Setelah steril baru
media dimiringkan hingga media pada tabung reaksi mengeras. Setelah media pada agar
miring jadi, mikroba yang ingin diisolasi diambil dari cawan petri dengan jarum ose yang
kemudian digores pada permukaan agar miring dengan bentuk zig-zag, media yang telah
digores ini baru kemudian disimpan hingga menjadi isolat murni. Penggunaan agar miring ini
bertujuan unuk meminimalisir adanya pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Rusdimin (2013) yang menyatakan bahwa biakan agar miring
dapat dilakukan dengan cara menggoreskan secara zig-zag pada permukaan agar miring
menggunakan jarum ose yang bagian atasnya dilekungkan. Cara ini juga dilakukan ada agar
tegak guna meminimalsir pertumbuan mikroba dalam keadaan kekurangan oksigen.
Kebusukan makanan kaleng dapat disebabkan oleh kapang, khamir, dan bakteri.
Tanda-tanda kebusukan makanan kaleng oleh mikroorganisme dapat dilihat dari penampakan

abnormal dari kaleng (kembung, basah atau label yang luntur), penampakan produk yang
tidak normal serta bau yang menyimpang, produk hancur dan pucat, dan keruh atau tandatanda abnormal lain pada produk cair. Dari ketiga jenis mikroba tersebut, bakteri merupakan
penyebab kerusakan yang utama. Kadaluarsa disebabkan karena bakteri yang terdapat dalam
makanan tersebut telah aktif kembali dan kaleng tempat penyimpanan produk tersebut rusak
dikarenakan benturan serta lapisan enamelnya yang sudah habis.
Mikroba yang terdapat dalam makanan kaleng tersebut adalah Clostridium botulinum
dan basilus. Agar produk pangan yang dikemas steril maka haus dilakukan beberapa proses
seperti pasturisasi yaitu proses pemanasan.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai