Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang


Setiap hari tumbuhan membutuhkan berbagai zat penting untuk melakukan proses
metabolisme dalam tubuhnya. Adapun zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan antara lain air,
garam mineral, oksigen, dan karbon dioksida yang bisa diperoleh dari luar tubuh tumbuhan.
Melalui daun, tumbuhan dapat memperoleh oksigen dan karbon dioksida. Sedangkan melalui
ujung akar dan buluh-buluh akar, air dan garam mineral dapat diangkut tumbuhan ke dalam
tubuhnya. Untuk mengangkut air dan garam mineral, tumbuhan memerlukan suatu proses
pengangkutan. Proses pengangkutan air dan zat nutrisi tanaman dari akar ke seluruh bagian
tubuh tumbuhan disebut transportasi. Pada tumbuhan tingkat tinggi, proses pengangkutan
dilakukan oleh pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan floem (Salisbury dan Ross,
1995).
Air merupakan salah satu factor penentu bagi keberlangsungan hidup tumbuhan.
Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada
kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air
oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari
tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari
tubuh tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan dinamakan
transpirasi. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara
luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan
bahkan akar (Bidwell, 1979).
Sistem transportasi sangat berkaitan erat dengan sistem transpirasi pada tumbuhan.
kelebihan air pada tumbuhan akan dikeluarkan melakui proses transpirasi. Proses transpirasi
ini juga dapat mendorong transportasi air serta mineral dari tanah menuju pembuluh xylem
karena adanya perbedaan gradien. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai mekanisme transportas dan transpirasi pada tumbuhan.
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mekanisme transportasi air dan mineral pada tumbuhan?
2. Bagaimana mekanisme transpirasi pada tumbuhan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mekanisme transportasi air dan mineral pada tumbuhan
2. Untuk mengetahui mekanisme transpirasi pada tumbuhan.

1.4 Manfaat
Memberikan pemahaman mengenai mekanisme transportasi serta transpirasi pada
tanaman.
2.1 Akar Tumbuhan
Akar merupakan organ tumbuhan yang berfungsi untuk mineral dan air serta
menyimpan karbohidrat dan cadangan makanan lainnya. Berdasarkan asalnya, akar
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu akar primer dan akar sekunder. Akar primer yang
berasal dari benih embrio merupakan akar pertama (organ pertama) yang muncul dari
perkecambahan biji. Akar primer kemudian akan bercabang membantuk akar lateral yang
dapat meningkatkan kemampuan sistem akar untuk menancaplan tumbuhan dan memperoleh
sumber daya seperti air serta mineral dari dalam tanah (Reccee et al., 2016).
Susunan jaringan primer pada akar berturut-turut dari dari luar kedalam adalah
epidermis (sistem jaringan dermal), korteks (sistem jaringan dasar), dan silinder
pembuluh (sistem jaringan pembuluh). Struktur lain yang juga termasuk kedalam
jaringan primer akar adalah tudung akar (Nuryani, 2017).
 Tudung Akar. Tudung akar terdapat pada ujung akar, berfungsi melindungi
meristem akar dari keruakan dan membantu penetrasi akar ke dalam tanah. Sel-sel
tudung akar sering berisi amilum. Sel-sel ini tidak mempunyai susunan yang khusus
atau tersusun dalam deret random. Sel tersebut adalah kolumela. Tudung akar mengatur
geotropi akar
 Epidermis. Epidermis merupakan lapisan terluar akar, sel-selnya tersusun rapat
tanpa ruang antar sel. Pada kebanyakan akar, epidermis berdinding tipis. Rambut-
rambut akar berkembang dan membentuk sel-sel epidermis yang khusus, dan sel
tesebut mempunyai ukuran yang berbeda dengan sel epidermis, dinamakan
trikoblas. Trikoblas berasal dari pembelahan protoderm. Epidermis akar yang berfungsi
untuk penyerapan serta bulu-bulu akar mempunyai kutikula yang tipis.
 Kortex. Pada kebanyakan akar korteks terdiri atas sel-sel parenkimatis. Selama
perkembangannya, ukuran sel-sel korteks yang mengalami diferensiasi bertambah,
sebelum terjadi vakuolisasi dalam sel tersebut. Pada beberapa akar beberapa tumbuhan
air, sel-sel korteks tersusun teratur. Banyak dijumpai ruang-ruang udara, dan parenkim ini
disebut aerenkim. Sel-sel korteks sering mengandung tepung, kadang-kadang kristal.
Dibawah epidermis sering terdapat selapis/dua lapis sel berdinding tebal disebut
hipodermis atau eksodermis
 Endodermis. Lapisan terdalam dari korteks akar terdiferensiasi menjadi
endodermis. Endodermis terdiri dan selapis sel. Pada sel endodermis yang muda
dijumpai adanya penebalan dinding suberin yang berbentuk pita, mengelilingi
dinding sel, disebut pita Caspary. Pada akar yang tidak mengalami pertumbuhan
menebal sekunder, lamela suberin biasanya terbentuk di seluruh dinding bagian dalam sel
endodermis. Penebalan selulosa sering terjadi. Penebalan lignin terjadi pada dinding
tangensial dan radial bagian dalam. Penbebalan dinding biasanya dimulai dari bagian sel
yang berdekatan dengan floem. Penebalan dinding endodermis ini mula-mula sebagai titik
disebut titik Caspary, kemudian menjadi bentuk pita akhirnya berbentuk seperti huruf U.

(a) (b)
Gambar 2.1 Stuktur Akar Tumbuhan, (a) Bagian-bagian akar, (b) Stuktur anatomi akar.
Lateral root : dihasilkkan pd bag. Pinggir silinder pusat
Taproot (akar tunggang) : akar pokok yg berasal dri lembaga yg biaanya tumbuh menghujam
ke dlm tanah. Terdpt di tumbhan dikotil, sebagai penyanggah batah agar tdk mudah roboh.
Root hairs (rambut akar) : bag akar yg memiliki fungsi penting dlm proses penyerapan hara
dan air tanah.
Root apex with apical meristem : yang berada di ujung batang dan akar dan aktif melkaukan
pembelahan
Perisikel : lapisan terluar dri stele yg berperan dlm pertumbhn sekunder dan prtumbuhan akar ke
smping dn di dlm perisikel trdpat floem dn xilem
Kambium vaskuler : kambium yg trdapat di dlm berkas pengangkut (di antara floem dn xilem).
Fungsi : ke arah luar membentuk floem sekunder dan ke arah dlm membentuk xilem sekunder.
2.2 Jaringan Pengankut pada Tumbuhan
Jaringan pengangkut (vascular tissue) disebut juga pembuluh merupakan jaringan yang
memiliki fungsi utama sebagai saluran transportasi zat hara, air dan hasil fotosintesis yang
diperlukan dalam proses vital tumbuhan Jaringan ini hanya terdapat pada tumbuhan tingkat
tinggi. Sel-sel jaringan pengangkut berbentuk seperti pipa sehingga jaringan ini disebut juga
sebagai jaringan pembuluh. Berdasarkan fungsinya, jaringan pengangkut pada tumbuhan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu xilem (pembuluh kayu) dan floem (pembukuh tapis/pembuluh
kulit kayu) yang keduanya berdampingan membentuk ikatan berkas pembuluh (Aprillia dan
Purwani, 2013).
Penyusun utama xilem adalah trakeid dan trakea sebagai saluran transport dan
penyokong. Xilem juga dapat mempnyai serabut sklerenkim sebagai jaringan penguat, serta
sel-sel parenkim yang hidup dan berfungsi dalam berbagai kegiatan metabolism. Trakeid
terdiri atas sel yang agak memanjang, dalam irisan melintang, terlihat persegi dengan dinding
ujung yang meruncing, sel-selnya akan mati setelah dewasa, dan hanya sel yang berlignin yang
tetap tinggal. Air dapat bergerak secara lateral diantara dinding selnya karena adanya pit, yaitu
lekukan tempat tidak terbentuknya dinding sekunder. Trakea berasal dari trakeid, ujungnya
banyak memiliki pori untuk masuknya air dan zat hara, komponennya lebih pendek dan lebih
lebar dari trakeid, berlignin dan dindingnya mengalami penebalan berupa gelang, cincin dan
berpilin. Setelah dewasa trakea dan trakeid berbentuk bulat panjang, terdiri atas lignin, dan
tidak mengandung kloroplas Perbedaan pokok antara keduanya adalah pada trakeid tidak
terdapat perforasi (lubang-lubang) sedangkan pada pada ujung trakea terdapat lubang. Fungsi
xylem adala untuk mengangkut air dan mineral dari dalam tanah ke batang dan daun.
(Sugianto. 2016)
Floem tersusun atas beberapa tipe sel yang berbeda yaitu pembuluh tapis, sel pengiring,
parenkim, serabut, dan sklerenkim. Floem merupakan bagian dari kulit kayu, unsur penyusun
pembuluh floem terdiri atas dua bentuk, yaitu sel tapis berupa sel tunggal dan bentuknya
memanjang dan buluh tapis yang serupa dengan pipa. Fungsi utama floem adalah mengangkut
hasil fotosintesis dan zat lain dari daun ke bagian tumbuhan yang lain (Heddy, 1989).
(a) (b)
Gambar 2.2 Gambar Struktur Jaringan Pengangkut. (a) Xilem dan (b) Floem

2.3 Stomata
Sebagian besar proses transpirasi tanaman terjadi melalui stomata. Struktur stomata terdiri
atas sel penjaga (guard cell), celah (porus), sel tetangga (subsidiary cell) dan Ruang Udara
Dalam (Substomata Chamber). Sel penutup disebut juga sel penjaga. Sel penutup terdiri dari
sepasang sel yang kelihatannya simetris dan umumnya berbentuk ginjal. Sel-sel penutup
merupakan sel-sel aktif (hidup). Pada sel-sel penutup terdapat kloroplas. Di antara kedua sel
penutup terdapat celah (porus) yang berupa lubang kecil. Sel penutup dapat mengatur menutup
atau membukanya porus berdasarkan perubahan osmosisnya. Sel tetangga merupakan sel-sel
yang berdampingan atau yang berada di sekitar sel-sel penutup. Sel-sel tetangga dapat terdiri
dari dua buah atau lebih yang secara khusus melangsungkan fungsinya secara berasosiasi
dengan selsel penutup Ruang udara merupakan suatu ruang antarsel yang besar dan berfungsi
ganda dalam fotosintesis, transpirasi, dan juga respirasi (Taiz et al., 2002).

