Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sekolah merupakan ujung tombak dalam upaya mewujudkan cita-cita dan
tujuan pendidikan, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Agar tujuan tersebut dapat dicapai, dibutuhkan perhatian besar kepada
peserta didik terutama menyangkut masalah kecerdasannya. Sayang sekali,
sistem pendidikan di Indonesia tidak memberikan ruang yang luas bagi
perkembangan peserta didik. Masih diberlakukannya UN menunjukkan bahwa
ranah kognitif atau kecerdasan intelektual masih diprioritaskan dalam pendidikan
nasional dibandingkan kecerdasan lain.
Peserta didik ada yang mahir di bidang olahraga, ada yang mampu
memainkan alat musik dengan bagus, ada pula yang mampu menciptakan seni
visual yang indah. Beberapa peserta didik bahkan mampu menghasilkan puisi
dan cerita yang menarik dengan tingkat imajinasinya yang tinggi. Setiap individu
memiliki keunikan dan mampu menawarkan kontribusi yang berharga bagi
kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan setiap manusia dikaruniai kecerdasan
yang beragam (multiple intelligence) yang perkembangannya tergantung dari
masing-masing individu.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari multi intelligence.
2. Mengetahui aspek-aspek multi intelligence.

3. Memahami pengembangan multi intelligence pada anak.


4. Memahami pembelajaran berbasis multi intelligence.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Multi Intelligence (Kecerdasan Ganda)


Multiple Intelligences adalah istilah atau teori dalam kajian tentang ilmu
kecerdasan yang memiliki arti kecerdasan ganda atau kecerdasan majemuk.
Teori ini ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog
perkembangan dan profesor pendidikan dari Graduate School Of Education,
Harvad University, Amerika Serikat. Di dalam teorinya Gardner menjelaskan
bahwa setiap orang memilki bermacam-macam kecerdasan, tetapi dengan kadar
pengembangan yang berbeda antara kecerdasan yang satu dengan kecerdasan
lainnya. Pengertian inteligensi Gardner ini berbeda dengan pengertian yang
dipahami sebelumnya. Sebelum Gardner, pengukuran IQ (Intelligence Question)
seseorang didasarkan pada tes IQ saja, yang hanya menonjolkan kecerdasan
matematis-logis dan linguistik. Sehingga kurang memperhatikan kecerdasan pada
bidang yang lain.
Secara jelasnya Gardner mengungkapkan bahwa tidak ada anak bodoh atau
pintar. Yang ada, anak yang menonjol dalam salah satu atau beberapa jenis
kecerdasan tersebut. Dengan demikian, dalam menilai dan menstimulasi
kecerdasan anak, orang tua dan guru selayaknya dengan jeli dan cermat
merancang sebuah metode khusus. Dalam menstimulasi kecerdasan anak, dapat
dikatakan, kecerdasan tertentu bisa jadi diasah agar lebih terampil.

2.2 Aspek Multi Intellegence

1. Kecerdasan Linguistik ( Linguistic Intelligence)


Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata
secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup
kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata
yang di ucapkan. Ciri-ciri kecerdasan linguistik :
Mampu membaca, mengerti apa yang dibaca.
Mampu mendengar dengan baik dan memberikan respons dalam suatu
komunikasi verbal.
Mampu menirukan suara, mempelajari bahasa asing, mampu membaca karya
orang lain.
Mampu menulis dan berbicara secara efektif.
Tertarik pada karya jurnalism, berdebat, pandai menyampaikan cerita atau
melakukan perbaikan pada karya tulis.
Mampu belajar melalui pendengaran, bahan bacaan, tulisan dan melalui
diskusi, ataupun debat.
Peka terhadap arti kata, urutan, ritme dan intonasi kata yang diucapkan.
Memiliki perbendaharaan kata yang luas, suka puisi, dan permainan kata.
Profesi: pustakawan, editor, penerjemah, jurnalis, tenaga bantuan hukum,
pengacara, sekretaris, guru bahasa, orator, pembawa acara di radio / TV, dan
sebagainya.
2. Kecerdasan Logika-Matematika. (Logical-Mathematical Intelligence)
Kecerdasan logika dan matematika adalah kemampuan seseorang dalam
memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan
keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan, logika
dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, ia mampu melakukan proses
berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara berpikir
dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Proses berpikir induktif
artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada hal-hal yang besar. Ini
adalah jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur,

