Disusun Oleh:
Nama
: GENESIS TRIA
NPM
: A1F013063
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
digunakan, namun masalahnya selama toksisitas dan zat aditif ini yang
menyebabkan pengembangan legislasi yang mengatur jenis dan jumlah
pewarna sintetis yang digunakan dalam produk makanan yang berbeda.
Sebagai hasil dari upaya ini, saat ini
pengendalian penggunaan
warna
EC).
aditif
dalam
makanan
(Directive
Masih
tingkat
yang
semua
hadir
dengan
kelemahan
utama
karena
mereka
memerlukan dan memakan waktu yang lama dan perawatan yang luas
dan tidak dapat diterapkan untuk campuran pewarna kompleks. Untuk
mengatasi keterbatasan ini, penggunaan elektroforesis kapiler (CE) dan
kromatografi ion (IC) teknik ini telah diusulkan sebagai alternatif. Namun,
volume injeksi kecil digunakan dalam teknik-teknik dan latar belakang
yang tak teratur, hasil sensitivitas masalah membatasi kekokohan metode
ini. Kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) (Komite Nordic Analisis
Makanan (NMKL), dan pasangan ion kromatografi cair ditambah dengan
UV atau detektor diode-array (DAD) saat ini merupakan teknik analisis
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mengembangkan
dan
crustacea
(binatang laut berkulit keras) dan berhasil diterapkan untuk sampel nyata
yang diperoleh dari pasar.
1.2
BATASAN MASALAH
Produk ikan yang dianalisis adalah krustasea , kepiting dan ikan
roe.
Metode
ekstraksi
yang
digunakan
adalah
typical
protocol,
1.3
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
mengukur
kadar
pewarna
makanan
dalam
sampel
krustasea.
Untuk mengetahui presisi dan akurasi petunjuk baru yag
digunakan dalam percobaan ini.
1.5
MANFAAT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PRODUK IKAN (KRUSTASEA)
Krustasea adalah suatu kelompok besar dari artropoda, terdiri dari
kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap
sebagai suatu subfilum. Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang
cukup dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip.
Mayoritas merupakan hewan air, baik air tawar maupun laut, walaupun
beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti
kepiting darat. Kebanyakan anggotanya dapat bebas bergerak, walaupun
beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada
inangnya (wikipedia,2016).
KRUSTESEA diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Subfilum
: Crustacea
: Penaeidae
Genus
: Penaeus
Spesies
pendukung
untuk
melakukan
pemisahan.HPLC
dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat
ini, HPLC merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk
analisis bahan obat, baik dalam bulk atau dalam sediaan farmasetik.
Prinsip kerja HPLC adalah sebagai berikut: dengan bantuan pompa
fasa gerak cair dialirkan melalui kolom ke detector. Cuplikan dimasukkan
ke dalam aliran fasa gerak dengan cara penyuntikan. Di dalam kolom
terjadi pemisahan komponen-komponen campuran. Karena perbedaan
kekuatan interaksi antara solute-solut terhadap fasa diam. Solut-solut
yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom
lebih dulu. Sebaliknya, solut-solut yang kuat berinteraksi dengan fasa
diam maka solute-solut tersebut akan keluar kolom dideteksi oleh
detector kemudian direkam dalam bentuk kromatogram kromatografi.
Seperti pada kromatografi gas, jumlah peak menyatakan konsentrasi
komponen
dalam
campuran.
Computer
dapat
digunakan
untuk
Kromatografi Adsorbsi
fase
diam
kromatografi
ini
adalah
silika
yang
dimodifikasi secara kimiawi atau fase terikat. Sejauh ini yang digunakan
untuk memodifikasi silika adalah hidrokarbon-hidrokarbon non-polar
seperti dengan oktadesilsilana, oktasilana, atau dengan fenil. Fase diam
yang paling populer digunakan adalah oktadesilsilan (ODS atau C18) dan
kebanyakan pemisahannya adalah fase terbalik.
Sebagai fase gerak adalah campuran metanol atau asetonitril
dengan air atau dengan larutan bufer. Untuk solut yang bersifat asam
lemah atau basa lemah, peranan pH sangat krusial karena kalau pH fase
gerak tidak diatur maka solut akan mengalami ionisasi atau protonasi.