Menurut Baker and Ilen (1982), berdasarkan letak sel penutupnya, stomata dapat
dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.
 Stomata fanerofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya terletak pada permukaan daun
(menonjol) sehingga memudahkan pengeluaran air, misalnya pada tumbuhan hidrofit.
 Stomata kriptofor, yaitu stomata yang sel-sel penutupnya berada jauh di bawah
permukaan daun (tersembunyi), fungsinya untuk mengurangi penguapan yang berlebihan.
Contohnya pada tumbuhan xerofit.
2.4 Pengertian Transportasi pada Tumbuhan
Transportasi tumbuhan merupakan mekanisme pengangkutan air dan zat nutrisi makanan
dari akar ke seluruh bagian tumbuhan. pada tumbuhan tingkat rendah, penyerapan air dan zat
hara dilakukan oleh seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi, proses pengangkutan
dilakukan oleh pembuluh pengangkut yaitu xylem dan floem. Proses pengangkutan pada
tumbuhan dapat terjadi karena adanya proses transpor pasif dan transpor aktif. Transpor pasif
adalah pengangkutan zat yang terjadi berdasarkan gradien konsentrasi sedangkan transport
aktif merupakan perpindahan zat melawan gradien konsentrasi sehingga membutuhkan energi.
Transpor pasif terdiri dari :
 Imbibisi yaitu penyerapan air secara fisiko-kimia yang diserta dengan kenaikan volume
yang bersifat irreversible. Misalnya masuknya air pada biji sebagai awal perkecambahan
 Difusi yaitu perpindahan ion atau molekul (gas) dari konsentrasi tinggi (hipertonik) ke
konsentrasi lebih rendah (hipotonik) melalui membrane semipermeable. Dengan
demikian, difusi terjdi karena adanya perbedaan konsentrasi. Selain itu, difusi dapat
terjadi protein carrier atau protein channel yang dikenal dengan proses difusi terfasilitasi.
 Proses Osmosis yaitu proses perpindahan air dari daerah yang berkonsentrasi rendah
(hipotonik) ke daerah yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) melalui membran
semipermiabel.
Proses Transpor Aktif merupakan pengangkutan lintas membran dengan menggunakan energi
ATP, melibatkan pertukaran ion Na+ dan K+ (pompa ion) serta protein kontraspor yang akan
mengangkut ion Na+ bersama melekul lain seperti asam amino dan gula. Arahnya dari daerah
berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi. (Andriance and Brison, 1995).
Menurut Taiz et al. (2002), pengangkutan pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu secara intravaskuler dan ekstravaskuler.
 Pengangkutan ekstravaskuler dilakukan di luar berkas pengangkut, maka disebut pengangkutan
ekstravasikuler. Zat yang diangkut adalah air dan garam-garam mineral. Pengangkutan air dan
mineral dari dalam tanah di luar berkas pembuluh ini dilakukan melalui 2 proses, yaitu:
Pengangkutan Apoplas dan Pengangkutan Simplas. Pengangkutan simplas adalah pengangkutan
air dan zat hara melalui sitoplasma, yaitu dari satu sel ke sel yang lain melalui plasmodesmata.
Sedangkan apoplast adalah pengangkutan air dan zat hara tanpa melalui sitoplasma melainkan
melalui ruang-ruang antar sel tumbuhan.
 Pengangkutan air dan mineral diserap oleh akar menuju atas ini berlangsung melalui berkas
pengangkut, yaitu xylem, sehingga proses pengangkutan disebut pengangkutan vaskuler.

2.5 Transpirasi pada Tumbuhan

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian
tanaman yang lain seperti batang, bunga dan akar dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangna
tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata. Transpirasi juga dapat
mendinginkan tanaman dan memungkinkan aliran massa nutrisi mineral dan air dari akar ke
tunas. Aliran massa air dari akar ke daun disebabkan oleh penurunan hidrostatik (air) tekanan
di bagian atas dari tumbuhan karena difusi air dari stomata ke atmosfer. Air diserap pada akar
dengan osmosis, dan semua nutrisi mineral dilarutkan perjalanan dengan melalui xilem.
(Kramer dan Kozlowski,1960).
Menurut Lakitan (1993) tingkat transpirasi secara langsung berkaitan dengan partikel
penguapan air dari permukaan tanaman, terutama dari bukaan permukaan, atau stomata, pada
daun. Hanya 1-2% dari seluruh air yang ada dalam tubuh tumbuhan digunakan dalam
fotosintesis atau dalam kegiatan metabolisme sel-sel daunnya. Sisanya menguap dari daun
dalam proses transpirasi. Bila stomata terbuka, uap air ke luar dari daun. Jika daun itu harus
terus berfungsi dengan baik maka air segar harus disediakan kepada daun untuk menggantikan
yang hilang pada waktu transpirasi
Proses transpirasi dapat berlangsung pada beberapa bagian tanaman, yaitu meliputi daun,
batang, ataupun akar. Guritno dan Sitompul (1995) melaporkan bahwa ada tiga jenis
transpirasi, yaitu :
a. Transpirasi kutikula, yaitu evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula
epidermis. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis
tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10%. Oleh karena itu, sebagian besar air yang
hilang terjadi melaui stomata.
b. Transpirasi stomata. Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel
tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil
yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan
uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke atmosfer di
luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh
uap air.
c. Transpirasi lentisel, Yaitu pada daerah kulit kayu yang berisi sel-sel. Uap air yang hilang
melalui jaringan ini adalah 0,1%.

Proses transpirasi dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal atau faktor lingkungan.

1. Faktor Internal
a. Penutupan Stomata
Sebagian besar transpirasi terjadi melalui stomata karena kutikula secara relatif
tidak tembus air, dan hanya sedikit transpirasi yang terjadi apabila stomata tertutup.
Jika stomata terbuka lebih lebar, lebih banyak pula kehilangan air tetapi peningkatan
kehilangan air. Faktor utama yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata
yaitu faktor lingkungan seperti tingkat cahaya dan kelembapan. (Lakitan, 1993)
b. Jumlah dan Ukuran Stomata
Jumlah dan ukuran stomata, dipengaruhi oleh genotipe dan lingkungan mempunyai
pengaruh yang lebih sedikit terhadap transpirasi total daripada pembukaan dan
penutupan stomata.
c. Jumlah Daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar laju transpirasi yang terjadi.
Gerakan pada kebanyakan tanaman seperti mekanisme pengulungan daun yang
menguntungkan untuk pengurangan transpirasi apabila persediaan air terbatas.
d. Kedalaman dan Proliferasi Akar
Ketersedian dan pengambilan kelembapan tanah oleh tanaman sangat tergantung
pada kedalaman dan proliferasi akar. Perakaran yang lebih dalam meningkatkan
ketersediaan air, dari proliferasi akar (akar per satuan volume tanah ) meningkatkan
pengambilan air dari suatu satuan volume tanah sebelum terjadi pelayuan permanen.
2. Faktor Eksternal
a. Sinar Matahari.
Sinar atau cahaya matahari dimanfaatkan tumbuhan untuk dapat melakukan proses
transpirasi. Ketersediaan sinar atau caahaya dapat menyebabkan membukanya stoma
apabila intensitas cahaya kurang atau pada saat gelap maka dapat mengakibatkan
tertutupnya stoma. Sehingga semakin tinggi intensitas cahayanya maka akan semakin
tinggi laju transpirasi yang terjadi yang mengakibatkan terjadinya peningkatan uap air
yang keluar. Sinar atau cahaya matahari memiliki beragam warna dengan kisaran
sprektrum warna yang berbeda, setiap sprektrrum warna tersebut memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap kecepatan laju transpirasi. Sprektrum warna merah
dan biru merupakan warna yang paling efektif dalam meningkatkan laju transpirasi
karena panjang gelombang warna tersebut yang paling mudah diserap oleh daun,
sehingga laju transpirasi meningkat.
b. Temperatur
Temperatur atau suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang terpenting
dalam mempengaruhi transpirasi daun pada keadaan turgor. Suhu di dalam daun kurang
lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu
yang lebih tinggi daripada suhu udara. Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun
dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air
di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan tempratur menambah tekanan
uap di dalam daun, sedangkan temperatur di luar daun lebih rendah daripada di dalam
daun, akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari
dalam daun ke udara bebas (Anderson dan Naughton , 1973).
c. Kelembapan Udara
Pada keadaan udara yang tidak mengandung banyak air atau dengan kata lain
kelembapan udara yang rendah, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari
pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih
banyak uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari
konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun). Udara
yang basah menghambat transpirasi, sedang udara kering meningkatkan transpirasi.
(Salisbury dan Ross, 1995)
Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan
konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke
dalam daun melalui stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya
molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu
kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju air yang
hilang. Dengan demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun
dengan meningkatnya kelembaban udara.
d. Kecepatan Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin
membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan demikian, maka
uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke
luar . Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap
laju transpirasi, angin cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam
naungan atau cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari,
angin berpengaruh terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap
penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting daripada pengaruhnya terhadap
penyingkiran uap air.
e. Ketersediaan air Dalam Tanah
Air di dalam tanah merupakan sumber air yang pokok bagi tanaman, akar-akar
tanaman akan mendapatkan air yang dibutuhkannya melalui absorpsi air dari dalam
tanah. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di atas tanah seperti batang dan
daun juga ada, akan tetapi masuknya air lewat bagian-bagian itu lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan penyerapan air melalui akar.
Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju
transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel
mesofil terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak Laju transpirasi
dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang
hari, biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada
penyerapannya dari tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada
malam hari akan terjadi kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun
lebih rendah. Jika kandungan air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar,
gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Transportasi Air dan Minetal pada Tumbuhan


Mekanisme Penyerapan Air dan Mineral oleh Akar Menuju Xilem
Proses penyerapan air dan mineral dari dalam tanah dapat terjadi melewati
membrane sel rambut akar. Konsentrasi zat terlarut di dalam tanah lebih rendah sehingga
potensial airnya lebih tinggi. Potensial air yang tinggi ini menyebabkan terjadinya
perpindahan air dari tanah menuju rambut akar. Unsur hara di dalam tanah diserap dalam
bentuk ion dan penyerapan dilakukan melalui proses difusi. Air dan mineral dari dalam
tanah mengalir melewati membrane sel epidermis yang bersifat hidrofilik (Recee et al.,
2016).
Mekanisme penyerapan air dan mineral dari dalam tanah menuju xylem dapat
terjadi melalui 3 jalur yaitu simplas, apoplast dan jalur transmembrane.

Gambar 3.1 Jalur Penyerapan Air dan Mineral pada Akar. (1) Jalur Apoplas, (2) Jalur simplas,
(3) Jalur Transmembran, (4) Endodermis dan (5) Transport di Xilem.
Berdasarkan gambar diatas dapat diamati bahwa pengangkutan air dan mineral secara
apoplast terjadi melalui dinding sel tanpa melewati membrane. Air dan mineral berdifusi
melewati dinding matriks dan bagian ekstraseluler. Pada jalur simplas, air dan mineral
mengalir dari satu sel ke sel lainnya dari masuk melewati membrane plasma dan
plasmodesmata yang terletak di dinding sel tumbuhan. Beberapa air dan mineral juga
ditransportasi menuju protoplas sel dan berpindah melalu simplest. Jalur ini dinamakan
jalur transmembrane. Pada jalur transmembrane, air memasuki sel dari satu sisi dan dan
keluar dari sel lainnya. Lapisan endodermis akar berfungsi sebagai checkpoint. Pada
lapisan ini terdapat pita kaspari yang tersusun atas suberin dan lapisan lilin sehingga air
yang melewati jalur apoplast tidak bisa menembus masuk ke dalam jaringan vaskuler. Oleh
karena itu, saat memasuki endodermis, air dan mineral pada jalur apoplast masuk ke dalam
sel dan bergabung pada jalur simplas. Lapisan endodermis juga mencegah agar zat terlarut
yang telah terakumulasi di xylem tidak mengalir lagi ke tanah. (Taiz et al., 2014 )
Sel-sel endodermis selanjutnya melepaskan mineral dari bagian protoplasmanya
menuju dinding sel sehingga air dan mineral berpindah lagi menuju jalur apoplast. Transfer
zat terlarut dari simplas ke apoplast ini memerlukan proses difusi dan transport aktif.
Selanjutnya, air dn kineral dapat memasuki xylem (Steward, 1972).

Transport Aliran Massa Melewati Xilem


Air mineral dari akar yang telah terakumulasi pada silinder vascular akan ditranspor
menuju tulang daun bersamaan dengan xylem sap. Pengangkutan melalui xylem lebih
cepat dibandingkan dengan difusi dan transport aktif. Menurut Salisbury dan Ross (1995),
transportasi air dan mineral pada tumbuhan dapat dipegaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Tekanan Akar
Akar tumbuhan menyerap air dan garam mineral baik siang maupun malam.
Pergerakan air secara osmosis dari sel ke sel pada akar menimbulkan suatu tekanan yang
disebut tekanan akar. Pada malam hari, ketika transpirasi sangat rendah atau bahkan nol,
sel-sel akar masih tetap menggunakan energi untuk memompa ion – ion mineral ke dalam
xylem. Air akan mengalir masuk dari korteks akar, menghasilkan suatu tekanan positif
yang memaksa cairan naik ke xylem. Dorongan getah xylem ke arah atas ini disebut gaya
tekanan akar (roof pressure). Tekanan akar juga menyebabkan tumbuhan mengalami
gutasi, yaitu keluarnya air yang berlebih pada malam hari melalui katup pelepasan
(hidatoda) pada daun. Biasanya air yang keluar dapat kita lihat pada pagi hari berupa
tetesan atau butiran air pada ujung-ujung helai daun rumput atau pinggir daun kecil herba
(tumbuhan tak berkayu) dikotil.
b. Kapilaritas Batang
Kapilaritas adalah gejala naik atau turunnya cairan di dalam pipa kapiler atau pipa
kecil. Kapilaritas disebabkan oleh interaksi molekul-molekul di dalam zat cair. Di dalam
zat cair molekul-molekulnya dapat mengalami gaya adhesi dan kohesi. Gaya kohesi
adalah tarik-menarik antara molekul-molekul di dalam suatu zat cair sedangkan gaya
adhesi adalah tarik menarik antara molekul dengan molekul lain yang tidak sejenis.
Apabila adhesi lebih besar dari kohesi seperti pada air dengan permukaan gelas, air akan
berinteraksi kuat dengan permukaan gelas sehingga air membasahi kaca dan juga
permukaan atas cairan akan melengkung (cekung). Keadaan ini dapat menyebabkan
cairan dapat naik ke atas oleh tegangan permukaan yang arahnya keatas sampai batas
keseimbangan gaya ke atas dengan gaya berat cairan tercapai. Jadi, kapilaritas sangat
tergantung pada kohesi dan adhesi. Air naik dalam pembuluh pipa kapiler dikarenakan
adhesi sedangkan raksa turun dalam pembuluh pipa kapiler dikarenakan kohesi.
Pembuluh xylem yang terdapat pada batang dan akar tumbuhan dianggap sebagai
pipa kapiler. Air akan naik melalui pembuluh kayu (xylem) sebagai akibat dari gaya adhesi
antara dinding pembuluh kayu dengan molekul air. Pengangkutan air melalui pembuluh
kayu (xylem), terjadi karena pembuluh kayu tersusun seperti rangkaian pipa-pipa kapiler.
Dengan kata lain, pengangkutan air melalui xylem mengikuti prinsip kapilaritas.
c. Daya Hisap Daun
Daya hisap daun adalah timbulnya tarikan terhadap air yang ada pada sel– sel di
bawahnya dan tarikan ini akan diteruskan molekul demi molekul, menuju ke bawah
sampai keseluruh kolom air pada xilem sehingga menyebabkan air tertarik ke atas dari
akar menuju ke daun. Proses tersebut juga biasa disebut dengan transpirasi. Dengan
adanya transpirasi membantu tumbuhan dalam proses penyerapan dan transportasi air di
dalam tumbuhan.
Gambar 3.2 Proses kenaikan Xilem Sap (Getah Xilem). Naiknya getah xylem disebabkan karena
perbedaan potensial air dimana potensial air pada bagian daun lebih rendah dari pada bagian akar
(Sumber : Recee et al., 2016).

Mekanisme Translokasi Fotosintat pada Floem


Translokasi fotosintat adalah proses pengangkutan produk fotosintesis ke seluruh
bagian tumbuhan. Proses translokasi terjadi di floem yaitu pada sieve-tube elements. Proses
translokasi ini dibantu oleh getah floem yaitu cairan yang mengalir di dalam sieve tubes.
Pembuluh floem dapat dihubungkan satu dengan lainnya oleh sieve plates (pembuluh
tapis). Zat terlarut yang paling banyak dalam floem adalah gula, terutama sukrosa. Selain
itu, di dalam getah floem juga mengandung mineral, asam amino, dan hormon, berbeda
dengan pengangkutan pada pembuluh xilem yang berjalan satu arah dari akar ke daun,
pengangkutan pada pembuluh floem dapat berlangsung kesegala arah, yaitu dari sumber
gula (tempat penyimpanan hasil fotosintesis) ke organ lain tumbuhan yang memerlukannya
(Iserep, 1993).
Mekanisme translokasi oleh floem dimulai dari proses loading sugar yaitu proses
masuknya gula hasil fotosintesis ke dalam sieve tubes. loading sugar ini dapat terjadi
melalui jalur simplas, apoplast maupun transport aktif, tergantung pada jenis tanaman.

(a) (b)
Gambar 3.3 Proses Loading Sugar menuju Floem, (a) Sukrosa dari mesofil daun dapat berpindah melalui
jalur simplas. Pada beberapa spesies, sukrosa dapat keluar dari jalur simplas dan berpindah melalui jalur
apoplast, (b) Mekanisme chemiosmotic bertanggung jawab dalam transport aktif sukrosa menuju
companion cell (sel pendamping) dan sieve-tube element. Pompa proton meningkatkan gradien H+ yang
kemudian mendorong pergerakan sukrosa melalui porotein kotranspor.

Getah floem bergerak dari sumber sukrosa menuju organ tubuh tumbuhan lainnya
dengan kecepatan 1 m/jam lebih cepat jika dibandingkan dengan difusi. Pergerakan getah
floem melalui sieve-tube element terjadi karena potensial positif yang dikenal juga sebagai
aliran potensial (potential pressure). Bagian tumbuhan yang menerima hasil fotosintat
umumnya memperoleh sukrosa dari sumber sukrosa terdekat. Misalnya, daun yang terletak
pada bagian atas akan mentranspor hasil fotosintat menuju tunas yang sedang
tumbuh,organ hasil seperti biji, buah atau daun-daun muda yang sedang tumbuh sedangkan
daun yang terletak lebih rendah akan mentranspor gula menuju akar. Arah transport hasil
fotosintat pada sieve tube bergantung pada lokasi sumber hasil fotosintat dan bagian
penerima hasil fotosintat sehingga sieve tube dapat mengangkut getah floem di dua arah
yang berbeda (Hidayat,1995).
Menurut Recee et al. (2016), proses
pengangkutan hasil fotosintat melalui
floem berlangsung dalam 4 tahapan yaitu:
1. Loading of Sugar. Pada tahap ini,
sukrosa hasil fotosintat berpindah dari
mesofil daun menuju sieve tube. Proses
perpindahan dapat terjadi melalui jalur
simplas. Loading sugar menyebabkan
menyebabkan terjadinya penurunan
potensial air di dalam sieve tube sehingga
harus dilakukan mekanisme osmosis air
dari pembuluh xylem.
2. Uptake of water (pengambilan air).
Proses ini menyebabkan potensial air di
Gambar 3.4 Pergerakan aliran di dalam sieve
tube yang dipengaruhi oleh potensial positif sieve tube kembali meningkat dan
mendorong pergerakan getah floem.
3. Unloading of sugar. Masuknya gula dan air di bagian-bagian tumbuhan menyebabkan
terjadinya penurunan potensial pada siege tube.
4. Water recycled. Dalam translokasi hasil fotsintat dari daun menuju akar, xylem akan
mendaur kembali air dari bagian tumbuhan yang menerima hasil fotosintat (sinks)
menuju sumber sukrosa.

3.2 Proses Tanspirasi


Proses transpirasi pada tumbuhan sebagian besar terjadi di daun yaitu pada bagian stomata.
Stomata merupakan modifikasi dari sel epidermis daun berupa sepasang (dua buah) sel penjaga
yang bisa menimbulkan celah (lubang) sehingga uap air dan gas dapat dipertukarkan antara
bagian dalam dari stomata dengan lingkungan luarnya. Pembukaan dan penutupan stomata
digerakkan oleh keluar-masuknya air (redistribusi air) antara sel penjaga, sel subsider, dan sel-
sel mesofil lainnya. Apabila air masuk ke dalam sel penjaga maka sel penjaga akan membesar.
Karena sel penjaga memiliki dinding dengan penebalan yang berbeda maka pembesaran sel
penjaga menyebabkan terbentuknya celah (lubang) sehingga stomata membuka. Sebaliknya
jika air keluar dari sel penjaga menuju ke selsel epidermis yang ada di sekitarnya maka stomata
akan menutup (Pandey, 1983).
Masuk dan keluarnya air dari dan ke sel penjaga biasanya diakibatkan oleh adanya
distribusi ion K+ keluar/masuk sel penjaga. Ion K+ sangat berperan besar dalam proses
membuka dan menutupnya stomata karena dengan masuknya ion K+ ke sel penjaga maka sel
penjaga mengalami penurunan potensial osmotik . Karena potensial osmotik sel penjaga lebih
rendah dari potensial osmotik sel-sel epidermis di sekelilingnya, maka air akan masuk ke
dalam sel penjaga. Sebaliknya jika ion K+ dipompa keluar dari sel penjaga maka potensial
osmotic sel penjaga akan meningkat (lebih tinggi dari sel-sel epidermis) sehingga air akan
keluar dari sel penjaga menuju selsel epidermis yang ada di sekelilingnya sehingga stomata
menutup (Recee t al., 2016).

(a) (b)
Gambar 3.5 Mekanisme membuka dan menutupnya stomata, (a) Perubahan bentuk sel penjaga
(Guard cell) saat menutup dan membuka, (b) Pengaruh Potassium dalam mekanisme membuka
dan menutupnya stomata.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata:
a. cahaya;
b. hormon asam absisik (ABA);
c. konsentrasi CO2;
d. stres (cekaman) lingkungan khususnya kekeringan;
e. suhu dan kelembaban (RH) udara.
Cahaya menyebabkan pembukaan stomata, sedangkan ketidakadaan cahaya (gelap) akan
menyebabkan penutupan stomata. Pengaruh positif dari cahaya terhadap pembukaan stomata
bisa disebabkan karena peningkatan fotosintesis pada sel penjaga, atau karena adanya respons
khusus dari sel penjaga terhadap cahaya biru. Terjadinya fotosintesis sel penjaga yang
disebabkan adanya cahaya menyebabkan terjadinya pemompaan aktif ion K+ dan asam malat
ke dalam sel penjaga sehingga potensial sel penjaga menurun dan air masuk ke dalam sel
penjaga. Selain itu pemberian cahaya biru juga mengaktifkan pemompaan ion K+ ke dalam
sel penjaga (Moore, 1974).
Hormon asam absisik (ABA) yang tinggi pada sel penjaga menyebabkan penutupan
stomata. Adanya ABA menyebabkan pengaktifan protein chanel dari ion Ca+ sehingga Ca+
tinggi di dalam sel penjaga. Tingginya ion Ca+ dapat menghambat masuknya ion K+ ke
dalam sel penjaga. Selain itu, Ca+ yang tinggi juga dapat meningkatkan pH sel penjaga
sehingga menyebabkan pemompaan keluar ion K+ dari sel penjaga. Akibatnya air keluar dari
sel penjaga sehingga stomata menutup (Campbell, 2002).
Konsentrasi CO2 yang tinggi, khususnya di dalam rongga stomata menyebabkan stomata
menutup. Belum diketahui secara jelas mekanisme apa yang mempengaruhi penutupan
stomata ketika konsentrasi CO2 tinggi. Dugaan sementara adalah karena ada hubungannya
dengan fotosintesis. Kadar CO2 yang tinggi memacu reduksi CO2 dalam fotosintesis menjadi
tinggi sehingga penggunaan energi dari reaksi terang cukup besar. Akibatnya terjadi
kekurangan energi yang digunakan dalam pemompaan dan menjaga ion K+ di dalam sel
penjaga (Salisbury, 1995).
Stomata juga menutup saat tumbuhan mengalami cekaman kekeringan. Hal ini terkait
dengan kemampuan adaptasi tumbuhan untuk mengurangi laju kehilangan air. Penutupan
stomata akibat cekaman kekeringan biasanya berhubungan dengan peningkatan kadar ABA
daun. Ketika tumbuhan mengalami kekeringan, akar tumbuhan akan mengirim sinyal dengan
memproduksi ABA dalam jumlah tinggi dan dikirim ke daun melalui aliran transpirasi.
Tingginya ABA daun, khususnya pada stomata akan menyebabkan penutupan stomata,
sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya (Lakitan, 1993).
Suhu udara yang tinggi menyebabkan stomata daun menutup. Hal ini berkaitan dengan
peningkatan laju evaporasi akibat suhu yang tinggi sehingga stomata menutup. Sebaliknya
RH yang rendah menyebabkan penutupan stomata karena RH yang rendah menjadi penggerak
transpirasi yang tinggi (Loveless, 1991).

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Mekanisme penyerapan air dan kineral dimulai dari penyerapan oleh rambut akar menuju
ke xylem yang dilakukan dalam 3 jalur yaitu secara simplas, apoplast dan jalur
transmembrane. Dari xylem, air dan mineral diangkut menuju ke daun dengan dipengaruhi
oleh tekanan akar, daya kapilaritas batang serta daya hisap daun. Selanjutnya, hasil
fotosintat daun ditranslokasikan ke bagian tumbuhan lainnya melalui pembuluh floem
engan dipengaruhi oleh potensial gradien pada sieve tube element.
2. Mekanisme membuka dan menutupnya stomata saat transpirasi dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu cahaya, hormone ABA, konsentrasi CO2, kekeringan serta suhu dan
kelembapan udara. Keberadaan cahaya dapat menyebabkan stomata membuka.
Konsentrasi CO2, hormone ABA, kekeringan serta suhu yang tinggi dapat menyebabkan
stomata menutup.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson J.E, dan Naughton S.J. 1973. Effects of Low Soil Temperature on Transpiration,
Photosynthesis, Leaf Relative Water Content and Growth among Elevation Diverse Plant
Population. Ecology. 54(3): 1220-1233.

Andriance, G.W. and F.R. Brison. 1995. Propagation of Horticultura Plant. Mc Graw.
Hill Book Coy. London. 298 p.

Aprillia, D. D., dan Purwani, K. I. 2013. Pengaruh Pemberian Mikoriza Glomus fasciculatum
Terhadap Akumulasi Logam Timbal (Pb) Pada Tanaman Euphorbia milii. Jurnal Sains
dan Seni ITS. 2(2)

Baker J.W. and llen, G.E. 1982. Biology. London: Addison-Wesley Publ. Comp.

Bidwell R.G.S. 1979. Plant Physiology. London: Macmillon Publ. Company.

Campbell, N. A., Reece, J. B. dan Mitchel. L. G. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga.
Jakarta

Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Heddy, S. 1989. Hormon Tumbuhan. CV Rajawali. Jakarta

Hidayat, E. B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB: Bandung

Iserep, Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.ITB: Bandung.

Kramer P.J., dan Kozlowski T.T. 1960. Physiology of Tree. McGraw Hill Book Company.
London.

Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal : 58–
60.

Loveless, A.R. 1991. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah tropik dari Principles of
Plant Biology For The Tropics oleh Kuswara Kartawinata. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta. Hal : 118 – 160
Moore T.C. 1974. Reseach Experiences in Plant Physiol. NY : Springer-Verlag, NY

Nuryani, Ustaman. 2017. Buku Petunjuk Praktikum : Anatomi Tumbuhan. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.

Pandey, S. N. dan B. K. Sinha. 1983. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan dari Plant physiologi 3th
edition. Oleh Agustinus ngatijo. Yogyakarta. Hal : 92 – 98

Recee, J. B., L. A. Urry., M. L. Cain., P. V. Minorsky and S. A. Wasserman. 2016. Campbell


Biology 11th Edition. Pearson. New York.

Salisbury, F. B. dan Cleon. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 1. Terjemahan dari
PlantPhysiologi 4 th Edition oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono. ITB. Bandung. Hal :
84-87

Steward, F. C. 1972. Plant Physiology a Treatise. Cornell University Academic Press. New York

Sugianto. 2016. Anatomi Tumbuhan. K Media. Yogyakarta.

Taiz, L., E. Zeiger., I. M. Moller and A. Murphy. 2014. Plant Physiology and Development 6th
edition. Sinauer Associates. Sunderland.

Taiz, L. and Zeiger E. (2002). Plant Physiology. (3rd Edition). Massachusetts: Sinauer
Associates, Inc. Publishers.

Anda mungkin juga menyukai