ilmuwan, ekonom, akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum. Ciri-ciri
kecerdasan tersebut :
Mengenal dan mengerti konsep jumlah, waktu dan prinsip sebab-akibat.
Mampu mengamati objek dan mengerti fungsi dari objek tersebut.
Pandai dalam pemecahan masalah yang menuntut pemikiran logis.
Menikmati pekerjaan yang berhubungan dengan kalkulus, pemograman
komputer, metode riset.
Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti-bukti, membuat
hipotesis, merumuskan dan membangun argumentasi kuat.
Tertarik dengan karir di bidang teknologi, mesin, teknik, akuntansi, dan
hukum.
Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menjelaskan konsep dan objek
yang konkret.
Profesi: auditor, akuntan, ilmuwan, ahli statistik, analisis / programer
komputer, ahli ekonomi, teknisi, guru IPA / Fisika, dan sebagainya.
3. Kecerdasan Visual-Spasial (Spatial-Visual intelligence)
Kecerdasan visual dan spasial adalah kemampuan untuk melihat dan
mengamati dunia visual dan spasial secara akurat (cermat). Visual artinya
gambar, spasial yaitu hal-hal yang berkenaan dengan ruang atau tempat.
Kecerdasan ini melibatkan kesadaran akan warna, garis, bentuk, ruang, ukuran
dan juga hubungan di antara elemen-elemen tersebut. Kecerdasan ini juga
melibatkan kemampuan untuk melihat obyek dari berbagai sudut pandang.
Ciri-ciri kecerdasan tersebut :

Senang mencoret-coret, menggambar, melukis dan membuat patung.

Senang belajar dengan grafik, peta, diagram, atau alat bantu visual lainnya.

Kaya akan khayalan, imaginasi dan kreatif.

Menyukai poster, gambar, film dan presentasi visual lainnya.

Pandai main puzzle, mazes dan tugas-lugas lain yang berkaitan dengan
manipulasi.

Belajar dengan mengamati, melihat, mengenali wajah, objek, bentuk, dan


warna.

Menggunakan bantuan gambar untuk membantu proses mengingat.

Profesi: insinyur, surveyor, arsitek, perencana kota, seniman grafis, desainer


interior, fotografer, guru kesenian, pilot, pematung, dan sebagainya.
4. Kecerdasan Kinestetik-Tubuh (Bodily-Kinesthetic Intelligence)
Sering disebut dengan kecerdasan fisik yang mencakup bakat dalam
mengendalikan gerak tubuh dan keterampilan dalam menangani benda.
Kecerdasan ini termasuk di dalamnya kemampuan untuk menyatukan tubuh
dan pikiran untuk menyempurnakan pementasan fisik. Berawal dari kontrol
refleks dan gerakan-gerakan sukarelawan, kemajuan inteligensi kinestetik
digunakan oleh tubuh dan mengubah tujuan menjadi aksi yang menawan.
Seorang atlet olahraga, penari, aktor dan pemain pantomim
mengembangkan kemampuan mereka dalam menggerakkan tubuh dan
menguasai benda. Belajar mengoptimalkan seluruh anggota tubuh jarang
sekali dilakukan. Kita sering memanfaatkan tubuh hanya dalam beberapa
kepentingan dasar saja tanpa ada hasrat untuk mengembangkannya. Dengan
latihan dan pembiasaan, maka kita dapat mengasah keterampilan kita dalam
menggerakkan tubuh dan menguasai benda dengan anggota tubuh kita.
5. Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati,
membedakan, mengarang, membentuk dan mengekspresikan bentuk-bentuk
musik. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap ritme, melodi dan timbre
dari musik yang didengar. Bagi mereka yang memiliki kecerdasan ini akan
dengan mudah belajar dan bermain musik secara baik. Yang menonjol adalah
mereka dapat mengungkapkan perasaan dan pemikirannya dalam bentuk
musik. Mereka dengan mudah mempelajari sesuatu bila dikaitkan dengan
musik atau dalam lagu. Ciri-ciri kecerdasan tersebut :

Menyukai banyak jenis alat musik dan selalu tertarik untuk memainkan alat
musik.

Mudah mengingat lirik lagu dan peka terhadap suara-suara.

Mengerti nuansa dan emosi yang terkandung dalam sebuah lagu.

Senang mengumpulkan lagu, baik CD, kaset, atau lirik lagu.

Mampu menciptakan komposisi musik.

Senang improvisasi dan bermain dengan suara.

Menyukai dan mampu bernyanyi.

Tertarik untuk terjun dan menekuni musik, baik sebagai penyanyi atau
pemusik.

Mampu menganalisis / mengkritik suatu musik.

Profesi: DJ, musikus, pembuat instrumen, tukang stem piano, ahli terapi
musik, penulis lagu, insinyur studio musik, dirigen orkestra, penyanyi, guru
musik, penulis lirik lagu, dan sebagainya.
6. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal ialah kemampuan untuk mengerti dan menjadi
peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak, temperamen, serta gerakan
tubuh orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain
juga termasuk dalam kecerdasan ini. Secara umum kecerdasan interpersonal
berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi
dengan berbagai orang.
Memiliki interaksi yang baik dengan orang lain, pandai menjalin hubungan
sosial.
Mampu merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan harapan orang lain.
Memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan berkomunikasi dengan
efektif, baik secara verbal maupun non-verbal.
Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kelompok yang berbeda,
mampu menerima umpan balik yang disampaikan orang lain, dan mampu
bekerja sama dengan orang lain.
Mampu berempati dan mau mengerti orang lain.
Mau melihat sudut pandang orang lain.
Menciptakan dan mempertahankan sinergi.

Profesi: administrator, manager, kepala sekolah, pekerja bagian personalia /


humas, penengah, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli psikologi, tenaga
penjualan, direktur sosial, CEO, dan sebagainya.
7. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan intrapersonal atau cerdas diri adalah kemampuan yang
berhubungan dengan kesadaran dan pengetahuan tentang diri sendiri serta
kemampuan untuk bertindak secara adaptatif berdasar pengenalan diri itu,
dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri, mampu memotivasi
dirinya sendiri dan melakukan disiplin diri. Orang yang memilki kecerdasan
ini sangat menghargai nilai, etika dan moral, serta memiliki kesadaran tinggi
akan gagasan-gagasannya. Ia sadar akan tujuannya hidupnya sehingga tidak
ragu-ragu untuk mengambil keputusan pribadi.
Kecerdasan seperti ini biasanya dimiliki oleh para psikiater, filosof,
penyuluh agama, pembimbing, serta kadang kala pemimpin juga memiliki
kecerdasan ini. Orang yang memiliki Kecerdasan ini biasanya mudah
berkonsentrasi dengan baik karena dapat mengatur perasaan dan emosinya
sehingga kelihatan sangat tenang. Pengenalan akan dirinya sungguh sangat
mendalam dan seimbang, kesadaran spiritualitasnya juga sangat tinggi. Orang
tipe ini kebanyakan refleksif dan suka bekerja sendirian. Bahkan, kadang kala
mereka suka menyepi sendiri di tempat terasing.
8. Kecerdasan Naturalis (Naturalist Intelligence)
Kecerdasan naturalis mampu mengenali dan memahami flora dan fauna
dengan baik, menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik,
menyukai kegiatan outdoor seperti camping, hiking, memancing, menyukai
aktifitas belajar di luar kelas untuk mengobservasi alam secara langsung, serta
senang mengoleksi benda-benda alam seperti batu-batuan, kulit kerang dan
sebagainya. Kemampuan untuk mengerti flora dan fauna dengan baik,
menikmati alam, mengenal tanaman dan binatang dengan baik. Charles
Darwin, merupakan tokoh terkenal dengan kecerdasan Naturalist Intelligence.
9. Kecerdasan Eksistensial (Eksistentialist Intelligence)
Kecerdasan eksistensial adalah kemampuan seseorang menjawab
persoalan-persoalan eksistensi manusia, memiliki spiritual quotient yang