Terbentuknya spesies yang terionisasi ini menyebabkan ikatannya dengan
fase diam menjadi lebih lemah dibanding jika solut dalam bentuk spesies
yang tidak terionisasi karenanya spesies yang mengalami ionisasi akan
terelusi lebih cepat (Kealey, 2002).
3.
kation atau anion dengan suatu fase gerak. Ada banyak penukar ion yang
beredar di pasaran, meskipun demikian yang paling luas penggunaannya
adalah polistiren resin. Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan
dengan menggunakan media air karena sifat ionisasinya. Dalam beberapa
hal digunakan pelarut campuran misalnya air-alkohol dan juga pelarut
organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak
dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh pH fase
gerak. Kenaikan kadar garam dalam fase gerak menurunkan retensi solut.
Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing
dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin.
4.
5.
molekul
>
2000
dalton.
Fase diam yang digunakan dapat berupa silika atau polimer yang bersifat
porus sehingga solut dapat melewati porus (lewat diantara partikel), atau
berdifusi lewat fase diam. Molekul solut yang mempunyai BM yang jauh
lebih besar, akan terelusi terlebih dahulu, kemudian molekul-molekul yang
ukuran medium, dan terakhir adalah molekul yang jauh lebih kecil. Hal ini
disebabkan solut dengan BM yang besar tidak melewati porus, akan tetapi
lewat diantara partikel fase diam. Dengan demikian, dalam pemisahan
dengan eksklusi ukuran ini tidak terjadi interaksi kimia antara solut dan
fase diam seperti tipe kromatografi yang lain.
7.
Kromatografi Afinitas
muatan
(sebagaimana
dan
dalam
sterik
tertentu
interaksi
pada
antara
sampel
antigen
yang
dan
sesuai
antibodi).
1.
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut
kosong ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase
gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai
2 liter pelarut (Settle, 1997)
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan
resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan
pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk
fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi
meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase
terbalik (fase diam kurang polar daripada fase gerak), kemampuan elusi
menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.Fase gerak sebelum
digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikelpartikel kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam fase gerak juga harus
dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain
terutama di pompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis.
digunakan untuk
meningkatkan
terklorisasi
atau
menggunakan
pelarut-pelarut
jenis
alkohol.
Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase
terbalik (Meyer, 2004)
2.
Pompa
dengan
kecepatan
20
mL/menit.
sampel
4.
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom
mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam
untuk berlangsungnya proses pemisahan solut/analit.
Kolom mikrobor mempunyai 3 keuntungan yang utama dibanding dengan
kolom konvensional, yakni:
Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas
misal sampel klinis.
residu
gugus
silanol
(Si-OH).
Silika dapat dimodifikasi secara kimiawi dengan menggunakan reagenreagen seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus
silanol dan menggantinya dengan gugus-gugus fungsional yang lain.
Oktadesil silika (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak
digunakan
karena
mampu
memisahkan
senyawa-senyawa
dengan
kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil
yang lebih pendek lagi lebih sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika
aminopropil dan sianopropil (nitril) lebih cocok sebagai pengganti silika
yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak dimodifikasi akan memberikan
waktu retensi yang bervariasi disebabkan karena adanya kandungan air
yang digunakan.
5.
Detektor HPLC
2.
3.
4.
pelebaran pita.
5.
Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak
6.
Detector (HPLC-DAD)
HPLC- DAD merupakan salah satu metode kromatografi yang dapat
digunakan dalam uji konfirmasi(SCDAT, 2011). HPLC-DAD telah banyak
dimanfaatkan untuk uji konfirmasi (Lambert etal., 1997; Moffat et al.,
2005; Schonberg, 2008). Seperti telah disebutkan, fitur khusus dari
beberapa variabel detektor panjang gelombang UV adalah kemampuan
untuk melakukan scanning spektroskopi dan pembacaan absorbansi yang
tepat di berbagai panjang gelombang sementara puncak yang melewati
meskipun Flowcell tersebut. Array dioda menambahkan dimensi baru
kemampuan analitis untuk kromatografi cair karena memungkinkan
informasi kualitatif diperoleh di luar identifikasi sederhana pada waktu
retensi.
Ada dua keuntungan utama dari deteksi array dioda. Pada bagian
pertama, memungkinkan untuk panjang gelombang terbaik (s) yang akan
dipilih untuk analisis yang sebenarnya. Hal ini sangat penting ketika tidak
ada informasi yang tersedia pada absorptivities molar pada panjang
gelombang yang berbeda. Keuntungan utama kedua adalah terkait
dengan masalah kemurnian puncak. Seringkali, bentuk puncak itu sendiri
tidak mengungkapkan bahwa sebenarnya sesuai dengan dua (atau
bahkan lebih) komponen. Dalam kasus seperti itu, absorbansi penjatahan
pada
beberapa
memutuskan
panjang
apakah
gelombang
puncak
sangat
merupakan
bermanfaat
senyawa
tunggal
dalam
atau
panjang
gelombang
dan
rasio
dihitung
untuk
dua
panjang
memungkinkan
seseorang
untuk
menghitung
rasio
2.3 Ekstraksi
Ekstraksi
pengeluaran
merupakan
suatu
proses
komponen
pemisahan,
cairan/campuran
penarikan
dari
atau
campurannya.
terlarut dalam larutan dengan pelaurt air yang diekstraksi dengan pelarut
lain seperti eter, kloroform, karbondisulfida atau benzene.
-
kedua
lapisan,
setelah
ini
tercapai
lapisan
didiamkan
dan
Ekstraksi Cair-Cair
demikian,
proses
sebaliknya
juga
mungkin
seperti
garam-garam,
protein,
polimer,
resin
dan
lain-lain.
efesien
Merupakan
ekstraksi
yang
didasarkan
pada
sifat
dengan
semacam
perubahan
sifat
fisis,
misalnya
warna
sintetis
pemberian
merupakan
asam
sulfat
zat
warna
atau
asam
yang
dibuat
nitrat
yang
melalui
sering
terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun.
Sebelum mencapai produk akhir, pembuatan zat pewarna organik harus
melalui senyawa antara yang cukup berbahaya dan senyawa tersebut
sering tertinggal dalam produk akhir atau terbentuk senyawa-senyawa
baru yang berbahaya (cahyadi, 2010).
Pewarna sintetis mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan
pewarna alami, yaitu mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat,
lebih seragam, lebih stabil, dan biasanya lebih murah. Berdasarkan rumus
kimianya, zat warna sintetis dalam makanan menurut Joint FAO/WHO
Expert Commitee on Food Additives (JECFA) dapat digolongkan dalam
beberapa kelas yaitu : azo, triaril metana, quinolin, xantin dan indigoid.
Tabel
1.
Daftar
Bahan
Pewarna
yang
Dilarang
(Permenkes
Pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obatobatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak , pada sekitar
1-10 dari 10.000 orang, Tartrazine menimbulkan efek samping langsung
seperti urtikaria (ruam kulit). Rhinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit
lebam). Intoleransi ini lebih umum pada penderita asma atau orang yang
sensitive terhadap aspirin.
b)
Pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim,
ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk
sekelompok
kecil
individu,
konsumsi
pewarna
adiktif
ini
dapat
Pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan
minuman. Pewarna ini sudah banyak dilarang di banyak Negara.
e)
Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan
minuman energy. Zat ini sudah dilarang di banyak Negara karena
dianggap maningkatkan resiko hiperaktivitas dan serangan asma.
f)
Metanil Yellow
Pewarna makanan ini juga merupakan salah satu zat pewarna yang tidak
diizinkan untuk ditambahkan ke dalam bahan makanan. Metanil Yellow
digunakan sebagai pewarna untuk produk-produk tekstil (pakaian), cat
kayu, dan cat lukis (The Professional Gui_DE, 2014).
2.5 SONIKASI
Probe
ini
akan
bergerak
seiring
dengan
getaran
dan
untuk lebih mereaktifkan atom atom dan molekul dalam sistem. Pada
reaksi yang menggunakan bahan padat, ultrasonik ini berfungsi untuk
memecah padatan dari energi yang ditimbulkan akibat runtuhnya kavitasi.
