Anda di halaman 1dari 19

BAB II

ISI
2.1 Jaringan pengangkut pada tanaman
2.1.1 Floem
Floem berfungsi mengangkut dan mengedarkan zat-zat makanan hasil
fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan. Floem tersusun atas selsel yang masih aktif atau hidup dan yang telah mati. Jaringan floem adalah
suatu jaringan dewasa yang kompleks. Pelaksanaan fungsi floem didukung
oleh sel-sel penyusunnya. Floem terdiri dari beberapa sel atau unsur yaitu
unsur-unsur kibral, sel pengantar, sel albumen, parenkim floem, dan seratserat floem. Unsur-unsur kibral atau tapis terdiri atas dua macam, yaitu sel-sel
tapis dan komponen buluh tapis. Sel-sel penyusun buluh tapis mempunyai
dinding melintang yang berfungsi sebagai sekat-sekat. Sekat-sekat ini
mempunyai pori-pori dan berfungsi sebagai tapisan atau saringan.

Parenkim floem merupakan jaringan parenkim yang terdapat di bagian


pembuluh tapis (floem). Pada bagian ini terdapat sel-sel pengantar dan sel-sel
albumen. Sel albumen merupakan sel jari-jari empulur dan sel-sel parenkim
pembuluh tapis. Sel-sel ini kaya akan zat putih telur. Jaringan parenkim pada
floem terdiri dari sel-sel yang masih hidup dan melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu. Parenkim floem berfungsi untuk menyimpan zat-zat tepung, lemak,
dan zat organik lainnya serta merupakan tempat akumulasi beberapa zat,
misalnya tanin dan resin.

Sel pengantar atau pengiring terdiri dari sel-sel masih hidup dan
bersifat meristematis. Fungsi sel-sel pengantar belum diketahui secara pasti.
Namun, diperkirakan bahwa sel pengantar berfungsi sebagai pembawa
hormon-hormon bagi penyembuhan luka dan menyalurkan zat-zat makanan
bagi sel-sel tapis. Serat-serat floem terdiri atas floem primer maupun
sekunder. Floem primer terbentuk dalam organ-organ tumbuhan yang masih
mengadakan pertumbuhan memanjang. Adapun serat-serat floem sekunder
terbentuk dari sel-sel kambium.
2.1.2 Xylem
Jaringan xilem adalah jaringan dewasa yang kompleks dan tersusun
dari berbagai macam sel. Pada umumnya, sel-sel penyusun xilem telah mati
dengan dinding sel yang tebal dan mengandung lignin. Xilem berfungsi
mengangkut air dan zat-zat mineral (hara) dari akar ke daun serta sebagai
jaringan penguat. Xilem terdiri atas beberapa unsur atau sel-sel yaitu unsur
trakeal (trakea dan trakeida), serat xilem, dan parenkim xilem.

Trakea merupakan bagian terpenting pada xilem tumbuhan bunga


(Anthophyta). Trakea tersusun atas tabung-tabung yang berdinding tebal
karena adanya lapisan selulosa sekunder dan diperkuat lignin sebagai bahan
pengikat. Lubang atau noktah yang terdapat di ujung-ujung sel trakea disebut
perforasi. Trakea hanya terdapat pada Angiospermae (tumbuhan berbiji
tertutup) dan tidak terdapat pada Gymnospermae (tumbuhan berbiji terbuka),
kecuali anggota Gnetaceae (golongan belinjo).
Trakeida mempunyai diameter lebih kecil dibandingkan trakea,
walaupun dinding selnya juga tebal dan berkayu. Rata-rata diameter trakeida

30 milimeter dan panjangnya beberapa milimeter. Trakeida terdapat pada


semua tumbuhan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Pada ujung sel trakeida
terdapat

lubang

seperti

saringan.

Pada

batang

anggota

tumbuhan

Dicotyledoneae, jika dilihat dari arah luar letak xilem berada pada bagian
dalam sesudah kambium. Sementara itu pada akar, xilem terletak di tengah
dan berbentuk menjari dikelilingi floem. Pada akar Monocotyledoneae, letak
xilem berdampingan dengan floem dan xilem di sebelah luar. Antara xilem
dan floem tidak dibatasi oleh kambium. Anda telah mengetahui struktur serta
fungsi xilem dan floem. Xilem dan floem tersusun atas unsur-unsur
yangberbeda-beda.
2.2 Mekanisme Pengangkutan Air dari Akar ke Daun
Proses pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah oleh tumbuhan
berawal dari air di dalam tanah diserap oleh rambut akar. Air dan mineral dari
tanah memasuki tumbuhan melalui epidermis akar, melintasi korteks akar, dan
masuk ke dalam stele. Dari stele air dan mineral mineral terlarut di dalam xilem
(Champbell, 2008). Air mengalir karena ada perbedaan kepekatan (konsentrasi)
cairan di antara sel. Pemasukan air ke dalam akar sebagai gerakan horisontal,
maka bagian bagian akar yang dilewatinya adalah bulu akar, sel sel korteks,
sel sel endodermis, sel sel perisikel, dan akhirnya air itu sampai pada
pembuluh kayu (xilem) (Dwidjoseputro, 1994). Air tanah mempunyai kepekatan
larutan yang lebih encer dibandingkan dengan cairan sel sehingga air tanah dapat
masuk ke rambut akar. Air yang masuk ini mengakibatkan sel tumbuhan
mengembang. Air didorong keluar dari satu sel ke sel berikutnya sampai ke
pembuluh kayu. Selanjutnya, air diangkut oleh pembuluh kayu melalui batang
sampai ke daun. Naiknya air ke daun dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
tekanan akar, kapilaritas batang, dan daya isap daun.
Pada tumbuhan tingkat tinggi terdapat dua macam cara pengangkutan air
dan garam mineral yang diperoleh dari tanah yaitu secara ekstravaskuler dan
intravaskuler.

1. Ekstravaskuler
Transportasi ektravaskuler merupakan pengangkutan air dan garam
mineral di luar berkas pembuluh pengangkut. Pengangkutan ini berjalan dari
sel ke sel dan biasanya dengan arah horizontal. Pengangkutan air dimulai dari
epidermis bulu-bulu akar, kemudian masuk ke lapisan korteks, lalu ke
endodermis dan sampai ke berkas pembuluh angkut. Pengangkutan
ekstravaskluler dibedakan :
transportasi/ lintasan apoplas : menyusupnya air tanah secara bebas atau
transpor pasif melalui semua bagian tak hidup dari tumbuhan seperti
dinding sel dan ruang antar sel. Air melalui jalur ini tidak dapat sampai ke
xylem karena terhalang oleh bagian endodermis yang memiliki penebalan
dinding sel yang disebut pita kaspari. Untuk menembus halangan ini, air
harus dipompa agar dapat melalui sel-sel endodermis. Pergerakan air
tersebut akhirnya menjadi jalur simplas karena melalui sel-sel peresap (sel

sel penerus).
transportasi/ lintasan simplas : bergeraknya air dan garam mineral
menembus bagian hidup dari sel tumbuhan seperti sitoplasma dan vakoula
melalui plasmodesma. Pada jalur simplas, air dapat mencapai xylem
bahkan silinder pusat.

2. Intravaskuler
Pengangkutan

intravaskuler

berbeda

dengan

pengangkutan ekstravaskuler. Istilah intravaskuler berasal dari kata intra


yang berarti

dalam,

dan

vaskuler

yang

berarti

pembuluh.

Pengangkutan intravaskuler adalah pengangkutan air dan zat terlarut yang


terjadi dalam

berkas

pembuluh

xilem

dan

floem

secara

vertikal.

Vertikal maksudnya adalah pengangkutan air dan zat terlarut oleh xilem
dari menuju daun oleh xilem. Sebaliknya, pengangkutan zat makanan diangkut
dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan dilakukan oleh floem.
Pengangkutan air dan zat terlarut pada tumbuhan

diawali

dengan penyerapan zat melalui rambut akar. Kemudian zat tersebut


mengalir menuju epidermis. Dari epidermis, air dan zat terlarut mengalir
menuju korteks dan diteruskan ke sel-sel endodermis. Berikutnya, air dan
zat terlarut masuk ke berkas pembuluh xilem akar. Selanjutnya, air dan

zat terlarut diteruskan menuju xilem batang hingga xilem daun. Di dalam xilem
daun, zat-zat yang berguna masuk ke parenkim mesofil daun sebagai bahan
proses fotosintesis.
Air bergerak secara vertikal melalui pembuluh xylem melawan
gravitasi. Beberapa teori yang menjelaskan kenaikan air dari akar ke daun
yaitu:

Teori vital
Di dalam tubuh tanaman, maka xylem merupakan pipa-pipa yang
satu sama lain berhubung-hubungan, meskipun tidak selalu secara
langsung. Di dalam pipa-pipa kapiler itu air naik dari akar ke ujung
batang menentang gaya berat dan disamping itu harus pula mengatasi
gesekan dari dinding pipa. Teori vital mengatakan bahwa, perjalan air
semacam itu hanya dapat terlaksana karena pertolongan sel-sel hidup, di
dalam hal ini ialah sel-sel parenkim kayu dan sel-sel jari-jari empulur

yang ada disekitar silem (Dwijoseputro, 1990).


Tekanan akar

Tekanan akar yaitu tekanan yang terjadi di xylem sebagai hasil


proses aktif. Tekanan akar dopengaruhi oleh faktor-faktor yang

mempengaruhi respirasi (Mudakir, 2004).


Hukum kapilaritas
Kapilaritas merupakan interaksi antara permukaan singgung dari
suatu bahan cair dan bahan padat sehingga permukaan zat tersebut
berubah bentuk dari datar menjadi agak mengerut. Kapilaritas
menyebabkan naiknya cairan kedalam tabung yang sempit yang terjadi
karena zat cair tersebut membasahi dinding tabung (dengan daya adhesi)
lalu tertarik ke atas (Salisbury, 1995). Pembuluh xylem dapat dipandang
sebagai pembuluh kapiler sehingga air naik didalamnya sebagai akibat
dari gaya adhesi antara dinding xylem dengan molekul air (Tim Pembina

Fisiologi Tumbuhan, 2013:14).


Teori kohesi
Molekul air letaknya berderet-deret mulai dari dalam tanah
(system perakaran) sampai daun, jika molekul air dalam daun meloncat
keluar karena transpirasi maka tempat yang kosong tersebut segera diisi
oleh molekul air disampingnya. Demikian seterusnya hingga molekul air
yang tepat diluar bulu akar mendapat kesempatan untuk masuk ke dalam
sel akar (Tim Pembina Fisiologi Tumbuhan, 2013:14).
Ada tiga unsur dalam teori kohesi untuk menjelaskan naiknya
cairan : daya penggerak, hidrasi (adesi), dan kohesi air. Daya penggerak
adalah gradient potensial air yang makin menurun (makin negatif) dari
tanah melalui tumbuhan ke atmosfer. Daya hidrasi antara molekul air dan
dinding sel disebabkan oleh adanya ikatan hydrogen, dinamakan adesi
yakni daya tarik antar molekul yang tidak sejenis. Kohesi yang
merupakan daya tarik antar molekul sejenis adalah kuncinya. Inilah daya
tarik (jiga akibat adanya ikatan hydrogen) antar molekul air di dalam
lintasan tersebut. Dalam lingkungan khusus itu daya kohesi demikian
tinggi (air mempunyai daya pegang yang besar), sehingga bila air tertarik
oleh osmosis dan penguapan dari titik tertentu di dinding sel pada puncak
pohon yang tinggi tarikan itu berlanjut di sepanjang jalur ke bawah,
melalui batang dan akar sampai ke tanah (Salisbury, 1995).