menonjol, baik terhadap sesama, sopan, serta pandai menjaga rahasia.


Kemampuan menyangkut kepekaan dan kemampuan seseorang untuk
menjawab persoalan-persoalan terdalam keberadaan atau eksistensi manusia.
Misalnya persoalan mengapa ada, apa makna hidup ini. Tokoh terkenal yang
mempunyai kecerdasan ini seperti Plato, Sokrates, Thomas Aquinas, dan
lainnya.
Banyak tokoh penting dunia yang menjadi sukses dan terkenal bukan
karena ber-IQ tinggi, melainkan karena salah satu dari kecerdasan majemuk
yang mereka miliki tersebut. Sehingga sangat tidak tepat jika seorang anak
dicap bodoh hanya karena dia selalu mendapatkan nilai rendah pada pelajaran
matematika, padahal dia memiliki prestasi cemerlang di bidang lainnya.
2.3 Pengembangan Multi Intelligence Pada Anak
Anak memiliki potensi berupa kecerdasan jamak. Kecerdasan anak akan
berkembang secara optimal bila difasilitasi dengan baik dan benar, melalui
strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan perkembangannya.
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru, hendaknya menekankan pada
konsep pembelajaran yang mendidik. Dalam merancang pembelajaran yang
mendidik, guru perlu memperhatikan modalitas belajar anak. Ada empat
modalitas belajar anak, yakni: (1) visual learner, (2) auditory learner, (3)
tactile/kinesthetic learner, dan (4) global learner (DePorter, dan Mike H.,1992).
Dalam modalitas yang pertama, anak cenderung mengalami pengalaman
belajar dengan cara mengamati sesuatu. Anak lebih mengandalkan indera
penglihatan dalam belajar. Dalam hal ini guru hendaknya memfasilitasi
kebutuhan anak dengan cara menyediakan media visual yang menarik. Dalam
modalitas yang kedua, anak lebih mengandalkan indera pendengarnya. Anak
dengan mudah memahami sesuatu jika dia memperoleh kesempatan untuk
mendengarkan berbagai bahan yang disajikan melalui media audio atau
penjelasan langsung dari narasumber. Modalitas belajar yang ketiga, lebih
mengandalkan pada pengalaman belajar dengan cara menyentuh, bergerak dan

bekerja. Sementara modalitas yang keempat, anak dalam belajar menggunakan


ketiga modalitas tersebut secara simultan. Sementara ini, secara umum guru
cenderung mengutamakan kecerdasan logic-mathematic. Anak dikatakan cerdas
jika anak mampu membaca, berhitung dan menulis dengan cepat, serta dapat
menghafal berbagai kejadian. Strategi yang seperti itu cenderung menafikan
potensi anak terutama yang ada di belahan otak kanan, sehingga anak menjadi
kurang kreatif dalam memecahkan masalah. Padahal permasalahan kehidupan
bersifat multi dimensi, yang tidak dapat ditinjau dari salah satu aspek saja.
Berdasarkan hal ini guru perlu memilih strategi pembelajaran yang dapat
memfasilitasi perkembangan otak belahan kiri dan kanan secara seimbang,
sehingga semua aspek kecerdasan dapat berkembang secara optimal. Strategi
yang dimaksud mengarah pada pembelajaran yang mendidik, yang dapat
memberdayakan seluruh aspek perkembangan dan kecerdasan anak.