Dampaknya ialah luas permukaan padatan lebih besar sehingga laju
reaksi meningkat (Suslick, 1989). Semakin lama waktu sonikasi, ukuran
partikel cenderung lebih homogen dan mengecil yang akhirnya menuju
ukuran nanopartikel yang stabil serta penggumpalan pun semakin
berkurang. Hal ini disebabkan karena gelombang kejut pada metode
sonikasi dapat memisahkan penggumpalan partikel (agglomeration) dan
terjadi
dispersi
sempurna
dengan
penambahan
surfaktan
sebagai
penstabil.
Daya ultrasonik meningkatkan perubahan kimia dan fisik dalam media
cair melalui generasi dan pecah dari gelembung kavitasi. Seperti
ultrasonik, gelombang suara disebarkan melalui serangkaian kompresi
dan penghalusan gelombang diinduksi dalam molekul medium yang
dilewatinya. Pada daya yang cukup tinggi siklus penghalusan dapat
melebihi kekuatan menarik dari molekul cairan dan kavitasi gelembung
akan terbentuk. Gelembung tersebut tumbuh dengan proses yang dikenal
sebagai difusi yang dikoreksi yaitu sejumlah kecil uap (atau gas) dari
media memasuki gelembung selama fase ekspansi dan tidak sepenuhnya
dikeluarkan selama kompresi. Gelembung berkembang selama periode
beberapa siklus untuk ukuran kesetimbangan untuk frekuensi tertentu
digunakan. Ini adalah fenomena gelembung ketika pecah dalam siklus
kompresi yang menghasilkan energi untuk efek kimia dan mekanik
(Gambar II). Pecahnya gelembung kavitasi merupakan fenomena luar
biasa yang disebabkan oleh kekuatan suara. Dalam sistem cair pada
frekuensi ultrasonik 20kHz setiap pecahnya gelembung kavitasi bertindak
sebagai lokal "hotspot" menghasilkan suhu sekitar 4.000 K dan tekanan
lebih dari 1000 atmosfer.
Gogate
berkaitan
dengan
reaksi
kimia,
kavitasi
dapat
adalah
metode
sedimentasi
untuk
memisahkan
dengan
cara
mengocoknya..
Terdapat
dua
macam
prinsip
sentrifugasi
diferensial
kecepatan
tinggi
berpendingin
untuk
perbedaan
densitasnya.
Sentrifugasi
sendiri
diartikan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 ALAT
1.Seperangkat alat KCKT/HPLC
2. Mikroprosesor pH meter (HACH, HQ 40d multifinance)
3. spektrofotometer UV-Visible (UV-1700 Pharma Spec)
4. Omnilab D-78224 thermostatic ultrasonik bath
5. ALC PK 131R (alat sentrifugasi)
6. disperser laboratorium IKA Ultra-Turrax
3.2 BAHAN
- larutan Amonia (25% w / v)
- larutan amonium asetat P97% P.A. ACS
- petroleum eter (40-60 C)
- n-heksana (>99%)
- metanol
- asetonitril (ACN)
- Pewarna makanan E 110 (sunset yellow),
- E122 (Azorubine)
- E123 (Amaranth),
- E 124 (Ponceau 4R),
- E 127 (Erythrosine),
- E 129 (Allura Red AC)
- E 128 (READ 2G)
- ultra pure water (aquabides)
- kertas saring ((Macherey-Nagel GF)
- poliamida
dari
pasar
Uni
Eropa,
Sebelum
dianalisis
sampel
Ekstraksi
pewarna
untuk
gr
sampel
dilakukan
dengan
Chromabond
PA,
6ml
500mg.
Setelah
itu
B. METODE PERCOBAAN
Dilakukan 3 metode ekstraksi yang berbeda, yaitu:
Cara
khusus
tahap
ekstraksi
dilakukan
dengan
pada
10mL
metanol
dengan
dilakukan
10
mL
dengan
aqubides,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian
ini
menjelaskan
tentang
pengembangan
dan
yang kompleks
Dari data diatas diuji degan 3 cara yang berbeda dengan pengaruh
percobaan yang berbeda untuk menentukan akurasi dan presisi deteksi.
Pengaruh percobaan dilakukan dalam matriks Crustasea, memanfaatkan
campuran empat pewarna yang berbeda (E 110, E 122, E 124 dan E 129)
di tiga tingkat fortifikasi (3, 7 dan 15 ppm). Pengaruh dari setiap
percobaan yang dilakukan dalam perbedaan perolehan
serta nilai-nilai
RSD. Dimana pada cara pertama diuji dengan didasarkan pada kondisi
standar (Cara Khas) cocok untuk analisis warna sintetis dalam pelarutr
yang larut dalam air (misalnya minuman ringan, selai atau gula). Namun,
ketika diuji dalam matriks makanan yang kompleks (yaitu krustasea) cara
ini mengakibatkan perolehan nilai yang buruk dari semua yang dipelajari,
umumnya di kisaran 20-40%, disertai dengan karakteristik presisi yang
buruk ( RSD berkisar antara 14% sampai 25%) .
Dengan demikian,diuji pengekstrakan dengan cara yang berbeda pada
cara alternatif (protocol alternatif). Cara Alternatif ini
mengakibatkan
karena
adanya
perbedaan
perlakuan
pada
tahap
dimana
perolehan niai (kisaran 50-60%) dan disertai dengan nilai RSD yang tinggi
yaitu 10 %.
Dimana dari tabel diatas, dapat dilihat perolehan nilai dari pewarna
sintesis Erythrosin (E 127) mencapai nilai setinggi 91 % pada kondisi suhu
(vakum evaporator 60oC). Hal ini dikarenakan dari setiap pewarna sintesis
memiliki perilaku khusus yang disebabkan oleh sensitivitas yang tinggi
terhadap kondisi suhu yang tinggi.
4.2 Masalah kandungan Protein Tinggi
dan E 124). Analisis ini menggunakan cara baru (new protocol) dengan 2
kali pengulangan agar hasil yang didapat menhasilkan
perolehan nilai
peningkatan
terlihat pada pewarna sintesis ini perolehan nilai dan RSD % nya lebih
baik dan signifikan setelah cara baru (new protocl dengan tahap defatting
( yaitu proses pemecahan lemak).
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Dengan metode ini analisis dari ketujuh pewarna makanan sintesis
sesuai untuk pelarut yang larut dalam air. Metode ini
tidak diperoleh
analisis yang akurat dan dapat diulang pada makanan yang kompleks
pada kandungan protein tinggi seperti produk ikan dan daging. Pada
penelitian ini yaitu dengan mengembangnkan dan mengoptimalkan cara
baru (new protocol) yang didedikasikan pada kandungan makanan dengan
protein tinggi atau kadar lemak tinggi. Metode ini divalidasi menggunakan
produk krustasea sehingga diperoleh nilai yang baik dan efisisen terhadap
perolehan dan RSD % . Selain itu, untuk menetukan pewarna makanan
sintesis yang dapat larut dalam air (E 110. E 122, E 123, E 124, E 127, E
128 dan E 129) pada konsentrasi yang sangat rendah ( < 1 ppm). Secara
Keseluruhan cara yang dilakukan pada metode ini sangat sederhana dan
relatif cepat untuk menetukan makanan dengan adanya analisis yang
menantang, Cara deteksi ini menunjukkan presisi dan akurasi yang tinggi
dan dapat memberikan dasar bagi pembangunan masa depan dengan
metode yang serupa pada produk makanan yang kompleks lainnnya
seperti produk daging.
5.2 SARAN
Perlu dikembangkan metode baru untuk mengekstrak pewarna
makanan dalam sampel.
Perlu dilakukan variasi untuk analisis HPLC dengan menggunakan
jenis kolom yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Wittenberg. p. 2, 89.
Hendra Adijuwana. 1989. Teknik pemisahan Dalam Analisis Biologis .
Bogor: IPB
https://id.wikipedia.org/wiki/Krustasea (diakses pada tanggal 5 april 2016)
http://www.sonochemistry.info/introdution.html/ (diakses pada tanggal 5
april 2016).
http://hplc.chem.shu.edu/NEW/HPLC_Book/Detectors/det_uvda.html
(dikases pada tanggal 5 april 2016)
Kealey, D and Haines, P.J. 2002. Instant Notes: Analytical Chemistry. New
York: BIOS Scientific Publishers Limited
Mason, T.J. 2014. Introduction to Sonochemistry.USA: New Jersey
Meyer, F.R. 2004. Practical High-Performance Liquid Chromatography, 4th
Ed. New York: John Wiley & Sons
Meyer, Veronica R. (2010). Practical High-Performance Liquid
Chromatography 5th ed.St.
pp 138-155.