Kemampuan tanah menahan air secara maksimal disebut kapasitas


lapang, sedang kandungan air tanah minimal yang masih dapat diserap
akar disebut titik layu sementara. Air tanah adalah suatu larutan, karena
didalamnya terlarut berbagai macam garam (ion atau molekul) dan gas.
Tergantung kepada berapa banyak bahan terlarut didalamnya, akar
ditentukan konsentrasinya. Semakin tinggi konsentrasinya, semakin
rendah potensial airnya. Adanya perbedaan tersebut terjadilah proses difusi
(Mudakir, 2004).
2.3 Mekanisme Transpor Zat
2.3.1 Transpor Pasif

Difusi
Menurut Campbell (2011), difusi dibagi menjadi dua jenis yaitu ada difusi
sederhana dan difusi fasilitasi. Difusi sederhana adalah perpindahan
molekul-molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah baik
melalui membrane plasma ataupun tidak, sedangkan pada difusi fasilitasi
mekanisme pengangkutan hampir sama dengan difusi sederhana, hanya
proses pengangkutannya dibantu oleh adanya protein pembawa sebagai
zat karier atau ion tertentu atau memanfaatkan zat penyusun membran sel.
Molekul dan ion yang terlarut dalam air bergerak secara acak dengan
konstan. Gerakan ini mendorong terjadinya difusi. Sebagai contoh, bahan

dasar untuk sintesa pada tanaman adalah unsur-unsur anorganik yang


diserap oleh akar dan gula yang dibentuk dari karbondioksida dan air
dalam proses fotosintesis. Dengan demikian metabolisme pada organisme
multiseluler juga mencakup masalah penyerapan air serta senyawasenyawa anorganik dari dalam tanah serta transport nutrien ke tempat
sintesa (Campbell, 2002).

Osmosis
Osmosis merupakan perpindahan molekul air dari daerah yang memiliki
konsentrasi zat terlarut rendah menuju daerang yang memiliki konsentrasi
zat terlarut lebih tinggi melalui membrane semi permeabel , sampai zat
terlarut di kedua sisi membrane adalah sama (Campbell, 2011). Pada
tanaman proses osmosis sangat diperlukan untuk penyerapan air dan
unsur hara oleh rambut akar. Osmosis sendiri sangat diperlukan untuk
tercapainya proses kesetimbangan. Akan tetapi proses ini juga bisa
dihambat melalui rekayasa buatan dengan meningkatkan tekanan pada
bagian konsentrasi pekat melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih
encer. Osmosis juga dapat dibalik atau reverse dengan cara memberikan
tekanan pada bagian larutan konsentrasi tinggi melebihi tekanan pada
bagian larutan konsentrasi rendah. Proses perpindahan larutan terjadi
melalui sebuah membrane yang semi permeable dan tekanan yang
diberikan adalah tekanan hidrostatik (Shun Dar Lin, 2001).

2.3.2 Transpor Aktif

Endositosis
Endositosis adalah peristiwa memasukkan zat padat atau tetes cairan ke
dalam sel melalui membrane dimana ketika melewatinya zat akan
dibungkus oleh vesikel. Pemasukkan zat padat ke dalam sel melalui
membrane disebut fagositosis, sementara proses pemasukan cairan disebut
pinositosis. Menurut Diah (2004), pada endositosis membran plasma
mengelilingi makromolekul di luar sel kemudian melipat, membentuk
vesikel yang nantinya akan masuk secara bersamaan dengan suatu
makromolekul. Endositosis sendiri merupakan mekanisme yang dilakukan
lisosom pada sel hewan untuk mengontrol pencernaan intraseluler,
mekanisme ini juga dilakukan oleh organel vakuola pada tanaman.

Eksositosis
Eksositosis merupakan peristiwa pengeluaran materi dari dalam ke luar
sel. Pengeluaran materi secara eksositosis dapat dilakukan dengan cara
pembentukan vesikel atau kantung yang menyelubungi materi tersebut.
Selanjutnya, vesikel bergerak ke arah membran plasma yang berfusi
dengan membran tersebut sehingga materi di dalamnya dibebaskan ke luar
sel (Bagod & Siti, 2007). Contoh eksositosis adalah adalah pengeluaran
bahan-bahan untuk membangun dinding sel.

Pompa Ion
Pompa ion adalah traspor ion melalui membrane plasma yang melawan
gradient konsentrasi . Semua sel memiliki perbedaan potensial listrik
antara sitoplasma dan lingkungan sekitarnya, yang disebut potensial
membrane (Diah, 2004). Pada tumbuhan sendiri pompa ion diperlukan
untuk pemasukan ion-ion dari tanah ke dalam akar yang dipengaruhi oleh
suatu hal yang disebut antagonisme ion. Artinya adalah pemasukan suatu
ion akan mempengaruhi bahkan terkadang menentang pemasukan ion-ion
lain ke dalam sel. Misalnya konsentrasi ion Na+ yang lebih tinggi daripada
ion K+atau Ca2+ akan menghambat peresapan kedua ion tersebut. Ion-ion
dari larutan tanah harus memiliki konsentrasi yang lebih tinggi supaya
dapat masuk ke dalam sel. Untuk mengatasi permasalahan tersebut ion-ion
di dalam tanah membutuhkan suatu energi. Energi ion-ion tanah ini
diperoleh dari proses respirasi akar.

2.4 Translokasi Karbohidrat

Proses pengangkutan bahan makanan dalam tumbuhan dikenal dengan


translokasi. Translokasi merupakan pemindahan hasil fotosintesis dari daun atau
organ tempat penyimpanannya ke bagian lain tumbuhan yang memerlukannya.
Jaringan pembuluh yang bertugas mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh
bagian tumbuhan adalah floem (pembuluh tapis).
Pada prinsipnya floem merupakan jaringan parenkim. Floem tersusun atas
beberapa tipe sel yang berbeda yaitu pembuluh tapis, sel pengiring, parenkim,
serabut, dan sklerenkim. Floem merupakan bagian dari kulit kayu. Unsur
penyusun pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu: sel tapis (sieve plate)
berupa sel tunggal dan bentuknya memanjang dan buluh tapis (sieve tubes) yang
serupa pipa. Dengan bentuk seperti ini pembuluh tapis dapat menyalurkan gula,
asam amino serta hasil fotosintesis lainnya dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
Pada tumbuhan tertentu terdapat serabut floem atau serat yang mengandung
lignin. Serabut-serabut ini dapat digunakan sebagai tali dan tekstil, misalnya rami
(Boehmeria nivea), linen (Linum usitatissimum), dan jute (Corchorus capsularis).
Dalam floem terjadi translokasi fotosintat. Translokasi adalah perpindahan bahan
terlarut yang dapat terjadi di seluruh bagian tumbuhan.
Zat terlarut yang paling banyak dalam getah floem adalah gula, terutama
sukrosa. Selain itu, di dalam getah floem juga mengandung mineral, asam
amino,dan hormon, berbeda dengan pengangkutan pada pembuluh xilem yang
berjalan satu arah dari akar ke daun, pengangkutan pada pembuluh floem dapat
berlangsung kesegala arah, yaitu dari sumber gula (tempat penyimpanan hasil
fotosintesis) ke organ lain tumbuhan yang memerlukannya. Satu pembuluh tapis
dalam sebuah berkas pembuluh bisa membawa cairan floem dalam satu arah
sementara cairan didalam pipa lain dalam berkas yang sama dapat mengalir
dengan arah yang berlainan. Untuk masing masing pembuluh tapis, arah
transport hanya bergantung pada lokasi sumber gula dan tempat penyimpanan
makanan yang dihubungkan oleh pipa tersebut.
Fotosintat sebagai hasil fotosintesis akan ditranslokasikan ke bagian tanaman
yang membutuhkan selama pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Pola
distribusi akan berbeda saat fase vegetatif dan fase generatif. Kemampuan sumber

(source) untuk memproduksi fotosintat dan kemampuan pengguna (sink) untuk


menampung fotosintat sangat menentukan produksi dari suatu tanaman. Distribusi
fotosintat ke bagian yang bernilai ekonomi (bagian yang dipanen) memberikan
peluang untuk memperoleh hasil yang lebih tinggi. Eagli (1999) menyatakan
bahwa potensi hasil (potensial yield) tanaman sangat ditentukan oleh kemampuan
suatu tanaman mendistribusikan dan mengakumulasikan fotosintat ke bagian yang
akan dipanen. Dapat saja terjadi bahwa biological yield secara umum lebih besar,
akan tetapi distribusi dan akumulasi fotosintat ke bagian yang dipanen lebih
rendah sehingga hasil yang diperoleh juga tetap rendah. Pola distribusi fotosintat
dari suatu tanaman akan berbeda akibat perbedaan jenis tanaman, perbedaan
kultivar dan bahkan perbedaan fase pertumbuhan.
Mekanisme dan pola translokasi. Sejak lama para ahli fisiologi tumbuhan
bermaksud mengukur langsung translokasi dalam system pengangkutan dengan
cara mengikuti pergerakan bahan bertanda. Mula mula menggunakan zat
warna : fluoresein bergerak dengan mudah dalam sel floem dan masih digunakan
sebagai perunut yang efektif. Virus dan herbisida juga pernah digunakan.
Penggunakan fosfor, belerang, klorin, kalsium, stronsium, rubidium, kalium,
hydrogen dalam kajian ini, namun hingga saat ini nuklida radioaktif yang paling
penting.
Model E. Munch di Jerman pada tahun 1926 adalah model pengangkutan
floem yang dianut sampai sekarang. Konsepnya yaitu model aliran tekanan.
Menggunakan dua osmometer. Osmometer yang dilakukan di laboratorium
direndam dalam larutan. Osmometer pertama berisi larutan yang lebih pekat
daripada larutan sekitar, osmometer kedua berisi larutan kurang pekat dari
osmometer pertama dan harus lebih pekat dari medium sekelilingnya. Osmometer
pertama dialokasikan dengan daun (sebagai sumber); sedangkan osmometer kedua
dialokasikan dengan organ-organ penerima (sebagai limbung, misal buah, jaringan
meristem, dan akar). Perbedaan antara model osmometer dengan pengangkutan
floem yang sesungguhnya terletak pada sumber dan lingbungnya. Pada daun,
bahan terlarut yang telah terangkut segera ditambahkan kembali dari hasil
fotosintesis (phloem loading); dan bahan terlarut yang telah sampai ke limbung
akan dikeluarkan dari pembuluh floem (phloem unloading). Dimanfaatkan untuk

Siti Fatonah- Bahan Ajar Fisiologi


Tumbuhan 2014

21

pertumbuhan atau ditimbun di organ penampung, misalnya dalam bentuk pati atau
lemak. Larutan perendam pada osmometer setara dengan bagian apoplas tanaman,
yakni dinding sel dan pembuluh xylem.

2.4.1 Sel Pengiring


Peran sel pengiring adalah untuk transpor asimilat dari sel penghasil ke
unsur tapis pada tulang daun minor, fungsi metabolik penting: sintesis protein
dan adanya mitokondria untuk suplai energi (ATP) ke unsur tapis. Sel
pengiring memiliki tiga tipe, diantaranya:
1. Ordinary companion cell adalah dinding sel dengan permukaan dalam
halus
2. Transfer cell adalah dinding sel yang jauh dari unsur tapis terjadi
ingrowth: meningkatkan potensi transfer solute melalui membrane
3. Intermediary cel adalah pengambilan salute melalui hubungan
sitoplasma, banyak plasmodesmata-bundle sheath cell

Siti Fatonah- Bahan Ajar Fisiologi


Tumbuhan 2014

21

Siti Fatonah- Bahan Ajar Fisiologi

2.4.2 Pembagian Hasil Fotosintesis (Asimilat)


Pembagian hasil fotosintesis pada setiap tanaman berbeda-beda. Pada
umumnya bagian tanaman yang mendapatkan asimilat cukup banyak yaitu pada
jaringan yang aktif membelah atau jaringan meristem kemudian pada bagian
tanaman yang digunakan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Menurut
Wardlaw (1991) pada awal pertumbuhan vegetatif daun muda dan akar
merupakan sink utama dimana pada sebagian tanaman, tajuk lebih mendominasi
akar dalam memperoleh asimilat. Pada fase reproduktif pertumbuhan dan
perkembangan buah dan biji mendominasi pertumbuhan tajuk. Selain itu distribusi
atau partisi asimilat dikendalikan berbagai proses mulai dari transpor sel ke sel,
transfer antara xilem dan floem, loading dan unloading dalam jaringan pembuluh,

translokasi longdistance dalam floem, hubungan jaringan pembuluh antara source


dan sink (Hendrix 2000).
Umumnya jenis karbohidrat yang ditranslokasikan dalam jaringan
pembuluh adalahjenis gula non-reduksi karena substrat ini tidak sereaktif gula
reduksi/pereduksi. Gula reduksi/pereduksi merupakan gula dengan gugus keton
atau

aldehid.

Sukrosa

adalah

jenis

gula

nonreduksi

yang

umumnya

ditranslokasikan dalam tanaman. Beberapa tanaman ada yang mentranslokasikan


raffinosa, stachyosa, verbascosa, manitol dan sorbitol (Taiz dan Zeiger 2002).

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Translokasi Karbohidrat


1. intensitas cahaya
Dari jurnal PARTISI FOTOSINTAT BEBERAPA KULTIVAR KEDELAI
(Glicine max. (L) Merr.) PADA ULTISOL oleh Sarawa dan Abdu Rahman Baco
dikemukan dari hasil penelitian yang diperoleh bahwa kultivar (V2) yang
memberikan partisi fotosintat tertinggi ke daun akan berpotensi untuk
memberikan hasil yang tinggi karena daun merupakan penerima utama cahaya
untuk proses fotosintesis. Menurut Nizhizawa, et al. (2009) bahwa intensitas
cahaya merupakan factor utama yang mempengaruhi translokasi fotosintat di daun
tanaman.
2. transpirasi
Dari jurnal RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH
(Allium ascalonicum L.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK NPK DAN
Tithonia diversifolia oleh Koko E. G., Ratna R. L., dan Chairani H. dikemukan
bahwa kelembaban udara meningkat, pada kondisi ini melaju transpirasi tanaman
menurun yang mengakibatkan laju absorbsi dan translokasi tanaman ikut menurun
sehingga pemberian unsur hara tidak dapat dipakai tanaman secara maksimal.
Menurut Karamoy (2009) bahwa translokasi hara erat hubungannya dengan
transpirasi. Translokasi akan berjalan cepat bila transpirasi besar.
3. air

Menurut Griffin et al (2004) bahwa ketersediaan air dalam jaringan tanaman


berfungsi untuk proses fotosintesis, pembelahan sel, dan media translokasi hara
dan fotosintat.
4. temperature
Menurut

Dwijoseputro

(1978)

bahwa

temperature

yang

rendah

dapat

mempercepat pengubahan amilum menjadi gula hasil fotosintesis dan juga


translokasinya ke akar terhambat.
5. kelembaban
Dalam jurnal KAJIAN PEMULSAAN DALAM MEMPENGARUHI SUHU
TANAH, SIFAT TANAH, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM
(Pogostemon cablin Benth) dikemukan mulsa yang diberikan dapat meningkatkan
kelembaban tanah, menurunkan suhu tanah dan mengurangi jumlah pemberian air.
Hal ini didukung oleh pernyataan Damaiyanti, et al .,(2013); Raihan, et al., (2001)
bahwa pemberian mulsa organic dapat menstabilkan suhu, menjaga kelembaban
dan ketersediaan air tanah yang digunakan untuk translokasi unsur hara dari akar
ke daun
6. suhu
Dalam jurnal KAJIAN PEMULSAAN DALAM MEMPENGARUHI SUHU
TANAH, SIFAT TANAH, DAN PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM
(Pogostemon cablin Benth) dikemukan mulsa yang diberikan dapat meningkatkan
kelembaban tanah, menurunkan suhu tanah dan mengurangi jumlah pemberian air.
Hal ini didukung oleh pernyataan Damaiyanti, et al .,(2013); Raihan, et al., (2001)
bahwa pemberian mulsa organic dapat menstabilkan suhu, menjaga kelembaban
dan ketersediaan air tanah yang digunakan untuk translokasi unsur hara dari akar
ke daun

Dwidjoseputro, D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.


Gardner, F.P., R. E. Pearce., & R. I. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Jakarta: UI press.
Salisbury&Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Bandung: ITB.
Mudakir, Imam. 2006. Fisiologi Tanaman. Jember : Universitas Jember Press.
Tim Pembina Fisiologi Tanaman. 2013. Petunjuk Praktikum Fisiologi
Tumbuhan. Jember: Universitas Jember Press.
Aryulina, Diah., dkk. 2004. Biologi 2. Erlangga, Jakarta

Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa lestari,
R. et al. safitri, A., Simarmata, L., Hardani, H.W. (eds). Erlangga,
Jakarta.

Campbell, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G.

2011. Biology. Benjamin

Cummings/pearson, 2011.
Lin, Shun Dar and C.C.Lee. 2001. Water and Wastewater Calculations Manual.
New York: McGraw-Hillm Professional.
Sudjadi, B., Siti, L. 2007. Biologi: Sains dalam Kehidupan. Yudhistira. Surabaya
Dwijoseputro, D. 1978. Pnegantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia: Jakarta.
Griffin, J.J., T.G. Ranney, D. M. Pharr. 2004. Heat and drought influence
photosynthesis, water relation, and soluble carbohydrates of two
ecotypes of redbud (Cercis Canadensis). J. Hort. Sci. 129:497-502.
Karamoy, L. 2009. Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai (Glicine max L.
Merril). Soil Envirinment 7 (1):65-68.
Ginting, K. E., dkk. 2013. RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
BAWANG

MERAH

(Allium

ascalonicum

L.)

TERHADAP

PEMBERIAN PUPUK NPK DAN Tithonia diversifolia. Fakultas


Pertanian USU: Medan.
Sarawa dan Abdu R. B. 2014. PARTISI FOTOSINTAT BEBERAPA KULTIVAR
KEDELAI (Glicine max. (L) Merr.) PADA ULTISOL. Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo: Kendari.
Nizhizawa,T., Shishido Y., Murakami H. 2009. Effect of temporary changes in
light intensity on carbon transport, partitioning, and respiratory loss in
young tomato seedlings raised under different light intensities. Physiol.
Plantarum 136:351-357.
Damaiyanti D. R. D., Aini N dan Koesriharti. 2013. Kajian penggunaan mulsa
organic

pada

pertumbuhan

dan

hasil

(Capsicumannum L). J. Prod Tanaman 1 (2).

tanaman

cabai

besar

Raihan, H., Suadi dan Nurtirtayani. 2001. Pengaruh pemberian bahan organic
terhadap N dan P tersedia tanah serta hasil beberapa varietas jagung di
lahan pasang surut sulfat masam. Agrivita 23 (1):13-19.
Nasruddin

dan

Hamidah

MEMPENGARUHI

H.

2015.
SUHU

KAJIAN

PEMULSAAN

TANAH,

SIFAT

DALAM

TANAH,

DAN

PERTUMBUHAN TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth).


Fakultas Pertanian USU: Medan.

Anda mungkin juga menyukai