2.4 Pembelajaran Berbasis Multi Intelligence


Strategi Pembelajaran MI pada hakekatnya adalah upaya mengoptimalkan
kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap individu (siswa) untuk mencapai
kompetensi tertentu yang dituntut oleh sebuah kurikulum.
Amstrong (2002) seorang pakar di bidang Multiple Intelegences
mengatakan, bahwa dengan teori kecerdasan majemuk memungkinkan guru
mengembangkan strategi pembelajaran inovatif yang relatif baru dalam dunia
pendidikan dia menambahkan tidak ada strategi pembelajaran yang efektif untuk
semua siswa karena setiap individu memiliki kecenderungan kecerdasan yang
berbeda.
Strategi Pembelajaran MI pada praktinya adalah memacu kecerdsan yang
menonjol pada diri siswa seoptimal mungkin, dan berupaya mempertahankan
kecerdasan lainnya pada standar minimal yang ditentukan oleh lembaga atau
sekolah. Ada dua tahapan yang harus dilakukan dalam penerapan strategi
pembelajaran MI agar mendapatkan hasil yang optimal yaitu :
1. Memberdayakan semua jenis kecerdasan yang ada pada setiap mata pelajaran.

2. Mengoptimalkan pencapaian mata pelajaran tertentu berdasarkan kecerdasan


yang menonjol pada masing-masing siswa.
Armstrong (2002:85) memberikan contoh

penerapan

pembelajaran

matematika berbasis multiple intelligences. Dalam bukunya, Amstrong


menjelaskan bahwa banyak siswa yang merasa sulit untuk memahami konsep
perkalian. Model pembelajaran untuk materi perkalian ini, kebanyakan guru
menyuruh siswa untuk menghafal tabel perkalian yang sudah disiapkan dan
melakukan tes berulang kali, sampai siswa benar-benar dapat menghafalkan tabel
perkalian. Dengan pembelajaran model ini, maka bagi siswa yang memiliki
kecerdasan linguistik tinggi biasanya dapat dengan mudah untuk menghafalnya,
siswa yang kecerdasan logis-matematisnya tinggi akan mudah memahami konsep
perkalian, namun sulit untuk mengingat fakta-fakta perkalian. Sedangkan, bagi
siswa yang lemah di bidang kecerdasan linguistik dan logis-matematis, tetapi
memiliki kecenderungan yang tinggi dalam kecerdasan yang lain, biasanya akan
benar-benar hal ini menjadi masalah. Hal ini dapat dimaklumi, sebagian besar
dalam faktanya pembelajaran di sekolah lebih banyak menghargai siswa yang
memiliki kecenderungan kecerdasan linguistik dan logis-matematis.Oleh sebab
itu, dalam pembelajaran matematika, khususnya perkalian, guru dapat
menerapkan strategi pembelajaran yang diselenggarakan dengan menggunakan
pendekatan multiple intelligences. Dengan menyelenggarakan pembelajaran
berbasis multiple intelligences ini diharapkan setiap siswa akan merasa semangat
dan terus termotivasi untuk belajar, sehingga suasana haus belajar benar-benar
tertanam dalam setiap individu siswa.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga
masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan
demikian pengetahuan pun bertambah. Jadi mudah dipahami bahwa kecerdasan
adalah pemandu bagi kita untuk mencapai sasaran-sasaran kita secara efektif dan
efisien. Kecerdasan merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi
yang membentuk pengetahuan dan kesadaran.
Menurut Gardner, 1983 kecerdasan atau intelegensi ada 8 macam
yaitu:Kecerdasan linguisti, Intelegensi logis-matematis, Intelegensi Musik,
Intelegensi kinestetik, Intelegensi Visual-Spasial, Intelegensi Interpersonal,
Intelegensi Intrapersonal, Intelegensi Naturalis. Strategi Pembelajaran MI pada
praktinya adalah memacu kecerdasan yang menonjol pada diri siswa supaya
berkembang secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai